Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepolisian Indonesia saat ini sudah hampir mendekati sistem Kepolisian
ideal yang diharapkan oleh anggotanya sendiri maupun masyarakat, kemandirian
Polri sudah dilaksanakan dan terpisah dari ABRI, dan sekarang yang perlu
dilakukan Polri adalah melakukan peningkatan sumber daya manusianya serta
melakukan pembenahan secara maksimal. Program-program yang dilaksanakan
dalam tugas kepolisian di kewilayahan sudah dapat dilihat hasilnya, sementara
yang perlu dan wajib dilakukan adalah adanya penyederhanaan sistem birokrasi
untuk pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan Masyarakat melalui langsung maupun tidak langsung bisa
dilakukan dan disederhanakan dengan melakukan efisensi dan efektifitas yang
terkait dengan penggunaan tekhnologi Kepolisian yang maksimal dan up to date.
Pengawasan juga diperlukan dalam rangka menjaga supaya tidak ada
penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan dalam praktek-praktek kerja di
lapangan.
Polisi sangat berperan terhadap terciptanya keamanan dan ketertiban di
dalam masyarakat dengan cara menberikan perlindungan hukum kepada
masyrakat. Keberadaan polisi akan selalu dibutuhkan oleh masyrakat selama
ketertiban dan kedisplinan hukum di dalam masyrakat selalu berada dalam
kemungkinan terancam. Polisi tidak akan dibutuhkan dalam kehidupan masyrakat
ketika anggota masyrakat sudah dapat mendisplinkan dan menertibkan dirinya
sendiri dengan sangat baik. Pada saat itu, dalam kacamata satjipto Rahardjo,
pekerjaan polisi akan direduksi menjadi bersifat administratif belaka (2002 : 87).
Sejarah panjang telah membentuk kepolisian Indonesia yang menjadi polri
pada saat ini. Tanpa mengurangi besarnya keberhasilan yang telah dicapai polisi,
telah terbukti mampu menjadi salah satu pilar penegak keamanan yang mengantar
pembangunan Bangsa dan Negara. Polisi terus berjuang keras, karena belum
mampu menjawab tuntutan pelayanan masyarakat yang meningkat cepat sebagai

1
hasil pembangunan, sedangkan kemampuan polisi nyaris tidak berkembang,
celaan, cemoohan, tudingan bahwa polisi tidak professional.
Memang Republik Indonesia ini sudah mendesak untuk memiliki polisi yang
professional, efektif, efisien, dan modern. Tetapi kita semua tahu, kendalanya
sangat banyak. Salah satu akar permasalah adalah adanya kecenderungan
melemahnya penghayatan dan pengamalan Etika Kepolisian. Etika sendiri
terbentuk dari endapan sejarah, budaya, kondisi social dan lingkungan dengan
segala aspek dan prospeknya. Internalisasi dan penerapan Etika Kepolisian yang
tidak mantap, merupakan factor penyebab kurang dalamnya pendalaman etika,
sehingga polisi ditingkat pelaksanaan sangat labil, mudah goyah dan terombang-
ambing dalam gelombang dan gegap gempitanya perubahan dalam pembangunan.

1.2
Tujuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etika Dan Etika Profesi


Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya cara
berpikir, kebiasaan adat, perasaan, sikap, karakter, watak kesusilaan atau adat.
Dalam kamus bahasa Indonesia, ada 3 (tiga) arti yang dapat dipakai untuk kata
Etika, antara lain Etika sebagai system nilai atau sebagai nilai-nilai atau norma-
norma moral yang menjadi pedoman bagi seseorang atau kelompok untuk
bersikap dan bertindak. Etika juga bisa diartikan sebagai kumpulan azas atau nilai
yang berkenan dengan akhlak atau norma. Selain itu, Etika bisa juga diartikan
sebagai ilmu tentang yang baik dan yang buruk yang diterima dalam suatu
masyarakat, menjadi bahan refleksi yang diteliti secara sistematis dan metodis.
Sejak dicetuskan pada Tahun 2002, telah bermunculan banyak tulisan
yang mencoba mengeksplorasi gagasan hukum progresif dalam aspek keilmuan.
Sekalipun ide hukum progresif belum bisa dipandang sebagai teori yang final
(sesuai dengan hakekatnya sebagai law in making atau on going process), namun
dari sedemikian banyak tulisan dan kajian mengenai hukum progresif dapat
ditarik beberapa pokok gagasan. Pertama, paradigma hukum progresif adalah
hukum untuk manusia yang mengandung makna bahwa manusia merupakan
sentral dalam cara berhukum.
Sebenarnya memang ada hubungan yang erat antara berbagai golongan
kaidah etika. Isi tiap-tiap golongan menjalankan pengaruh yang kuat terhadap isi
golongan-golongan lain. Antara lain, pandangan agama dan kesusilaan terus-
menerus mempengaruhi hukum.
Etika secara Umum dapat dibagi menjadi :
1. Etika Umum, Berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagai mana
manusia bertindak secara Etis, bagaimana manusia mengambil keputusan
etis,teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia untuk bertindak serta tolak ukur dalam menilai
baik atau buruknya suatu tindakan .

3
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya
mengambil Keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan
kegiatan kusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan
prinsip-prinsip moral dasar.
Etika akan memberikan semacam batasan atau standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertian
yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
diwujudkan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada pada saat yang dibutukan akan
bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
Control”(pengendalian diri), karna segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari
dan untuk kepentingan kelompok sosial (Profesi) itu sendiri. Oleh karna itu dapat
disimpulkan bahwa sebua profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat
untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya
Berikut ini merupakan pengertian etika profesi menurut para ahli:
1. Drs. O.P. SIMORANGKIR, etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku  menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori
tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan
buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku
manusia dalam hidupnya.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan
tentang pembahasan Etika, sebagai berikut:

4
1. Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan yangmempelajari masalah perbuatan
atau tindakan manusia.
2. Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata
cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent
in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk”
suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Polisi sangat berperan terhadap terciptanya keamanan dan ketertiban di
dalam masyarakat dengan cara menberikan perlindungan hukum kepada
masyrakat. Keberadaan polisi akan selalu dibutuhkan oleh masyrakat selama
ketertiban dan kedisplinan hukum di dalam masyrakat selalu berada dalam
kemungkinan terancam. Polisi tidak akan dibutuhkan dalam kehidupan masyrakat
ketika anggota masyrakat sudah dapat mendisplinkan dan menertibkan dirinya
sendiri dengan sangat baik
Secara reduksional peranan polisi didalam kehidupan masyrakat
sesungguhnya menpunyai dua peran. Pertama, polisi adalah institusi yang
bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban atau orde masyarakat,
agar tercapai suasana kehidupan aman, tenteram, dan damai. Kedua, polisi adalah
institusi yang berperan dalam penegakan hukum dan norma yang hidup didalam
masyrakat
Pada pelaksanaan peran demikian, polisi adalah pihak yang dapat
memaksakan berlakunya hukum. Manakala hukum dilanggar, terutama oleh
perilaku menyimpang yang namanya kejahatan maka diperlukan peran polisi guna
memulihkan keadaaan ( Restitutio In Integrum ) dengan memaksa di pelanggar
hukum untuk menanggung akibatnya, namun demikian, walaupun polisi memiliki
kewenangan memaksa, dalam pelaksanaannya sang polisi harus patuh kode etik
profesi yang mengawal dan memantaunya (watch) ketika dia sedang menjalankan
profesinya tersebut, termasuk menjalankan kewenangan tindak kekerasan

5
2.2 Manfaat Kode Etik Kepolisian
Manfaat etika sebenarnya memperkuat hati nurani yang baik dan benar
dari diri pribadi, sehingga mereka sungguh-sungguh merasakan bahwa hidupnya,
pengabdiannya, pelaksanaan tugasnya dan tingkah lakunya adalah berguna,
bermanfaat bagi masyarakat, dan karenanya dia dihargai, diterima, bahkan
ditempatkan secara terhormat didalam masyarakatnya. Etika kepolisian dapat
mengangkat martabat kepolisian didalam masyarakat jika dilaksanakan dengan
baik.
Etika kepolisian saat ini memang belum mentradisi seperti etika lainnya,
walaupun usianya lebih tua. Hal itu disebabkan karena sejak awal etika kepolisian
itu terus berkembang dan berubah-ubah, sehingga isi dan bentuk profesi
kepolisian itu sendiri belum seragam, antara Negara yang satu dengan yang lain.
Sehingga dalam aplikasi, para pemikir dan pimpinan kepolisian sering melupakan
beberapa ciri atau karakter pelaku polisi atau sering disebut budaya polisi (Police
Cultura) yang dominant pengaruhnya terhadap kegagalan tindakannya.
Kecenderungan itu antara lain:
1. Orientasi tindakan sering mengutamakan pencapaian hasil optimal
(efektifitas), sehingga sering mengabaikan efisiensi.
2. Polisi diajar untuk selalu bersikap curiga, sehingga harus bertanya dengan
detail. Sedangkan sikap curiga ini mengandung makna waspada dengan
dasar pengertian etika.
3. Disatu pihak polisi dinilai tidak adil, tidak jujur, tidak professional, di
pihak lain banyak petunjuk bahwa polisi harus mendukung dan
menunjukkan solidaritas pada lingkungan.
4. Pragmatisme yang banyak mendatangkan keberhasilan, sering membuai
polisi dan lalu melalaikan akar pragmatisme itu sendiri.

2.3 Pengembangan Kode Etik Kepolisian


Pengembangan Etika Kepolisian dapat dilakukan, ditumbuhkan, dibangun
dan dipupuk agar dapat subur dan berkembang dengan baik adalah dengan cara-
cara sebagai berikut:

6
1. Membangun masyarakat
Mewujudkan masyarakat yang mampu berbuat etis tidaklah mudah, karena
harus memperhitungkan segenap unsur pendukung eksistensinya yang berdimensi
sangat luas. Dengan mengasumsikan bahwa terdapat banyak dimensi prilaku
masyarakat yang baik dan mendukung etika kepolisian dengan baik, maka dari
banyak dimensi itu yang paling signifikan bagi pelaksanaan tugas polisi adalah
berupa dimensi hokum, kepatuhan mereka kepada hokum dan sikap menolak
gangguan keamanan atau pelanggaran hukum.
Dari hukum yang baik itulah, etika atau prilaku masyarakat yang terpuji
dapat terbentuk, yang pada gilirannya akan mengembangkan aplikasi etika
kepolisian.
2. Membentuk Polisi yang baik
Bibit-bibit atau calon polisi yang baik adalah dididik, dilatih,
diperlengkapi dengan baik dan kesejahteraan yang memadai. Calon yang baik
hanya dapat diperoleh dari masyarakat yang terdidik baik, persyaratan masuk
berstandar tinggi, pengujian yang jujur dan fair (penuh keterbukaan), dan bakat
yang memadai berdasarkan psikotes

2.4 Kode Etik Profesi Kepolisian


Etika Kepolisian merupakan suatu norma atau serangkaian aturan yang
ditetapkan untuk membimbing petugas dalam menentukan, apakah tingkah laku
pribadinya benar atau salah.
Dengan memahami pengertian dasar Etika Kepolisian, yang menjadi akar
dan pedoman, yang menopang bentuk perilaku ideal yang kokoh dari polisi dalam
melaksanakan pengabdiannya maka, akan membuat mereka teguh dalam
pendiriannya, sehingga mereka dapat mengambil sikap yang tepat dalam setiap
tindakannya. Dimana sikap itu berpangkal dari integritas yang mendalam dalam
sanubari dan hati nuraninya. Itulah dasar dari moralitas Etika Kepolisian yang
bersifat hakiki.
Tanpa memahami dasar itu seorang polisi akan dapat goyah apabila
menghadapi problema-problema yang dijumpai dalam penugasan. Sikap goyah itu

7
akan mendorong mereka untuk berperilaku menyimpang dari Etika kepolisian
yang seharusnya mereka tegakkan.
Pemahaman yang setengah-tengah akan membuat mereka patuh hanya
kalau ada pengawasan saja. Hal itu dapat diartikan sebagi sikap yang serba goyah,
sikap yang tidak stabil, sikap yang tidak mantap bahkan pelecehan terhadap Etika
Kepolisian.
Etika Kepolisian yang diaplikasikan dengan baik dan benar akan
membantu polisi dalam pemecahan masalahnya sehari-hari. Polisi secara tepat
dapat menentukan apakah tindakan itu baik atau tidak baik dalam mengemban
tugas mereka. Apakah harus menerima uang imbalan atas hasil karyanya atau
harus menolaknya, secara tegas yang sudah disebut dalam sumpah jabatan. Sikap
professional dan keteladanan akan segera terlihat dan terasa pada saat dia
menentukan tindakannya.
Polisi adalah aparat penegak hukum. Tetapi dalam kenyataan yang terjadi
ada sebagian anggota itu bertindak sebaliknya dan tidak sesuai dengan etika
profesi kepolisian. Atau dalam arti kata ada sebagian polisi melakukan
pelanggaran terhadap kode etik profesi kepolisian. Pelanggaran ataupun perbuatan
pidana anggota kepolisian yang tidak sesuai dengan kode etik kepolisian ini
tentunya berakibat hukum. Permasalahan kedua dapat diberikan jawaban bahwa
penyelesaian pelanggaran kode etik profesi kepolisian yang mengakibatkan
terjadinya tindak pidana.
Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Polri sebagaimana diatur dalam
Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2006 dan Peraturan Kapolri No.8 Tahun 2006,
merupakan kaidah moral dengan harapan tumbuhnya komitmen yang tinggi bagi
seluruh anggota Polri agar mentaati dan melaksanakan (mengamalkan) Kode Etik
Profesi Polri dalam segala kehidupan, yaitu dalam pelaksanaan tugas, dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan
negara.
Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, disahkan di Jakarta pada tanggal 8 januari2002, diundangkan pada
tanggal 8 januari 2002 dalam Lembaran Negara No. 2 Tahun 2002, tambahan
Lembaran Negara No. 4168.

8
Menurut Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang Kode Etika Profesi,
Pasal 13 ayat (1) menyatakan: “Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik
Indonesia karena melanggar sumpah/ janji anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sumpah/ janji jabatan, dan/atau Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia.” Selanjutnya dalam Pasal 1 Undang-undang No. 2 Tahun
2002 berbunyi: kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi
dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Berdasarkan Konsiderans Undang-undang No. 2 Tahun 2002
menyatakan :
a. Keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya
masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasakan pancasila
dan UUD 1945.
b. Bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya
penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia selaku alat Negara yang dibantu oleh masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
c. Bahwa telah terjadi perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang
menegaskan pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan
kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi
masing-masing.
d. Bahwa Undang-undang No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia sudah tidak memadai dan perlu diganti untuk
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan hukum serta
ketatanegaraan Republik Indonesia
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,b,c,
dan d perlu dibentuk Undang-undang tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.15

9
Mengingat bahwa :
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 30 Undang-undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Ketetapan majelis Permusyaratan Rakyat No.VII/MPR/2002 tentang
pemisahan Tentara Nasional dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No.VII/MPR/2002 tentang
peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.
4. Undang-undang No. 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 43 Tahun 1999
( Lembaran Negara Tahun 1999 No. 169, Tambahan Lembaran Negara
No. 3890)

2.5 Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Kepolisian


Contoh pelanggaran kode etik polisi yang dilakukan oleh Kepala
Kepolisian Sektor (Kapolsek) Cicendo Bandung Jawa Barat. Kepala Kepolisian
Sektor (Kapolsek) Cicendo, Bandung, Jawa Barat, Kompol Brusel Duta Samodra
diduga menerima suap sebesar Rp1 miliar. Suap itu diterima Kapolsek Brusel dari
tersangka kasus sabu berinisial A yang ditangkap oleh petugas Bea dan Cukai di
Bandara Husein Sastranegara Bandung beberapa waktu lalu. Kapolrestabes
Bandung Kombes Pol Widodo Prihastopo membenarkan informasi dugaan
penerimaan suap ini. Menurut Widodo, pihaknya sudah menjalankan tindakan
tegas kepada anak buahnya itu. Brusel telah ditindak karena pelanggaran kode
etik. “Yang bersangkutan jalani sidang kode etik yang dipimpin langsung oleh
Wakapolrestabes Bandung (AKBP Rhinto Prastowo).
Kategori (pelanggarannya) penyalahgunaan wewenang," tutur Widodo di
Mapolrestabes Bandung, Rabu (24/8/2011). Selain itu, pihaknya juga telah
menyerahkan kasus ini untuk diproses di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Barat.
"Kami telah menyerahkan kasus ini ke Polda Jabar,” singkatnya. Dia enggan
merinci lebih jauh mengenai kasus yang mencoreng korps Polri. “Silahkan saja
tanya ke Kabid Humas Polda Jabar," tambahnya. Widodo berharap kejadian
serupa tidak terulang kepada anak buahnya yang lain. Dia mengingatkan bahwa
tugas pokok polisi adalah pemelihara, penegak hukum, pelindung juga pengayom

10
masyarakat. “Apapun inovasi dan improvisasina tapi outputnya harus mengacu
hal-hal tersebut," tegasnya. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kapolsek
Brusel Duta Samodra diduga telah melepaskan tersangka kasus narkotika yang
ditangani Kapolsek Cicendo. Tersangka A dibebaskan karena menyetorkan uang
Rp1 miliar. Brusel menerima suap bersama seorang anak buahnya. Kini kedua
polisi ini meringkuk di tahanan Polda Jabar.
Analisis :
Sebelum membahas mengenai pelanggaran kode etik polisi dan sanksi-
sanksinya, disini saya akan sedikit menjelaskan pengertian etika kepolisian, kode
etik kepolisian, pelanggaran, dan sanksi-sanksinya.
Etika Kepolisian adalah norma tentang perilaku polisi untuk dijadikan
pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan tugas yang baik bagi penegak hukum,
ketertiban umum dan keamanan masyarakat.
Pembinaan kemampuan profesi anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam mengemban tugas pokoknya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 7 tahun 2006 dilaksanakan melalui pembinaan etika profesi dan
pengembangan pengetahuan serta pengalaman penugasan secara berjenjang,
berlanjut dan terpadu.
Ruang lingkup pengaturan kode etik profesi polri mencakup :
1. Etika kepribadian
2. Etika kenegaraan
3. Etika kelembagaan
4. Etika dalam hubungan dengan masyarakat
Anggota polri yang melakukan pelanggaran kode etik dikenakan sanksi berupa :
1. Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela
2. Kewajiban pelanggar untuk meminta maaf secara terbatas atau secara
langsung
3. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi
4. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi/fungsi
kepolisian
Dari pelanggaran di atas, untuk pelanggaran yang terakhir dibagi lagi.
Yaitu sanksi administratif, berupa rekomendasi untuk :

11
1. Di pindahkan tugas ke jabatan yang berbeda
2. Di pindahkan tugas ke wilayah yang berbeda
3. Pemberhentian dengan hormat
4. Pemberhentian dengan tidak hormat.
Kasus pelanggaran kode etik di atas adalah kasus yang dilakukan oleh
seorang polisi yang bernama Kompol Brusel Duta Samodra, Kepala Kepolisian
Sektor (Kapolsek) Cicendo Bandung Jawa Barat. Brusel Duta Samudra diduga
telah menerima suap dari tersangka kasus sabu berinisial A yang ditangkap oleh
petugas Bea dan Cukai di Bandara Husein Sastranegara Bandung. Padahal
seorang polisi terhadap profesinya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegak hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
Disini apa yang dilakukan Kompol Brusel Duta Samudra telah melanggar 1. Pasal
10 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang kode etik proesi
kepolisian negara republik Indonesia No.Pol: 7 Tahun 2006 terutama ayat (1)
huruf c, d, dan e Dalam etika dalam hubungan masyarakat anggota polri wajib:
menghindarkan diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keadilan, dan kebenaran demi pelayanan dalam masyarakat. Perbuatan Kompol
Brusel Duta samudra yang menerima suap dari tersangka sehingga mengakibatkan
tersangka dibebaskan dari ancaman hukuman, ini merupakan perbuatan tercela
dan dengan jelas keadilan tidak ditegakkan padahal dia adalah seorang polisi yang
seharusnya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak
hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat serta menjadi panutan
yang baik bagi masyarakat dan harus menegakkan keadilan seadil-adilnya.
Pasal 10 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang kode
etik proesi kepolisian negara republik Indonesia No.Pol: 7 Tahun 2006 ayat (2) :
Anggota polri wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat
merusak kehormatan profesi dan organisasi dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keadilan, dan kebenaran demi pelayanan kepada masyarakat sebagaimana yang
dimaksud ayat (1) huruf c.
Pemeriksaan atas pelanggaran kode etik profesi dilakukan oleh komisi
kode etik polri. Perbuatan Kompol Brusel Duta samudra dapat dikenai sanksi
dimasukan ke rumah tahanan dengan waktu yang telah ditentuan dan

12
diberhentikan secara tidak hormat sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek)
Cicendo Bandung, Jawa Barat, melihat perbuatan kejahatan yang dilakukan sangat
berat, yaitu:
1. Sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) seharusnya memberikan
contoh yang baik bagi masyarakat terutama yang paling penting adalah
contoh buat anak buahnya, tapi sebagai Kepala Kepolisian Sektor
(Kapolsek) malah melakukan perbutan suap.
2. Suap yang diterimanya hingga mengakibatkan tersangka A dibebaskan,
padahal tersangka A ini terlibat kasus sabu, yang seharusnya tersangka A
ini mendapat hukuman yang sangat berat. Uang suap yang diterima dalam
jumlah yang sangat besar hingga mencapai 1 miliar

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Kesimpulan saya, Dengan adanya etika maka manusia akan lebih
dapat menghargai orang lain baik itu dalam lingkungan intern maupun ekstern.
Untuk kemajuan global seperti ini etika bukanlah hal sepele lagi karena etika
dapat menjadi salah satu penilaian citra baik buruk suatu perusahaan yang anda
gunakan untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan biasanya
menekankan pada karyawannya untuk menjaga sikap guna menjaga nama baik
perusahaan tersebut.
Etika sendiri biasanya terbentuk dari pola kebiasaaan hidup manusia itu
sendiri, akan tetapi lingkungan yang baik juga tidak dapat mendukung
sepenuhnyabagi seorang individu untuk berkelakuan baik, karena pada dasarnya
etika adalah kesadaran berperilaku sopan dari dalam diri sendiri.
Etika Kepolisian adalah norma atau sekumpulan peraturan yang ditetapkan
untuk membimbing tugas dan untuk dijadikan pedoman dalam mewujudkan
pelaksanaan tugas yang baik bagi penegak hukum, ketertiban umum dan
keamanan masyarakat.
Manfaat etika adalah memperkuat hati nurani yang baik dan benar,
sehingga mereka sungguh-sungguh merasakan bahwa hidupnya, pengabdiannya,
pelaksanaan tugasnya dan tingkah lakunya adalah berguna, bermanfaat bagi
masyarakat, karenanya dia dihargai, diterima, bahkan ditempatkan secara
terhormat didalam masyarakatnya. Sehingga dapat mengangkat martabat
kepolisian didalam masyarakat jika dilaksanakan dengan baik.
Pengembangan Etika Kepolisian dapat dilakukan, ditumbuhkan, dibangun
dan dipupuk agar dapat subur dan berkembang dengan baik adalalh dengan cara-
cara-cara:
1. Membangun masyarakat
2. Membentuk Polisi yang baik
3. Membentuk pimpinan polisi yang baik
Etika kepolisian yang benar, baik dan kokoh, akan merupakn sarana untuk:

14
1. Mewujudkan kepercayaan diri dan kebanggan sebagai seorang polisi,
yang kemudian dapat menjadi kebanggan bagi masyarakat.
2. Mencapai sukses penugasan
3. Membina kebersamaan, kemitraan sebagai dasar membentuk partisipasi
masyarakat
4. Mewujudkan polisi yang professional, efektif, efesien dan modern, yang
bersih dan berwibawa, dihargai dan dicintai masyarakat.

3.2 Saran
Menurut saran saya, Perilaku yang menyimpang yang terjadi pada diri
kepolisian harus segera diselidiki dan ditindak, sehingga akan mengurangi
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan Etika Kepolisian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kunarto,Drs, Etika Kepolisian.1997.PT.Cipta   Manunggal.Jakarta


Drs.H.PudiRahardi. M.H. Hukum Kepolisian, Profesiolisme dan Reformasi Polri.
Laksbang Mediatama, Surabaya. 2007
Dr.Sadjijono, SH, M, Hum. Memahami Hukum Kepolisian. Laksbang Presindo
Yokyakarta. 2010
Prof. Dr Mr. L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum.PT Pradnya Paramita
Jakarta 2008.
Undang- Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.

BIO DATA

16
Nama : SUWANDI
Npm : 120910017
Prodi : Manajemen Bisnis

17

Anda mungkin juga menyukai