Makalah Etika Profesi Polisi
Makalah Etika Profesi Polisi
PENDAHULUAN
1
hasil pembangunan, sedangkan kemampuan polisi nyaris tidak berkembang,
celaan, cemoohan, tudingan bahwa polisi tidak professional.
Memang Republik Indonesia ini sudah mendesak untuk memiliki polisi yang
professional, efektif, efisien, dan modern. Tetapi kita semua tahu, kendalanya
sangat banyak. Salah satu akar permasalah adalah adanya kecenderungan
melemahnya penghayatan dan pengamalan Etika Kepolisian. Etika sendiri
terbentuk dari endapan sejarah, budaya, kondisi social dan lingkungan dengan
segala aspek dan prospeknya. Internalisasi dan penerapan Etika Kepolisian yang
tidak mantap, merupakan factor penyebab kurang dalamnya pendalaman etika,
sehingga polisi ditingkat pelaksanaan sangat labil, mudah goyah dan terombang-
ambing dalam gelombang dan gegap gempitanya perubahan dalam pembangunan.
1.2
Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya
mengambil Keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan
kegiatan kusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan
prinsip-prinsip moral dasar.
Etika akan memberikan semacam batasan atau standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertian
yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
diwujudkan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada pada saat yang dibutukan akan
bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik.
Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
Control”(pengendalian diri), karna segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari
dan untuk kepentingan kelompok sosial (Profesi) itu sendiri. Oleh karna itu dapat
disimpulkan bahwa sebua profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat
untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya
Berikut ini merupakan pengertian etika profesi menurut para ahli:
1. Drs. O.P. SIMORANGKIR, etika atau etik sebagai pandangan manusia
dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori
tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan
buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku
manusia dalam hidupnya.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan
tentang pembahasan Etika, sebagai berikut:
4
1. Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika
dipelajari untuk ilmu pengetahuan yangmempelajari masalah perbuatan
atau tindakan manusia.
2. Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata
cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent
in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk”
suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Polisi sangat berperan terhadap terciptanya keamanan dan ketertiban di
dalam masyarakat dengan cara menberikan perlindungan hukum kepada
masyrakat. Keberadaan polisi akan selalu dibutuhkan oleh masyrakat selama
ketertiban dan kedisplinan hukum di dalam masyrakat selalu berada dalam
kemungkinan terancam. Polisi tidak akan dibutuhkan dalam kehidupan masyrakat
ketika anggota masyrakat sudah dapat mendisplinkan dan menertibkan dirinya
sendiri dengan sangat baik
Secara reduksional peranan polisi didalam kehidupan masyrakat
sesungguhnya menpunyai dua peran. Pertama, polisi adalah institusi yang
bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban atau orde masyarakat,
agar tercapai suasana kehidupan aman, tenteram, dan damai. Kedua, polisi adalah
institusi yang berperan dalam penegakan hukum dan norma yang hidup didalam
masyrakat
Pada pelaksanaan peran demikian, polisi adalah pihak yang dapat
memaksakan berlakunya hukum. Manakala hukum dilanggar, terutama oleh
perilaku menyimpang yang namanya kejahatan maka diperlukan peran polisi guna
memulihkan keadaaan ( Restitutio In Integrum ) dengan memaksa di pelanggar
hukum untuk menanggung akibatnya, namun demikian, walaupun polisi memiliki
kewenangan memaksa, dalam pelaksanaannya sang polisi harus patuh kode etik
profesi yang mengawal dan memantaunya (watch) ketika dia sedang menjalankan
profesinya tersebut, termasuk menjalankan kewenangan tindak kekerasan
5
2.2 Manfaat Kode Etik Kepolisian
Manfaat etika sebenarnya memperkuat hati nurani yang baik dan benar
dari diri pribadi, sehingga mereka sungguh-sungguh merasakan bahwa hidupnya,
pengabdiannya, pelaksanaan tugasnya dan tingkah lakunya adalah berguna,
bermanfaat bagi masyarakat, dan karenanya dia dihargai, diterima, bahkan
ditempatkan secara terhormat didalam masyarakatnya. Etika kepolisian dapat
mengangkat martabat kepolisian didalam masyarakat jika dilaksanakan dengan
baik.
Etika kepolisian saat ini memang belum mentradisi seperti etika lainnya,
walaupun usianya lebih tua. Hal itu disebabkan karena sejak awal etika kepolisian
itu terus berkembang dan berubah-ubah, sehingga isi dan bentuk profesi
kepolisian itu sendiri belum seragam, antara Negara yang satu dengan yang lain.
Sehingga dalam aplikasi, para pemikir dan pimpinan kepolisian sering melupakan
beberapa ciri atau karakter pelaku polisi atau sering disebut budaya polisi (Police
Cultura) yang dominant pengaruhnya terhadap kegagalan tindakannya.
Kecenderungan itu antara lain:
1. Orientasi tindakan sering mengutamakan pencapaian hasil optimal
(efektifitas), sehingga sering mengabaikan efisiensi.
2. Polisi diajar untuk selalu bersikap curiga, sehingga harus bertanya dengan
detail. Sedangkan sikap curiga ini mengandung makna waspada dengan
dasar pengertian etika.
3. Disatu pihak polisi dinilai tidak adil, tidak jujur, tidak professional, di
pihak lain banyak petunjuk bahwa polisi harus mendukung dan
menunjukkan solidaritas pada lingkungan.
4. Pragmatisme yang banyak mendatangkan keberhasilan, sering membuai
polisi dan lalu melalaikan akar pragmatisme itu sendiri.
6
1. Membangun masyarakat
Mewujudkan masyarakat yang mampu berbuat etis tidaklah mudah, karena
harus memperhitungkan segenap unsur pendukung eksistensinya yang berdimensi
sangat luas. Dengan mengasumsikan bahwa terdapat banyak dimensi prilaku
masyarakat yang baik dan mendukung etika kepolisian dengan baik, maka dari
banyak dimensi itu yang paling signifikan bagi pelaksanaan tugas polisi adalah
berupa dimensi hokum, kepatuhan mereka kepada hokum dan sikap menolak
gangguan keamanan atau pelanggaran hukum.
Dari hukum yang baik itulah, etika atau prilaku masyarakat yang terpuji
dapat terbentuk, yang pada gilirannya akan mengembangkan aplikasi etika
kepolisian.
2. Membentuk Polisi yang baik
Bibit-bibit atau calon polisi yang baik adalah dididik, dilatih,
diperlengkapi dengan baik dan kesejahteraan yang memadai. Calon yang baik
hanya dapat diperoleh dari masyarakat yang terdidik baik, persyaratan masuk
berstandar tinggi, pengujian yang jujur dan fair (penuh keterbukaan), dan bakat
yang memadai berdasarkan psikotes
7
akan mendorong mereka untuk berperilaku menyimpang dari Etika kepolisian
yang seharusnya mereka tegakkan.
Pemahaman yang setengah-tengah akan membuat mereka patuh hanya
kalau ada pengawasan saja. Hal itu dapat diartikan sebagi sikap yang serba goyah,
sikap yang tidak stabil, sikap yang tidak mantap bahkan pelecehan terhadap Etika
Kepolisian.
Etika Kepolisian yang diaplikasikan dengan baik dan benar akan
membantu polisi dalam pemecahan masalahnya sehari-hari. Polisi secara tepat
dapat menentukan apakah tindakan itu baik atau tidak baik dalam mengemban
tugas mereka. Apakah harus menerima uang imbalan atas hasil karyanya atau
harus menolaknya, secara tegas yang sudah disebut dalam sumpah jabatan. Sikap
professional dan keteladanan akan segera terlihat dan terasa pada saat dia
menentukan tindakannya.
Polisi adalah aparat penegak hukum. Tetapi dalam kenyataan yang terjadi
ada sebagian anggota itu bertindak sebaliknya dan tidak sesuai dengan etika
profesi kepolisian. Atau dalam arti kata ada sebagian polisi melakukan
pelanggaran terhadap kode etik profesi kepolisian. Pelanggaran ataupun perbuatan
pidana anggota kepolisian yang tidak sesuai dengan kode etik kepolisian ini
tentunya berakibat hukum. Permasalahan kedua dapat diberikan jawaban bahwa
penyelesaian pelanggaran kode etik profesi kepolisian yang mengakibatkan
terjadinya tindak pidana.
Ketentuan mengenai Kode Etik Profesi Polri sebagaimana diatur dalam
Peraturan Kapolri No. 7 tahun 2006 dan Peraturan Kapolri No.8 Tahun 2006,
merupakan kaidah moral dengan harapan tumbuhnya komitmen yang tinggi bagi
seluruh anggota Polri agar mentaati dan melaksanakan (mengamalkan) Kode Etik
Profesi Polri dalam segala kehidupan, yaitu dalam pelaksanaan tugas, dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan
negara.
Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia, disahkan di Jakarta pada tanggal 8 januari2002, diundangkan pada
tanggal 8 januari 2002 dalam Lembaran Negara No. 2 Tahun 2002, tambahan
Lembaran Negara No. 4168.
8
Menurut Undang-undang No 2 tahun 2002 tentang Kode Etika Profesi,
Pasal 13 ayat (1) menyatakan: “Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
dapat diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik
Indonesia karena melanggar sumpah/ janji anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sumpah/ janji jabatan, dan/atau Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia.” Selanjutnya dalam Pasal 1 Undang-undang No. 2 Tahun
2002 berbunyi: kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi
dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Berdasarkan Konsiderans Undang-undang No. 2 Tahun 2002
menyatakan :
a. Keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya
masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasakan pancasila
dan UUD 1945.
b. Bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya
penyelenggaraan fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan
dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian Negara
Republik Indonesia selaku alat Negara yang dibantu oleh masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
c. Bahwa telah terjadi perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan yang
menegaskan pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan
kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi
masing-masing.
d. Bahwa Undang-undang No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia sudah tidak memadai dan perlu diganti untuk
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan hukum serta
ketatanegaraan Republik Indonesia
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,b,c,
dan d perlu dibentuk Undang-undang tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.15
9
Mengingat bahwa :
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 30 Undang-undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945.
2. Ketetapan majelis Permusyaratan Rakyat No.VII/MPR/2002 tentang
pemisahan Tentara Nasional dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No.VII/MPR/2002 tentang
peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.
4. Undang-undang No. 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 43 Tahun 1999
( Lembaran Negara Tahun 1999 No. 169, Tambahan Lembaran Negara
No. 3890)
10
masyarakat. “Apapun inovasi dan improvisasina tapi outputnya harus mengacu
hal-hal tersebut," tegasnya. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kapolsek
Brusel Duta Samodra diduga telah melepaskan tersangka kasus narkotika yang
ditangani Kapolsek Cicendo. Tersangka A dibebaskan karena menyetorkan uang
Rp1 miliar. Brusel menerima suap bersama seorang anak buahnya. Kini kedua
polisi ini meringkuk di tahanan Polda Jabar.
Analisis :
Sebelum membahas mengenai pelanggaran kode etik polisi dan sanksi-
sanksinya, disini saya akan sedikit menjelaskan pengertian etika kepolisian, kode
etik kepolisian, pelanggaran, dan sanksi-sanksinya.
Etika Kepolisian adalah norma tentang perilaku polisi untuk dijadikan
pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan tugas yang baik bagi penegak hukum,
ketertiban umum dan keamanan masyarakat.
Pembinaan kemampuan profesi anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam mengemban tugas pokoknya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 7 tahun 2006 dilaksanakan melalui pembinaan etika profesi dan
pengembangan pengetahuan serta pengalaman penugasan secara berjenjang,
berlanjut dan terpadu.
Ruang lingkup pengaturan kode etik profesi polri mencakup :
1. Etika kepribadian
2. Etika kenegaraan
3. Etika kelembagaan
4. Etika dalam hubungan dengan masyarakat
Anggota polri yang melakukan pelanggaran kode etik dikenakan sanksi berupa :
1. Perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela
2. Kewajiban pelanggar untuk meminta maaf secara terbatas atau secara
langsung
3. Kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi
4. Pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi/fungsi
kepolisian
Dari pelanggaran di atas, untuk pelanggaran yang terakhir dibagi lagi.
Yaitu sanksi administratif, berupa rekomendasi untuk :
11
1. Di pindahkan tugas ke jabatan yang berbeda
2. Di pindahkan tugas ke wilayah yang berbeda
3. Pemberhentian dengan hormat
4. Pemberhentian dengan tidak hormat.
Kasus pelanggaran kode etik di atas adalah kasus yang dilakukan oleh
seorang polisi yang bernama Kompol Brusel Duta Samodra, Kepala Kepolisian
Sektor (Kapolsek) Cicendo Bandung Jawa Barat. Brusel Duta Samudra diduga
telah menerima suap dari tersangka kasus sabu berinisial A yang ditangkap oleh
petugas Bea dan Cukai di Bandara Husein Sastranegara Bandung. Padahal
seorang polisi terhadap profesinya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, penegak hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.
Disini apa yang dilakukan Kompol Brusel Duta Samudra telah melanggar 1. Pasal
10 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang kode etik proesi
kepolisian negara republik Indonesia No.Pol: 7 Tahun 2006 terutama ayat (1)
huruf c, d, dan e Dalam etika dalam hubungan masyarakat anggota polri wajib:
menghindarkan diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keadilan, dan kebenaran demi pelayanan dalam masyarakat. Perbuatan Kompol
Brusel Duta samudra yang menerima suap dari tersangka sehingga mengakibatkan
tersangka dibebaskan dari ancaman hukuman, ini merupakan perbuatan tercela
dan dengan jelas keadilan tidak ditegakkan padahal dia adalah seorang polisi yang
seharusnya sebagai pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak
hukum serta pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat serta menjadi panutan
yang baik bagi masyarakat dan harus menegakkan keadilan seadil-adilnya.
Pasal 10 Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia tentang kode
etik proesi kepolisian negara republik Indonesia No.Pol: 7 Tahun 2006 ayat (2) :
Anggota polri wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat
merusak kehormatan profesi dan organisasi dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keadilan, dan kebenaran demi pelayanan kepada masyarakat sebagaimana yang
dimaksud ayat (1) huruf c.
Pemeriksaan atas pelanggaran kode etik profesi dilakukan oleh komisi
kode etik polri. Perbuatan Kompol Brusel Duta samudra dapat dikenai sanksi
dimasukan ke rumah tahanan dengan waktu yang telah ditentuan dan
12
diberhentikan secara tidak hormat sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek)
Cicendo Bandung, Jawa Barat, melihat perbuatan kejahatan yang dilakukan sangat
berat, yaitu:
1. Sebagai Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) seharusnya memberikan
contoh yang baik bagi masyarakat terutama yang paling penting adalah
contoh buat anak buahnya, tapi sebagai Kepala Kepolisian Sektor
(Kapolsek) malah melakukan perbutan suap.
2. Suap yang diterimanya hingga mengakibatkan tersangka A dibebaskan,
padahal tersangka A ini terlibat kasus sabu, yang seharusnya tersangka A
ini mendapat hukuman yang sangat berat. Uang suap yang diterima dalam
jumlah yang sangat besar hingga mencapai 1 miliar
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Kesimpulan saya, Dengan adanya etika maka manusia akan lebih
dapat menghargai orang lain baik itu dalam lingkungan intern maupun ekstern.
Untuk kemajuan global seperti ini etika bukanlah hal sepele lagi karena etika
dapat menjadi salah satu penilaian citra baik buruk suatu perusahaan yang anda
gunakan untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan biasanya
menekankan pada karyawannya untuk menjaga sikap guna menjaga nama baik
perusahaan tersebut.
Etika sendiri biasanya terbentuk dari pola kebiasaaan hidup manusia itu
sendiri, akan tetapi lingkungan yang baik juga tidak dapat mendukung
sepenuhnyabagi seorang individu untuk berkelakuan baik, karena pada dasarnya
etika adalah kesadaran berperilaku sopan dari dalam diri sendiri.
Etika Kepolisian adalah norma atau sekumpulan peraturan yang ditetapkan
untuk membimbing tugas dan untuk dijadikan pedoman dalam mewujudkan
pelaksanaan tugas yang baik bagi penegak hukum, ketertiban umum dan
keamanan masyarakat.
Manfaat etika adalah memperkuat hati nurani yang baik dan benar,
sehingga mereka sungguh-sungguh merasakan bahwa hidupnya, pengabdiannya,
pelaksanaan tugasnya dan tingkah lakunya adalah berguna, bermanfaat bagi
masyarakat, karenanya dia dihargai, diterima, bahkan ditempatkan secara
terhormat didalam masyarakatnya. Sehingga dapat mengangkat martabat
kepolisian didalam masyarakat jika dilaksanakan dengan baik.
Pengembangan Etika Kepolisian dapat dilakukan, ditumbuhkan, dibangun
dan dipupuk agar dapat subur dan berkembang dengan baik adalalh dengan cara-
cara-cara:
1. Membangun masyarakat
2. Membentuk Polisi yang baik
3. Membentuk pimpinan polisi yang baik
Etika kepolisian yang benar, baik dan kokoh, akan merupakn sarana untuk:
14
1. Mewujudkan kepercayaan diri dan kebanggan sebagai seorang polisi,
yang kemudian dapat menjadi kebanggan bagi masyarakat.
2. Mencapai sukses penugasan
3. Membina kebersamaan, kemitraan sebagai dasar membentuk partisipasi
masyarakat
4. Mewujudkan polisi yang professional, efektif, efesien dan modern, yang
bersih dan berwibawa, dihargai dan dicintai masyarakat.
3.2 Saran
Menurut saran saya, Perilaku yang menyimpang yang terjadi pada diri
kepolisian harus segera diselidiki dan ditindak, sehingga akan mengurangi
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan Etika Kepolisian.
15
DAFTAR PUSTAKA
BIO DATA
16
Nama : SUWANDI
Npm : 120910017
Prodi : Manajemen Bisnis
17