Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

‫عصام ضمير‬

: ‫محاضر مساند‬
A.Mualif, S.Pd.I.,MA.

: ‫تم تنظيمه من‬

VISTA INDAH PURNAMA (230307075)

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI

TELUK KUANTAN

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Syukur
Alhamdulillah Penulis ucapkan dari lubuk hati Penulis kehadirat Allah yang telah
memberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat
serta salam Penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “Bahasa Arab” ini semoga dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Dan oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya masukan dari
para pembaca, baik berupa kritikan ataupun saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, supaya lebih baik untuk masa yang akan datang.
Dan terima kasih atas semua bantuan dari semua pihak yang terkait dalam
penyusunan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian kepada Allah kami bertaubat dan kepada manusia kami memohon
maaf atas kesalahan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini.
Wassalamu’alaikum wr.wb.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asmaul Khomsah................................................................. 2
2.2 Konjungsi (Athof)................................................................ 7
2.3 An – Na’tu ( ‫ ) َالَّنْع ُت‬Sifat....................................................... 9
2.4 Amil Nawasikh.................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................... 14
3.2 Saran.................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa arab merupakan bahasa yang terkandung dalam al qur’an, yang
mana al qur’an merupakan pedoman hidup atau way of life bagi umat islam di
seluruh dunia. Bukan hanya al qur’an, sama halnya dengan kitab-kitab hadits,
ushul fiqh, tasawuf dan ilmu pengetahuan tentang agama islam lainnya yang
sebagian besar juga tertulis dalam bahasa arab. Hal ini tentunya menjadi sebuah
alasan utama bahwa bahasa arab merupakan salah satu bahasa yang harus
dipelajari khususnya oleh umat islam. Di Indonesia sendiri bahasa arab di pelajari
bukan hanya di lingkungan pendidikan islam melainkan juga menjadi mata kuliah
di lembaga pendidikan umum.
Seperti halnya bahasa lain, bahasa arab juga memiliki sistematika dan
konsep terkait pembelajaran bahasa arab. Keterampilan umum dalam mempelajari
suatu bahasa merupakan suatu elemen penting yang mempengaruhi keberhasilan
dalam pembelajaran bahasa. Bukan hanya sekedar sekumpulan teori dalam
pembelajaran bahasa lebih memprioritaskan implementasi dan praktik. Maka dari
itu, untuk mencapai tujuan utama dari pembelajaran bahasa arab, perlu diterapkan
sistem dan konsep yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dan pembagian Asmaul Khamsah.
2. Pengertian dan pembagian konjungsi dalam bahasa arab.
3. Pengertian dan pembagian an na’tu (kata sifat)
4. Pengertian dan pembagian Amil Nawasikh

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asmaul Khomsah


2.1.1 Pengertian Asmaul Khomsah

‫ُك ُّل اْس ٍم ُم ْع َرٍب آِخ ُر ُه َح ْر ُف ِع َّلٍة ُتَناِس ُب َح ْر َك َة َم ا َقْبَلها‬


Isim lima adalah setiap isim mu’rab yang diakhiri huruf ilat yang
menyesuaikan dengan harakat sebelumnya. Yang dimaksud dengan huruf ilat
yang menyesuaikan harakat sebelumnya adalah wawu bila sebelumnya dhammah,
alif bila sebelumnya fathah, dan ya’ bila sebelumnya kasrah. Adapun kelima isim
tersebut adalah:
‫ ُذ ْو‬- ‫َاٌب –َاٌخ – َح ٌم – ُفْو‬
Kata ( ‫ )َاٌب‬artinya ayah, ( ‫ )َاٌخ‬artinya saudara, ( ‫ )َح ٌم‬artinya paman, ( ‫ )ُفْو‬artinya
mulut, dan ( ‫ )ُذ ْو‬artinya yang mempunyai.

Asma’ al-Khamsah artinya Isim Yang Lima. Yaitu satu kelompok isim
yang sama bentuknya dan perubahannya. Yaitu;
(Ayahmu)  ‫أَباَك‬ ‫أِبْيَك‬ ‫أُبْو َك‬
(Saudaramu)  ‫أَخ اَك‬ ‫أِخ ْيَك‬ ‫أُخ ْو َك‬
(Iparmu)  ‫َح َم اَك‬ ‫َحِم ْيَك‬ ‫َحُم ْو َك‬
(Mulutmu)  ‫َفاَك‬ ‫ِفْيَك‬ ‫ُفْو َك‬
(yang punya Harta)  ‫َذ ا َم ـــاٍل‬ ‫ِذ ى َم ــــاٍل‬ ‫ُذ ْو َم ـــاٍل‬

Keterangan:
1. Isim- isim diatas disebut Isim Yang Lima, yaitu satu kelompok isim yang
sama bentuknya dan perubahannya. (lihat contoh diatas).
2. Akhiran isim tersebut tidak mesti ‫( َك‬dhamir), boleh saja – ‫أُبْو َطاِلٍب – أُبْو َج ْهٍل‬
‫أُخ ْو َك – أُخ ْو ُهْم‬.
3. ‫ ُذ ْو َم ــاٍل‬tidak selamanya harus bersambung dengan ‫َم ــاٍل‬, boleh saja ‫ُذ ْو ِع ْلٍم – ُذ ْو‬
‫ُقَّوٍة – ُذ ْو ُلٍّب‬.
Syarat- syarat Isim yang Lima:

2
Terdapat tiga syarat untuk disebut Isim yang Lima:

1. Hendaklah dalam bentuk mufrad, dan apabila dalam bentuk jama’ tidak disebut
Isim yang Lima. Seperti:
‫أَباُء‬ jama’ dari ‫أٌب‬
‫إْخ َو ٌة‬ jama’ dari ‫أٌج‬

2. Hendaklah diidhofatkan (disandarkan) kepada kalimat lain. Seperti; ‫ أُخ ْو َك‬, ‫أُبْو َك‬.
Apabila tidak diidhofatkan, maka tidak disebut Isim yang Lima. Seperti: ‫ أٌخ‬, ‫أٌب‬.

3. Tidak diidhofatkan kepada ‫َياُء الُم َتَك ِّلِم‬. Seperti; ‫ أِبى أِخ ى‬dan seterusnya.

2.1.2 I’rab Asmaul Khomsah


Isim lima ketika marfu’ ditandai oleh huruf wawu. Contoh:
‫َاُبْو َك َطِبْيٌب‬

‫َهَذ ا َأُخ ْو َك‬

‫َج اَء َحُم ْو ِع ْر َفاِن‬

‫ُفْو َك ِنْم ُرَك‬

‫َع ِلى ُذ ْو ِع ْلٍم‬

Isim lima ketika manshub ditandai oleh huruf alif. Contoh:


‫ِإَّن َاَباَك َطِبْيٌب‬

‫َر َأْيُت َأَخ ا َع ِلي‬

‫ِإَّن َح َم ا ِع ْر َفاِن ُم َدِّر ٌس‬


‫ِإَّن َفاَك ِنْم ُرَك‬

3
‫َك اَن َع ِلى َذ ا ِع ْلٍم‬

Isim lima ketika majrur ditandai oleh huruf ya’. Contoh:


‫َهَذ ا اْلِكَتاُب َاِلِبْيَك‬

‫َهَذ ا اْلِكَتاُب ِلَأِخْي َع ِلي‬

‫َم َر ْر ُت ِبَح َم ْيَك‬

‫ِفْي ِفْيَك َطَع اٌم‬

‫اْلَفِض ْيَلُة ِلِذ ْي ِع ْلٍم‬

2.1.3 Keadaan Rofa’


Asmaul khomsah yang dikategorikan dalam keadaan rofa’ ini dapat
sahabat muslim kenali dengan adanya huruf wawu di dalamnya, Adapun contoh
asmaul khomsahnya adalah ‫ حموك‬،‫ أخوك‬،‫ أبوك‬, ‫ ذو ماٍل‬،‫ فوك‬dan contoh kalimat yang
mengandung asmaul khomsah dalam keadaan rofa’ adalah:
Contoh bentuk asma’ul khomsah dalam keadaan i'rab rofa':
1. ‫ َاٌب‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َأُبوَك‬ayahmu
2. ‫ َأٌخ‬ketika diidhofahkan menjadi: ‫ ~ َأُخ ْو َك‬saudaramu
3. ‫ َح ٌم‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َحُم وَك‬Ipar-mu
4. ‫ َفم‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ ُفْو َك‬mulutmu
5. ‫ ُذ ْو‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ ُذ ْو َم اٍل‬yang mempunyai harta

2.1.4 Keadaan Nashab


Asmaul khomsah yang dikategorikan dalam keadaan nashab ini dapat
sahabat muslim kenali dan bedakan dengan kategori lainnya dengan tanda adanya
huruf alif di dalamnya, Adapun contoh asmaul khomsahnya adalah ،‫ أخاك‬،‫أباك‬

4
‫ ذا مــاٍل‬،‫ فاك‬، ‫ حماك‬dan contoh kalimat yang mengandung asmaul khomsah dalam
keadaan nashab adalah:
1. ‫ َاٌب‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َأَباَك‬ayahmu
2. ‫ َأٌخ‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َأَخ اَك‬saudaramu
3. ‫ َح ٌم‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َح َم اَك‬Ipar-mu
4. ‫ َفم‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َفاَك‬mulutmu
5. ‫ ُذ ْو‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َذ ا َم اٍل‬yang mempunyai harta

2.1.5 Keadaan Jar


Asmaul khomsah yang dikategorikan dalam keadaan jar ini dapat sahabat
muslim kenali dan bedakan dengan kategori lainnya dengan tanda adanya huruf ya
di dalamnya, Adapun contoh asmaul khomsahnya adalah ‫ ذي‬،‫ فيك‬،‫حميك‬، ‫ أخيك‬،‫أبيك‬
‫ ماٍل‬dan contoh kalimat yang mengandung asmaul khomsah dalam keadaan nashab
adalah:
1. ‫ َاٌب‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َأِبْيَك‬ayahmu
2. ‫ َأٌخ‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َأِخ ْيَك‬saudaramu
3. ‫ َح ٌم‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ َحِم ْيَك‬Ipar-mu
4. ‫ َفم‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ ِفْيَك‬mulutmu
5. ‫ ُذ ْو‬ketika diidhofahkan menjadi : ‫ ~ ِذ ْي َم اٍل‬yang mempunyai harta

Contoh kalimat asmaul khomsah yang dibaca rofa':


‫َأُبْو َك َفاَل ٌح‬
Ayahmu adalah seorang petan
Kedudukan abuka sebagai mubtada, tanda i'rab rofa' dengan wau
‫ُمَحَّم ٌد أُخ ْو َك‬
Muhammad adalah saudaramu
Kedudukan akhuka sebagai khobar, tanda i'rab rofa' dengan wau
‫َر َج َع َحُم ْو َك ِباَأْلْم ِس‬
Iparmu telah pulang kemarin
kedudukan hamuka sebagai fa'il, tanda i'rab rofa' dengan wau
‫ُفْو َك ِنْم ُرَك‬

5
Mulutmu adalah harimaumu
kedudukan fuuka sebagai mubtada, tanda i'rab rofa' dengan wau
‫َخ اِلٌد ُذ ْو ِع ْلٍم‬
Kholid memiliki ilmu
Kedudukan dzuu sebagai khobar, tanda i'rab rofa' dengan wau

Contoh kalimat asmaul khomsah yang dibaca nashob:


‫إَّن َأَباَك َفاَل ٌح‬
Sesungguhnya ayahmu adalah petani
Posisi abaaka sebagai isim inna, tanda i'rab Nashab dengan Alif
‫ُز ْر ُت أَخ اَك‬
Aku telah mengunjungi saudaramu
Posisi akhooka sebagai maf'ul bih, tanda i'rab Nashab dengan Alif
‫إَّن َح َم اَك َر اِج ٌع ِباَأْلْم ِس‬
Sesungguhnya iparmu yang pulang kemarin
Posisi hamahka sebagai isim inna, tanda i'rab Nashab dengan Alif
‫إَّن َفاَك ِنْم ُرَك‬
Sesungguhnya bibirmu adalah harimaumu
Posisi faaka sebagai isim inna, tanda i'rab Nashab dengan Alif
‫َك اَن َخ اِلٌد َذ ا ِع ْلٍم‬
Adalah kholid yang memiliki ilmu
Posisi dza sebagai khobar kaana, tanda i'rab Nashab dengan Alif

Contoh kalimat asmaul khomsah yang dibaca jer:


‫الَّثْو ُب َألِبيَك‬
Baju ini untuk ayahmu
Posisi Abiika sebagai majrur, tanda i'rab Khofad dengan Ya
‫الَّثْو ُب ألِخ يَك‬
Baju ini milik saudaramu
Posisi akhika sebagai majrur, tanda i'rab Khofad dengan Ya
‫الَّثْو ُب لَحِم يَك‬

6
Baju ini untuk iparmu
Posisi hamiika sebagai majrur, tanda i'rab Khofad dengan Ya
‫ِفى ِفي إْمَر أٍة‬
Pada bibir wanita
Posisi fie imroatin sebagai majrur, tanda i'rab Khofad dengan Ya
‫الَّصاِلُح لِذ ي ِع ْلٍم‬
Kesuksesan untuk yang memiliki ilmu
Posisi Dzie sebagai majrur, tanda i'rab Khofad dengan Ya

2.2 Konjungsi (Athof)


Kata penghubung disebut juga konjungsi atau kata sambung, yang berarti
kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan
kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296).
Dalam pengertian lainnya, konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk
meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis, dan selalu
menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi (Harimurti, 2007:
102). Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain
dalam kontruksi hipotaksis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain dalam
konstruksi hipotaksis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam
konstruksi.
Konjungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun
yang tidak setataran. Keanekaragaman bahasa menyebabkan beberapa konjungsi
sulit dibedakan dari preposisi (Kridalaksana, 2007:102). Kata penghubung adalah
kata tugas yang menghubungkan antar klausa, antar kalimat, dan antar paragraf.
Kata penghubung antar klausa biasanya terletak di tengah-tengah kalimat,
sedangkan kata penghubung antar kalimat di awal kalimat (setelah tanda titik,
tanda seru, atau tanda tanya), dan kata penghubung antar paragraf letaknya di
awal paragraf. Dari beberapa definisi diatas dapat Berdasarkan pendapat tersebut
dapat dijabarkan bahwa pada dasarnya (konjungsi) berfungsi menghubungkan
kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan
kalimat. Kata penghubung atau konjungsi dalam bahasa arab disebut Athof.

7
Athof adalah jenis tawabi yang terletak setelah huruf athof, yang
merupakan penghubung antara isim yang satu dengan yang lainnya, atau fi’il yang
satu dengan yang lainnya. Sama halnya dengan kata penghubung dalam bahasa
Indonesia, selain menghubungkan kata dalam satu kalimat, athof juga
menghubungkan kata antar kalimat dan paragraf. Dengan hadirnya athof yang
menghubungkan satuan-satuan bahasa dapat menjadi sebuah gramatika yang
terpadu. Selain gramatika tersebut menjadi padu, akan timbul makna yang
bermacam- macam. Keanekaragaman hubungan makna tersebut mencerminkan
adanya keanekaragaman pesan dan permasalahn kehidupan manusia sebagai
pengguna bahasa.

2.2.1 Macam-Macam Konjungsi Arab


Keanekaragaman hubungan makna tersebut mencerminkan adanya
keanekaragaman pesan dan permasalahan kehidupan manusia sebagai pengguna
bahasa. Perlu disampaikan bahwa dalam penelitian ini ditemukan dua belas
hubungan makna athof dalam bahasa Arab, yaitu (1) makna penjumlahan, (2)
makna urutan langsung, (3) makna urutan tenggang waktu, (4) makna pemilihan,
(5) makna pembolehan, (6) makna keraguan, (7) makna pensamaran, (8) makna
perincian, (9) makna penuntasan, (10) makna penegasan, (11) makna koreksi, (12)
makna peniadaan, dan (13) makna penyamaan. Dalam bahasa arab Athof masuk
dalam kelompok Harf, dan dilambangkan dengan huruf athof. Huruf athof
mempunyai kegunaan dan makna yang berbeda-beda, antara lain :
1. Pertama ada kata ‫( َو‬wa) yaitu 'dan' yang digunakan untuk
menghubungkan dua klausa atau dua kalimat dengan kedudukan yang
sama
2. Berikutnya ada ‫( ُثَّم‬tsumma) yaitu 'kemudian' sebagai kata hubung
untuk menjelaskan urutan antar klausa, antar kalimat, dan antar
paragraf
3. Juga memiliki fungsi menjelaskan urutan, kamu juga bisa
menggunakan kata 'lalu' yang dalam bahasa Arab disebut dengan ‫َف‬
(fa)

8
4. Kata 'atau' dalam bahasa Arab disebut dengan ‫( َاْو‬aw) yang menjadi
kata hubung untuk memberikan beberapa pilihan
6. Jika ingin menghubungkan kalimat yang bertentangan, kita bisa
menggunakan ‫( َلِكْن‬lakin) yaitu 'melainkan' atau 'akan tetapi'
7. Kata 'kecuali' atau ‫( ِاَّال‬illa) tidak hanya berfungsi sebagai penghubung
namun juga bisa digunakan sebagai batasan terhadap suatu kejadian
8. Begitu pun dengan kata ‫( َغ ْيَر‬ghoiro) atau 'selain' yang juga bisa kita
gunakan sebagai batasan terhadap suatu kejadian
9. Untuk menjelaskan sebuah akibat, kita bisa menggunakan kata ‫َح َّتى‬
(hatta) yang berarti 'sehingga'
10. Terakhir ada kata hubung yang menjelaskan syarat, yaitu 'jika' yang
dalam bahasa arab disebut dengan ‫( ِاْن‬in)

2.3. An – Na’tu ( ‫ ) َالَّنْع ُت‬Sifat


2.3.1 Definisi Na’at

‫َالَّنْع ُت َو ُيَسَّم الِّص َفَة أْيضًا ُهَو ُيْذ َك ُر َبْع َد اْس ٍم ِلُيَبِّيَن َبْع َض َأْح َو اِلِه‬.
ANNA’TU dinamakan sifat, di dalam tata bahasa arab, ia harus bertempat
di belakang, system penempatannya hamper sama saja dengan tata bahasa
Indonesia. Setiap akhiran kata nama yang menempati tempat sifat, baris harus
disamakan dengan baris akhiran kata nama sebelumnya, karena ia menerangkan
sebagian dari kelakuannya seperti :
‫ “ َنَج َح الِّتْلِم ْيُذ َاْلُم ْج َتِهُد‬murid yang bersungguh sungguh telah lulus”
Dengan demikian jelas bahwa :
Yang disebut na’at, sebagaimana contoh di atas adalah ; sifat yang
mengikuti isi sebelumnya, dari segala keadaan barisnya, baik isim sebelumnya
berbaris depan, atas, dan bawah, maka ia pun mengikuti baris isim yang di
belakangnya, begitu pula jika isim sebelumnya terdiri isim mufrad (tunggal),
maka iapun harus demikian halnya, arti tidak boleh berlawan sama sekali, dan jika
boleh berlawan, ia tidak dinamakan na’at, artinya ia harus keluar dari
golongannya.

9
Contoh :
‫ “ َج اَء الَّرُجُل َاْلُم ْج َتِهُد‬laki – laki yang bersungguh- sungguh telah datang”
Perhatikan ! contoh tersebut pada ‫ َاْلُم ْج َتِه ُد‬kemudian yang terletak di
belakangnya dinamakan dengan man’ut, tata tertib hukumnya dalam kalimatnya
harus berdasarkan pada isim sebelumnya misalnya : jika na’at atau sifat, terdiri
dari kata muzakar ( kata, tunggal untk laki – laki) maka mausufnya juga harus
demikian sama.

2.3.2 Syarat – syarat Na’at


Adapun syarat – syarat Na’at ada dua bagian :
1. Na’at

‫َاْن َالَيُك ْو َن ِاَّال تاِبعًا َلَم ا َقْبَلُه ِفى َجِم ْيِع األْح َو اِل‬
Yaitu isim tidak lain yang hanya mengikuti sebelumnya dalam semua keadaan
Contoh :
‫ “ َج اَء َزْيٌد َج اَء الَّرُجُل َاْلُم ْج َتِهُد‬laki – laki yang bersungguh- sungguh telah
datang”

Lafazh ‫ َاْلُم ْج َتِه د‬merupakan na’at mudzakar (laki –laki ) yang mengikuti isim
sebelumnya

2. Man’ut
‫َاْن َيُك ْو َن اْسمًا ظاِهرًا َاَبدًا‬
Yaitu isim yang selamanya menggunakan isim dhohir
Contoh:
‫ “ َج اَء َزْيٌد َج اَء الَّرُجُل َاْلُم ْج َتِهُد‬laki – laki yang bersungguh- sungguh telah datang”
Lafazh ‫ الَّرُجُل‬merupakan isim dhohir dan kedudukan sebagai man’ut ( yang
diikuti )

2.3.3 Pembagian Na’at

10
Na’at terbagi dua yaitu :

1. Na’at Haqigi ( ‫َحِقيقى‬ ‫) َنْع ٌت‬


Na’at Haqiqi yaitu isim yang mengikuti mausufnya dan I’robnya dan
menyempurnakan mausufnya karena sudah dijelaskan mausufnya dengan dhomir
yang disimpan pada sifat contoh :

‫ = َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل كِر ْيٍم‬saya berjalan dengan laki – laki yang mulia

2. Na’at Sababi ‫َسَبِبى‬ ‫) ) َنْع ُت‬


Na’at Sababi yaitu isim yang mengikuti mausufnya dan I’robnya dan
menyempurnakan mausufnya karena sudah dijelaskan mausufnya dengan dhomir
yang mengikat pada Fa’il dhohir yaitu sifat yang mana dhomirnya kembali kepada
mausufnya.
contoh :

‫ = َم َر ْر ُت ِبَر ُج ٍل كِر ْيٍم َاُبوُه‬saya berjalan dengan laki – laki yang mulia yaitu
bapaknya

2.4 Amil Nawasikh


2.4.1 Pengertian Amil Nawasikh
Amil nawasikh adalah kata yang masuk kepada mubtada dan khobar yang
kemudian merubah atau merusak i'robnya mubtada dan khobar tersebut. Sifat atau
pengaruh dari amil nawasikh ada yaitu ada yang menashobkan mubtada dan
merofakan khobar, ada pula yang merofakan mubtada dan menashabkan khobar.
Jadi amil nawasih ialah sesuatu yang dapat mempengaruhi atau merusak
i'rob dari suatu kalimat. Seperti contoh mubtada' hukumnya rofa' tetapi bila
mubtada kemasukan amil nawasikh maka hukumnya tidak lagi rofa' dan

kedudukannya tidak lagi menjadi mubtada. Amil nawaşikh ada tiga yaitu ‫ان‬
‫ واخوتها طن وأخواتهــا‬dan ‫ كان وأخواتهــا‬, adapun dan pengamalannya ialah
sebagai berikut:
2.4.2 Macam Macam Dan Contoh Amil Nawasikh

11
1. Inna Wa Akhowatuha ‫ان واخوتها‬
Inna wa akhowatuha pengamalannya yaitu menashobkan mubtada menjadi
isimnya inna dan merofakan khobar menjadi khobarnya inna.
Kalimat yang tandanya menjadi mubtada karena terpengaruh oleh inna Inna Wa
Akhowatuha Yaitu : ‫ َك ان‬- ‫ لِكَّن‬- ‫ لعلى‬-‫ َلْيت‬- ‫ َأَّن‬-‫ِإن‬
Contoh Inna Wa Akhowatuha
 Kalimat awal‫هللا غفور رحيم‬
(Allah maha pengampun lagi maha penyayang)
Lafad ‫ هللا‬dibaca rofa' karena berkedudukan menjadi mubtada. Tanda rofa nya
dhommah karena isim mufrod. Sedangkan lafad ‫ غفور‬dibaca rofa karena menjadi
khobarnya mubtada.
 Kalimat Setelah Kemasukan Inna
(sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang) Lafad ‫ هللا‬dibaca
nashob karena menjadii simnya inna, sedangkan lafadz ‫ غفور‬dibaca rofa karena
menjadi khobarnya inna.
2. Kaana Wa Akhwa Tuhaa ‫كان واخوتها‬
Kanaa Wa Akhowatuha pengamalannya yaitu merofa`kan mubtadamenjadi
isimnya kaana dan menashobkan khobar menjadi khobarnya kaana.
Kaana Wa Akhowatuha Yaitu
.‫ برح‬,‫ زال‬,‫ ليس‬,‫ صار‬,‫ امسى‬,‫ اضبح‬,‫ بات‬,‫ ظل‬,‫كان‬
Saudaranya kaana yang lain yaitu:
.‫ دام‬,‫ انفك‬,‫فتى‬
Contoh kaana Wa Akhowatuha ( 3(‫كان وأخواتها‬
 Kalimat awal
‫محمد رسل هللا‬
Lafad ‫ محمد‬dibaca rofa karena berkedudukan menjadi mubtada, tanda rofa nya
dengan dhommah karena isim mufrod, dengan tanwin karena tidak ada al. Adapun
lafad ‫ رسل‬dibaca rofa' karena menjadi khobarnyamubtada.
 Kalimat Setelah Kemasukan Kaana
‫كان محمد َر ُسْو َل هللا‬

12
Lafadz ‫ محمد‬dibaca rofa` karena menjadi isimnya kaana, tanda rofa 'nya dengan
dhommah karena isim mufrod. Isimnya kaana dan saudara-saudaranya dibaca
rofa. Adapun lafadz ‫ ْو َل‬GG ‫ َر ُس‬dibaca nashob karena menjadi khobarnya kaana,
tanda nashobnya dengan fathah karena isim mufrod, tanpa al ‫ )) ال‬dan tanwin
karena menjadi mudhof. Lafadz ‫ هللا‬dibaca jer karena menjadi mudhof ilaih.
3. Dzonna Wa Akh Watuhaa ‫ظن واخوتها‬
Dzonna waakhowa tuhaa pengamalannya ialah menashobkan mubtada` dan
khobarnya mubtada yang kemudian menjadi maf`ulnya. Dzonna Wa Akhowatuha
yaitu :
Contoh Dzonna Wa Akhowatuha
 Kalimat awal
‫عمران َفا ِئٌم‬
Lafadz ‫ ران عم‬dibaca rofa' karena menjadi mubtada, tanda rofa'nya dengan
dhommah karena isim mufrod. Sedangkan lafadz ‫ قائم‬dibaca rofa karena menjadi
khobarnya mubtada.
 Setelah Kemasukan Dzonna
(saya menyangka imron berdiri) ‫ظننت عمران قائًم ا‬
Lafad ‫ران‬jjj‫ عم‬dibaca Sedangkan lafadz ‫ قائًم ا‬dibaca nashob karena menjadi
khobarnya dzonna

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Isim lima adalah setiap isim mu’rab yang diakhiri huruf ilat yang
menyesuaikan dengan harakat sebelumnya. Yang dimaksud dengan huruf
ilat yang menyesuaikan harakat sebelumnya adalah wawu bila sebelumnya
dhammah, alif bila sebelumnya fathah, dan ya’ bila sebelumnya kasrah.
b. Kata penghubung atau konjungsi dalam bahasa arab disebut Athof. Athof
adalah jenis tawabi yang terletak setelah huruf athof, yang merupakan
penghubung antara isim yang satu dengan yang lainnya, atau fi’il yang
satu dengan yang lainnya.
c. Anna’tu dinamakan sifat, di dalam tata bahasa arab, ia harus bertempat di
belakang, system penempatannya hamper sama saja dengan tata bahasa
Indonesia. Setiap akhiran kata nama yang menempati tempat sifat, baris
harus disamakan dengan baris akhiran kata nama sebelumnya, karena ia
menerangkan sebagian dari kelakuannya.
d. Amil nawasikh adalah kata yang masuk kepada mubtada dan khobar yang
kemudian merubah atau merusak i'robnya mubtada dan khobar tersebut.
Sifat atau pengaruh dari amil nawasikh ada yaitu ada yang menashobkan
mubtada dan merofakan khobar, ada pula yang merofakan mubtada dan
menashabkan khobar.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, tentunya makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan
penulis untuk memperbaiki makalah ini. Penulis juga minta maaf apabila ada
penulisan atau ulasan yang salah atau kurang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. 1995.Ilmu nahwu terjemahan matan Al-Ajurumiyyah


dan‘Imrithy.Bandung:sinar baru algensindo.
Romadloni, Nadhifah. 2016. Peningkatan Pemahaman Al-Mufradat Pelajaran
Bahasa Arab Melalui Strategi Pair Check. Digilib UIN Sunan Ampel
Surabaya [Internet]. [diunduh 2020 Oktober 3]; 330 (7500):119-112.
Tersedia pada http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/7104.
Taufiq, Taufiq. 2016. Pembelajaran Bahasa Arab MI. Digilib UIN Sunan Ampel
Surabaya [Internet]. [diunduh 2020 Oktober 3]; 330 (7500):119-112.
Tersedia pada http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/14712.

15

Anda mungkin juga menyukai