(Doornkamp, 1986). Morfotektonik dipengaruhi oleh kondisi morfologi dan proses tektonik yang
terjadi pada masa lalu, karena morfologi memiliki dimensi ruang dan tektonik mempunyai
dimensi waktu. Bentukan lahan tektonik akan mengekspresikan bentukan topografi yang dapat
dijadikan indikator telah terjadi pergerakan tektonik. Bentuk topografi yang telah mengalami
perpindahan dapat terlihat dan teramati melalui foto udara dan citra yang memberikan
kenampakan morfotektonik berupa pola aliran sungai, perpindahan perbukitan, pembelokan
sungai, kelurusan, gawir sesar, dan kenampakan teras sungai. Sedangkan bentuk topografi yang
mengalami pergerakan pada umur yang lebih tua akan sulit diamati oleh foto udara karena telah
tertutup oleh sedimentasi dan tererosi.
Parameter yang menjadi karakteristik morfotektonik dan nantinya dapat digunakan untuk
menginterpretasi keaktifan tekntonik pada masa lampau adalah:
Keterangan:
2. Kerapatan Pengaliran
Kerapatan aliran sungai menggambarkan kapasitas penyimpanan air permukaan dalam
cekungan-cekungan seperti danau, rawa dan badan sungai yang mengalir di suatu DAS.
Keterangan :
Dd = indeks kerapatan sungai (km/km2)
L = jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya (Km)
A = Luas DAS (km2)
2. Klasifikasi Kerapatan Pengaliran Sungai Menurut Soewarno, 1991
Keterangan :
Rb = Indeks tingkat percabangan sungai
Nu = jumlah alur sungai untuk orde ke u
Nu + 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1
Dalam Schumm (1956), indeks tingkat percabangan sungai (Rb) dapat dinyatakan dengan
keadaan sebagai berikut :
a. Rb < 3: Alur sungai tersebut akan mempunyai kenaikan muka air banjir dengan
cepat, sedangkan penurunannya berjalan lambat.
b. Rb 3 – 5: Alur sungai tesebut mempunyai kenaikan dan penurunan muka air
banjir yang tidak terlalu atau tidak terlalu lambat.
c. Rb > 5: Alur sungai tersebut mempunyai kenaikan muka air banjir dengan cepat,
demikian pula penurunannya akan berjalan dengan cepat.
Strahler (1964; dalam Mulyo, 2003 & Verstappen, 1983) menyatakan bahwa suatu DAS
yang memiliki rasio cabang sungai atau bifurcation ratio (Rb) kurang dari 3 atau lebih
dari 5 diindikasikan telah mengalami deformasi akibat pengaruh tektonik.
Daftar Pustaka
Doornkamp, J. C. 1986. Geomorphological approaches to the study of
neotectonics. Journal of Geological Society, Vol. 143: 335-342.
Mulyo, Agung. 2003. Kontrol Geomorfologi Terhadap Pola Hidrologi di DAS
Cikapundung Hulu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bulletin of Scientific
Contribution, Vol. 1, No. 1: 33-40.
Rafighian, Akhmad. Haryanto, Iyan. Sukiyah, Emi. Sunardi, Edy, 2014, Analisis
Morfotektonik Daerah Garut Selatan dan Sekitarnya Berdasarkan Metode
Geomorfologi Kuantitatif, Sumedang, Seminar Nasional Ke – III Fakultas Teknik
Geologi Universitas Padjadjaran
Soewarno. 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometri).Bandung: Nova
Verstappen, H. Th. 1983. Applied Geomorphology: Geomorphological Surveys
for Environmental Development. Elsevier Science Publishing Company Inc, New
York. 437 p.