Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“IMOBILISASI”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata Kuliah Keperawatan Dasar

Disusun oleh:

Irgina Raffsya Putri Ibrahim NIM 751440119010


Nurul Iman N. Arsyad NIM 751440119019
Rika Ayu Mayarianti NIM 751440119022

Kelas : IA Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN GORONTALO

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Imobilitas ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Lisdiyanti Usman. S.ST, M.Kes selaku dosen pada mata kuliah
Keperawatan Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Imobilitas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lisdiyanti Usman. S.ST,


M.Kes, selaku dosen mata kuliah Keperawatan Dasar yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, 24 Januari 2020

Kelompok II

Page | i
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2

Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian Imobilisasi........................................................................................3
2.2 Beberapa alasan dilakukan Imobilisasi..............................................................3
2.3 Dampak Imobilisasi...........................................................................................3
2.4 Tingkat Imobilisasi............................................................................................5
2.5 Manifestasi klinis...............................................................................................6
2.6 Bahaya Imobilisasi Pada Klien Lansia Yang Dirawat Di rumah Sakit..............7

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan........................................................................................................9
3.2 Saran...................................................................................................................9

Daftar Pustaka

Page | ii
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Masyarakat sering kali mendefinisikan kesehatan dan kebugaran fisik


mereka berdasarkan aktivitas mereka karena kesejahteraan mental dan efektivitas
fungsi tubuh sangat bergantung pada status mobilitas mereka. Misalnya, saat
seseorang berdiri tegak, paru lebih muda untuk mengembang, aktivitas usus
(peristaltik) menjadi lebih efektif, dan ginjal mampu mengosongkan kemih secara
komplet. Selain itu, pergerakan sangat penting agar tulang dan otot befungsi
sebagaimana mestinya.

Kemampuan untuk bergerak juga mempengaruhi harga diri dan citra tubuh.
Bagi sebagian besar orang, harga diri bergantung pada rasa kemandirian atau
perasaan berguna atau merasa dibutuhkan. Orang yang mengalami gangguan
mobilitas dapat merasa tidak berdaya dan membebani orang lain. Citra tubuh
dapat terganggu akibat paralisis, amputasi, atau kerusakan motorik lain. Reaksi
orang lain terhadap gangguan mobilitas dapat juga mengubah atau mengganggu
harga diri dan citra tubuh secara bermakna. Ambulais adalah salah satu cara untuk
mencegah terjadinya gangguan mobilitas karena dengan ambulasi dapat
memperbaiki sirkulasi, mencegah flebotrombosis (thrombosis vena
profunda/DVT), mengurangi komplikasi immobilisasi pasca operasi,
mempercepat pemulihan peristaltic usus, mempercepat pasien pasca operasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Imobilisasi?


2. Apa saja dampak Imobilisasi?
3. Apakah Imobilisasi berbahaya bagi lansia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu Imobilisasi


2. Mengetahui dampak Imobilisasi
3. Mengetahui bahaya Imobilisasi bagi lansia

Page | 1
Bab II
Pembahasan

2.1 Pengertian Imobilisasi

Imobilisasi adalah ketidakmampuan klien bergerak bebas yang disebabkan


kondisi tertentu atau dibatasi secara terapeutik (Potter dan Perry 2006).
Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu tidak saja
kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan
aktivitas dari kebiasaan normalnya.

2.2 Beberapa alasan dilakukan Imobilisasi

1. Pengobatan atau terapi, seperti pada klien setelah menjalani pembedahan atau
mengalami cedera pada kaki atau tangan. Tirah baring merupakan merupakan
suatu intervensi dimana klien dibatasi untuk tetap berada di tempat tidur untuk
tujuan terapi antara lain untuk memenuhi kebutuhan oksigen, mengurahi nyeri,
mengembalikan kekuatan dan cukup beristirahat,

2. Mengurangi nyeri pasca operasi, dan

3. Ketedakmampuan premir seperti paralisis,

4. Klien yang mengalami kemunduran pada rentang imobilisi parsial – mutlak.

2.3 Dampak Imobilisasi

Dampak imobilisasi pada klien secara fisik adalah (1) pada fisik seperti
kerusakan integumen/integritas kulit, system kardiovaskuler, sistem eliminasi,
musculoskeletal, system pencernaan, dan respirasi (2) psikologis seperti depresi
dan istirahat tidur, dan (3) tumbuh kembang.

Untuk mencengah dampak buruk dari immobilisasi, maka perlu dilakukan


latihan rentang gerak (range of motion -ROM) secara aktif maupun pasif dan
ambulasi (kegiatan berjalan) (Kozier dkk. 1995).

1. Sistem Integumen

a. Turgor kulit menurun: Kulit mengalami atropi akibat imobilisasi dan


perpindahan cairan antar-komportemen pada area yang mengantung, hal
ini dapat mengganggu keutuhan dan kesehatan dermis dan jaringan
subkutan.
b. Kerusakan kulit: Kondisi imobilisasi mengganggu sirkulasi dan suplai
nutrisi pada area tertentu, hal ini berakibat iskemia dan nekrosis jaringan
superfisial yang dapat menimbulkan ulkus dekubitus.

Page | 2
2. Sistem Kardiovaskuler

a. Hipotensi ortostatik: Hipotensi ortostatik terjadi karena sistem saraf otonom


tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah ke tubuh saat klien bangun
dari posisi berbaring yang lama. Darah berkumpul di eksteremitas, dan
tekanan darah menurun drastis dan perfusi di otak mengalami gangguan,
akibatnyan klien dapat mengalami pusing, berkunang-kunang, bahkan
pingsan.

b. Pembentukan trambus: Trombus atau massa padat darah di jantung atau


pembuluh darah biasa disebabkan oleh, gangguan aliran balik vena menuju
jantung, hiperkoagulabilitas darah, dan cedera dinding pembuluh darah .
Jika trombus lepas dari dinding pembuluh darah dan masuk ke siskulasi
disebut embolus.

c. Edema dependen: Edema dependen biasa terjadi pada area yang


menggantung seperti kaki dan tungkai bawah, edema akan menghambat
aliran balik vena menuju jantung yang akan meninbulkan lebih banyak
edema.

3. Sistem Eleminasi

a. Stasis urine: Stasis urine adalah terhentinya atau terhambatnya aliran


urine. Klien berbaring lama pengosongan ginjal dan kandung urine
terlambat, akibat dari gravitasi yang memainkan peran dalam proses
pengosongan urine.
b. Batu ginjal: Imobilisasi bisa terjadi ketidakseimbangan antara kalsium dan
asam sitrat yang menyebabkan kelebihan kalsium, akibatnya urine menjadi
lebih basa, dan garam kalsium mempresipitasi terbentuknya batu ginjal.
c. Retensi urine: Penurunan tonus otot kandung kemih menghambat
kemampuan mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
d. Infeksi perkemihan: Urine yang statis dan juga sifat urine yang basa akibat
hiperkalsiuria merupakan media baik pertumbuhan bakteri. Organisme
penyebab infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli.

4. Sistem Muskuloskeletal

a. Osteoporosis: Tanpa aktivitas yang memberi beban pada tulang akan


mengalami demineralisasi (osteoporosis), hal ini menyebabkan tulang
kehilangan kekuatan dan kepadatan sehingga tulang menjadi keropos dan
mudah patah.
b. Atrofi otot: Otot yang tidak digunakan dalam waktu lama akan kehilangan
sebagian besar kekuatan dan fungsi normalnya.

Page | 3
c. Kontraktur dan nyeri sendi: Kondisi imobilisasi jaringan kolagen pada
sendi mengalami ankilosa dan tulang terjadi demineralisasi yang
menyebabkan akumulasi kalsium pada sendi yang berakibat kekakuan dan
nyeri pada sendi.

5. Sistem Pencernaan

Konstipasi: Imobilisasi mempengaruhi pencernaan yaitu konstipasi akibat


penurunan peristaltik dan mobilitas usus. Jika konstipasi berlanjut dan feses
sangat keras, maka perlu upaya kuat untuk mengeluarkannya.

6. Respirasi

a. Penurunan gerakan pernafasan: Kondisi ini disebabkan oleh pembatasan


gerak,hilangnya kordinasi otot .
b. Penumpukan sekret: Normalnya sekret pada saluran pernafasan
dikeluarkan dengan perubahan posisi, postur tubuh dan batuk. Pada klien
imobilisasi sekret terkumpul pada jalan nafas akibat gravitasi sehingga
mengganggu proses difusi oksigen dan karbon dioksida di alveoli, serta
pengeluarkan sekret dengan batuk terhambat karena melemahnya tonus
otot pernafasan
c. Atelektasis: Imobilisasi terjadi perubahan aliran darah regional dan
menurunkan produksi surfaktan, ditambah sumbatan sekret pada jalan
nafas, dapat mengakibatkan atelektasis.

2.4 Tingkat Imobilisasi

1. Imobilisasi komplet: Imobilisasi dilakukan pada individi yang mengalami


gangguan tingkat kesadaran.
2. Imobilisasi parsial: Imobilisasi dilakukan pada klien yang mengalami
fraktur.
3. Imobilisasi karena pengobatan: Imobilisasi pada penderita gangguang
pernafasan atau jantung, Pada klien tirang baring (bedrest) total, klien
tidak boleh bergerak dari tempat tidur, berjalan, dan duduk dikursi.
Keuntungan dari tirah baring antara lain mengurangi kebutuhan oksigen
sel-sel tubuh, menyalurkan sumber energi untuk proses penyembuhan, dan
mengurangi respons nyeri.

Jika saudara sudah mengetahui proses mekanik tubuh dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta dampak yang terjadi, maka saudara pasti tidak kesulitan
untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan aktivitas
dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) pengkajian, (2) merumuskan diagnosa, (3)

Page | 4
menyusun rencana, (4) melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
(akan dipelajari pada Modul 12), menyusun kriteria evaluasi.

2.5 Manifestasi klinis

1) Perubahan Metabolisme
Imobilisasi mengganggu fungsi metabolisme normal, seperti: menurunkan
laju metabolisme, mengganggu metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
menyebabkan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan kalsium dan
menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti nafsu makan peristaltic berkurang.
Perubahan metabolisme lainnya yang berhubungan dengan imobilisasi
adalah resorpsi kalsium dari tulang. Imobilisasi menyebabkan pelepasan kalsium
ke dalam sirkulasi. Secara normal, ginjal mengekskresikan kelebihan kalsium.
Namun, jika ginjal tidak mampu berespons dengan tepat, maka terjadilah
hiperkalasemia.

2) Perubahan Pernapasan
Latihan aerobic yang teratur dapat meningkatkan fungsi paru. Kurangnya
pergerakan dan latihan akan menyebabakan klien memiliki risiko tinggi
komplikasi pernapasan. Klien yang imobilisasi memiliki risiko berkembangnya
komplikasi pulmonari. Komplikasi pernapasan yang paling umum adalah
atelectasis dan pneumonia hipostatik.

3) Perubahan Kardiovaskuler
Imobilisasi juga mempengaruhi sistem kardiovaskuler. Tiga perubahan
utama adalah hipotensi ortostatik, meningkatkannya beban karja jantung, dan
pembentukan trombus.
Pada klien yang imobilisasi, menurunnya volume cairan yang bersirkulasi,
berkumpulnya darah pada ekstremitas bawah, dan menurunnya respon otonomik
akan terjadi. Faktor ini akan menurunkan aliran balik vena, disertai meningkatnya
curah jantung, yang di refleksikan dengan menurunnya tekanan darah. Hal ini
terutama terjadi pada klien lansia.
Karena imobilisasi meningkat, curah jantung menurun, dan efisisensi
jantung selanjutnya akan menurun hingga beban kerja jantung meningkat. Klien
yang imobilisasi memliki resiko pembentukan trombus. Trombus adalah
akumulasai platelet, fibrin, factor pembekuan, dan elemen seluler darah yang
melekat pada dinding interior vena dan arteri yang terkadang menghambat lumen
pembuluh darah.

4) Efek Pada Otot

Page | 5
Efek pada otot karena pemecah protein, klien kehilangan massa tubuh yang
berlemak. Massa otot berkurang tidak stabil untuk mempertahankan aktifitas
tanpa meningkatkan kelemahan. Jika imobilisasi terus terjadi dan lien tidak
melakukan latihan, kehilangan massa otot akan terus terjadi. Kelamahan otot juga
terjadi karena imobilisasi, dan imobilisasi lama sering menyebabkan atrofi
angguran.
Trifi anggguran (disuse atrophy) adalah respon yang dapat diobservasi
terhadap penyakit, menurunnya aktivitas kehidupan sehari hari, dan imobilisasi .
kehilangan daya tahan menurunya massa dan kekuatan otot dan instabilitas sendi
(lihat efek pada rangka) menyebabkan klien beresiko mengalami cedera.

5) Efek Pada Rangka


Imobilisasai menyebabkan dua perubahan rangka, yaitu gangguan
metabolisme kalsium dan abnormalitas sendi. Karena imobilisasi menyebabkan
resorpsi tulang, jaringan tulang menjadi kurang padat atau atrofi, dan terjadi
osteoporosis angguran (disuse osteoporosis). Ketika osteoporosis angguran
terjadi, klien beresiko mengalami fraktur patologi.

Imobilisasi dapat menyebabkan kontraktur sendi. Kontraktur sendi adalah


keadaan abnormal dan mungkin permanen yang dikarakteristikkan dengan fiksasi
pada sendi.

6) Perubahan Eliminasi Urine


Imobilisasi dapat mengubah eliminasi urine. Pada posisi tegak, klien
mengeluarkan urine dari pelvis renal dan menuju ureter dan kandung kemih
karena gaya gravitasi. Saat klien dalam posisi berbaring terlentang dan datar,
ginjal dan ureter bergerak maju ke sisi lebih datar.

7) Efek Fisiologis
Imobilisai yang menyebabkan respons emosional dan prilaku, perubahan
sensoris, dan perubahan koping. Perubahan prilaku yang umum meliputi
permusushan, perasaan pusing, takut dan ansiates.

Imobilisasi jangka panjang atau tirah baring juga sring memepengaruhi


koping dan meneybabakan perubahan rutinitas atau lingkungan. Klien imbilisasi
sering mengalami depresi karena perubahan peran dan konsep diri.

2.6 Bahaya Imobilisasi Pada Klien Lansia Yang Dirawat Di rumah Sakit

Bagi lansia, masuk kerumah sakit dapat menyebabakan menurunnya fungsi


tanpa memperdulikan jenis terapi yang dilakukan. Beberapa lansia memiliki
masalah yang berhubungan dengan dengan mobilisasi dan dengan cepat
berkembang menjadi keadaan bergantung. Intervensi yang cepat dari tim

Page | 6
kesehatan interdisiplin diperlukan untuk memepertahankan mobilisasi dan
kapasitas fungsional.

Penuaan biasanya di hubungkan dengan menurunnya kekuatan otot dan


kapasitas aerobic. Meletakkan klien di tempat tidur tanpa ambulasi yang cukup
akan menyebabkan kehilangan mobilisasi dan menurunnya fungsi. Imobilisasi
menyebabkan kelemahan kecemasan, dan meningkatnya risiko jatuh. Imobilisasi
menyebabkan napas yang dangkal, yang sering menghasilkan pneumonia, serta
tidak dekuatnya pergantian posisi, akan menyebabkan kerusakan kulit dan ulkus
tekan.

Pengkajian nutrisi perlu disertakan dalam rencana asuhan keperawatan bagi


lansia yang mengalami imobilisasi. Ospitalisasi sering mempengaruhi status
nutrisi lansi. Anoreksia dan bantuan dalam hal makan akan mneyebabkan
malnutrisi, yang berkontribusi terhadap masalah yang berhubungan dengan
imobilisasi.

Pada akhirnya, interpusi yang banyak dan keributan pada lingkungan sering
mengganggu tidur, mentebabakan kelemahan, depresi dan kebingungan. Klien
perlu istirahat yang cukup untuk tetap bias bergerak. Perawat perlu melakukan
intrvensi untuk memastikan bahwa klien lansia mampu beristirahat tanpa ada
gangguan untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilisasi lansia.

Page | 7
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Imobilisasi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami


keterbatasan gerak yang dapat disebabkan karena adanya gangguan neurologis,
muskuloskeletal, dan sistem respirasi. Masalah imobilisasi ini dapat berakibat
pada perubahan metabolik, integumen, kardiovaskuler, dan sistem organ lainnya.
Pada penngkajian imobilisasi yang penting untuk dikaji adalah kekuatan otot,
rentang gerak pasien, dan seterusnya. Diagnosa yang dibuat oleh seorang perawat
harus sesuai dengan hasil pengkajian yang dilakukan. Intervensi disusun secara
sistemastis sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah dibuat.

3.2 Saran

Page | 8
Daftar Pustaka

Ackley B, Ladwig G, Nursing diagnosis handbook; a guide to planning care,


Edisi 7, St, Louis 2015. Mosby.

Andrews M, boyle J. Transcultural concept in nursing care, Edisi 5, Philadelphia:


20016. Lippincott. Williams & Wilkins.

Asmadi. 2017. Teknik prosedural keperawatan, konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

A. Azis Alimun H. 2018. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan, Buku 1, Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Black J, Hawks J. Medical-surgical nursing: clinical management for positive


outcomes. Edisi 7. Phlidalphia 2019, Saunders.

Page | 9

Anda mungkin juga menyukai