Landasan Pendidikan
Disusun oleh:
Dosen Pengampu :
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
bentuk tugas makalah dalam mata Landasan Pendidikan serta merangkuman buku.
Sehingga menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini, masih belum sempurna dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Penulis berharap, semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembacanya, serta bagi Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa, Universitas
Negeri Jakarta
Penulis
BAB I
BATASAN ILMU PENDIDIKAN
A. Pendahuluan .
Kegiatan pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia,
dan untuk manusia. Pendidikan juga sebagai sistem merupakan proses transformasi
peserta didik agar menjadi manusia yang terdidik sesuai tujuan pendidikan yang
ditetapkan.
Ilmu pendidikan memiliki cakupan yang sangat luas untuk dipelajari, bukan hanya
sekedar pengertian namun adapula oyek dan sifat-sifat yang terkandung didalamnya.
Sebagai seorang mahasiswa dan calon pendidik kita harus dapat mengetahui dan
memahami isi serta makna dari ilmu pendidikan. Ilmu Pendidikan sendiri merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah-masalah tentang pendidikan.
Ilmu pendidikan ini merujuk pula pada berbagai landasan yaiu landasan formal
dan materiil pendidikan. Landasan merupakan tempat bertumpu, titik tolak, dan
pijakan dasar. Maka dari itu suatu negara harus memiliki landasan pendidikan yang
kuat dalam praktik pendidikannya dan studi pendidikan aga terarah dengan baik.
Kajian-kajian dari landasan pendidikan ini sangat penting untuk dipelajari agar
memerikan dan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan.
A. Bersifat Empiris
Bersifat empiris artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada
observasi kenyataan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif atau dengan
kata lain berdasarkan sumber yang dapat dilihat langsung secara materi atau wujud
fisik. Empiris dalam sejarah yaitu sejarah yang memiliki sumber sejarah yang
merupakan kenyataan dalam ilmu sejarah.
B. Bersifat Rokhaniah
Bersifat rokhaniah sebab situasi pendidikan berdasarkan atas tujuan manusia
tidk membiarkan pada keadaan alamnya, namun memandangnya sebagai makhluk
susila dan ingin membawanya kearah manusia susila berbudaya.
C. Bersifat Historis
Ilmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan teori sistem sepanjang
zaman dengan menginat latas belakang kebudayaan serta makna filosofis yang
berpengaruh pada zaman tertentu .
D. Bersifat Deskriptif
Ilmu pendidikan bersifat deskriptif karena ilmu pendidikan itu menampakkan suatu
penjelasan atau deskriptif.
E. Bersifat Teoritis
Ilmu pendidikan bersifat teoritis yaitu dlam ilmu pendidikan mengandung
perenungan, dimana perenungan itu merupakan segi teoritis dari pendidikan dalam
praktek. Ilmu pendidikan teoritis tertuju pada penyusunan persoalan dan
pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah, bergerak dari praktek ke penyusunan
teori dan penyusunan sistem pendidikan. Contoh yang termasuk pendidikan teoritis
yaitu latar belakang filsafat.
Dalam ilmu mendidik teoritis kita bedakan, ilmu mendidik teoritis menjadi ilmu
mendidik sistematis dan ilmu mendidik historis. Dalam mendidik teoritis para cerdik
pandai mengatur dan mensistematiskan di dalam pembikirannya apa yang tersusun
sebagai pola pemikiran pendidikan. Pemikiran teoritis ini disusun dalma satu sistem
pendidikan dan biasanya disebut ilmu mendidik teoritis. Ilmu mendidik teoritis ini
disebut juga ilmu mendidik sistematis. Jadi sebenarnya kedua istilah itu mempunyai
arti yang sama, yaitu teoritis sama saja dengan sistemati
F. Bersifat Praktis
Bersifat praktis yang artinya segala sesuatu untuk dilaksanakan. Dimana, teori-teori,
pedoman, prinsip yang telah dibuat dalam ilmu pendidikan teoitis nantinya tidak
hanya diketahui dan direnungkan saja, tetapi juga dilaksanakan dalam praktek
pendidikan. Teori mendahului praktek .
G. Bersifat Normatif
Bersifat normatif maksudnya dalam mendidik seorang pendidik perlu
mempengaruhi anak didik agar mampu menyesuaikan diri dan memiliki sifat-sifat
tabiat, nilai-nilai, serta norma-norma yang sesuai dengan norma-norma susila. Tanpa
adanya sifat ini, pendidikan bukanlah pendidikan lagi.
Ilmu Murni
Ilmu Murni adalah ilmu yang membahas/ mendalami ilmu itu sendiri. Dalam pendidikan ilmu
murni akan tampak dari adanya usaha untuk membahas teori-teori pendidikan secara dalam
Imu Terapan
Ilmu terapan adalah usaha-usaha menerapkan dalam kegiatan proses kehidupan (sebagai alat
yang memudahkan kehidupan)
Hubungan Antara Teoritis(Ilmu Murni) dan Praktis(Ilmu Terapan) Pada Ilmu Pendidikan
(Teknologi)
Ilmu pengetahuan murni (Fisika, Matematika, Kimia, dan Biologi) dan Ilmu
pengetahuan terapan(teknologi) merupakan dua hal yang saling berhubungan satu sama lain.
Teknologi tidak akan bisa berkembang tanpa adanya ilmu pengetahuan murni, dan sebaliknya
ilmu pengetahuan membutuhkan teknologi untuk menyediakan fasilitas dan peralatan
penelitian yang akurat. Sebagai contoh, mesin uap tidak akan ditemukan tanpa adanya
penelitian di bidang ilmu pengetahuan fisika. Di lain pihak, keberhasilan pembuatan mesin
uap ini mendorong penelitian lebih lanjut dalam bidang ilmu murni yang berkaitan dengan
teori panas dan termodinamika.
BAB II
SITUASI PENDIDIKAN
Situasi Pendidikan
Situasi pendidikan merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya sejumlah
kandungan pokok yang terdapat pada kegiatan pendidikan yaitu adanya peserta
didik, pendidik, dan tujuan pendidikan, yang ketiganya terintegrasi melalui proses
pembelajaran .
A. Situasi pergaulan.
Dalam jenis pergaulan terkandung suatu situasi tertentu yaitu suau keadaan
yang mempunyai bentuk dan tujuan tertentu dari pergaulan yang bersangkutan.
Berdasarkan pengalaman sehari hari kita dapat membedakan dua macam situasi
pergaulan, yaitu:
1. Situasi pergaulan biasa atau situasi pergaulan bukan pendidikan,
contohnya kegiatan bermain, berbelanja, dan kegiatan yang
mengandung unsure hiburan.
2. Situasi pendidikan, contohnya orang tua yang sedang membimbing
anaknya belajar, orang tua yang member perintah kepada anaknya
membuang sampah agar anaknya terbiasa hidup bersih. Fenomena
pendidikan berada didalam pergaulan. Pergaulan mungkin
mengandung situasi pergaulan biasa (situasi bukan pendidikan),
atau mungkin pula mengandung situasi pendidikan. Dapat
disimpulkan “sekalipun belum tentu semua pergaulan mengandung
fenomena pendidikan (situasi pendidikan) tetapi fenomena itu
hakikatnya berada dalam pergaulan.
3. Fenomena Pendidikan Berlangsung dalam Pergaulan Orang Dewasa
dengan Anak. Fenomena pendidikan (situasi pendidikan) berada
dalam pergaulan, akan tetapi tidak semua jenis pergaulan
mengandung situasi pendidikan. Dari pernyataan tersebut muncul
pertanyaan pergaulan yang manakah situasi pendidikan
berlangsung? Kita telah mengetahui bahwa ada tiga jenis pergaulan
berdasarkan pelakunya yaitu pergaulan antara orang dewasa dengan
orang dewasa, antara orang dewasa dan anak, antara anak dengan
anak.
Manusia lahir tidak berdaya, tidak bisa langsung bangun dan berjalan sendiri seperti sapi dan
hewan lainnya. Oleh sebab itu, manusia memerlukan pendidikan (dididik) agar mampu
bertahan hidup dan menjalani proses kehidupan.
Proses pendidikan
o Inovasi pengajaran
o Mengetahui cara belajar setiap individu
o Hubungan gaya ajar dengan pengetahuan, nilai dan tindakan
BAB III
HAKEKAT MANUSIA
2. Landasan Sosiologis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. Hubungan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara
sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan
dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal
maupun informal.
4. Landasan Psikologis.
a. Pengertian Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan
anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap
peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan
garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
5. Landasan Religius
Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau
agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan.
Pemahaman agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan
penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama
mempunyai dua aspek penting yaitu :
- Aspek pertama dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada jiwa atau
pembentukan kepribadian.
- Aspek kedua dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada pikiran atau
pengajaran agama itu sendiri.
BAB V
FAKTOR- FAKTOR/ KOMPONSEN – KOMPONSEN
DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN
A. Faktor-faktor Pendidikan
Dalam proses perkembangan pemikiran pendidikan di dunia barat, kegiatan pendidikan
berkembang dari konsep paedagogi yang merupakan kegiatan pendidikan ditujukan hanya
kepada anak yanng belum dewasa, menjadi andragogi yang merupakan kata dasar andro
artinya laki-laki yang rupanya seperti perempuan, selanjutnya education yang berfungsi
ganda, yakni “transfer of knowledge” di satu sisi dengan “making scientific attitude” pada sisi
yang lain.
Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi dan menentukan;
1. faktor tujuan.
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Fungsi Tujuan bagi Pendidikan:
2. Faktor Pendidik
Pengertian pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
bimbingan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
tingkat kedewasaan untuk memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, Makhluk individu
yang mandiri, dan makhluk social.
Dalam garis besarnya, pendidikan data dikategorikan sebagai pendidik kodrati dan
pendidik karena jabatan.
Hakikat pendidikan menurut T. Raka Joni :
a) Pendidik sebagai agen pembaruan.
b) Pendidik adalah pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat
c) Pendidik sebagai fasilitator.
d) Pendidik bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik.
Peranan pendidik, yang berarti setiap pendidik mempunyai peranan :
a) Sebagai komunikator, yang berfungsi mengajarkan ilmu dan keterampilan kepada
peserta didik.
b) Sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai pelancar proses belajar,
c) Sebagai motivator berfungsi melaksanakan minat dan semangat belajar peserta didik
yang terus-menerus.
BAB VI
KONSEP DAN ALIRAN KONVENSIONAL DALAM PENDIDIKAN
Aliran konvensional dalam pendidikan
Aliran Nativisme ( Schopenhauer) mempunyai pemikiran bahwa seorang bayi lahir
dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Jadi, hasil pendidikan murni
bergantung dari factor pembawaan peserta didik sendiri, sehingga dapat dikata oleh
kelompok nativits bahwa pembawaan maha kuasa.
Aliran Empirisme ( John Locke) dikenal juga aliran optimism yang memiliki pemikiran
bahwa perkembangan individu bergantung pada pengalaman-pengalaman yang
diperoleh individu tersebut selama hidup. Menurut aliran empiris hasil
perkembangan dan pendidikan anak sepenuh bergantung pada pengaruh dunia luar
( Lingkungan). Pendidik dapat berbuat sekehendak hatinya. Konsepsi ini sangat
optimis terhadap hasil pendidikan.
Aliran Naturalisme ( JJ. Rousseau) aliran ini dikenal juga sebagai aliran Negativisme
yang mempunyai pendapat bahwa semua anak adalah baik pada waktu baru lahir,
tetapi menjadi buruk di tangan manusia. Aliran ini menginginkan bahwa pendidikan
hanya wajib kesempatan kepada peserta didik untuk tumbuh dengan sendirinya
secar aalami .
Aliran Konvergensi ( William Stern) Konsepsi aliran konvergensi berpendapat bahwa
baik pembawaan maupun lingkungan kedua-duanya mempunyai pengaruh yang
sama terhadap perkembangan peserta didik.
2. Pengaruh aliran konvensional terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di
Indonesia.
Hubungan pendidikan dan peserta didik adalah hubungan yang setara antar dua
pribadi, meskipun yang satu lebih berkembang dan yang lain. Hubungan Kesertaraan
dalam interaksi edukatif ini disebut hubungan transaksional yaitu suatu hubungan antar
pribadi yang memberi peluang peserta didik yang belajar maupun pendidik yang ikut
belajar sama besar.
Asas Tut Wuri Handayani: Seseorang harus memberikan dorong moral dan
semangat kerja dari belakang. Tut Wuri Handayani di kemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara dan ditambahkan dua penggalan kalimat yaitu : Ing Ngarso Sung Tulodo dan
Ing Madya Mangun Karsa.
Asas Taman Siswa : Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur hidupnya sendiri,
Pengajaran harus memberikan pengetahuan yang faedah, pengajaran harus berdasar
pada kebudayaan sendiri. Dalam mendidik anak perlu keikhlasan lahir dan batin.
BAB VII
ALIRAN-ALIRAN BARU DALAM PENDIDIKAN
1. Pengajaran Alam Sekitar
Proses pengajaran alam sekitar dimana manusia terikat pada lingkungannya.
Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar, meliputi :
(a) Tujuan yang ditetapkan dengan pertimbangan pada kemampuan dan tingkat
perkembangan anak.
(b) Persiapan guru harus baik, karena akan membawa dampak pada
pelaksanaan pengajarannya.
(c) Pengolahan pengalaman belajar dilakukan selama proses pengajaran dengan
menggunakan pengamatan secara langsung.
2. Pengajaran Pusat Perhatian.
Obyek pengamatan difokuskan pada suatu obyek ( pusat tertentu, yaitu hal-hal
yang menarik perhatian peserta didik dalam menjalani kehidupan. Azas-azas
pengajaran pusat perhatian, mencakup:
(a) Tujuannya berdasarkan atas kebutuhan anak.
(b) Setiap bahan pengajarannya merupakan satu kesatuan/totalitas dari
pengalaman yang dibutuhkan anak.
(c) Hubungan totalitas dan bagian-bagiannya membentuk hubungan simbiosis.
(d) Anak didorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan mandiri.
(e) Diciptakannya hubungan kerjasama antara rumah dan sekolah sebagai alat
kontol.
3. Sekolah Kerja .
Dasar pelaksanaan sekolah kerja mempunyai pedoman yang isinya antara lain:
(a) Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran adalah anak.
(b) Bahan ajar disusun dalam suatu keseluruhan paa masalah kehidupan
manuisa.
(c) Tidak membutuhkan dasar pengetahuan yang bersifat hafalan.
(d) Kecerdasan tidak dapat dibentuk dengan meniru tetapi harus anak menjalani
proses pengalaman berpikir.
4. Pengajaran Proyek .
Dasar konsepsi pengajaran proyek dikemukakan oleh W.H. Kilpatrick, dengan
prinsip pokok bahwa pengajaran itu harus aktif, ilmiah dan memasyarakat.
Langkah-langkah pelaksanaan pengajaran proyek, terdiri dari beberapa tahapan
yang harus dipersiapan oleh guru, yaitu :
(a) Persiapan pengajaran.
(b) Kegiatan dan proses mendapatkan pengalaman belajar.
(c) Penilaian pengalaman belajar yang didapat anak selama proses belajar
berlangsung.
5. Taman Siswa.
Taman siswa didirikan oleh R.M. Soewardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantoro) di
Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Penguruan ini berdiri dengan dilandasi oleh
semangat kebangsaan. Sebagai Pedoman bagi pelaksanaan pendidikan taman
siswa, Ki Hajar Dewantoro menuangkan dalam azas-azas taman siswa yang isinya :
(a) Hak seorang untuk mengatur dirinya sendiri.
(b) Pengajaran harus membimbing anak dan sifatnya merata.
(c) Pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan bangsa sendiri.
(d) Pendidikan harus berhamba kepada anak atas dasar sikap tanpa pamrih.
6. Pendidikan INS
INS (Indonesiche Nederlansce School) merupakan sekolah yang didirikan oleh
Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai
rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya
Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik
akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang
merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.
INS yang dipelopori oleh Moch. Syafei, menekankan bahwa bangsa Indonesia
harus memiliki watak yang merdeka. INS mempergunakan sistem sekolah kerja yang
kreatif yang tidak terikat oleh kurikulum. INS merupakan sekolah umum yang unik
dengan memberikan bidang-bidang:
a. Pendidikan keterampilan (pertukangan kayu, besi, keramik, listrik, pateri),
b. Pendidikan pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan teknologinya),
c. Pendidikan karya seni (senirupa, drama, tari, olah raga), dan
d. Pendidikan manajemen ( pengelolaan koperasi, perpustakaan, asrama).
PENUTUP
Kesimpulan
Ada banyak pihak yang terlibat dalam pendidikan, oleh karena itu adapun obyek-obyek
dari ilmu pendidikan yaitu anak didik, pendidik, materi pendidikan, metodologi pengajaran,
evaluasi pendidikan, alat-alat pendidikan, milieu atau lingkungn sekitar, dasar dan tujuan
pendidikan. Ilmu pendidikan sendiri juga memiliki bnyak kegunaan dintaranya kegunaan
teoritis, mengompromisasikan pendekatan Pendidikn Timur dan Barat, pendidikan nasional
Indonesia, dan mewujudkan anak didik yang berakhlakul karimah, beriman, dan berbudi luhur
atau bertakwa kepada Allah SWT.