Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Landasan Pendidikan

Disusun oleh:

Fatimah Rahmah 1206618018

Dosen Pengampu :

Dra. Mudjiati, M.Pd.

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Kata Pengantar

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
bentuk tugas makalah dalam mata Landasan Pendidikan serta merangkuman buku.

Sehingga menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini, masih belum sempurna dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Penulis berharap, semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembacanya, serta bagi Mahasiswa Pendidikan Seni Rupa, Universitas
Negeri Jakarta

Jakarta, 19 November 2018

Penulis
BAB I
BATASAN ILMU PENDIDIKAN
A. Pendahuluan .
Kegiatan pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia,
dan untuk manusia. Pendidikan juga sebagai sistem merupakan proses transformasi
peserta didik agar menjadi manusia yang terdidik sesuai tujuan pendidikan yang
ditetapkan.
Ilmu pendidikan memiliki cakupan yang sangat luas untuk dipelajari, bukan hanya
sekedar pengertian namun adapula oyek dan sifat-sifat yang terkandung didalamnya.
Sebagai seorang mahasiswa dan calon pendidik kita harus dapat mengetahui dan
memahami isi serta makna dari ilmu pendidikan. Ilmu Pendidikan sendiri merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah-masalah tentang pendidikan.
Ilmu pendidikan ini merujuk pula pada berbagai landasan yaiu landasan formal
dan materiil pendidikan. Landasan merupakan tempat bertumpu, titik tolak, dan
pijakan dasar. Maka dari itu suatu negara harus memiliki landasan pendidikan yang
kuat dalam praktik pendidikannya dan studi pendidikan aga terarah dengan baik.
Kajian-kajian dari landasan pendidikan ini sangat penting untuk dipelajari agar
memerikan dan membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu ilmu.


Dalam pendidikan sudah jelas objek ( objek ontology ), metode mendapatkan (
Landasan Epistimologi), dan manfaat atau kegunaan ( landasan aksiologi). Diriyarkara
juga mengemukakan adanya tiga syarat suatu pemikiran tentang mendidik menjadi
pemikiran ilmiah. Tiga syarat tersebut diatas kritis, metodis, dan sistematis.
Objek ilmu pendidikan
 Objek formal dapat berarti pendidikan wawasan luas ( segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan hidup dan sepanjang
hidup). Pendidikan berarti sempit (hal yang diupayakan sekolah kepada
peserta didik) dan pendidikan berarti luas terbatas ( usaha sadar yang
dilakukan oleh orangtua, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan)
 Objek material ( aspek/ hal yang menjadi garapan langsung riset pendidikan)
Sifat-sifat Ilmu pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, maskudnya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu agar mereka sebagai manuisa dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membahas tentang masalah-masalah yang
bersifat ilmu, bersifat teori, ataupun bersifat praktis. Ilmu Pneidikan juga berbicara
tentang masalah-masalah yang menyangkrut segi pelaksanaan baik menyangkut
teori, pedoman-pedoman maupun prinsip-prinsip tentang pelaksanaan pendidikan.

Ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu juga beberapa sifat :


 Ilmu yang empiris : obyek dapat dijumpai di dunia pengalaman ( yaitu
fenomena atau suasana pendidikan).
 Ilmu yang normatif : Berdasarkan pada pemilihan antara yang baik dan tidak
baik.
 Ilmu yang teoritis : berupa pembikiran tertuju pada penyusunan persoalan
dan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah.
 Ilmu yang praktis : Pelaksanaan atau perwujudan dari suatu pendidikan
teoritis.

A. Bersifat Empiris
Bersifat empiris artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada
observasi kenyataan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif atau dengan
kata lain berdasarkan sumber yang dapat dilihat langsung secara materi atau wujud
fisik. Empiris dalam sejarah yaitu sejarah yang memiliki sumber sejarah yang
merupakan kenyataan dalam ilmu sejarah.
B. Bersifat Rokhaniah
Bersifat rokhaniah sebab situasi pendidikan berdasarkan atas tujuan manusia
tidk membiarkan pada keadaan alamnya, namun memandangnya sebagai makhluk
susila dan ingin membawanya kearah manusia susila berbudaya.

C. Bersifat Historis
Ilmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan teori sistem sepanjang
zaman dengan menginat latas belakang kebudayaan serta makna filosofis yang
berpengaruh pada zaman tertentu .
D. Bersifat Deskriptif
Ilmu pendidikan bersifat deskriptif karena ilmu pendidikan itu menampakkan suatu
penjelasan atau deskriptif.

E. Bersifat Teoritis
Ilmu pendidikan bersifat teoritis yaitu dlam ilmu pendidikan mengandung
perenungan, dimana perenungan itu merupakan segi teoritis dari pendidikan dalam
praktek. Ilmu pendidikan teoritis tertuju pada penyusunan persoalan dan
pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah, bergerak dari praktek ke penyusunan
teori dan penyusunan sistem pendidikan. Contoh yang termasuk pendidikan teoritis
yaitu latar belakang filsafat.

Dalam ilmu mendidik teoritis kita bedakan, ilmu mendidik teoritis menjadi ilmu
mendidik sistematis dan ilmu mendidik historis. Dalam mendidik teoritis para cerdik
pandai mengatur dan mensistematiskan di dalam pembikirannya apa yang tersusun
sebagai pola pemikiran pendidikan. Pemikiran teoritis ini disusun dalma satu sistem
pendidikan dan biasanya disebut ilmu mendidik teoritis. Ilmu mendidik teoritis ini
disebut juga ilmu mendidik sistematis. Jadi sebenarnya kedua istilah itu mempunyai
arti yang sama, yaitu teoritis sama saja dengan sistemati

F. Bersifat Praktis
Bersifat praktis yang artinya segala sesuatu untuk dilaksanakan. Dimana, teori-teori,
pedoman, prinsip yang telah dibuat dalam ilmu pendidikan teoitis nantinya tidak
hanya diketahui dan direnungkan saja, tetapi juga dilaksanakan dalam praktek
pendidikan. Teori mendahului praktek .

G. Bersifat Normatif
Bersifat normatif maksudnya dalam mendidik seorang pendidik perlu
mempengaruhi anak didik agar mampu menyesuaikan diri dan memiliki sifat-sifat
tabiat, nilai-nilai, serta norma-norma yang sesuai dengan norma-norma susila. Tanpa
adanya sifat ini, pendidikan bukanlah pendidikan lagi.

Hubungan Antara Teoritis dan Praktis pada ilmu pendidikan.


Pada dasarnya semua ilmu dapat dibagi menjadi 2 yaitu ilmu murni dan ilmu
terapan:

Ilmu Murni
Ilmu Murni adalah ilmu yang membahas/ mendalami ilmu itu sendiri. Dalam pendidikan ilmu
murni akan tampak dari adanya usaha untuk membahas teori-teori pendidikan secara dalam

Imu Terapan
Ilmu terapan adalah usaha-usaha menerapkan dalam kegiatan proses kehidupan (sebagai alat
yang memudahkan kehidupan)

Perbedaan Ilmu Pengetahuan Murni dan Terapan:


 Ilmu Pengetahuan Murni berfokus kepada teori yang ditujukan untuk menemukan
pengetahuan baru.
Misalnya, Penelitian mata manusia.
 Sedangkan Ilmu Pengetahuan Terapan menempatkan teori-teori ke dalam praktek
dengan tujuan mencari solusi dari sebuah masalah.
Contohnya, ketika diketahui bahwa mata dapat bermasalah, para ilmuwan
berhasil menemukan kacamata. Melalui Ilmu Pengetahuan Terapan ini kita
mendapatkan berbagai produk dan layangan baru, tetapi perkembangan ini
berawal mula dari kemajuan dalam ilmu pengetahuan Murni

Hubungan Antara Teoritis(Ilmu Murni) dan Praktis(Ilmu Terapan) Pada Ilmu Pendidikan
(Teknologi)
Ilmu pengetahuan murni (Fisika, Matematika, Kimia, dan Biologi) dan Ilmu
pengetahuan terapan(teknologi) merupakan dua hal yang saling berhubungan satu sama lain.
Teknologi tidak akan bisa berkembang tanpa adanya ilmu pengetahuan murni, dan sebaliknya
ilmu pengetahuan membutuhkan teknologi untuk menyediakan fasilitas dan peralatan
penelitian yang akurat. Sebagai contoh, mesin uap tidak akan ditemukan tanpa adanya
penelitian di bidang ilmu pengetahuan fisika. Di lain pihak, keberhasilan pembuatan mesin
uap ini mendorong penelitian lebih lanjut dalam bidang ilmu murni yang berkaitan dengan
teori panas dan termodinamika.
BAB II
SITUASI PENDIDIKAN

Situasi Pendidikan
Situasi pendidikan merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya sejumlah
kandungan pokok yang terdapat pada kegiatan pendidikan yaitu adanya peserta
didik, pendidik, dan tujuan pendidikan, yang ketiganya terintegrasi melalui proses
pembelajaran .

Ciri-ciri situasi pendidikan.


 Adannya komponsen pendidikan o Peserta Didik
o Pendidik
 Kegiatan pendidikan
o Tujuan Pendidikan
 Perlakukan didik terhadap peserta didik
o Proses pembelajaran
 Dapat terjadi secara formal & Informal

Macam- macam pendidik .


Dalam hal ini kita dapat membedakan pendidik itu menjadi 2 kategori, yaitu :
1. Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua Pendidik yang bersifat kodrati sebagai
orang tua, wajib pertama kali memberikan didikan kepada anaknya. Selain asuhan,
kasih sayang, perhatian dan sebagainya. Orang tua adalah pendidik pertama dan
utama.
2. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru, dosen. Pendidikan menurut jabatan adalah
guru sebagai pendidik yang menerima tanggung jawab dari tiga pihak, yaitu orang
tua, masyarakat dan negara. Tanggung jawab orang tua diterima guru atas
kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan pengajaran serta diharapkan
pula dari pribadi guru yang dapat memancarkan sikap-sikap yang normatif baik,
sebagai kelanjutan dari sikap orang tua pada umumnya.

Dengan melakukan kedua hal diatas, maka tujuan pendidikan menjadikan


manusia yang berakhlak bisa diwujudkan. Guru sebagi pengontrol, pembimbing dan
pendidik bagi peserta didik. Pendidikan yang di berikan guru bukan hanya menyangkut
materi atau pengetahuan saja tetapi juga tingkah laku, akhlak serta kepribadian. Karena
sekolah merupakan rumah kedua bagi peserta didik dan sebagian besar dari waktu
dihabiskan di sekolah bersama teman-teman serta guru. Pendidik memberikan
pengetahuan yang belum diketahui peserta didik, meluruskan atau memperbaiki
kesalahan peserta didik serta membimbing pengetahuan yang dimiliki peserta didik agar
menjadi lebih cermat lagi.

Perubahan situasi pergaulan yang bersifat pendidikan.


Manusia sebagai makhluk sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang hidup
bersama dengan sesamanya dan bergaul dengan sesamanya. Dalam pergaulan
tersebut setiap orang melakukan tindakan tindakan- tindakan sosial tertentu,
sehingga terjadi saling mempengaruhi antar manusia yang satu terhadap manusia
yang lainnya.
Jenis pergaulan.
Ada berbagai jenis pergaulan antar manusia. Berdasarkan perilakunya, pergaulan
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Pergaulan antara orang dewasa dengan orang dewasa
2. Pergaulan antara orang dewasa dengan anak (orang yang belum dewasa)
3. Pergaulan antara anak dengan anak

A. Situasi pergaulan.
Dalam jenis pergaulan terkandung suatu situasi tertentu yaitu suau keadaan
yang mempunyai bentuk dan tujuan tertentu dari pergaulan yang bersangkutan.
Berdasarkan pengalaman sehari hari kita dapat membedakan dua macam situasi
pergaulan, yaitu:
1. Situasi pergaulan biasa atau situasi pergaulan bukan pendidikan,
contohnya kegiatan bermain, berbelanja, dan kegiatan yang
mengandung unsure hiburan.
2. Situasi pendidikan, contohnya orang tua yang sedang membimbing
anaknya belajar, orang tua yang member perintah kepada anaknya
membuang sampah agar anaknya terbiasa hidup bersih. Fenomena
pendidikan berada didalam pergaulan. Pergaulan mungkin
mengandung situasi pergaulan biasa (situasi bukan pendidikan),
atau mungkin pula mengandung situasi pendidikan. Dapat
disimpulkan “sekalipun belum tentu semua pergaulan mengandung
fenomena pendidikan (situasi pendidikan) tetapi fenomena itu
hakikatnya berada dalam pergaulan.
3. Fenomena Pendidikan Berlangsung dalam Pergaulan Orang Dewasa
dengan Anak. Fenomena pendidikan (situasi pendidikan) berada
dalam pergaulan, akan tetapi tidak semua jenis pergaulan
mengandung situasi pendidikan. Dari pernyataan tersebut muncul
pertanyaan pergaulan yang manakah situasi pendidikan
berlangsung? Kita telah mengetahui bahwa ada tiga jenis pergaulan
berdasarkan pelakunya yaitu pergaulan antara orang dewasa dengan
orang dewasa, antara orang dewasa dan anak, antara anak dengan
anak.

B. Sifat-sifat Pergaulan Pendidikan.


Fenomena pendidikan (situasi pendidikan) berlangsung di dalam pergaulan antara
orang dewasa dengan anak. Namun sekalipun demikian, tidak setiap pergaulan antara
orang dewasa dengan anak mengandung situasi pendidikan, sehingga dengan demikian
tidak setiap pergaulan antara orang dewasa dengan anak dapat tergolong ke dalam
pendidikan.
Perlu dipahami, di dalam pergaulan, tidak setiap tindakan atau pengaruh orang
dewasa yang diberikan kepada anak adalah mendidik.
Pendidikan yang dilakukan orang dewasa sebagai pendidik kepada anak diupayakan
secara sengaja, maka dalam hal ini pendidik tentunya telah memiliki tujuan tertentu
pula. Dari uraian di atas, dapat didefinisikan adanya enam unsur yang terlibat dalam
pendidikan atau pergaulan pendidikan, yaitu:
1. Tujuan pendidikan,
2. Pendidik,
3. Anak didik,
4. Isi pendidikan,
5. Alat pendidikan,
6. Lingkungan pendidikan.
Dalam pergaulan pendidikan, pergaulan antara orang dewasa dengan anak akan
dikatakan mendidik hanya jika tindakan atau pengaruh itu diberikan secara sengaja dan
bersifat positif. Artinya, bahwa pengaruh itu secara disadari diciptakan atau diberikan
oleh orang dewasa kepada anak; selain itu bahwa isi tindakan atau pengaruhnya itu
bersifat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri atau
terarah kepada pencapaian kedewasaan. Sejalan dengan pernyataan ini M.J. Langeveld
(1980:20-21) mengemukakan adanya dua sifat pergaulan dalam rangka pendidikan,
yaitu:
a. Bahwa dalam pergaulan orang berusaha mempengaruhi;
b. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang
dewasa, seperti: sekolah, buku, peraturan, hidup sehari-hari dan sebagainya) yang
ditujukan kepada anak agar mencapai kedewasaan.

Mengapa manusia perlu dididik ?


Dasar biologis dan sosio antropologis. Dari dasar biologis, manusia harus dididik/mendidik
karena pada dasarnya manusia dilahirkan tidak berdaya. Berbeda halnya dengan hewan,
seperti sapi yang mampu berjalan setelah beberapa menit dilahirkan oleh ibunya.

Manusia lahir tidak berdaya, tidak bisa langsung bangun dan berjalan sendiri seperti sapi dan
hewan lainnya. Oleh sebab itu, manusia memerlukan pendidikan (dididik) agar mampu
bertahan hidup dan menjalani proses kehidupan.

Proses pendidikan
o Inovasi pengajaran
o Mengetahui cara belajar setiap individu
o Hubungan gaya ajar dengan pengetahuan, nilai dan tindakan
BAB III
HAKEKAT MANUSIA

Pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk mengemban tugas-tugas pengabdian


kepada penciptanya. Paling tidak, agar tugas-tugas dimaksud dapat dilaksanakan
dengan baik maka Sang Pencipta telah menganugerahkan manusia seperangkat
potensi yang dapat ditumbuh kembangkan. Potensi yang siap pakai tersebut
dianugerahkan dalam bentuk kemampuan dasar, yang hanya mungkin berkembang
secara optimal melalui bimbingan dan arahan yang sejalan dengan petunjuk Sang
Penciptanya.
Dengan mengacu pada prinsip penciptakan ini, menurut filsafat pendidikan
bahwa manusia adalah makhluk yang berpotensi dan memiliki peluang untuk dididik.
Pada dasarnya, pendidikan itu sendiri adalah aktivitas sadar berupa bimbingan bagi
menumbuh kembangkan potensi Ilahiyar, agar manusia dapat memerankan dirinya
selaku pengabdi Allah secara tepat guna dalam kadar yang optimal. Dengan
demikian, pendidikan merupakan aktivitas yang bertahap, terporgram, dan
berkesinambungan.

SIFAT HAKIKAT MANUSIA.


Filsafat antropologis mengkaji sifat manusia karena pendidikan adalah praktik yang
berlandaskan dan bertujuan. Landasan dan tujuan pendidikan itu sifatnya filosofis
dan normative. Paham eksistensilisme mengemukakan wujud sifat hakikat manusia
sebagai berikut.

1. Hakekat manuisa dari segi antropologis.


Setiap manuisa memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan mempunyai
kebudayaan masing-masing. Manusia harus menampilkan dan mewariskan nilai-
nilai budaya pada generasi penerus sekaligus mengetahui dan merekam nilai
budaya dan generasi sebelumnya. Di Indonesia terdiri dari berbagai-baai pulau,
suku dan budaya. Seperti semboyan Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti
Berbeda-beda tetap satu artinya meksipun kita memberikan kesempatan pada
tiap warga negara untuk mengembangkan budaya dan tata nilai yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat, namun semuanya itu masing dalam
koridor kesatuan dan persatuan bangsa.

2. Hakekat Manuisa dari segi sosiologis.


Menurut Compte bahwa masyarakat yang menentukan individu, manuisa itu ada
untuk masyarakat dan masyarakat yang menentukan segalanya. Tetapi konsep
ini tidak sesuai dengan Indonesia karena pemerintahan bertujuan membentuk
manusia seuntuhnya artinya melihat manuisa tidak hanya sekedar menerima
nilai-nilai masyarakat saja, tetapi ia juga dapat menciptakan nilai-nilai baru dan
menyampaikannya pada masyarakat. Oleh karena itu partisipasi seluruh rakyat
dalam proses pembangunan adalah sangat penting dan diperlukan.
3. Hakekat manusia dari segi psikologi humanistik.
Menurut Carl Rogers bahwa manusia itu pada dasarnya memiliki dorongan untuk
mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif. Oleh karena itu, manusia memiliki
kemampuan untuk mengarahkan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri
apabila diberikan kesempatan untuk berkembang. Kehidupan manusia akan
selalu berkembang seiring perkembangan pengetahuan.
BAB IV
PENGERTIAN DAN LANDASAN KEPENDIDIKAN
Pengertian Landasan Pendidikan
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau dasar
pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat
konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik
dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi,
yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari sudut
praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari sudut studi
sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga
dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan.
Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro
maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau
latihan).
Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka
memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan
dan atau studi pendidikan.

Jenis-jenis Landasan Pendidikan


1. Landasan Filosofis
a. Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan,
menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat
yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme,
Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme
a) Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik
(liberal arts) atau bahan ajar esensial.
b) Perenialisme
Perenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan
(perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.
c) Pragmatisme dan Progresifme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
d) Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat. Pancasila sebagai
Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989
menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945,
sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.

2. Landasan Sosiologis
a. Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2. Hubungan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara
sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
3. Landasan Kultural
a. Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan
dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal
maupun informal.

b. Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional


Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui
upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa
Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan
persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.

4. Landasan Psikologis.
a. Pengertian Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan
anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap
peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan
garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.

b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis.


Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk
memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat
dalam membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.

5. Landasan Religius
Landasan religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau
agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan.
Pemahaman agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan
penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama
mempunyai dua aspek penting yaitu :
- Aspek pertama dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada jiwa atau
pembentukan kepribadian.
- Aspek kedua dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada pikiran atau
pengajaran agama itu sendiri.
BAB V
FAKTOR- FAKTOR/ KOMPONSEN – KOMPONSEN
DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN

A. Faktor-faktor Pendidikan
Dalam proses perkembangan pemikiran pendidikan di dunia barat, kegiatan pendidikan
berkembang dari konsep paedagogi yang merupakan kegiatan pendidikan ditujukan hanya
kepada anak yanng belum dewasa, menjadi andragogi yang merupakan kata dasar andro
artinya laki-laki yang rupanya seperti perempuan, selanjutnya education yang berfungsi
ganda, yakni “transfer of knowledge” di satu sisi dengan “making scientific attitude” pada sisi
yang lain.

Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi dan menentukan;

1. Adanya tujuan yang hendak di capai .


2. Adanya subjek manusia .
3. Yang hidup bersama dalam linkungan hidup tertentu .
4. Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan.

1. faktor tujuan.
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan
berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Fungsi Tujuan bagi Pendidikan:

1. Sebagai arah pendidikan


2. Tujuan sebagai titik akhir
3. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujujan lain
4. Memberi nilai pada usaha yang dilakukan

Macam-macam Tujuan Pendidikan


 Tujuan umum, yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan,
dirumuskan dengan memperhatikan hakikat kemannusian yang univesal.
 Tujuan khusus, diantaranya: terhadap perbedaan individu anak didik, perbedaan
lingkungan keluarga dan masyarakat, perbedaan yang berhubungan dengan tugas
lembaga pendidikan, perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah
hidup suatu bangsa.
 Tujuan tak lengkap, yang merupakan tujujan yan g hanya mencangkup satu aspek
tujuan saja .
 Tujuan sementara, tujjuan pertingkat sesuai denga jenjang pendidikan .
 Tujuan insidentil, tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang terjadi secara
kebetuilan, kendatipun demikian tujuan ini tak terlepas dari tujuan umum.
 Tujuan intermedier; tujuan perantara
Kemudian, dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan, dibedakan macam-
macam tujuan yaitu; nasional, institusional, kurikuler dan instruksional.

2. Faktor Pendidik
Pengertian pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
bimbingan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai
tingkat kedewasaan untuk memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, Makhluk individu
yang mandiri, dan makhluk social.
Dalam garis besarnya, pendidikan data dikategorikan sebagai pendidik kodrati dan
pendidik karena jabatan.
Hakikat pendidikan menurut T. Raka Joni :
a) Pendidik sebagai agen pembaruan.
b) Pendidik adalah pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat
c) Pendidik sebagai fasilitator.
d) Pendidik bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik.
Peranan pendidik, yang berarti setiap pendidik mempunyai peranan :
a) Sebagai komunikator, yang berfungsi mengajarkan ilmu dan keterampilan kepada
peserta didik.
b) Sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai pelancar proses belajar,
c) Sebagai motivator berfungsi melaksanakan minat dan semangat belajar peserta didik
yang terus-menerus.

3. faktor Peserta Didik


Faktor peserta didik adalah mereka yang berstatus sebagai subjek didik. Pendidik perlu
memahami peserta didik pada ciri khasnya, yaitu individu yang memiliki potensi fisik dan
psikis yang khas sehingga merupakan insan yang unik dan individu yang sedang berkembang.
Peserta didik, dalam hal ini telah digunakan dalam undang-undang pendidikan kita
yang mengarah pada si belajar

4. faktor Alat Pendidikan


Faktor alat pendidikan menyatakan bahwa alat dan metode pendidikan merupakan dua sisi
dari satu mata uang. Alat pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan agar
berlangsungnya pembelajaran. Alat-alat ini misalnya ketika seorang guru menuliskan materi
pelajaran di papan tulis maka yang menjadi alat di sini adalah papan tulisnya. Demikian pula
ketika guru menayangkan materi pembelajarannya melalui kertas transparansi maka yang
menjadi alat adalah OHP. Sementara metode pembelajaran agar materi pembelajar dapat
dengan mudah diterima peserta didik. Uraian lebih detail tentang alat pendidikan dapat
dibaca pada buku Perencanaan Pembelajaran karya penulis yang sama yang diterbitkan Bumi
Aksara.
5. Faktor Lingkungan Pendidikan.
Secara umum, lingkungan dikenal sebagai segala sesuatu yang ada disekitar . Menurut
Miarso, lingkungan belajar adalah situasi sekitar di mana pesan diterima, yang berbentuk
dari lingkungan fisik dan nonfisik. Dicontohkan bahwa lingkungan fisik, antara lain berupa
gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, pusat sarana belajar, studio, auditorium,
museum, dan taman. Sedangkan lingkungan nonfisik berupa penerangan, sirkulasi udara,
dan lain-lain.
Di sekolah, tiap siswa berada dalam lingkungan social sekolah. Siswa memiliki
kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama. Apabila seseorang siswa terterima
maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia
tertolak maka ia akan merasa tertekan . Lingkungan sosial sekolah dapat memberikan
pengaruh pada siswa. Pengaruh tersebut berupa hal-hal berikut:
(a) Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerimaatau menolak siswa, yang akan
berakibat memperkuat dan memperlemah konsentrasi belajar.
(b) Lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun dan damai .
sebaliknya, lingkungan sosial mewujud dalam suasana perselisihan, bersaing,
salah menyalahkan, dan cerai-berai. Suasana kejiwaan dalam lingkungan sosial
siswa dapat menghambat proses belajar, dan
(c) Lingkungan sosial siswa di sekolah atau juga di kelas dapat berpengaruh pada
semangat belajar kelas, dan setiap guru akan disikapi secara tertentu oleh
lingkungan sosial siswa. Sikap positif atau negative terhadap guru akan
berpengaruh pada kewibawaan guru.
Akibatnya, bila guru menegakkan kewibawaan maka ia akan dapat mengelolah
proses belajar dengan baik. Sebaliknya, bila guru tidak berwibawa, maka ia
akan mengalami kesulitan dalam mengelolah proses belajar. Lingkungan sosial
merupakan salah satu dari nonfisik

BAB VI
KONSEP DAN ALIRAN KONVENSIONAL DALAM PENDIDIKAN
Aliran konvensional dalam pendidikan
 Aliran Nativisme ( Schopenhauer) mempunyai pemikiran bahwa seorang bayi lahir
dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Jadi, hasil pendidikan murni
bergantung dari factor pembawaan peserta didik sendiri, sehingga dapat dikata oleh
kelompok nativits bahwa pembawaan maha kuasa.
 Aliran Empirisme ( John Locke) dikenal juga aliran optimism yang memiliki pemikiran
bahwa perkembangan individu bergantung pada pengalaman-pengalaman yang
diperoleh individu tersebut selama hidup. Menurut aliran empiris hasil
perkembangan dan pendidikan anak sepenuh bergantung pada pengaruh dunia luar
( Lingkungan). Pendidik dapat berbuat sekehendak hatinya. Konsepsi ini sangat
optimis terhadap hasil pendidikan.
 Aliran Naturalisme ( JJ. Rousseau) aliran ini dikenal juga sebagai aliran Negativisme
yang mempunyai pendapat bahwa semua anak adalah baik pada waktu baru lahir,
tetapi menjadi buruk di tangan manusia. Aliran ini menginginkan bahwa pendidikan
hanya wajib kesempatan kepada peserta didik untuk tumbuh dengan sendirinya
secar aalami .
 Aliran Konvergensi ( William Stern) Konsepsi aliran konvergensi berpendapat bahwa
baik pembawaan maupun lingkungan kedua-duanya mempunyai pengaruh yang
sama terhadap perkembangan peserta didik.
2. Pengaruh aliran konvensional terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di
Indonesia.
Hubungan pendidikan dan peserta didik adalah hubungan yang setara antar dua
pribadi, meskipun yang satu lebih berkembang dan yang lain. Hubungan Kesertaraan
dalam interaksi edukatif ini disebut hubungan transaksional yaitu suatu hubungan antar
pribadi yang memberi peluang peserta didik yang belajar maupun pendidik yang ikut
belajar sama besar.
 Asas Tut Wuri Handayani: Seseorang harus memberikan dorong moral dan
semangat kerja dari belakang. Tut Wuri Handayani di kemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara dan ditambahkan dua penggalan kalimat yaitu : Ing Ngarso Sung Tulodo dan
Ing Madya Mangun Karsa.
 Asas Taman Siswa : Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur hidupnya sendiri,
Pengajaran harus memberikan pengetahuan yang faedah, pengajaran harus berdasar
pada kebudayaan sendiri. Dalam mendidik anak perlu keikhlasan lahir dan batin.

BAB VII
ALIRAN-ALIRAN BARU DALAM PENDIDIKAN
1. Pengajaran Alam Sekitar
Proses pengajaran alam sekitar dimana manusia terikat pada lingkungannya.
Langkah-langkah pokok pengajaran alam sekitar, meliputi :
(a) Tujuan yang ditetapkan dengan pertimbangan pada kemampuan dan tingkat
perkembangan anak.
(b) Persiapan guru harus baik, karena akan membawa dampak pada
pelaksanaan pengajarannya.
(c) Pengolahan pengalaman belajar dilakukan selama proses pengajaran dengan
menggunakan pengamatan secara langsung.
2. Pengajaran Pusat Perhatian.
Obyek pengamatan difokuskan pada suatu obyek ( pusat tertentu, yaitu hal-hal
yang menarik perhatian peserta didik dalam menjalani kehidupan. Azas-azas
pengajaran pusat perhatian, mencakup:
(a) Tujuannya berdasarkan atas kebutuhan anak.
(b) Setiap bahan pengajarannya merupakan satu kesatuan/totalitas dari
pengalaman yang dibutuhkan anak.
(c) Hubungan totalitas dan bagian-bagiannya membentuk hubungan simbiosis.
(d) Anak didorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan mandiri.
(e) Diciptakannya hubungan kerjasama antara rumah dan sekolah sebagai alat
kontol.
3. Sekolah Kerja .
Dasar pelaksanaan sekolah kerja mempunyai pedoman yang isinya antara lain:
(a) Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran adalah anak.
(b) Bahan ajar disusun dalam suatu keseluruhan paa masalah kehidupan
manuisa.
(c) Tidak membutuhkan dasar pengetahuan yang bersifat hafalan.
(d) Kecerdasan tidak dapat dibentuk dengan meniru tetapi harus anak menjalani
proses pengalaman berpikir.

4. Pengajaran Proyek .
Dasar konsepsi pengajaran proyek dikemukakan oleh W.H. Kilpatrick, dengan
prinsip pokok bahwa pengajaran itu harus aktif, ilmiah dan memasyarakat.
Langkah-langkah pelaksanaan pengajaran proyek, terdiri dari beberapa tahapan
yang harus dipersiapan oleh guru, yaitu :
(a) Persiapan pengajaran.
(b) Kegiatan dan proses mendapatkan pengalaman belajar.
(c) Penilaian pengalaman belajar yang didapat anak selama proses belajar
berlangsung.

5. Taman Siswa.
Taman siswa didirikan oleh R.M. Soewardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantoro) di
Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Penguruan ini berdiri dengan dilandasi oleh
semangat kebangsaan. Sebagai Pedoman bagi pelaksanaan pendidikan taman
siswa, Ki Hajar Dewantoro menuangkan dalam azas-azas taman siswa yang isinya :
(a) Hak seorang untuk mengatur dirinya sendiri.
(b) Pengajaran harus membimbing anak dan sifatnya merata.
(c) Pendidikan harus didasarkan atas kebudayaan bangsa sendiri.
(d) Pendidikan harus berhamba kepada anak atas dasar sikap tanpa pamrih.
6. Pendidikan INS
INS (Indonesiche Nederlansce School) merupakan sekolah yang didirikan oleh
Mohammad Syafei di Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai
rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya
Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik
akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang
merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal saja di sekolah.
INS yang dipelopori oleh Moch. Syafei, menekankan bahwa bangsa Indonesia
harus memiliki watak yang merdeka. INS mempergunakan sistem sekolah kerja yang
kreatif yang tidak terikat oleh kurikulum. INS merupakan sekolah umum yang unik
dengan memberikan bidang-bidang:
a. Pendidikan keterampilan (pertukangan kayu, besi, keramik, listrik, pateri),
b. Pendidikan pertanian (bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan teknologinya),
c. Pendidikan karya seni (senirupa, drama, tari, olah raga), dan
d. Pendidikan manajemen ( pengelolaan koperasi, perpustakaan, asrama).

PENUTUP

Kesimpulan

Ilmu Pendidikan merupakan (Pedagogik atau paedaggiek) merupkan ilmu pengetahuan


yang berdiri sendiri. Maka dari itu ilmu pendidikan juga termasuk ilmu pengetahuan karena
telah memenuhi syarat baik secara obyeknya, metodenya, dan sistematik yang digunakan.
Sifat-sifat ilmu pendidikn sendiri diantaranya bersifat empiris, rokhniah, historis, deskriptif,
teoritis, normtif, dan praktis.

Ada banyak pihak yang terlibat dalam pendidikan, oleh karena itu adapun obyek-obyek
dari ilmu pendidikan yaitu anak didik, pendidik, materi pendidikan, metodologi pengajaran,
evaluasi pendidikan, alat-alat pendidikan, milieu atau lingkungn sekitar, dasar dan tujuan
pendidikan. Ilmu pendidikan sendiri juga memiliki bnyak kegunaan dintaranya kegunaan
teoritis, mengompromisasikan pendekatan Pendidikn Timur dan Barat, pendidikan nasional
Indonesia, dan mewujudkan anak didik yang berakhlakul karimah, beriman, dan berbudi luhur
atau bertakwa kepada Allah SWT.

Landasan Kependidikan sendiri merupakan asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan


atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Jenis-jenis
landasan pendidikan yaitu landasan filosofis, sosiologis, kultural, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta psikologis. Semua landasan ini memiliki arti dan penggmbarannya sendiri-
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai