i
ii
Mengembangkan HOTS
(High Order Thinking Skills)
melalui Matematika
Oleh:
Abdur Rahman As’ari
Muhammad Ali
Hasan Basri
Dian Kurniati
Swasti Maharani
iii
As’ari, A.R., dkk.
Mengembangkan HOTS (High Order Thinking Skills) melalui Matematika – Oleh:
Dr. Abdur Rahman As’ari, M.Pd, M.A., dkk. – Cet. I – Malang: Penerbit Universitas
Negeri Malang, 2019.
ISBN: 978-602-470-143-7
Dilarang mengutip atau memperbanyak dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari
Penerbit.
• Cetakan I: 2019
iv
Ilmun yuntafaa u bih
Itulah target yang selalu ingin kuraih dari setiap ilmu yang kumiliki. Pengakuan
pengindeks bukan orientasiku. Saya hanya ingin agar ilmu yang kumilliki
bermanfaat bagi banyak orang, dan dalam konteks ini tentunya bagi guru
matematika. Jayalah Guru Matematika.
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadlirat ALLAH Azza
Wajalla yang telah memberikan taufik, hidayah, dan inayahNYA sehingga
penulis berhasil menuliskan ide pengembangan HOTS melalui Matematika
ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk junjungan kita
nabi besar Muhammad SAW yang telah menyampaikan ajaran tentang
pentingnya memiliki ilmu bermanfaat yang menjadi pemicu terbitnya tulisan
ini.
Buku ini sengaja ditulis dengan sasaran para guru matematika. Penulis
melihat betapa para guru mengalami banyak kebingungan dengan konsep
HOTS dan bagaimana penerapanannya di kelas. Terkadang mereka juga
salah kaprah. Sebagai Pendidik Matematika yang sudah cukup lama nenjadi
guru, baik guru SD, bahkan kelas 1, guru SMP, SMA, dan dengan sendiri di
LPTK, serta sebagai mantan konsultan pendidikan Matematika yang
dipercaya oleh Kemdikbud (1996-2003), USAID (2003 – 2011), dan sesekali
oleh UNICEF, UNESCO, AusAID (pada periode tahun yang sama), penulis
merasa perlu berbagi ilmu yang penulis miliki. Semoga buku ini memang
mencapai maksud tersebut.
Namun demikian, tentu tidak ada gading yang tak retak. Sebagai tulisan edisi
pertama, tentu banyak hal yang masih perlu diperbaiki. Karena itu, kritik,
saran dan komentar membangun sangat diharapkan demi perbaikan
penulisan ide ini di edisi berikutnya.
Akhirnya, semoga buku ini mampu memberikan pencerahan kepada para
guru tentang HOTS dan semoga pula ide yang ada di dalam buku ini mampu
menjadi pemantik inspirasi bagi para guru untuk mengebangkan HOTS
generasi pembangun bangsa. Semoga pula, ilmu yang penulis sharingkan
melalui buku ini diterima oleh ALLAH sebagai ilmu yang bermanfaat (ilmun
yun tafaa u bih) yang mengalir terus pahalanya sampai kiamat.
vii
viii
Higher Order Thinking Skills 1
DAFTAR ISI
MATEMATIKA ............................................................. 40
MATEMATIKA ............................................................. 68
BAB I
PENGERTIAN HOTS
Akhir-akhir ini, istilah HOTS banyak didengungkan oleh para pakar
pendidikan dan juga oleh para pembina pendidikan di Indonesia. HOTS
ditetapkan sebagai tujuan pendidikan, dan setiap siswa diharapkan memiliki
HOTS.
HOTS adalah suatu istilah yang merupakan singkatan dari Higher Order
Thinking Skills, yang artinya adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Lantas apa saja bentuk kegiatan berpikir yang termasuk dalam kategori
keterampilan berpikir tingkat tinggi tersebut? Berikut disajikan beberapa
definisi.
Dengan demikian, dari uraian di atas, wajar jika berpikir kritis dan kreatif
dikategorikan juga oleh para pakar sebagai HOTS.
BAB II
PENTINGNYA HOTS
Pemerintah sangat mendorong pengembangan HOTS ini. Bahkan, meskipun
di sekolah para guru jarang mengembangkan HOTS, beberapa soal yang
menuntut HOTS sudah dimasukkan ke dalam soal Ujian Nasional dan
pemerintah terus bertekad memasukkan soal HOTS ke dalam ujian nasional
(Kompas, 20 April 2018). Informasi lebih lanjut bisa diakses pada laman:
https://edukasi.kompas.com/read/2018/04/20/14334181/dipastikan-un-smp-
akan-gunakan-hots). Pada tahun 2019 pun, pemerintah tetap akan
memasukkan soal HOTS dalam ujian nasional (Detik, 28 Mei 2018) dimana
informasi lengkapnya bisa dibaca pada laman:
https://news.detik.com/berita/d-4042372/kemendikbud-masih-akan-gunakan-
sistem-hots-di-unbk-tahun-2019. Ketika KPAI (Komisi Perlindungan Anak
Indonesia) mengkritik kebijakan terkait HOTS tersebut, pemerintah tetap
bergeming, tidak berubah pendirian. KPAI memang menafsirkan bahwa soal
yang menuntut HOTS adalah soal yang sulit. Bahkan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sampai mengirim guru ke Korea Selatan untuk
mempelajari penerapan HOTS di Korea (Kompas, 23 April 2018) dimana
informasinya bisa diakses dalam laman:
https://edukasi.kompas.com/read/2018/04/23/08050091/indonesia-kirim-
guru-ke-korea-untuk-pelajari-hots. Pasti ada alasan di balik kengototan
pemerintah untuk memasukkan soal yang menuntut HOTS dalam ujian
nasional. Pasti ada keunggulan-keunggulan tertentu yang mengakibatkan
pemerintah getol sekali mengerahkan segala daya untuk meningkatkan
HOTS siswa.
Higher Order Thinking Skills 7
Menganalisis.
Menganalisis berasal dari kata “to analyze” yang memiliki banyak arti.
Menurut the Free Dictionary, to analyze memiliki arti: (a) to seperate (a
material or abstract entity) into constituent parts or elements, determine the
elements or essential features of, (b) to examine critically, so as to bring out
Higher Order Thinking Skills 8
the essential elements or give the essence of, (c) to examine carefully and in
detail so as to identify causes, key factors, possible results, etc. Menganalisis
artinya adalah memecah (satu benda atau satu entitas abstrak) menjadi
bagian-bagian pembentuknya, menentukan unsur-unsurnya atau bagian
pokoknya. Menganalisis artinya juga mengkaji secara kritis sehingga unsur
esensinya bisa terlihat. Menganalisis juga berarti mengkaji secara cermat dan
mendetail dalam rangka menemukan penyebab, faktor utama, hasil yang
mungkin dan lain-lain.
Mengevaluasi
Mengkreasi
Mengkreasi berasal dari kata “to create” yang menurut the Free Dictionary
mempunyai arti: (a) to cause to exist, bring into being, (b) to give rise to,
produce, (c) to produce through artistic or imaginative effort. Mengkreasi
menyebabkan terbentuknya sesuatu yang baru yang memiliki kualitas lebih
baik. Mengkreasi memungkinkan adanya peningkatan produksi. Mengkreasi
memungkinkan terjadinya kegiatan artistik dan upaya imaginatif.
Menalar adalah tindak atau proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
menghasilkan kesimpulan, atau keputusan. Orang yang bernalar memproses
informasi, fakta, dan data yang dimiliki, mengaitkan satu dengan yang lain,
guna menghasilkan kesimpulan. Kesimpulan yang didapat bisa berupa
dampak, tetapi juga bisa berupa faktor. Dengan kemampuan bernalar,
seseorang bisa mengidentifikasi dampak yang ditumbuhkan oleh keputusan
yang diambilnya. Dengan kemampuan bernalar, seseorang juga bisa
mengidentifikasi penyebab terjadinya sesuatu. Karena itu, kemampuan
bernalar ini sangat membantu dalam rangka mengidentifikasi faktor
penyebab terjadinya masalah, dan bisa memperkirakan dampak jangka
panjang dari pengambilan keputusan yang terkait dengan pemecahan
masalah tersebut. Kemampuan bernalar ini merupakan bekal yang baik bagi
para pejabat pengambil kebijakan.
Karena itu, kepemilikan siswa yang mampu berpikir kreatif adalah penting
bagi bangsa untuk menjadi negara produsen. Siswa tersebut dapat diarahkan
menjadi “think tank” untuk inovasi. Merea bisa dijadikan sebagai pemicu
inovasi.
BAB III
SALAH KAPRAH TENTANG
HOTS
Saat ini para guru tertarik untuk membuat soal HOTS. Tuntutan dari
pemerintah memang seperti itu. Soal Ujian Nasional dikatakan harus lebih
banyak memuat soal HOTS. Belum lagi ada yang menganggap bahwa soal
HOTS itu dicirikan oleh soal yang sulit.
HOTS sama sekali bukan tentang penguasaan konten matematika. Kalau pun
mau dihubungkan, konten matematika yang dipelajari siswa sebaiknya
menjadi kendaraan, alat, atau media bagi pengembangan kemampuan
berpikir siswa. Guru matematika memanfaatkan pembelajaran matematika
untuk membantu siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Higher Order Thinking Skills 14
Contoh 1:
….
Bilangan-bilangan yang ada dalam soal ini hanya bilangan 1 saja. Bilangan-
bilangan itu harus ditambahkan dan dikurangkan. Tentu tidak sulit untuk
menjawabnya. Akan tetapi, ketika harus menentukan jumlah dan kurang dari
1000 bilangan 1 yang ditulis seperti itu, maka siswa harus menggunakan
penalarannya untuk menganalisis dan menemukan pola. Siswa diharapkan
menemukan pola bahwa kalau banyak bilangan 1-nya genap, maka
jumlahnya adalah 2, dan kalau banyak bilangan 1-nya ganjil, maka
jumlahnya adalah 1. Soal ini menuntut siswa untuk menggunakan HOTS.
(Dengan syarat, soal ini baru pertama kali dihadapi oleh siswa. Apabila
siswa sudah pernah menghadapinya, maka dia mungkin saja tidak
menggunakan HOTS).
Contoh 2
Tiga buah segitiga yang sebangun dengan ukuran yang berbeda disusun
dalam gambar berikut.
Higher Order Thinking Skills 16
Gambar. 3.1.
Biasanya, siswa akan mencari luas segitga besar dan luas segitiga kecil.
Dengan mengurangkan luas segitiga besar dan luas segitiga kecil, diperoleh
luas daerah yang diarsir.
Akan tetapi, kalau siswa menggunakan cara ini, dia akan kesulitan. Dia tidak
akan mampu menentukan luas segitiga yang besar, dan juga luas segitiga
yang kecil karena alas dan tinggi dari kedua segitiga tersebut tidak diberikan
informasinya. Berjam-jam lamanya sekalipun dia berusaha menjawab
dengan cara itu, dia tidak akan mampu sampai kepada jawaban yang benar.
Siswa mengalami banyak kesulitan dalam menjawab soal ini.
Gambar. 3.2.
Dengan sudut pandang yang baru ini, dia akhirnya mampu menemukan luas
daerah yang diarsir.
Akan tetapi, sekali ini sudah diterangkan oleh guru, dan siswa tinggal
mengingat-ingat atau menyalin jawaban yang sudah ada sebelumnya (baik di
buku catatannya atau mungkin dari bacaan di internet), dan soal ini
dikeluarkan lagi oleh guru, maka siswa tidak perlu lagi menggunakan HOTS.
Siswa tinggal mengingat-ingat proses penyelesaian jawaban yang pernah
diketahuinya dan menuliskan jawaban sesuai dengan ingatannya. Karena dia
tinggal menggunakan ingatan untuk menjawabnya, maka soal yang sama ini
tidak lagi menuntut HOTS pada diri siswa.
Higher Order Thinking Skills 18
BAB IV
BELAJAR MATEMATIKA
Sebelum berbicara tentang belajar matematika, ada baiknya dibicarakan
terlebih dahulu obyek belajar matematika.
Fakta
Konsep
Prinsip
Prosedur
{ ……………………………..…….(4.1)
Ketika siswa diminta untuk menentukan berapa jumlah akar-akar real dari
persamaan kuadrat , prosedur yang diberikan misalnya
adalah: (a) selidiki apakah akar-akarnya memang berupa bilangan real
dengan cara menghitung nilai D-nya (diskriminannya, yaitu
dengan petunjuk bahwa akar-akarnya real jika , (b) hitunglah nilai dari
Contoh:
Contoh:
Penjelasan:
Dari definisi di atas, maka bilangan prima itu hanya dibatasi pada
bilangan asli saja. Dalam definisi ini, Bilangan prima tidak
dibicarakan pada himpunan bilangan bulat, rasional, apalagi real.
Jadi, semesta pembicaraan untuk bilangan prima hanyalah
himpunan bilangan asli. Selanjutnya, istilah faktor di sini juga
hanyalah faktor yang berupa bilangan asli. Dengan begitu,
meskipun 2 dapat dibagi oleh atau bahkan banyak tak
Penjelasan
tidak ada satu unsur yang nanti bayangannya akan berbeda, atau
di dalam fungsi itu tidak holeh terjadi ada sedikitnya dua unsur
berbeda, misalnya dan , demikian sehingga ( (
Contoh:
a. Sudut luar dari suatu segitiga sama dengan jumlah dua sudut
selain suplemennya.
Bukti:
Gambar. 4.1
Higher Order Thinking Skills 23
Akibatnya (terbukti)
Bukti:
( ( (
( (
(
Higher Order Thinking Skills 24
Terbukti.
Contoh:
a. Perbandingan Bilangan.
2). Hitung
Higher Order Thinking Skills 25
2) Bila dua bilangan itu berbeda tanda (yang satu positif dan
yang satu negatif), pastilah yang positif lebih besar dari
yang negatif (selesai). Akan tetapi, bila sama tandanya,
lanjutkan pemeriksaan Anda ke langkah ke 3).
1) Metode Substitusi
{ , …(4.2)
a) Nyatakan menjadi
f) Selesai
2) Metode Eliminasi
e) Selesai.
Higher Order Thinking Skills 28
Secara garis besar, saat ini tujuan belajar matematika dapat dikelompokkan
ke dalam tiga golongan, yaitu:
Untuk keperluan hidup di abad ke-21, ada lagi dua keterampilan utama yang
diperlukan yaitu keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir
kreatif. Mereka tidak perlu mempelajari matematika dalam jumlah yang
banyak. Akan tetapi, mereka perlu belajar matematika tetapi orientasinya
adalah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
Pelajaran matematika lebih difungsikan sebagai kendaraan untuk melatih
berpikir kritis, dan kreatif.
Kemampuan komunikasi merupakan salah satu alat penting bagi setiap insan
yang hidup di abad ke 21. Kemampuan komunikasi ini memungkinkan
individu mampu menerima dan menyampaikan pesan dengan baik.
Higher Order Thinking Skills 30
Sehubungan dengan itu, hal yang peling penting dalam bagi mereka dalam
belajar matematika adalah memahami dan menyusun argumen komunikasi.
Mereka perlu belajar bagaimana memahami teks matematika dengan
mengidentifikasi genusnya, spesiesnya, dan keterangan lain yang diberikan.
Mereka perlu juga menyusun argumen yang valid, dan masuk akal. Mereka
bisa belajar bagaimana berkomunikasi yang efisien tetapi efektif.
Di dalam buku ini, fokus pembahasannya adalah untuk tujuan kedua, yaitu
untuk mengembangkan keterampilan berpikir, yaitu keterampilan berpikir
tingkat tinggi atau HOTS.
Dua cara di atas menentukan cara mempelajari matematika nya juga. Cara
mempelajari akan sangat sering dipengaruhi, meskipun tidak selalu, oeh cara
penyajian matematika.
diberitahu melalui pendeagaran, tetapi ada juga yang harus melihat dengan
mata kepala langsung. Karena itu, guru yang baik adalah guru yang mampu
menyediakan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
1. Tujuan Belajar.
Belajar untuk penguasaan matematika, dan belajar untuk
mengembangkan keterampilan berpikir, serta belajar untuk
mengembangkan kemampuan komunikasi harusnya dilaksanakan
secara berbeda.
2. Kondisi Pembelajaran (siswa, tempat belajar, lingkungan dll).
Kondisi siswa, tempat belajar, lingkungan belajar perlu dipahami
dengan sebaik-baiknya dan pembelajaran hendaknya disesuaikan
dengan kondisi-kondisi tersebut. Dari aspek siswa misalnya, gaya
belajar, gaya kognitif, kepribadian adalah beberapa hal yang sangat
menentukan keberhasilan belajarnya. Demikian pula dengan tempat
belajar di pedesaan, perkotaan, pesisir, pegunungan, di sekitar rel
kereta api, di dekat terminal, dan lain-lain. Lingkungan belajar yang
sepi, dan lingkungan belajar yang ramai juga sangat berbeda. Semua
menuntut guru pandai menyesuaikan diri dalam membelajarkan.
Higher Order Thinking Skills 34
BAB V
PENGEMBANGAN HOTS
DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Ada banyak unsur atau obyek matematika yang dapat digunakan sebagai
jembatan untuk mengembangkan HOTS siswa. Guru bisa memanfaatkan
pembelajaran definisi, teorema/ konjektur, prosedur, dan bahkan juga
pengerjaan soal-soal untuk mengembangkan HOTS siswa. Berikut
dijabarkan secara selintas hal-hal yang bisa dilakukan guru dalam
pembelajaran matematika guna mengembangkan HOTS siswa.
Contoh:
Kemudian dari pada itu, dari definisi di atas, bilangan genap ini adalah
bilangan bulat yang memiliki sifat tertentu. Karena itu, semesta pembicaraan
Higher Order Thinking Skills 35
Pendekatan Deduktif
Gambar 5.1
Higher Order Thinking Skills 36
Pada lingkaran atau ellips bagian tengah, tuliskan konsep yang sedang
dibicarakan, misalnya bilangan genap, parabola, gradien, limit, segitiga siku-
siku, dan lain-lain. Kemudian, pada kolom kiri yang ada tulisan definisi,
siswa diminta untuk menuliskan secara sama, definisi yang ada di dalam
buku atau yang dikemukakan oleh guru dan sumber belajar lain. Dari situ,
siswa diminta untuk mengisi dengan hasil pemikiran sendiri 3 kolom yang
lain, yaitu karakteristiknya, contoh-contoh dari konsep itu (sebanyak-
banyaknya), dan juga yang bukan contoh dari konsep tersebut. Kalau kita
menggunakan model Flipped Classroom, menugaskan siswa untuk membaca
dan memahami konsep dan meminta mereka menampilkan pemahaman
mereka dengan membuat diagram Frayer tampaknya akan sangat baik.
Pendekatan Induktif
menggunakan recall, restate, dan recite dari semua sumber belajar yang
mungkin mereka temukan. Gunakan istilah baru yang sama sekali belum
mereka kenal, dan setelah pengembangan proses berpikir ini terjadi, pada
akhirnya guru bisa memberitahukan nama konsep yang sebenarnya.
Misalnya, untuk mengajarkan teorema sisa, kita sebut saja teorema Paimin
dengan harapan mereka tidak akan mengingat-ingat pelajaran sebelumnya
tentang teorema sisa yang telah mereka dapatkan dari belajar ke guru privat,
bimbingan belajar, atau pun dari internet dan sumber belajar lain. Biarkan
mereka memanfaatkan kemampuan berpikirnya secara murni tanpa bantuan
hal-hal lain yang mengurangi intensitas berpikirnya. Dengan cara itu mereka
akan belajar memanfaatkan pemikirannya dan tujuan mengembangkan
keterampilan berpikir akan tercapai.
Teorema bisa saja sudah disediakan oleh sumber belajar, bahkan mungkin
lengkap dengan buktinya, dan bisa saja siswa yang diharapkan untuk
menemukannya (mungkin sekedar membuat konjektur). Apapun bentuk
penyajiannya, guru harus tetap mampu mengembangkan HOTS siswa.
Pendekatan Deduktif
Contoh:
Bukti:
Tiga bilangan bulat berurutan, maka pasti ada bilangan ganjil dan genap di
dalamnya. Hasil kali dari ketiga bilangan tersebut tentu genap, dan oleh
karenanya hasil kali ketiga bilangan itu habis dibagi 2.
Maka , dan
Sehingga
( (
Jadi dan
Karena itu,,
kapan teorema ini bisa diterapkan, dan dalam kondisi seperti apa teorema ini
tidak berlaku. Kita ajak mereka bernalar, menganalisis dan kalau perlu
menemukan lemma (atau teorema kecil yang terkait dengan teorema itu).
Kita juga bisa memberikan kasus soal kepada mereka dan tanyakan kepada
mereka apakah teorema itu bisa diterapkan dalam menyelesaikan soal
tersebut. Mungkin juga kita bisa berikan contoh penerapan teorema yang
salah yang menuntut anak untuk menyadari bahwa penerapan teorema tidak
boleh dilakukan secara asal-asalan.
BAB VI
MENGEMBANGKAN SOAL
HOTS DALAM MATEMATIKA
Seperti dikemukakan di awal, Brookhart menggunakan berbagai macam
sudut pandang utnuk mendefinisikan HOTS dan melakukan asesmen HOTS.
Beberapa sudut pandang itu adalah:
Apakah ?
1 ( ) Ya
(
4 Ya
( (
9 Ya
(
-1 Tidak sama
( ( ((
-4 Tidak sama
( ( ((
2. Organizing (menata)
Organizing artinya adalah menata. Karena itu, kalau ingin siswa harus
menata, salah satu syaratnya adalah harus ada sekumpulan data,
pernyataan, atau informasi terlebih dahulu, yang disajikan secara acak
dan siswa diminta untuk mengurutkannya menjadi suatu rangkaian
yang logis, masuk akal, dan benar.
Higher Order Thinking Skills 42
Contoh:
Perhatikan 4 bilangan berikut, yaitu: 15, 20, 23, dan 25
Buanglah satu bilangan yang tidak cocok untuk dikumpulkan dengan
tiga bilangan yang lain. Untuk menjawab soal ini anak harus menata
tiga bilangan dari empat bilangan tersebut sehingga mereka layak
untuk dikumpulkan menjadi satu himpunan, dan dengan begitu satu
bilangan yang lainnya dapat dibuang seperti yang diminta.
Misalkan kita menata himpunannya menjadi 15, 20, dan 25. Maka {15,
20, 25} memiliki ciri khusus yaitu semua bilangannya kelipatan 5, dan
dengan begitu, maka 23 bisa dibuang. Tetapi kita bisa juga menata
bilangannya menjadi 15, 23, dan 25 dan membuang bilangan 20.
Alasannya adalah 15, 23, dan 25 adalah bilangan-bilangan ganjil, dan
karena 20 adalah bilangan genap maka 20 lah yang laya dibuang.
Kita juga bisa menata bilangan-bilangan itu menjadi 15, 20, 23 dan
membuang bilangan 25. Alasannya adalah semua dari 15, 20, dan 23
itu bukan bilangan kuadrat. Karena 25 adalah biangan kuadrat, maka
yang dibuang adalah 25.
3. Deconstructing (mengurai)
Deconstructing artinya adalah mengurai apa yang sudah dibangun.
Karena itu, jenis soal yang bisa kita berikan untuk mendorong siswa
melakukan deconstructing adalah soal yang mengukur kemampuan
koneksi siswa dimana siswa diminta untuk mengemukakan apa saja
yang diketahuinya tentang sesuatu itu sebanyak mungkin.
Contoh:
Apa yang Anda ketahui tentang akar-akar dari persamaan kuadrat
?
Higher Order Thinking Skills 43
Untuk menjawab soal ini, siswa harus menguraikan informasi yang ada
menjadi beberapa hal, misalnya menjadi:
a. bahwa persamaan kuadrat diperoleh dari
perpotongan dua fungsi yaitu dan
b. bahwa persamaan kuadrat , memiliki sifat-sifat:
dan dalam persamaan itu masih
bersifat relatif, dan tidak tentu
Sehubungan dengan itu, mungkin jawaban siswa akan menjawab
bahwa:
a. akar-akar persamaan kuadrat pada dasarnya sama
saja dengan nilai absis dari perpotongan dua fungsi
dan
b. diskriminan dari persamaan kuadrat adalah
( dan nilainya sangat bergantung kepada
nilai dari k. Akan bernilai positif dan akan memiliki dua akar jika
bernilai 0 dan mempunyai tepat satu akar real jika
dan bernilai negatif serta tidak mempunyai akar real jika
Gambar. 6.1.
A
J B C
I
H D
F
G E
6. Structuring (memecah)
Structuring adalah memecah sesuatu dalam bentuk bagian-bagian kecil
dalam rangka memperoleh kesimpulan terkait sesuatu tersebut. Karena
itu, jenis soal yang bisa kita berikan agar siswa melakukan structuring
adalah soal yang untuk menyelesaikannya menuntut pemecah masalah
membagi masalah dalam beberapa kasus atau bagian.
Contoh:
7. Integrating (memadukan)
Integrating adalah kegiatan memadukan atau menggabungkan
beberapa prinsip untuk memecahkan masalah. Karena itu, jenis soal
yang bisa kita berikan untuk mendorong siswa melakukan integrating
adalah soal yang dalam penyelesaiannya membutuhkan penggunaan
beberapa prinsip dalam matematika.
Contoh
Tentukan nilai pada kesamaan matriks di bawah ini:
[ ] * +
(
Higher Order Thinking Skills 47
[ ] * +
(
[ ] * +
(
Maka nilai
1. Checking (memeriksa)
Checking adalah kegiatan memeriksa. Artinya, kepada siswa
disediakan sesuatu, dan siswa diminta memeriksa sesuai dengan
kriteria tertentu.
Contoh:
Periksalah dimana letak kesalahan dari pekerjaan siswa.
a) Misalkan (setiap suku dikalikan
2)
b) Maka:
c) Maka: ( ( (
d) Jadi –
e) Dengan kata lain:
f) Dengan demikian
Contoh lain
a) (diketahui)
b) (masing-masing ruas dikuadratkan)
c) (hukum transitif, )
d) (masing-masing ruas dikurangi 1)
e) ( ( ( (ruas kiri difaktorkan)
f) (bilangan dikalikan dengan 1 akan sama dengan
dirinya sendiri)
g) (masing-masing ruas dikurangi 1)
h) dan sehingga
Untuk memeriksa dimana letak kesalahan dari pekerjaan itu, dia harus
memeriksa satu persatu pernyataan yang dituliskan siswa dan
Higher Order Thinking Skills 49
2. Critiquing (mengkritisi)
Critiquing adalah kegiatan yang berusaha menemukan titik lemah dari
suatu klaim yang mungkin berlebihan atau kurang tepat. Oleh karena
itu, kalau kita ingin mengembangkan kemampuan analisis siswa
melalui critiquing ini, salah satu syarat yang harus diberikan adalah
memberikan sekumpulan pernyataan berantai yang tidak efisien, atau
kurang tepat.
Contoh:
Ada anak yang mengatakan bahwa banyaknya persegi panjang yang
bisa ditemukan pada grid (kotak-kotak persegi) dengan ukuran 3 x 3
adalah 36 dengan proses perhitungan sebagai berikut:
Gambar. 6.3.
Banyaknya persegi panjang yang berukuran:
3 x 3 adalah 1; 2 x 3 adalah 2; 1 x 3 adalah 3
3 x 2 adalah 2; 2 x 2 adalah 4; 1 x 2 adalah 6
3 x 1 adalah 3; 2 x 1 adalah 6; 1 x 1 adalah 9
Setujukah Anda?
Higher Order Thinking Skills 50
4. Judging (memutuskan)
Judging atau memutuskan adalah kegiatan menilai dan memutuskan
dalam menggunakan metode yang tepat atau memutuskan manakah
hasil yang tepat dari suatu permasalahan atau soal.
Higher Order Thinking Skills 51
Contoh:
Tentukan penyelesaian dari sistem persamaan linear dua variabel di
bawah ini:
Soal ini menuntut siswa untuk berpikir lebih keras dalam mengambil
keputusan untuk menggunakan metode yang akan digunakan. Karena
penggunaan metode subtitusi maupun eliminasi tidak akan dapat
membantu mereka dalam menemukan penyelesaiannya. Siswa yang
memiliki HOTS akan mengambil keputusan yang tepat yaitu dengan
menggunakan metode grafik untuk menunjukkan pemyelesaian dari
sistem persamaan tersebut.
5. Testing (menguji)
Testing atau menguji adalah kegiatan mengetahui apakah solusi yang
kita peroleh sudah benar atau sesuai dengan kondisi yang diberikan
dalam soal atau belum.
Contoh:
Tentukan solusi bilangan bulat dari sistem persamaan berikut,
kemudian lakukan pengujian atau testing dari solusi yang Anda
peroleh:
……………..1)
………...2)
….........3)
………………….........4)
Untuk menentukan solusi dari persamaan tersebut siswa dapat
menggunakan metode subtitusi, namun menemukan solusi dengan
Higher Order Thinking Skills 52
6. Detecting (mendeteksi)
Detecting atau mendeteksi adalah kegiatan melacak. Artinya, kepada
siswa disediakan sesuatu, dan siswa diminta untuk melacak sesuai
dengan yang diminta pada soal.
Contoh:
Manakah dari fungsi dibawah ini yang mempunyai asimtot datar dan
tegak? Gambarlah untuk memperjelas jawaban Anda
a.
b.
c.
d.
Untuk menemukan jawaban dari soal yang diberikan, maka siswa
harus melacak satu persatu fungsi yang diberikan serta memeriksa
apakah fungsi tersebut memiliki asimtot datar dan asimtot tegak secara
bersamaan.
7. Monitoring (memantau)
Monitoring atau memantau adalah mengamati suatu kegiatan dari awal
sampai akhir dan melakukan koreksi jika ada yang tidak sesuai dengan
Higher Order Thinking Skills 53
( (
( (
___ +++
+++
-1
Jadi nilai 9
yang memenuhi adalah { }
Amatilah hasil pekerjaan siswa tersebut dari awal sampai akhir.
Kemudian berikan tanggapan kalian terhadap jawaban siswa tersebut!
1. Designing (merancang)
Designing adalah kegiatan yang menuntut siswa membuat rancangan
dengan kriteria tertentu. Rancangan yang dibuatnya harus mengikuti
kaidah yang telah ditetapkan.
Higher Order Thinking Skills 54
Contoh:
Gambarlah bangun datar yang bilangan luas dan kelilingnya sama
besar.
Anak mungkin akan membuat desain gambar persegi yang sisi-sisinya
memiliki panjang 4 cm. Dengan ukuran itu, maka luasnya adalah
dan kelilingnya adalah Tampak bahwa bilangan pada
luas dan kelilingnya sama.
Gambar. 6.4.
Apalagi kalau mereka masih harus mencari bentuk yang lain. HOTS
mereka akan semakin terkembangkan.
2. Constructing (membangun)
Constructing artinya adalah membangun. Dia harus menghasilkan
suatu “bangunan” yang wujudnya tidak harus berupa bangunan fisik.
Membangun algoritma atau produr yang harus dilakukan untuk
menjalankan sesuatu yang menjamin kebenaran dari hasil kerja juga
bisa dikategorikan sebagai kegiatan constructing.
Contoh:
Kalau Anda diberi fungsi yang grafik fungsi ini memotong sumbu
x di titik a, dan anda diminta untuk menghitung luas daerah yang
terbentuk oleh fungsi dan sumbu mulai dari sampai dengan
Higher Order Thinking Skills 55
3. Planning (merencanakan)
Planning atau merencanakan adalah kegiatan yang menuntut siswa
membuat rencana, ide atau strategi sebanyak-banyaknya dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
Contoh:
Tentukanlah himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut:
4. Producing (menghasilkan)
Producing atau menghasilkan adalah kegiatan yang menuntut siswa
menghasilkan sebuah produk. Pada bagian ini, siswa diberikan
deskripsi dari suatu hasil dan harus menciptakan produk sesuai dengan
deskripsi yang diberikan.
Contoh:
Buatlah sebuah matriks bukan identitas dengan ukuran dengan
syarat determinan matrik tersebut sama dengan determinan dari invers
matriks tersebut
5. Inventing (menemukan)
Inventing adalah kegiatan yang menuntut siswa menemukan sesuatu
dalam hal ini dapat berupa konsep, prinsip, maupun prosedur dalam
matematika. Konsep, prinsip, maupun prosedur yang ditemukan oleh
siswa tidak harus merupakan sesuatu yang benar-benar baru.
Contoh :
Siswa diminta untuk melakukan kegiatan sebagai berikut:
Kumpulkanlah beberapa benda yang bentuk penampangnya merupakan
model dari lingkaran, ukur keliling lingkaran dengan menggunakan
benang kemudian isilah tabel di bawah ini:
Nama Keliling Diameter
No
Benda (K) (d)
1
2
3
4
5
Higher Order Thinking Skills 57
Untuk menjawab soal ini, siswa tidak bisa menggunakan rumus atau
menjalankan prosedur yang biasa mereka lakukan. Siswa harus
menemukan polanya terlebih dahulu, untuk kemudian melakukan
generalisasi dan kemudian memperoleh nilai dari ( .
1. Inferencing (menyimpulkan)
Inferencing adalah kegiatan yang menuntut siswa membuat kesimpulan
dari informasi yang diberikan. Penguasaan logika akan sangat
menentukan kekuatan inferensinya. Kalau siswa tahu bahwa:
( ( ( (( dan beberapa
bentuk lain adalah suatu tautologi (suatu pernyataan yang selalu
bernilai benar), mereka bisa melakukan inferensi dengan tepat dari
setiap informasi yang diberikan berbasis inferensi tersebut.
Contoh:
Diketahui
Maka bisa disimpulkan bahwa
Ini adalah inferensi yang benar karena ( adalah tautologi.
Higher Order Thinking Skills 59
Contoh:
Paimin mengatakan bahwa jumlah dua bilangan prima adalah 111 dan
salah satunya adalah bilangan genap.
Maka bisa disimpulkan bahwa: Paimin melakukan kesalahan
Inferensi bahwa Paimin melakukan kesalahan adalah inferensi yang
baik.
Bilangan prima yang genap hanya ada satu, yaitu bilangan 2. Karena
itu, bilangan lain yang kalau dijumlahkan sama dengan 111 adalah 99.
Sementara itu, 99 bukan bilangan prima.
2. Exploring (menggali)
Exploring adalah kegiaan menggali (informasi atau barang) yang tidak
memberikan kepastian tentang apa yang bakal didapatkan. Dengan
demikian, exploring ini mungkin saja akan menghasilkan temuan yang
berbeda.
Contoh:
Perhatikan barisan segitiga Pascal berikut
1
1 1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
1 5 10 10 5 1
1 6 15 20 15 6 1
1 7 21 35 35 21 7 1
Higher Order Thinking Skills 60
3. Generalizaing (menggeneralisasi)
Generalizing adalah kegiatan dimana anak diminta untuk menemukan
pola dan membuat kesimpulan secara umum.
Contoh:
OR adalah titik Asal
Seseorang bisa bergerak dari OR posisi lainnya dengan sarat hanya
boleh bergerak ke arah kanan dan ke arah atas. Tidak diperkenakan
bergerak ke arah kiri atau ke bawah.
Karena itu, ada sebanyak 2 cara untuk bergerak dari OR ke (A,1), yaitu
ke kanan menuju A dan dilanjutkan ke atas sejajar 1, atau ke atas
menuju 1 dan kekanan sejajar A. Sementara itu ada sebanyak 3 cara
bergerak dari OR ke posisi (B,1) yaitu: kekanan ke arah B dan naik
satu sejajar 1, kekanan ke arah A, kemudian naik ke atas sejajar 1, dan
kekanan lagi sejajar, dan alternatif terakhir adalah ke atas ke arah 1 dan
kekanan sejajar B.
Pertanyaannya, adakah rumus umum yang bisa kita gunakan untuk
menentukan berapa banyaknya pergerakan dari OR ke setiap titik pada
grid di bawah?
Higher Order Thinking Skills 61
Gambar 6.5.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, siswa harus mencoba beberapa
kasus terlebih dahulu. Mungkin dari situ dia melihat kemiripannya
dengan barisan segitiga Pascal, dan kalau dia mampu menggunakan
konsep kombinasi/permutasi dia akan mampu menemukan polanya.
Karena itu, mengembangkan HOTS dengan berpikir kritis ini bisa kita
lakukan dengan membiasakan siswa memeriksa segala informasi yang
diberikan sebelum mengerjakan. Mereka kita cegah dari kebiasaan langsung
bekerja.
Untuk itu ada baiknya, kita memberikan soal yang kelihatannya benar tetapi
sebenarnya salah sehingga mereka kalau hanya mengerjakan soal terseut
secara prosedural, mereka akan mengalami konflik kognitif.
Contoh:
Jawab:
Gambar 6.6.
Kalau anak hanya sekedar menggunakan prosedur biasa, dengan mudah dia
bisa menentukan bahwa:
Panjang AC adalah 5 (hukum pythagoras);
Higher Order Thinking Skills 63
Tampak diperoleh hasil yang tidak sama dan ini terjadi kalau premisnya ada
yang tidak beres. Dari itu, kita yakinkan siswa untuk selalu memeriksa
kebenaran dari setiap informasi soal.
Contoh:
( (
atau
Higher Order Thinking Skills 64
Tidak ada yang salah pada anak ini. Hanya saja, dia tidak berpikir kritis dan
mungkin dalam kehidupan nyata dia akan menjadi pecundang yang naif
dalam berpikir. Dia tidak pernah mempertimbangkan adanya jawaban lain
kalau semestanya diubah.
Masalah Matematis terdiri dari dua kata, yaitu masalah dan matematis.
Masalah menjadikan seseorang terhalang atau terhambat dalam mencapai
tujuannya. Kendatipun begitu, halangan dan hambatan itu tidak menjadikan
yang bersangkutan berhenti dari upaya mencapai tujuannya. Bahkan orang
tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan meskipun jalan untuk
mencapai itu tidak tersedia dengan mudah.
Contoh:
Gambar 6.7.
Jarak segitiga DEF ke dua segitiga yang lain sama yaitu 1 cm dan panjang
DF 5 cm, DE 6 cm, dan EF 7 cm. Berapakah luas daerah di dalam segitga
ABC tapi di luar egitiga GHI?
Soal ini kalau dikerjakan mengikuti perintah dalam pertanyaan, tidak akan
pernah ketemu jawabannya. Tapi, kalau soal itu diubah menjadi gabungan 3
trapesium, maka jawabannya akan dapat ditemukan dengan mudah.
Gambar 6.8.
Higher Order Thinking Skills 67
Contoh:
Ubahlah segi empat berikut menjadi segitiga dengan luas yang sama
Gambar 6.9.
Soal yang tidak ada bilangannya sama sekali ini tentu akan membuat siswa
mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Akan tetapi, kalau dia
kreatif, dengan menggunakan prinsip kesejajaran dia akan menjawab dengan
mudah
Gambar 6.10.
Higher Order Thinking Skills 68
BAB VII
MEMUNCULKAN HOTS
PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
Penulis melakukan observasi terhadap pembelajaran matematika. Observasi
dilakukan dengan dua cara pertama observasi secara langsung dengan datang
ke sekolah, kedua observasi dilakukan dengan cara melihat rekaman video
pembelajaran. Hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis selanjutnya
akan dinamakan sebagai rekaman pembelajaran sedangkan skenario
pembelajaran merupakan skenario yang dibuat dengan sengaja oleh penulis
dalam rangka memunculkan HOTS siswa melalui pembelajaran. Pada bagian
ini akan dipaparkan terkait rekaman pembelajaran dan skenario pembelajaran
dalam menyampaikan fakta, konsep, prinsip dan prosedur pada matematika.
Rekaman pembelajaran 1
Skenario pembelajaran 1
oleh guru namun tanpa disadari akan dapat memunculkan HOTS dari siswa.
Semakin guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti pada contoh di
atas, akan semakin sering siswa siswa berpikir tingkat tinggi.
Rekaman pembelajaran 2
* + dan [ ]!”
Skenario pembelajaran 2
Rekaman Pembelajaran 3
11 (
Skenario pembelajaran 3
?”
Siswa : (Melakukan analisis sebelum memberikan
kesimpulan (Respon yang diharapkan
muncul dari siswa))
Guru : (Membantu siswa menemukan kesimpulan
terkait pertanyaan ).
Guru : “Selanjutnya Ibu berikan sifat-sifatnya yaitu”.
(
Higher Order Thinking Skills 73
(
Guru : “Pasti kalian bingung kalau melihat sifat-
sifatnya, maksudnya bagaimana?”.
Guru : “Ibu akan berikan contohnya”
Guru : (Menuliskan contoh seperti di bawah ini)
(
11 (
. Kalau dalam soal itu bilangan yang dimaksud hanya diberi nama ,
maka siswa diarahkan untuk melihat apakah sama hasilnya untuk nilai-nilai
dari . Pengetahuan dalam memperoleh nilai akar ini tentunya sangat penting
untuk diberikan sebelum siswa melangkah pada operasi penjumlahan dan
pengurangan pada bentuk akar.
Jika diamati lebih jauh, ada kecenderungan yang kurang baik dilakukan oleh
guru pada rekaman pembelajaran 3. Berdasarkan 3 pernyataan terakhir,
terlihat guru mengganggap siswa tidak mampu dalam memahami apa yang
guru tersebut tulis. Hal seperti itu tentunya akan membuat siswa minder,
Higher Order Thinking Skills 74
Rekaman pembelajaran 4
Skenario pembelajaran 4
siswa)
Guru : “Bagaimana cara membandingkan dua buah
bilangan positif dengan banyak angka
penyusun yang sama?”
Siswa : (Siswa memberikan respon terhadap pertanyaan
guru)
Guru : “Bagaimana cara membandingkan dua buah
bilangan positif dengan banyak angka
penyusun yang tidak sama?”
Guru : (Siswa memberikan respon terhadap pertanyaan
guru)
Skenario pembelajaran 5
Berbeda dengan skenario pada bagian sebelumnya yang hanya terdiri dari
satu skenario saja, pada bagian ini penulis mencoba memberikan dua
alternatif skenario pembelajaran yang dapat dilakukan,. Hal ini penulis
lakukan agar pembaca memahami bahwa masih banyak skenario-skenario
yang dapat guru kembangkan dalam rangka mengembangkan HOTS siswa.
Pada skenario pembelajaran 4 siswa diminta untuk membuat prosedur
bagaimana cara membandingkan dua bilangan positif jika memiliki jumlah
angka penyusun yang sama maupun tidak sama. Sedangkan pada skenario
pembelajaran 5, siswa diminta untuk melakukan analisis manakah
cara/metode yang lebih baik dalam membandingkan dua buah bilangan.
Higher Order Thinking Skills 77
DAFTAR RUJUKAN
Bloom, B.S. (Ed.), Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., & Krathwohl,
D.R. 1956. Taxonomy of educational objectives: The classification of
educational goals. Handbook 1: Cognitive domain. New York: David
McKay
Krulik, S., Rudnick, J., & Milou, E. (2003). Teaching Mathematics in Middle
Schools, A Practical Guide. Boston: Pearson Education, Inc.
Higher Order Thinking Skills 78