Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

SAP 1

Pengantar Akuntansi Keprilakuan

“Teori, Perkembangan, dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan”

Dosen Pengampu : Ni Putu Sri Harta Mimba, SE.,M.Si.,Ph.D.,Ak,CA,CMA,CIBA,CBV

Oleh :

Kelompok 1 :

Ajeng Winda Febryanti ( 1707531055 )


Ni Putu Dian Paramitha ( 1707531076 )
Putu Repa Leoni ( 1707531144 )
Ni Ketut Wardayanti ( 1707531145 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
2020

1
A. Teori Akuntansi Keperilakuan

Akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) merupakan cabang akuntansi yang


mempelajari hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi (Siegel, G. et al. 1989).
Istilah sistem akuntansi yang dimaksud yaitu seluruh desain alat pengendalian manajemen
yang meliputi sistem pengendalian, ssitem penganggaran, desain sistem akuntansi
pertanggungjawaban, desain organisasi seperti desentralisasi dan sentralisasi, desain
pengumpulan biaya, desain penilaian kinerja serta pelaporan keuangan. Ada beberapa teori
yang mendukung akuntansi keperilakuan, yaitu:

a. Akuntansi Konvensional

Menurut Siegel dan Marconi (1989), akuntansi merupakan :

“... suatu disiplin jasa yang mampu memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu
mengenai masalah keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai internal dan
eksternal dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.”

Sedangkan Accounting Principles Board (APB) system statement No.4 mendefenisikan


sebagai berikut:

“Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan,mengenai suatu entitas ekonomi yang dimaksudakan untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi,sebagai dasar dalam memilih di antara
beberapa alternatif.”

American Accounting Association (AAA) mendefinisikan akuntansi dengan perspektif


yang lebih luas, yaitu “akuntansi adalah aktivitas jasa” fungsinya adalah menyediakan
informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, mengenai entitas ekonomi yang
diperkirakan bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan-keputusan ekonomi, yaitu
dalam menentukan pilihan di antara alternatif-alternatif yang ada, baik dalam konteks
program kerja maupun dalam tindakan.

Pemakai internal dari informasi akuntansi merupakan organisasi yang memiliki garis
perintah dan staf personil, yang memandang laporan akuntansi sebagai landasan yang
melibatkan pendanaan, penginvestasikan, dan pengambilan keputusan operasional. Pemakai

2
eksternal biasanya meliputi sejumlah kelompok pemegang saham, kreditor, serikat buruh,
analis keuangan, dan para agen pemerintah. Sehigga, informasi keuangan pada laporan
keuangan sebagai hasil dari sitsem informasi keuangan memiliki tujuan:

1. Menyediakan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi
investor serta kreditor sebagai dasar pengambilan keputusan dan pemberian kredit.
2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan dengan menunjukan
sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal dari kekayaan tersebut.
3. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan yang dapat menunjukan kinerja
perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Menyediakan informasi keuangan yang dapat menunjukan kemampuan perusahaan
dalam melunasi utang-utangnya.
5. Menyediakan informasi keuanagan yang dapat menunjukan sumber-sumber
pendanaan perusahaan.
6. Menyediakan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam memperkirakan
arus kas masuk kedalam perusahaan.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa akuntansi keperilakuan melalui peran akuntansi
tradisional meliputi mengumpulkan, mengukur, mencatat, dan melaporkan informasi
keuangan.

b. Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi

Akuntansi menjadi yang terdepan dan berperan penting dalam menjalankan ekonomi dan
sistem sosial kita. Seperti dalam pembahasan sebelum nya tujuan utama akuntansi adalah
melahirkan informasi keuangan melalui proses sebagai pengambilan keputusan, sedangkan
sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang kompleks dan bentuk dari berbagai
komponen yang saling berkaitan. Karakteristik sistem secara keseluruhan harus memiliki
sasaran, input output, dan lingkungan untuk mencapai target dasar yang telah ditetapkan.

c. Akuntansi adalah Sistem

Manajemen, pengguna dan personel sistem diperlukan dalam pengembangan sistem.


Umumnya kelompok perancang atau tim proyek pengembangan sistem meliputi para
pemakai, analis, dan wakil manajemen untuk mengidentifikasikan kebutuhan pemakai

3
sistem, mengembangkan spesifikasi teknis dan mengimplementasikan sistem baru.
Keterlibatan karyawan perlu di lakukan secara terus menerus setelah sistem tersebut
diimplementasikan. Filosofi dari perancangan sistem berorientasi pada pemakai membantu
untuk membentuk perilaku dan pendekatan yang baik dalam pengembangan sistem dalam
konteks organisasional.

Disamping itu, dukungan manajemen puncak merupakan suatu faktor penting yang
menentukan efektivitas penerimaan sistem informasi dalam organisasi, jackson (1986)
mengemukakan beberapa alasan mengapa keterlibatan menejemen puncak dalam
pengembangan sistem informasi merupakan hal yang penting, yaitu:

1. Pengembangan sistem merupakan bagian perencanaan perusahaan


2. Manajemen puncak merupakan fokus utama dalam proyek pengembangan sistem
3. Manajemen puncak menjamin penekanan tujuan perusahaan dari pada teknis nya
4. Pemilihan sistem yang akan dikembangkan didasarkan pada kemungkinan manfaat yang
di peroleh
5. Keterlibatan manajemen puncak akan memberikan kegunaan dan pembuatan keputusan
yang lebih baik dalam pengembangan sistem.

Keterlibatan Manajemen Puncak Dalam Pengembangan Sistem

Perencanaan Strategis Perencanaan Sistem Implementasi


a.Kandungan proses a.Pengendalian rencana
a.Integrasi Sistem
perencanaan strategis implementasi
b.Tingkat rincian b.Keterbatasan sumber
b.Kegunaan rencana
rencana proyek daya
c.Keterpaduan dalam c.Pencapaian tujuan
c.Integrasi hardware
rencana perencanaan
d.Pengkoordinasian
d.Perencanaan proyek
tindakan perencanaan  

4
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi adalah bagian integral
dari kesuksesan suatu sistem informasi. Keterlibatan pemakai ini harusnya ada pada
semua tahap yang dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahapan tersebut
adalah perencanaan, analisis, perancangan, implementasi dan pascaimplementasi. Untuk
mengukur keterlibatan pemakai ini, Ives dan Olson (1984) mengemukakan enam
tingkatan keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi, yaitu:

1. Tidak ada keterlibatan (no-involvement).


2. Keterlibatan simbolis (symbolic involvemen).
3. Keterlibatan atas saran orang lain (involvement by advice).
4. Keterlibatan dengan pengendalian yang lemah (involvement by weak control).
5. Keterlibatan dengan melakukan (involvement by doing).
6. Keterlibatan dengan pengendalian yang kuat (involvement by stong control).
d. Akuntansi adalah Informasi

Akuntansi juga dapat dipandang sebagai suatu informasi, suatu fenomena menjadi
menarik dengan adanya jargon yang menyatakan bahwa menguasai informasi berarti akan
menguasai dunia dan siapa yang menguasai informasi akan memenangkan persaingan.
Penguasaan informasi menjadi sangat dominan, bahkan informasi telah diakui sebagai salah
satu sumber daya, oleh karena itu perusahaaan harus berupaya untuk mengoptimalkan peran
informasi ini untuk mencapai tujuan.

Tahapan-tahapan dalam pengembangan sistem tersebut seperti di utarakan oleh Bodnar


dan Hopwood (1995) yang terdiri atas:

1. Perencanaan dan analisis sistem yang meliputi formulasi dan evaluasi solusi-solusi
masalah sistem dan penekanannya pada tujuan keseluruhan sistem.
2. Perencanaan sistem, yaitu proses menspesifikasikan rincian solusi yang dipilih oleh
proses analisis sistem.
3. Implementasi sistem, yaitu proses menempatkan rancangan prosedur-prosedur dan
metode baru atau revisi ke dalam operasi.

Sebagai sistem informasi, akuntansi juga sering disebut "bahasa bisnis" yang dapat
menyediakan atau memberikan informasi penting mengenai kegiatan ekonomi. Dikatakan

5
seperti itu sebab akuntansi dapat berperan sebagai media komunikasi yang
mengkomunikasikan berbagai fenomena, gejala, dan peristiwa ekonomi yang terjadi disuatu
organisasi bisnis kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan fenomena, gejala dan
peristiwa ekonomi tersebut

Dan sekarang ini sudah mulai banyak penelitian – penelitian yang berkaitan dengan
akuntansi keperilakuan. Ada beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut:

1. Attribution Theory
Attribution theory mempelajari proses bagaimana seseorang menginterpretasikan
suatu peristiwa, mempelajari bagaimana seseorang menginterpretasikan alasan atau
sebab perilakunya (Luthans, 1998 serta Stters, 1988). Teori ini dikembangkan oleh
Fritz Heider yang mengargumentasikan bahwa perilaku seseorang itu ditentukan oleh
kombinasi antara kekuatan internal (internal forces) yaitu factor – factor yang berasal
dari dalam diri seseorang misalnya kemampuan atau usaha dan external forces yaitu
factor – factor yang berasal dari luar misalnya task difficulty atau keberuntungan
2. Expectancy Theory
Dalam expectancy theory, motivasi individu ini ditentukan oleh expentacies dan
valences. Expectancies adalah keyakinan tentang kemungkinan bahwa perilaku
tertentu akan menimbulkan hasil tertentu. Valences berarti nilai yang diberikan
individu atas outcome atau rewards yang akan ia terima

3. Goal Theory
Teori ini mula – mula dikembangkan oleh Edwin A. Locke (1968). Teori ini
mengemukakan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh dua cognitions yaitu
values dan intentions (tujuan). Yang dimaksud dengan values adalah apa yang
dihargai seseorang sebagai upaya mendapatkan kemakmuran

6
B. Perkembangan Akuntansi Keperilakuan
1. Perkembangan Akuntansi Keperilakuan

Sejak tahun 1950-an, beberapa riset akuntansi mulai mencoba menghubungkan akuntansi
dengan aspek perilaku. Hal ini dimulai oleh Argyris pada tahun 1952. Selain itu, Binberg dan
Shields (1989), mengklasifikasikan riset akuntansi keperilakuan dalam lima aliran (school),
yaitu pengendalian manajemen (management control), pemrosesan informasi akuntansi
(accounting information processing), desain sistem informasi (information sistem design),
riset audit (audit research) dan sosiologi organisasional (organizational sociology).

Informasi akuntansi dirancang untuk berfungsi sebagai suatu dasar bagi banyak
pengambilan keputusan penting di dalam maupun di luar perusahaan. Sistem informasi
dimanfaatkan untuk membantu dalam proses perencanaan, pengoordinasian dan
pengendalian yang kompleks

Akuntansi keperilakuan sebenarnya merupakan bagian dari ilmu akuntansi yang


perkembangannya semakin meningkat dalam 25 tahun belakangan ini. Hal ini ditandai
dengan lahirnya sejumlah jurnal dan artikel yang berkaitan dengan keperilakuan. Salah satu
jurnal paling popular yang mengangkat permasalahan akuntansi keperilakuan adalah
Behavior Research in Accounting yang diterbitkan oleh American Accounting Association.

Pada awal perkembangannya, riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek


akuntansi manajemen, khususnya penganggaran (budgeting). Namun, cakupannya terus
berkembang dan bergeser ke arah akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi dan audit.
Dalam bidang audit, riset akuntansi keperilakuan telah berkembang sedemikian rupa
sehingga tinjauan literatur telah menjadi terspesialisasi dengan lebih memfokuskan diri pada
atribut keperilakuan yang spesifik seperti proses kognitif atau riset keperilakuan pada satu
topik khusus. Tingginya volume riset terhadap akuntansi keperilakuan dan meningkatnya
sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara periodik akan memberikan manfaat untuk
beberapa tujuan berikut :

1. Memberikan gambaran terkini (state of the art) terhadap minat khusus dalam bidang
baru yang ingin diperkenalkan
2. Membantu mengidentifikasi kesenjangan riset.

7
3. Meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset berdasarkan
subbidang akuntansi, seperti audit, akuntansi manajemen dan perpajakan. Sehingga para
peneliti dapat mempelajarinya melalui subbidang lain

Perkembangan pesat dalam akuntansi keperilakuan lebih disebabkan akuntansi secara


simultan dihadapkan dengan ilmu – ilmu social yang lain secara menyeluruh. Akuntansi
keperilakuan diyakini dapat menjadi sebuah terobosan yang baik dalam pengukuran bisnis
dan informasi, yang memungkinkan para direktur eksekutif (Chief Executive Officer - CEO),
direktur keuangan (Chief Financial Officer - CFO) dan penyusun rencana strategis lainnya
untuk mengoptimalkan keputusan yang diambil, yang pada akhirnya akan meningkatkan
kinerja perusahaan. Akuntansi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun
berdasarkan teknik berikut :

1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang – orang dan
kinerja perusahaan
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan terhadap
perencanaan strategis
3. Untuk memengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan keberhasilan implementasi
kebijakan perusahaan

C. Pendekatan Akuntasi Keperilakuan


a. Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih
sangat sederhana, yaitu hanya focus pada masalah – masalah perhitungan harga pokok
produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas
dengan diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban
(responsibility accounting) dan masalah harga transfer (transfer pricing)

Sejak tahun 1950-an, tepatnya sejak C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952,
desain riset akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan
dimulainya usaha untuk menghubungkan desain sistem pengendalian manajemen suatu
organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif
dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi para pelaku

8
organisasi. Sejak riset Argyris yang berjudul “The Impact of Budget on People”, suatu
studi yang disponsori oleh The Controllership Foundation Cornell University School of
Business and Public Administrative, sejarah penelitian akuntansi keperilakuan mulai
berkembang. Sejak saat itu, tumbuhlah kesadaran untuk mengintegrasikan ilmu akuntansi
dengan ilmu – ilmu keperilakuan, terutama ilmu psikologi dalam riset akuntansi

b. Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontijensi

Riset akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal


(universalistic approach), seperti riset Argyris di tahun 1952, Hopwood, dan Otley.
Namun, karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, segera munculah pendekatan
lain yang selanjutnya mendapatkan perhatian besar dalam bidang riset, yaitu pendekatan
kontijensi (contingency approach)

Secara umum, teori ini menyatakan penyusunan dan penggunaan desain sistem
pengendalian manajemen bergantung pada karakteristik organisasi dan kondisi lingkungan
di mana sistem itu akan diterapkan. Teori ini menanggapi klaim dari pendekatan universal
yang menyatakan suatu sistem pengendalian bisa diterapkan dalam karakteristik
perusahaan dan kondisi lingkungan apapun. Secara ringkas, berikut berbagai variabel
kontijensi yang memengaruhi desain sistem pengendalian manajemen tersebut :

1. Ketidakpastian (uncertainly), seperti tugas, rutinitas, repetisi dan factor – factor


eksternal lainnya
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence), seperti
proses produksi, produksi massal, batch yang kecil/besar dan lain – lain
3. Industri, perusahaan dan unit variabel. Seperti kendala masuk ke dalam industry,
rasio konsentrasi dan ukuran perusahaan

Salah satu riset awal yang menggunakan teori kontinjensi adalah Burns dan
Waterhouse. Riset mereka menemukan bahwa pengendalian melalui anggaran
bergantung pada bermacam – macam aspek, seperti tingkat desentralisasi dan
sentralisasi, serta sampai sejauh apa kegiatan – kegiatan yang ada terstruktur. Merchant
menemukan bahwa terdapat hubungan kontinjensi antara aspek – aspek perusahaan
dengan penggunaan informasi akuntansi. Contoh riset lain yang menggunaan pendekatan

9
kontinjensi adalah Gordon dan Narayanan pada tahun 1983, Chenhall dan Morris pada
tahun 1986 dan Hirst pada tahun 1987.

Gordon dan Narayanan meneliti pengaruh lingkungan dan struktur organisasi


terhadap sistem akuntansi. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa sistem informasi
akuntansi dan struktur organisasi yang diterapkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan. Sementara itu, Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan
antara variabel kontinjensi ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi
terhadap hubungan antara struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem akuntansi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Edisi 2. Salemba Empat, Jakarta

Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. ANDI. Yogyakarta

Siegel, Gary, Helena Ramanauskas Marconi. 1989. Behavioral Accounting. South Western
Publishing Co, USA

11

Anda mungkin juga menyukai