Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari
15 tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih
haid.1 Pada pasangan suami istri usia subur yang baru menikah atau ingin
mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat yang paling ditunggu.
Hal itu juga merupakan saat yang menegangkan ketika sebuah kehidupan baru
bertumbuh dan berkembang di dalam rahim.2 Kesehatan yang baik adalah salah
satu faktor yang paling penting dalam kehamilan. Kesehatan prakonsepsi
adalah cara untuk meningkatkan hasil kehamilan yang positif dengan
mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya hidup yang sehat sebelum
mereka hamil.3
Persiapan prakehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah istilah luas yang
mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial, perilaku,
lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan seorang
wanita, yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini (bila mungkin) melalui
pendidikan, konseling, dan intervensi yang tepat, sebelum kehamilan4.
Keadaan yang kurang mendukung kondisi-kondisi prakonsepsi akan
berdampak kurang baik pula terhadap pembentukan terjadinya proses konsepsi.
Perawatan kesehatan yang baik, penting untuk perkembangan dan
kesejahteraan janin, sehingga berada dalam kondisi kesehatan yang prima
sebelum kehamilan menjadi hal yang penting.
Perawatan prakonsepsi yang dimulai sebelum kehamilan dapat menjadi
strategi efektif untuk mengurangi gangguan bawaan dan meningkatkan
kesehatan wanita usia subur. American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) merekomendasikan bahwa selama periode reproduktif
wanita, terutama mereka yang merupakan bagian dari perawatan prakonsepsi,
seharusnya mencakup konseling tentang perawatan kesehatan dan perilaku

1
untuk mengoptimalkan hasil kehamilan. Pada wanita yang menerima perawatan
prakonsepsi lebih cenderung mengadopsi perilaku sehat, sehingga memiliki
hasil kehamilan yang baik. Perawatan prakonsepsi tidak hanya untuk wanita,
tetapi juga untuk pria. Perawatan prakonsepsi untuk pria juga penting yaitu
untuk meningkatkan hasil kehamilan yang sehat.5 Masalah umum dalam
perawatan prakonsepsi yaitu keluarga berencana, mencapai berat badan yang
sehat, skrining dan pengobatan untuk penyakit menular, memperbarui
imunisasi yang tepat, meninjau obat untuk efek teratogenik, konsumsi
suplemen asam folat untuk mengurangi risiko cacat tabung saraf bagi wanita
yang ingin hamil, dan pengendalian penyakit kronis sangat penting untuk
mengoptimalkan hasil kehamilan.5
Konseling prakonsepsi adalah komponen penting dari perawatan
prakonsepsi.3 Konseling prakonsepsi merupakan skrining dan memberikan
informasi serta dukungan kepada individu usia subur sebelum hamil untuk
promosi kesehatan dan mengurangi risiko. Konseling prakonsepsi memainkan
peran utama dalam mempersiapkan kehamilan. Konseling prakonsepsi
bertujuan untuk mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang berhubungan
dengan kesehatan dan hasil kehamilan ibu, serta sebelum kehamilan.
Kunjungan konseling prakonsepsi adalah waktu yang ideal untuk mengevaluasi
pasien dan kehamilan. Public Health Service Expert Panel on the Content of
Prenatal Care menyatakan bahwa kunjungan prakonsepsi mungkin merupakan
satu-satunya kunjungan perawatan kesehatan terpenting. Hal tersebut dilihat
dari konteks dampaknya terhadap kehamilan.5
Intervensi prakonsepsi lebih penting dari intervensi prenatal untuk
pencegahan anomali kongenital karena sebanyak 30 persen ibu hamil baru
memeriksakan kehamilannya pada trimester kedua ( >13 minggu kehamilan,
yaitu setelah periode organogenesis utama (antara 3 dan 10 minggu kehamilan).
Penelitian menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam
uterus, bahkan sebelum seorang wanita mengetahui dirinya sedang hamil,
mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan janindan
hasil kehamilan. Selain hal tersebut, dalam penelitian lain menunjukkan bahwa

2
dasar dari hasil kehamilan yang merugikan sering disebabkan karena masa awal
kehamilan selama organogenesis. Oleh karena itu, penting untuk mengambil
tindakan pencegahan sedini mungkin sebelum hamil.5
Selama ini, banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-
kondisi pada masa-masa sebelum terjadinya proses konsepsi, sehingga para
calon bapak dan ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan proses kehamilan dan
persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang kurang
tentang kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-
penyuluhan terhadap mereka. Pengetahuan, kesadaran, dan keyakinan tentang
perawatan prakonsepsi tidak mendorong wanita untuk datang pada pada praktik
kesehatan prakonsepsi. Wanita prakonsepsi muda dan wanita yang sudah
mempunyai anak kurang terlibat dalam perilaku kesehatan prakonsepsi. Oleh
karena itu, diperlukan mendidik perempuan prakonsepsi muda tentang
pentingnya dan manfaat dari berlatih perawatan prakonsepsi. 5
Perempuan juga menyatakan sikap positif terhadap perawatan
prakonsepsi, tetapi mereka ragu-ragu untuk mencari perawatan prakonsepsi
untuk diri mereka sendiri. Perempuan menganggap diri mereka tidak berada di
kelompok sasaran untuk perawatan prakonsepsi. Dalam hal ini, peran bidan
dalam penanganan prakonsepsi di tingkat dasar antara lain pengkajian factor
risiko, promosi kesehatan, intervensi klinikal, dan psikososial. Bidan harus
memiliki akses, seperti informasi tentang perawatan konsepsi untuk
memberikan anjuran/nasihat kepada orang tua, mengevaluasi kehamilan dan
bila menemukan suatu kelainan, dapat merujuk ke dokter spesialis yang lebih
kompeten sedini mungkin. Dari peran bidan yang dilakukan tersebut,
diharapkan dapat menghasilkan sebuah kehamilan yang sehat pada pasangan
usia subur.6

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

3
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan prakonsepsi pada calon pengantin dengan perencanaan
kehamilan sehat menggunakan pola pikir manajemen kebidanan untuk
mendapatkan luaran yang optimal bagi kesehatan ibu dan janin.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengidentifikasi permasalahan pada calon pengantin pranikah
dengan KEK
b. Dapat mengidentifikasi potensi risiko pada calon pengantin pranikah
dengan KEK
c. Dapat memberikan intervensi pada permasalahan calon pengantin
melalui konseling, motivasi dan rujukan sebagai upaya preventif pada
prakonsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dengan KEK

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kebidanan yang berfokus mulai dari prakonsepsi sampai pada perencanaan
kehamilan sehat catin pranikah dengan KEK.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
secara langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam
menerapkan asuhan kebidanan pada wanita usia subur sebagai calon
pengantin dengan persiapan prakonsepsi dan perencanaan kehamilan sehat
dengan KEK.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa

4
Dapat memahami teori, memperdalam ilmu, dan menerapkan asuhan
yang akan diberikan pada wanita usia subur sebagai calon pengantin
dengan persiapan prakonsepsi dan perencanaan kehamilan sehat.
b. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas
Laporan komprehensif ini dapat memberikan informasi tambahan bagi
bidan pelaksana di puskesmas dalam upaya promotif dan preventif
dalam persiapan prakonsepsi dan perencanaan kehamilan sehat dengan
KEK
c. Bagi WUS
Laporan komprehensif ini diharapkan menambah pengetahuan tentang
persiapan prakonsepsi dan perencanaan kehamilan sehat.

BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI

5
A. Kajian Masalah Kasus
No.Register : 01.411.03
Nama Pengkaji : Kalis Budiningsih
Tempat Pengkajian : Ruang KIA Puskesmas Umbulharjo 1
Tanggal/Jam : 7 September 2019/10.00 WIB

I. Pengkajian Data Subyektif


1. Identitas Calon Suami
Nama : Nn R Tn B
Umur : 22th 22 tahun
Agama : Islam Islam
Suku : Jawa Jawa
Pendidikan : SMU SMU
Pekerjaan : Mahasiswa Mahasiwa
Alamat : WarungBoto 008/002
2. Data Subyektif
a. Alasan Kunjungan :
Klien catin pranikah bersama calon suami datang ingin imunisasi TT
sebagai syarat menikah di KUA.
b. Keluhan Utama :
Klien datang mengatakan ingin menikah.
c. Riwayat Kesehatan :
Klien mengatakan dirinya dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
menurun seperti asma, Jantung, Hipertensi, DM. Klien mengatakan
tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, HIV, HbsAg.

d. Siklus Haid :

6
Menarche umur 12 tahun, siklus haid 30 hari, teratur, lama haid 5-7
hari, tidak terdapat flour albus, fisiologis, tidak terdapat dismenorea.
Ganti pembalut 2 – 3 kali per hari.HPHT tanggal 20 - 8 -2019
e. Riwayat pernikahan:
Belum pernah menikah sebelumnya
f. Pola aktivitas seksual :
Klien mengatakan belum pernah melakukan aktivitas seksual
g. Pola pemenuhan sehari-hari
1) Nutrisi :
Makan nasi, sayur, lauk biasanya 2x sehari, jarang makan buah
Minum lebih sering minum teh manis
2) Eliminasi :
a) BAB :
BAB 1 kali per hari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan
b) BAK :
BAK 6 sampai 10 kali per hari, warna kuning jernih.
3) Aktivitas : 
Sehari-hari klien masih aktif sebagai mahasiswa di UIN
4) Istirahat :
Tidur siang jarang dilakukan, tidur malam 4 sampai 5 jam.
5) Personal Hygiene :
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 3 hari sekali.
h. Data Psikologi dan Spiritual
1) Klien mengatakan tidak ada adat istiadat yang diikuti yang dapat
mempengaruhi kesehatannya
2) Klien mengatakan rajin sholat 5 waktu

II. Pengkajian Data Obyektif

7
Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi.Langkah-langkah pemeriksaannya adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum: baik
b. Kesadaran : komposmentis (kesadaran maksimal) 
c. Tanda – Tanda Vital
1) Tekanan darah :90/60 mmHg
2) Nadi :Denyut nadi 72 kali per menit
3) Pernafasan : normal 20 kali per menit
4) Suhu : suhu normal 36,5 derajat Celcius
5) Berat badan : 38 kg
6) Tinggi badan : 150 cm
7) LILA :22 cm
8) IMT :16,8 kg/m2
d. Pemeriksaan head to toe :
1) Kepala :simetris
2) Rambut : tidak terlihat karena berhijab
3) Muka :tidak pucat, tidak oedema
4) Telinga :tidak dikaji
5) Mata :konjungtiva merah muda
6) Hidung :tidak dikaji
7) Mulut :
a) bibir : kering
b) lidah: merah muda, bersih
c) gigi: bersih, tidak ada karies
8) Leher : tidaknya nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran kelenjar limfe, dantidakada bendungan vena jugularis.
9) Ketiak :Tidak dikaji
10) Dada :payudara simetris,
11) Perut : palpasi tak ada massa

8
12) Ekstremitas: tidak oedema, tidak ada varises
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan darah Hb 12gr%, Pemeriksaan urine: PP test negatif
b. Pemeriksaan gigi : tidak ada karies, gigi bersih
c. Konsultasi gizi :
Termasuk gizi kurang (IMT 16,8 kg/m2)
d. Konsultasi psikologi :
Mendapatkan bimbingan psikologi atas kesiapan klien menghadapi
pernikahan di usia muda.

III. Analisa
Nn R calon pengantin pranikah dengan KEK
Kebutuhan:
1. Kolaborasi dengan psikolog untuk mengatasi stressor yang ada pada
kedua calon pengantin

2. Kolaborasi dengan gizi untuk pemenuhan kebutuhan bagi pasangan


calon pengantin yang akan memepersiapan kehamilan yang sehat

3. Memberikan materi konseling mengenai kesehatan reproduksi sehat


menjelang persiapan kehamilan

IV. Penatalaksanaan
1. Pemberian materi yang dilakukan psikolog mengenai cara
mengendalikan stress menjelang pernikahan, mempersiapakan diri
dalam menghadapi kehidupan baru setelah resmi menikah, cara
menghadapi perubahan peran dan tanggung jawab agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan setelah pernikahan.
Evaluasi : Tn B catin laki-laki dapat menyebutkan salah satu tanggung
jawab seorang suami adalah memberikan nafkah pada keluarganya

9
Pemberian materi KIE yang dilakukan oleh psikolog dalam
mengatasi stress sangat diperlukan bagi pasangan calon pengantin.
Menurut peraturan direktur jenderal bimbingan masyarakat islam
kementrian agama nomer DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman
penyelenggaraan kursus pranikah, materi yang dijelaskan meliputi
pengertian/deskripsi keluarga, upaya untuk mencapai keluarga sakinah,
membina hubungan dalam keluarga. Dengan pengelolaan manajement
stress yang baik dapat memberikan perasaan nyaman dan tentram bagi
pasangan calon pengantin dan berkaitan dengan perencanaan kehamilan
yang sehat.
Konsep keterikatan emosional dalam pernikahan memang terbentuk
setelah membina keluarga. Keluarga yang didirikan atas ketulusan,
kasih-sayang, keyakinan, kepercayaan, kebaikan, ketidakegoisan dan
maka akan menguatkan rasa dan keterikatan dengan pasangan sangat
kuat. Dan sebaliknya jika berkeluarga didasari dengan rasa tidak
percaya, tidak berharga, emosional, selalu curiga atau ingin menang
sendiri maka akan berdampak pada ketidakbahagiaan dan keretakan
keluarga.
Pemberian KIE yang dilakukan oleh psikolog mengenai cara
mengendalikan stress menjelang pernikahan, mempersiapakan diri
dalam menghadapi kehidupan baru setelah resmi menikah, cara
menghadapi perubahan peran dan tanggung jawab agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan setelah pernikahan.
2. Pemberian edukasi dari ahli gizi tentang pemenuhan kebutuhan gizi
terutama buat calon ibu.
Evaluasi : Kedua calon pengantin mengerti dengan penjelasan yang
diberikan tentang pemenuhan kebutuhan gizi terutama buat calon
ibu.Nn R dapat menyebutkan jnis makanan yang harus dikonsumsi
dengan variasi menu.
Dengan diberikannya pembekalan calon pengantin dalam
pemenuhan nutrisi untuk mempersiapakn kehamilan yang sehat sangat

10
diperlukan. Status gizi prakonsepsi merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi.
keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil jauh ditentukan sebelumnya
yaitu pada masa remaja dan dewasa sebelum hamil atau selama menjadi
wanita usia subur.
3. Pemberian materi KIE yang dilakukan oleh bidan mengenai kesehatan
reproduksi sehat bagi pasangan calon pengantin. Pemberian materi
meliputi pra konsepsi, persiapan kehamilan, pesiapan persalinan,
perawatan bayi sehari hari, suami siaga, penyakit infeksi menular
seksual, permasalahan yang berhubungan dengan kesuburan serta
komunikasi yang efekti antar pasangan dalam hal apapun yang
berhuubungan dengan kesehatan masing – masing.
Evaluasi : Kedua calon pengantin mengerti dengan apa yang di jelaskan
serta kedua pasangan akan berusaha untuk memperhatikan dan
mempersiapkan diri dalam perencanaan kehamilan setelah menikah. Nn
R dan suami dapat menjelaskan kembali kapan masa subur terjadi
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental dari
setiap ibu. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik, maka
akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan
psikologi dari ibu menjadi lebih baik. Sedangkan persiapan kehamilan
yang rendah mengakibatkan kehamilan dengan komplikasi, kehailan
dengan kompliksi dapat mengakibatkan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas bagi ibu dan janin. Kurangnya persiapan kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya hiperemesisi gravidarum, preeklamsia dan
eklamsia, kelainan dalam lamanya kehailan, kehamlan ektopikk,
penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin, dll.14
Menurut peraturan direktur jenderal bimbingan masyarakat islam
kementrian agama nomer DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman
penyelenggaraan kursus pranikah, menyebutkan bahwa pemberian
materi fungsi reproduksi mengenai fungsi reproduksi yang didasarkan
akad perkawinan yang suci. Dengan diberikannya informasi tersebut

11
dapat menambah informasi dan pengetahuan pasangannya calon,
sehingga mampu berhati-hati dalam menjaga kesehatannya terutama
kesehatan reproduksinya.
Berdasarkan hasil penelitian Nita, 2017 menyatakan bahwa ada
pengaruh pemberian buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi
catin terhadap pengetahuan catin tentang reproduksi dan seksual pada
catin di KUA tanjungkarang Pusat Tahun 2017. Menurut penelitian
Lusianan, 2017 menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap dan
motivasi yang signifikan antara kelompok yang diberikan pendidikan
kesehatan dengan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan. dengan
diberikannya pendidikan kesehatan bagi calon pengantin dapat
memberikan dampak positif dari sisi segi pandang maupun dari perilaku
yang akan mereka jalani saat sudah enjadi pasangan suami istri.
Berdasarkan peraturan direktur jenderal bimbingan masyarakat
islam kementrian agama nomer DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman
penyelenggaraan kursus pranikah, Keluarga sakinah adalah keluarga
yang didasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat
spiritual dan material secara serasi dan seimbang, diliputi suasana kasih
sayang antara internal keluarga dan lingkungannya, mampu memahami,
mengamalkan dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan
akhlaqul karimah.
Agar keluarga utuh dan tidak terjadi kegagalan maka setiap
pasangan harus memiliki komitmen pada agama sebagai landasan dalam
menyelesaikan masalah. Komitmen diartikan bukan lamanya belajar
agama, atau seringnya mengikuti pengajian, namun kesanggupan untuk
mempercayai kebenaran Allah SWT sebagai Tuhan yang memiliki
kekuasaan dan keagungan, memiliki tanggung-jawab atas ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari termasuk mengakui kesakralan pernikahan.
Agama yang terinternalisasi akan membentuk kepribadian yang lebih
terintegrasi dan berperan dalam keutuhan pernikahan. Disampaikan oleh
Judgson T. Landis dan Mary G. Landis menyatakan“Individu yang

12
memiliki keyakinan yang diamalkan dalam kehidupannya, akan
membuatnya menjadi pasangan yang baik.
Secara umum seorang suami berperan sebagai kepala keluarga yang
bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan. Suami juga berperan sebagai mitra istri yaitu menjadi teman
setia yang menyenangkan dan selalu ada di saat suka maupun duka
dengan selalu menyediakan waktu untuk berbincang dan menghabiskan
waktu senggang dengan sang istri. Sebagai suami juga harus berperan
untuk mengayomi atau membimbing istri agar selalu tetap berada di
jalan yang benar.
Peran yang sangat penting dalam menjaga suatu kehidupan keluarga
dimulai dari sosok wanita, yang nantinya akan menjadi guru pertama
bagi putra-putrinya. Istri itulah yang merupakan sumber budi pekerti,
karena yang telah menerima adanya jenis manusia ini, semenjak muncul
di rahim, sampai akhirnya manusia itu besar dipangkuan dan ayunan.
Eksistensi istri diakui oleh al-Qur’an adalah suatu kenyataan yang tak
dapat dibantah.

B. Kajian Teori
1. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga
terjadi pembuahan.5 Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel
sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi
adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi
idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100
hari sebelum konsepsi. Asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi
konsepsi.6
Persiapan pra-kehamilan (perawatan prakonsepsi) adalah istilah luas yang
mengacu pada proses identifikasi berbagai risiko, seperti risiko sosial, perilaku,
lingkungan, dan biomedis terhadap kesuburan dan hasil kehamilan seorang

13
wanita, yang bertujuan untuk mengurangi risiko ini (bila mungkin) melalui
pendidikan, konseling, dan intervensi yang tepat, sebelum kehamilan.
Pada periode prakonsepsi sebagai pasangan, seorang suami dan istri
haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi
bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan reproduksinya
berada pada kondisi yang baik.6
Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi
kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi dan
proses reproduksinya termasuk didalamnya tidak memiliki penyakit atau
kelaianan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut.6
Dalam kesehatan reproduksi pembagian peran sosial peran perempuan
dan laki – laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan
laki – laki. Peran sosial laki – laki dan perempuan itu semkain dirasakan dalam
kesehatan reproduksi.6
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia, misalnya masalah pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja,
aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi.
Status posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama masalah
keseehatan reproduksi yang dihadapi perempuan, karena menyebabkan
perempuan kehilangan kendali kesehatan tubuh dan fertilitasnya.6
Idealnya, pasien, suami dan dokter atau petugas kesehatan lainnya,
merencanakan program kesehatan reproduksi dan mempersiapkannya dengan
baik sesuai kebutuhan dan keadaan masing-masing individu. Ibu yang ingin
hamil dievaluasi kesehatan alat reproduksi dan pendukungnya, sementara ibu
yang belum ingin hamil tetap harus dijaga kesehatan reproduksinya dan
ditawari metode keluarga berencana yang sesuai. Selain evaluasi kesehatan
reproduksi berkala, perawatan prakonsepsi juga dapat berkisar pada :
a. Pemeriksaan pranikah dan berbagai pemeriksaan penunjangnya
b. Konseling Kontrasepsi pra-kehamilan
c. Evaluasi penyakit menular seksual atau infeksi vagina

14
Petugas kesehatan harus mampu melakukan penilaian prakonsepsi dasar,
memberikan pendidikan dasar kesehatan reproduksi, dan menawarkan
rekomendasi yang tepat untuk intervensi. Apabila terdapat situasi di luar
kemampuan petugas kesehatan, harus dilakukan rujukan kepada seorang
konselor genetik dan / atau petugas dengan keahlian khusus.7

A. Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan
pasangannya berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal
saat dimulainya kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan serangkaian
pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada
calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi beberapa pasangan mungkin tidak
direncanakan, mayoritas pasangan yang memang merencanakan kehamilan
dapat memperoleh manfaat dari asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang
hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya
mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan. Dimana
perempuan lebih rentan dalam menghadapai risiko kesehatan
reproduksi,seperti kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman dan
pemakaian alat kontrasepsi karena struktur alat reproduksinya perempuan
lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk
HIV-AIDS.6 Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan
laki – lakidan perempuan . namun keterlibatan motivasi, serta pertisipasi laki –
laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat kurang. Laki – laki yang
mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan
IMS termasuk HIV-AIDS karena itu dalam menyusun strategi untuk
memperbaiki kesehatan reproduksi harus diperhitungksn pula kebutuhan,
kepedulian dan tanggung jawab laki – laki.6
Menurut Sofie Krisnadi tujuan pra konsepsi diantaranya3 :
a. Mengidentifikasi potensi risiko untuk ibu, janin, dan kehamilan
b. Mendidik wanita tentang risiko ini, pilihan untuk intervensi dan
manajemen

15
c. Memulai intervensi untuk mendapatkan luaran yang optimal bagi ibu dan
janinnya, melalui Konseling, motivasi, optimasi penyakit, dan rujukan
spesialis
Dalam melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang suami
dan istri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu
indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa kesehatan
reproduksinya berada pada kondisi yang baik.6

B. Manfaat Prakonsepsi

Manfaat adanya asuhan masa prakonsepsi adalah adanya kesiapan


secara fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui
asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat
mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat
mengetahui hal apa saja yang menghambat suksesnya proses konsepsi,
sehingga dapat melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan
sehat. Selain itu asuhan pra konsepsi juga bermanfaat untuk3 :
a. Identifikasi keadaan penyakit
b. Penilaian keadaan psikologis
c. Kesiapsiagaan keuangan dan tujuan hidup
d. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk
membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.
Persiapan prakonsepsi berkitan dengan hak reproduksi seksual.
Dimana kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah anak
mereka, jarak kelahiran antar anak satu dengan yang kedua dan seterusnya
serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut dilahirkan.
Hak reproduksi dan seksual menjamin keselamatan dan keamanan
calon pengantin, termasuk didalamnya merekaharus mendapatkan informasi
yang lengkap tentang kesehatan reproduksi dan seksual, serya efek samping
obat – obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi
masalah kesehatan reproduksi. Informasi yang diterima harus bisa membuat

16
calon pengantin mengerti tentang informasi yang diberikan sehingga dapat
membuat keputusan tanpa terpaksa.
Calon pengantin juga berhak untuk memperoleh pelayanan KB yang
aman, efektif, efektif, terjangkau, dapat diterima sesuai dengan pilhan tanpa
paksaan. Pihak perempuan berhak mendapat pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan dan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.2
C. Masalah Yang Dihadapi Sebelum Konsepsi
Pada pencegahan primer dihindari faktor penyebab, karena saat ini sudah
semakin banyak penyakit kongenital yang telah diketahui etiologinya. Cacat
saat lahir merupakan penyebab utama mortalitas bayi dan 20% penyebab
kematian bayi. Dapat dikurangi dengan strategi pencegahan primer, atau
sekunder.
Sedangkan pada pencegahan sekunder dilakukan identifikasi dan
penghentian kehamilan yang terkena penyakit. Manfaat konseling diukur
dengan membandingkan insiden kasus baru sebelum dan sesudah dimulainya
konseling.

D. Perencanaan Kehamilan Sehat


Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang
optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian
maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi
dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi
keluarga.6
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan
setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial
adalah hal yang tidak boleh diabaikan. 7
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat
dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga.8

17
E. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan
Menurut Mirza (2012) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam
merencanakan kehamilan, antara lain:7
a. Kesiapan aspek psikologis
Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani
konseling prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran,
seperti dengan cara melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan
kandungan) dan laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini
akan mempersiapkan calon ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan
kehamilan yang sehat sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Dengan begitu, bisa segera dideteksi bila ada penyakit yang
diturnkan secara genetis, misalnya: diabetes militus, hipertensi, dan
sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk mencegahcacat bawaan
akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat berbahaya.
b. Kesiapan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada
fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan
kalau kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan
memengaruhi janin. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan,
antara lain:
1) Mulai menata pola hidup
Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga memengaruhi
keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan
secara optimal kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi.
2) Mencapai berat badan ideal
Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat
badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan
ikut-ikutan terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat badan
yang jauh dari ideal juga memicu terjadinya berbagai gangguan
kesehatan.
3) Menjaga pola makan

18
Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat
gizi akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan
kondisi kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy
bagi tumbuh kembang janin. Caranya sebagai berikut:
a) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Masukkan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam menu
makanan sehari-hari secara bervariasi dan dalam jumlah yang pas,
sesuai kebutuhan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ervinda dkk (2014)
mengatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan sikapgizi
seimbang mengenai konsumsi makanan beragam dan tidak ada
hubunan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap gizi
seimbang melakukan aktifitas fisik. Yang artinya pemberian
konseling tentang pola konsumsi makanan yang beragam untuk
pemenuhan gizi sangat penting untuk memberikan pengetahuan
kepada WUS agar dapat mengkonsumsi makanan yang bergizi. 7
Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Nguyen, et al
tahun 2016 menyatakan bahwa kekurangan supplement zat besi
pada masa prakonsepsi dapat mempengaruhi jumlah zat besi dalam
tubuh ibu pada saat hamil dan postpartum. Untuk itu pemeriksaan
laboratorium pada wanita prakonsepsi sangatlah penting. 10
Selain itu imunisasi Tetanus Toxoid, vaksin HPV juga sangatlah
penting untuk wanita prakonsepsi. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Jing Tan et al (2019) menyatakan bahwa sebaiknya dalam
pemberian vaksinasi HPV pada 90 hari sebelum menstruasi terakhir
atau sebelum terjadinya konsepsi. Selain itu, pemberian vaksin HPV
10
pada 45 hari sebelum kehamilan dapat berisiko keguguran.
Sementara itu, Amerika serikat ditemukan suatu sistem pelayanan
kesehatan terhadap wanita prakonsepsi dengan pemanfaatan
tekhnologi informasi dengan program Gabby Preconception Care
System. Program ini menggunkan teknologi VPA (Virtual patient

19
advocat) yang merupakan teknologi komputer mengguankan
karakter animasi untuk mengintegrasikan aktifitas antara provider
dengan pasien. Program ini dirancang secara khusus untuk
mencegah resiko prakonsepsi secara dini sehingga akan
menghasilkan kehamilan yang optimal. Program ini menyediakan
beberapa aplikasi yang ditawarkan oleh provider dalam hal ini
dokter kepada pasien yaitu pengetahuan mengenai kesehatan ibu
dan anak, dampak dari berbagai penyakit yang timbul pada
kehamilan, kemampuan untuk mendeteksi kehamilan, skrining
resiko kehamilan dan pelayanan klinis terkait resiko kehamilan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem PCC bisa efektif dalam
mempengaruhi perubahan perilaku positif. Sistem ini memiliki besar
potensi untuk membantu dalam PCC selain itu penelitian
mengungkapkan diskusi lebih nyaman untuk mengeksplor masalah
yang mereka alami dan resiko lebih dini di atasi.12
b) Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena
dapat menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi.
c) Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama
diolah, sehingga kandungan zat-zat gizinya tidak hilang.
4) Olahraga secara teratur
Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah.
Peredaran nutrisi dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuhpun jadi
efisien, sebab benar-benar bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini
dibutuhkan untuk pembentukan sperma dan sel telur yang baik.
Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki mood karena
meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi sehat dan
bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan, serta
kembalinya bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang
cocok dilakukan yaitu, olahraga joging, jalan kaki, berenang,
bersepeda dan senam.
5) Menghilangkan kebiasaan buruk

20
Kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, serta
mengkonsumsi kafein (kopi, minuman bersoda), sebaiknya dihentikan
saja. Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa memengaruhi
kesuburan. Akibatnya, peluang terjadinya pembuahan makin kecil.
Sering stress juga bukan kebiasaan yang baik. Apalagi, kalau sibuk
kerja dan lupa istirahat.
6) Bebas dari penyakit
Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes,campak jerman,
atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke dokter.
Sebab, penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan janin.
7) Stop pakai kontrasepsi
Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan kotrasepsi.
Apabila belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai
kontrasepsi. Misalnya, pil, obat suntik, serta susuk KB mengandung
hormone yang brtugas terjadinya ovulasi.
8) Meminimalkan bahaya lingkungan
Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa juga berdampak buruk
sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau gagguan pada
pembentukan sel telur. Lingkungan yang sarat mikroorganisme (jamur,
bakteri, dan virus), bahan kimia beracun (timah hitam dan pestisida),
radiasi (sinar X, sinar ultraviolet, monitor komputer, dan lainnya), dan
banyak lagi.
c. Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana
kesiapan finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan
yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung
sampai persalinan. 4
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial, diantaranya:
1) Sumber keuangan

21
Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu merancang
keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari atau tidak, anak
ternyata membutuhkan alokasi dana yang cukup besar.
2) Dana yang wajib ada
Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon orang tua,
yaitu:
a) Saat hamil
Yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan penunjang
(laboratorium, USG, dan sebagainya), serta mengatasi penyakit (bila
ada).
b) Saat bersalin
Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi caesar),
“menginap” di rumah sakit pilihan, obat obatan, serta biaya
penolong persalinan.
c) Setelah bayi lahir
Prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan perlu
memperhitungkan masa depan anak.
d) Persiapan Pengetahuan
Dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan aman, maka setiap
pasangan suami istri harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh
dalam perencanaan kehamilan atau dalam kehamilan. Diantaranya:
(1) Masa subur
Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap
untuk dibuahi. Masa subur berkaitan erat dengan menstruasi dan
siklus menstruasi. Adanya hasrat antara suami dan istri adalah
sesuatu yang wajar, penyaluran hasrat tersebut akan memulai
hasil yang baik jika pertemuan antara suami dan istri diatur
waktunya.
(2) Kecenderungan memilih jenis kelamin anak
Setiap pasangan yang menikah pastilah mendambakan anak di
tengah kehidupan keluarganya. Bagi yang telah mempunyai

22
anak berjenis kelamin tertentu, pastilah menginginkan anak
dengan jenis kelamin yang belum mereka miliki, sehingga
lengkap yaitu laki-laki dan perempuan.
(3) Kesiapan aspek usia
Pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia
dibawah 20 tahun apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko
mengalami tekanan darah tinggi, kejang-kejang, perdarahan
bahkan kematian pada ibu atau bayinya, dan beresiko terkena
kanker serviks. Dimana menurut penelitianyang dilakukan oleh
Sinta B dkk (2017) menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap
dan motivasi yang signifikan antara WUS yang di berikan
skrining edukasi prakonsepsi dengan WUS yang tidak
mendapatkan edukasi yang berpengaruh sampai pada persiapan
pranikah.13

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Data pada kasus ini diperoleh di Puskesmas Umbulharjo 1 saat Nn R
datang ke Puskesmas Umbulharjo 1 tgl 7 September 2019 untuk mendapatkan
pelayanan catin. Data yang diperoleh meliputi data subyektif dan data obyektif.
Data subyektif yang diperoleh yaitu keduanya mengatakan merasa senang
menjelang pernikahan. Rencana menikah tgl 9 Nopember 2019. HPHT 20
Agustus 2019. Siklus haid teratur lama haid 5-7 hari. Nn. R sudah mendapatkan
Imunisasi pada saat duduk dibangku sekolah dasar selama 3 kali. Imunisasi
yang sekarang merupakan imunisasi TT 4

23
Data obyektif didapatkan T:90/60 mmHg, TB: 150cm, BB: 38 kg dan
Lila 22 cm untuk IMT kategori Kurus. Nn R mendapatkan pemeriksaan
laboratorium yaitu pemeriksaan haemoglobin dan didapatkan hasil 12gr/ dl dan
pemeriksaan urine PPTest : (-).
Bagi pasangan calon pengantin yang akan menikah di wilayah
puskesmas Umbulharjo 1 sudah menjadi menjadi agenda rutin bahwa setiap
catin perempuan dilakukan pemeriksaan Hemoglobin dan Tes urine.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi apakah catin perempuan
mengalami anemia dan.apakah sudah terjadi kehamilan atau belum.

B. Analisis
Nn R calon pengantin pranikah dengan KEK
Kebutuhan:
1. Kolaborasi dengan psikolog untuk mengatasi stressor yang ada pada
kedua calon pengantin
2. Kolaborasi dengan gizi untuk pemenuhan kebutuhan bagi pasangan
calon pengantin yang akan memepersiapan kehamilan yang sehat

3. Memberikan materi konseling mengenai kesehatan reproduksi sehat


menjelang persiapan kehamilan

V. Penatalaksanaan
1. Pemberian materi yang dilakukan psikolog mengenai cara
mengendalikan stress menjelang pernikahan, mempersiapakan diri
dalam menghadapi kehidupan baru setelah resmi menikah, cara
menghadapi perubahan peran dan tanggung jawab agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan setelah pernikahan.
Evaluasi : Tn B catin laki-laki dapat menyebutkan salah satu tanggung
jawab seorang suami adalah memberikan nafkah pada keluarganya
Pemberian materi KIE yang dilakukan oleh psikolog dalam
mengatasi stress sangat diperlukan bagi pasangan calon pengantin.
Menurut peraturan direktur jenderal bimbingan masyarakat islam

24
kementrian agama nomer DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman
penyelenggaraan kursus pranikah, materi yang dijelaskan meliputi
pengertian/deskripsi keluarga, upaya untuk mencapai keluarga sakinah,
membina hubungan dalam keluarga. Dengan pengelolaan manajement
stress yang baik dapat memberikan perasaan nyaman dan tentram bagi
pasangan calon pengantin dan berkaitan dengan perencanaan kehamilan
yang sehat.
Konsep keterikatan emosional dalam pernikahan memang terbentuk
setelah membina keluarga. Keluarga yang didirikan atas ketulusan,
kasih-sayang, keyakinan, kepercayaan, kebaikan, ketidakegoisan dan
maka akan menguatkan rasa dan keterikatan dengan pasangan sangat
kuat. Dan sebaliknya jika berkeluarga didasari dengan rasa tidak
percaya, tidak berharga, emosional, selalu curiga atau ingin menang
sendiri maka akan berdampak pada ketidakbahagiaan dan keretakan
keluarga.
Pemberian KIE yang dilakukan oleh psikolog mengenai cara
mengendalikan stress menjelang pernikahan, mempersiapakan diri
dalam menghadapi kehidupan baru setelah resmi menikah, cara
menghadapi perubahan peran dan tanggung jawab agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan setelah pernikahan.
2. Pemberian edukasi dari ahli gizi tentang pemenuhan kebutuhan gizi
terutama buat calon ibu.
Evaluasi : Kedua calon pengantin mengerti dengan penjelasan yang
diberikan tentang pemenuhan kebutuhan gizi terutama buat calon
ibu.Nn R dapat menyebutkan jnis makanan yang harus dikonsumsi
dengan variasi menu.
Dengan diberikannya pembekalan calon pengantin dalam
pemenuhan nutrisi untuk mempersiapakn kehamilan yang sehat sangat
diperlukan. Status gizi prakonsepsi merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi kondisi kehamilan dan kesejahteraan bayi.
keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil jauh ditentukan sebelumnya

25
yaitu pada masa remaja dan dewasa sebelum hamil atau selama menjadi
wanita usia subur.
3. Pemberian materi KIE yang dilakukan oleh bidan mengenai kesehatan
reproduksi sehat bagi pasangan calon pengantin. Pemberian materi
meliputi pra konsepsi, persiapan kehamilan, pesiapan persalinan,
perawatan bayi sehari hari, suami siaga, penyakit infeksi menular
seksual, permasalahan yang berhubungan dengan kesuburan serta
komunikasi yang efekti antar pasangan dalam hal apapun yang
berhuubungan dengan kesehatan masing – masing.
Evaluasi : Kedua calon pengantin mengerti dengan apa yang di jelaskan
serta kedua pasangan akan berusaha untuk memperhatikan dan
mempersiapkan diri dalam perencanaan kehamilan setelah menikah. Nn
R dan suami dapat menjelaskan kembali kapan masa subur terjadi
Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental dari
setiap ibu. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik, maka
akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan
psikologi dari ibu menjadi lebih baik. Sedangkan persiapan kehamilan
yang rendah mengakibatkan kehamilan dengan komplikasi, kehailan
dengan kompliksi dapat mengakibatkan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas bagi ibu dan janin. Kurangnya persiapan kehamilan dapat
menyebabkan terjadinya hiperemesisi gravidarum, preeklamsia dan
eklamsia, kelainan dalam lamanya kehailan, kehamlan ektopikk,
penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin, dll.14
Menurut peraturan direktur jenderal bimbingan masyarakat islam
kementrian agama nomer DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman
penyelenggaraan kursus pranikah, menyebutkan bahwa pemberian
materi fungsi reproduksi mengenai fungsi reproduksi yang didasarkan
akad perkawinan yang suci. Dengan diberikannya informasi tersebut
dapat menambah informasi dan pengetahuan pasangannya calon,
sehingga mampu berhati-hati dalam menjaga kesehatannya terutama
kesehatan reproduksinya.

26
Berdasarkan hasil penelitian Nita, 2017 menyatakan bahwa ada
pengaruh pemberian buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi
catin terhadap pengetahuan catin tentang reproduksi dan seksual pada
catin di KUA tanjungkarang Pusat Tahun 2017. Menurut penelitian
Lusianan, 2017 menyatakan bahwa terdapat perbedaan sikap dan
motivasi yang signifikan antara kelompok yang diberikan pendidikan
kesehatan dengan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan. dengan
diberikannya pendidikan kesehatan bagi calon pengantin dapat
memberikan dampak positif dari sisi segi pandang maupun dari perilaku
yang akan mereka jalani saat sudah enjadi pasangan suami istri.
Berdasarkan peraturan direktur jenderal bimbingan masyarakat
islam kementrian agama nomer DJ.II/542 Tahun 2013 tentang pedoman
penyelenggaraan kursus pranikah, Keluarga sakinah adalah keluarga
yang didasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat
spiritual dan material secara serasi dan seimbang, diliputi suasana kasih
sayang antara internal keluarga dan lingkungannya, mampu memahami,
mengamalkan dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan
akhlaqul karimah.
Agar keluarga utuh dan tidak terjadi kegagalan maka setiap
pasangan harus memiliki komitmen pada agama sebagai landasan dalam
menyelesaikan masalah. Komitmen diartikan bukan lamanya belajar
agama, atau seringnya mengikuti pengajian, namun kesanggupan untuk
mempercayai kebenaran Allah SWT sebagai Tuhan yang memiliki
kekuasaan dan keagungan, memiliki tanggung-jawab atas ajaran agama
dalam kehidupan sehari-hari termasuk mengakui kesakralan pernikahan.
Agama yang terinternalisasi akan membentuk kepribadian yang lebih
terintegrasi dan berperan dalam keutuhan pernikahan. Disampaikan oleh
Judgson T. Landis dan Mary G. Landis menyatakan“Individu yang
memiliki keyakinan yang diamalkan dalam kehidupannya, akan
membuatnya menjadi pasangan yang baik.

27
Secara umum seorang suami berperan sebagai kepala keluarga yang
bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan. Suami juga berperan sebagai mitra istri yaitu menjadi teman
setia yang menyenangkan dan selalu ada di saat suka maupun duka
dengan selalu menyediakan waktu untuk berbincang dan menghabiskan
waktu senggang dengan sang istri. Sebagai suami juga harus berperan
untuk mengayomi atau membimbing istri agar selalu tetap berada di
jalan yang benar.
Peran yang sangat penting dalam menjaga suatu kehidupan keluarga
dimulai dari sosok wanita, yang nantinya akan menjadi guru pertama
bagi putra-putrinya. Istri itulah yang merupakan sumber budi pekerti,
karena yang telah menerima adanya jenis manusia ini, semenjak muncul
di rahim, sampai akhirnya manusia itu besar dipangkuan dan ayunan.
Eksistensi istri diakui oleh al-Qur’an adalah suatu kenyataan yang tak
dapat dibantah.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasaran hasil pengkajian pada kasus Nn. R dan Tn. B sebagai calon
pengantin ditemukan bahwa :
1. Adanya perjuangan keduanya untuk mendapatkan restu orang tua,
dikarenakan status mereka akan menikah masih sebagai mahasiswa dan
belum bekerja.
2. Restu orang tua dapat berpengaruh pada kehidupan psikososial keduanya,
karena bagi mereka restu kedua orangtua sangatlah penting.
3. Pemberian konseling pada keduanya mulai dari kesehatan reproduksi
sampai pada persiapan persalinan sangat penting untuk menambah
pengetahuan guna untuk persiapan prakonsepsi dan kehamilan sehat,

28
berkolaborasi dengan ahli gizi untuk mendapatkan konseling tentang
makanan dngan gizi seimbang untuk mengatasi KEK yang dialami Nn R
serta kolaborasi dengan psikolog untuk meminimalisir adanya stres yang
muncul. Sementara itu pentingnya pemberian sex eduakasi sejak dini
kepada anak remaja baik di dalam rumah ataupun di luar rumah.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih memperdalam tentang persiapan
prakonsepsi dan kehamilan sehat sehingga dapat mengambil tindakan
secara lebih cepat dan tepat.
2. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan khususnya
bagi calon pengantin dalam persiapan prakonsepsi dan kehamilan sehat
khususnya pendekatan yang lebih intensif dan terjalin adanya komunikasi
yang efektif dimulai dari awal sebagai calon pengantin sampai pada proses
kehamilan persalinan dan nifas.

3. Bagi WUS
Diharapkan bisa mempersiapkan diri sejak awal sebagai calon ibu
dengan mengetahui pentingnya menjaga kesehatan reproduksi,
meminimalisir stres dan melakukan pemeriksaan secara teratur

29
DAFTAR PUSTAKA

1. BKKBN. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia.


Jakarta. 2013
2. Dewi, Sunarsih. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika. 2011.
3. Pfeifer, S. M. NMS Obstetrics and Gynecology (7th Edition ed.) Philadelphia:
Lippicont William & Wilkins. 2012.
4. Regina, vt Novita. Asuhan Keperawatan Maternitas. 2011. Ghalia Indonesia.
Bogor.
5. Kementerian Kesehatan RI. Kesehatan Reproduksi dan Seksual bagi Calon
Pengantin. Jakarta. 2015.
6. Sofie Rifayani Krisnadi. Persiapan-prakehamilan 2015. Diunduh dari
https://www.researchgate.net/publication/282295367_Persiapan-prakehamilan
tanggal 19 Agustus 2019.
7. Mirza Maulana, 2008, Panduan Lengkap Kehamilan, Katahati, Jogjakarta.
8. Kurniasih, D. (2010). Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Kompas
Gramedia.

30
9. Jannah, Nurul. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: AR-RUZZ
MEDIA; 2011.
10. Ervina Waode Fifina dkk. Hubungan Pengetauan dan Sikap dengan Perilaku
Gizi Seimbang pada Wanita Prakonsepsi di Kota Makassar. Universitas
Hasanuddin. 2014
11. Nguyan et al. Impact of Preconception Micronutrient Supplementation on
Anemia and Iron Status during Pregnancy and Postpartum: A Randomized
Controlled Trial in Rural Vietnam. 2016 Dec 5.
doi: 10.1371/journal.pone.0167416
12. Jing Tan et al. Peri-conceptional or pregnancy exposure of HPV vaccination
and the risk of spontaneous abortion: a systematic review and meta-analysis.
2019 number: 302
13. Zee Bvd, al e. Ethical aspects of paternal preconception lifestyle modification.
American Journal of Obstetrics & Gynecology. 2013
14. Sinta B, dkk. Pengaruh pendidikan kesehatan metode pre edukasi mengenai
skrining prakonsepsi terhadap sikap dan motivasi WUS. Universitas Andalas.
Volume VII Nomor 2, Mei 2017 pISSN 2089-4686
eISSN 2548-5970

31

Anda mungkin juga menyukai