Anda di halaman 1dari 1

Nama : Tasya Laila Sari

Kelas : 4C
NIM : 1182050099
Mata kuliah : Ilmu Fiqh
Dosen Pengampu : 1. Dr. H. Hasbiyallah, M. Ag
2. Hamdan Hambali, M. Ag

Istinbath
Secara bahasa istinbath memiliki arti menciptakan, mengeluarkan, atau menarik sebuah
kesimpulan. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang akan melakukan
istinbâth atau ijtihâd adalah sebagai berikut:
1. Memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang ayat-ayat al-Qurân yang berhubungan
dengan masalah hukum.
2. Memiliki pengetahuan yang luas tentang hadis-hadis Nabi s.a.w. yang berhubungan
dengan masalah hukum.
3. Menguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh Ijmâ’, agar dalam
menentukan hukum sesuatu, tidak bertentangan dengan Ijmâ’.
4. Memiliki pengetahuan yang luas tentang qiyâs, dan dapat mempergunakannya untuk
istinbâth hukum.
5. Mengetahui ilmu logika, agar dapat mengahasilkan kesimpulan yang benar tentang
hukum, dan sanggup mempertanggungjawabkannya.
6. Menguasai bahasa Arab secara mendalam karena al-Qurân dan Sunnah tersusun dalam
bahasa Arab, dan lain-lain.
Tujuan istinbat hukum adalah menetapkan hukum setiap perbuatan atau perkataan
mukallaf dengan meletakkan kaidah-kaidah hukum yang ditetapkan. Melalui kaidah-kaidah itu
kita dapat memahami hukum-hukum syara’ yang ditunjuk oleh nash, mengetahui sumber hukum
yang kuat apabila terjadi pertentangan antara dua buah sumber hukum.
Secara garis besar metode dan kaidah yang digunakan untuk melakukan istinbāṭ hukum
diklasifikasikan menjadi dua, , yaitu metode kebahasaan (thariqatul lughawiyah) dan maknawi
(thariqatul maknawiyah). Thariqatul lughawiyah atau metode istinbath hukum secara kebahasaan
adalah metode perumusan kaidah-kaidah ushuliyah berdasarkan kepada dalil-dalil atau nash-
nash yang bersifat tekstual yang dirumuskan dengan pembahasan mengenai asal-usul bahasa
(secara kebahasaan). Sedangkan thariqatul maknawiyyah adalah metode istinbath hukum yang
mengacu pada permasalahan- permasalahan yang terjadi di masyarakat (furu’). Metode ini
menetapkan kaidah-kaidah bagi persoalan-persoalan praktis yang terjadi, caranya dengan merinci
masalah-masalah furu’(cabang) kemudian baru ditetapkan ketentuan hukum terhadap
permasalahan yang ada pada saat itu dan belum pernah terjadi pada masa sebelumnya. Adapun
pendekatan istinbat diantaranya: Yang pertama, pendekatan menurut Imam Abu Hanifah. Imam
Abu Hanifah tidak menulis kitab ushul al- fiqh. Yang kedua, pendekatan menurut Imam Syafi’i.
Beliau menulis al-Risalah yang menguraikan prinsip-prinsip hukum dalam berijtihad. Kemudian
fatwa yang beliau keluarkan ditulis dalam kitab al- Um.

Anda mungkin juga menyukai