BAB I
Tabel 2. Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Untuk Menu Ke 1 Pada Menu Makan Sore Kelas III Non Diet
Berat Berat kotor Yang
Bahan Frekuensi Standar Kebutuhan Konsumen ± 20 % Harga
No. Menu bersih (f) =1/BDD dibutuhkan Biaya
Makanan (a) porsi (b) (c) = axb (d) (g) satuan
(e) = cxd %xe (h) = f+g / 1000
1. Nasi Beras 1 100 100 32 orang 3200 3200 640 3,84 Rp. 10.300 Rp. 40.320
2. Telur ceplok bumbu rujak Telur ayam 1 50 50 32 orang 1600 1927,71 385,54 2,31 Rp. 19.500 Rp. 45.045
3. Sayur lodeh Kacang Panjang 1 18.75 18.75 32 orang 600 799,99 159,99 0,96 Rp. 12.000 Rp. 11.520
Terong 1 21.75 21.75 32 orang 696 799,99 159,99 0,96 Rp. 7500 Rp. 7200
Daun so 1 2.2 2.2 32 orang 70,4 79,99 15,99 0,096 Rp. 22.000 Rp. 2112
Labu siam 1 25 25 32 orang 800 963,86 192,77 1,16 Rp. 6500 Rp. 7540
Kelapa parut 1 20 20 32 orang 640 640 128 0,77 Rp. 16.000 Rp. 12320
30
kebutuhan bahan makanan basah dilakukan setiap hari, hal ini bertujuan untuk
menjaga kualitas dari bahan makanan basah yang digunakan karena bahan
makanan basah akan cenderung menurun kualitasnya jika terlalu lama
disimpan dan berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan.
spesifikasi
∑ ∑
Pemesanan Kiriman
Tidak sesuai
(ada
beberapa
7 Tomat Kg 8 8,5
tomat yang
memar dan
layu)
dengan jumlah dan kualitas yang tepat serta sesuai dengan pesanan dan
waktu yang diperlukan.
Prasyarat penyimpanan bahan makanan
a) Adanya bon permintaan bahan makanan
b) Tersedianya kartu stock/buku catatan keluar masuknya bahan
makanan (Depkes,2013)
Penyaluran bahan makanan di Instalasi Gizi RSI Sultan Agung
Semarang sudah sesuai dengan anjuran Depkes (2007), yaitu sistem FIFO
dan FEFO dengan cara meletakkan bahan makanan yang lebih awal
diterima agar dekat dengan tempat penyaluran, sehingga bahan makanan
tersebut lebih mudah dijangkau dan dipergunakan. Penyimpanan bahan
makanan basah dilakukan pada bahan makanan antara lain sayuran, lauk
hewani dan bumbu yang telah disiapkan untuk makan sore dan pagi yang
disimpan dalam wadah stainless, diwrapping dan diberi label.Selain itu,
untuk kegiatan pelaporan atau pendokumentasian, digudang tersedia buku
catatan keluar masuknya bahan makanan dari gudang penyimpanan yang
disebut Buku Harian Pengeluaran (BHP). Setiap jenis bahan makanan
yang telah dikeluarkan oleh bagian penyimpanan bahan makanan akan
dicatat ke dalam BHP.
3. Persiapan sayur
30
Sayuran yang digunakan pada menu sore adalah kacang panjang, labu siam,
daun so dan terong.
a) Kacang panjang
Kacang panjang yang telah disiapkan, disiangi terlebih dahulu dengan
membuang bagian ujung-ujungnya kemudian dipotong dan dicuci pada
air bersih yang mengalir.
b) Daun so
Daun so disiangi kemudian dipotong-potong dan dicuci dengan air
bersih yang mengalir.
c) Terong
Terong dikupas kemudian dipotong – potong lalu dicuci dengan air
bersih yang mengalir.
d) Labu siam
30
4. Persiapan bumbu
Bumbu yang disiapkan meliputi telur ceplok bumbu rujak dan
bumbu untuk sayur lodeh. Berikut tabel jenis bumbu - bumbu yang
digunakan pada menu ke 1 untuk menu makan sore.
Tabel 8. Persiapan Bumbu Pada Menu Ke 1 Untuk Menu Makan Sore
diangkat dan bumbu siap untuk dicampur dengan bahan utama yakni
sayur kacang panjang, labu siam, daun so dan terong.
G. Pengolahan Makanan
1. Pengolahan nasi
Pengolahan nasi dimulai dari metode simmering yaitu beras
direbus dalam air mendidih perlahan – lahan dengan api sedang dan suhu
100°C (Depkes, 2007) selama ± 15 menit dilanjutkan dengan proses
30
3. Pengolahan sayur
Sayuran yang sudah disiapkan dan dicuci bersih kemudian diolah
sesuai dengan menu ke 1 makan sore tanggal 1 April 2015 yaitu sayur
lodeh yang terdiri dari kacang panjang, labu siam, terong, daun so dan
santan. Santan dimasak dalam panci hingga mendidih kemudian kacang
panjang dan labu siam dimasukkan dan dimasak setengah matang dan
terakhir memasukkan terong dan daun so mengingat sayuran tersebut
30
H. Pendistribusian
I. Penyajian Makanan
santap (PGRS, 2013). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap penyajian
makanan antara lain sebagai berikut :
1. Tempat penyajian
Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan
makanan ke tempat penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi
selamapengangkutan karena akan mempengaruhi kondisi penyajian.
Hambatan di luar dugaan sangat mempengaruhi keterlambatan penyajian.
2. Cara penyajian
Penyajian makanan jadi atau siap santap beranekaragam tergantung dari
pesanan konsumen.
3. Prinsip penyajian makanan
a. Prinsip pewadahan yaitu setiap jenis makanan ditempatkan dalam
wadah yang terpisah dan memiliki tutup untuk mencegah terjadinya
kontaminasi silang.
b. Prinsip kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi
baru dicampur menjelang penyajian untuk menghindari makanan
cepat basi.
c. Prinsip edible part yaitu setiap bahan yang disajikan merupakan
bahan yang dapat dimakan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kejadian salah makan.
d. Prinsip pemisah yaitu makanan yang disajikan dalam dus harus
dipisah satu sama lain.
e. Prinsip panas yaitu penyajian makanan yang harus disajikan dalam
keadaan panas, hal ini bertujuan untuk mencegah pertumbuhan bakteri
dan meningkatkan selera makan. Panas yaitu makanan yang harus
disajikan panas dan diusahakan tetap dalam keadaan panas dengan
memperhatikan suhu makanan, sebelum ditempatkan dalam alat saji
panas (food warmer/bean merry) makanan harus berada pada suhu
>60°C.
f. Prinsip bersih yaitu setiap peralatan yang digunakan harus higienis,
utuh tidak cacat atau rusak.
g. Prinsip handling yaitu setiap penangganan makanan tidak boleh
kontak langsung dengan anggota tubuh.
30
h. Prinsip tepat penyajian yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata
hidang dan tepat volume (sesuai jumlah) (PGRS, 2013).
4. Estetika penyajian
Penyajian makanan yang baik dapat menarik dan meningkatkan
selera makan konsumen. Hidangan yang sudah matang belum lengkap
apabila belum disempurnakan dengan alat sajinya.
Hal-hal yang berkaitan dengan estetika penyajian makanan antara lain:
a. Makanan disajikan pada
peralatan dan perlengkapan makan sesuai dengan jenis hidangan.
b. Penataan makanan pada
alat makan secara proporsional, tidak terlalu penuh atau tidak terlalu
sedikit besar porsinya.
c. Hiasan atau garnish
berasal dari bahan makanan yang bisa dimakan, sederhana.
Penampilan makanan merupakan hal yang sangat penting dalam
menyajikan makanan, tidak hanya sebatas hiasan saja tetapi juga harus
mempertimbangkan karakteristik makanan. Perpaduan warna, flavor,
tesktur, bentuk dan temperatur yang sesuai akan meningkatkan nilai
makanan tersebut (PGRS, 2013).
Penyajian makanan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang disesuaikan dengan kelas perawatan dimana pasien kelas III
menggunakan plato stainless tertutup. Selama pendistribusian
berlangsung, makanan yang telah ditutup kemudian dimasukan ke trolley
untuk didistribusikan. Pada pengamatan menu ke I makan sore tanggal 1
April 2015, menu yang disajikan yaitu nasi, telur ceplok bumbu rujak dan
sayur lodeh yang telah disajikan dalam plato stainless steel untuk pasien
kelas III. Contoh menu dapat dilihat pada gambar berikut:
30
Gambar 13. Penyajian menu makan sore bagi pasien kelas III
BAB II
MENU
A. Penilaian Menu
Menu berasal dari bahasa Perancis yaitu suatu daftar yang tertulis
secara rinci. Daftar hidangan yang disiapkan untuk disajikan sebagai
makanan atau susunan makanan dan minuman yang dapat dihidangkan pada
waktu makan. Menu merupakan “citra institusi” bagi konsumen (Suryatno,
2007). Fungsi menu untuk memudahkan dalam pelaksanan kegiatan sehari–
hari seperti pemesanan, pembelian bahan makanan dan pengolahan yang
dapat memberikan gambaran zat gizi yang dibutuhkan (kecukupan gizi) untuk
menghindari kebosanan dimana variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur
dan untuk pengendalian biaya (menu dapat disusun sesuai biaya yang
tersedia) (Depkes, 2007).
Menu dalam usaha memproduksi makanan adalah hal yang paling
penting karena merupakan pondasi dan landasan pertama dalam membangun
penyelenggaraan makanan dalam suatu institusi. Penilaian menu dapat dilihat
dari standar mutu yaitu kuantitas dan kualitas. Standar kuantitas makanan
adalah mutu dari bahan makanan baik bahan mentah maupun makanan jadi.
Standar kualitas pada dasarnya adalah penilaian terhadap cita rasa makanan.
Cita rasa makanan terdiri dari penampilan meliputi warna, tekstur, besar
porsi, bentuk bahan makanan, pengaturan/penyajian medan rasa meliputi
suhu, bumbu, keempukkan, aroma, tingkat kematangan (Depkes, 2007).
Penilaian menu yang dilakukan di RSI Sultan Agung Semarang
dengan menggunakan formulir uji organoleptik yang meliputi penilaian menu
ke VIII makan siang pada hari sabtu tanggal 28 Maret 2015 yang dapat dilihat
pada tabel berikut.
30
dalam keadaan hangat, begitu juga dengan penampilan dan tekstur makanan
yang disajikan sudah sesuai antara menu satu dengan yang lain.
B. Perencanaan Menu
C. Nilai gizi
Berikut tabel perhitungan nilai gizi pada menu ke I makan sore untuk pasien
kelas III.
Tabel 11. Perhitungan Nilai Gizi Menu Makan Sore Tanggal 1 April 2015
Bahan
Menu Berat Energi Protein Lemak KH
Makanan
Nasi Beras giling 100 360 6.8 0.7 78.9
Telur ceplok Telur ayam 50 81.0 6.4 5.8 0.4
bumbu rujak
Gula aren 3 11.0 0.0 0.0 2.9
Minyak 10 90.2 0.0 10.0 0.0
Kacang panjang 18.75 8.3 0.5 0.1 1.5
Terong 21.75 5.2 0.2 0.0 1.2
Daun melinjo 2.2 2.2 0.1 0.0 0.5
Sayur lodeh
Labu siam 25 6.5 0.2 0.0 1.7
Kelapa 20 71.8 0.7 6.9 2.8
Gula pasir 4 14.6 0.0 0.0 3.8
Total 650.7 14.9 23.5 93.5
Dari tabel diatas diketahui nilai gizi pada menu ke I makan sore yakni
energi 650.7 kkal, protein 14.9 gram, lemak 23.5 gram dan karbohidrat 93.5
gram. Hasil tersebut didapat dari porsi bahan makanan yang digunakan pada
30
D. Pengembangan Resep
Tahu lapis disajikan dalam piring saji berukuran kecil Bola-bola tahu asam manis siap disajikan dalam
kemudian dibungkus dengan plastik wrapp. piring saji berukuran kecil kemudian dibungkus
dengan plastik wrapping
Tabel 14. Perhitungan nilai gizi resep asli yaitu tahu lapis
Menu Bahan Makanan Berat Energi Protein Lemak KH
Tahu 50 34.0 3.9 2.3 0.8
Telur ayam 10 16.2 1.3 1.2 0.1
Tahu lapis
Gula pasir 2.5 9.1 0.0 0.0 2.4
Kecap 2 0.9 0.1 0.0 0.2
Total
60,2 5.3 3,5 3,5
Tabel 15. Food Cost untuk 1 porsi bola-bola tahu asam manis
Menu Bahan Satuan Standar Harga/kg Harga (Rp)/
(Rp) porsi
1024,125
Unitcost 1884,4
935,13
BAB III
BAB IV
KEBUTUHAN GIZI
Nama : Ny H
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 159 cm
Umur : 29 tahun
BAB V
PENGENDALIAN BIAYA
Biaya merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dan
menentukan dalam pelayanan gizi di rumah sakit. Biaya harus diperhitungkan setepat
mungkin sehingga secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan dan dikendalikan
seefisien dan seefektif mungkin. Biaya (unit cost) adalah suatu pengorbanan sumber
ekonomi diukur dalam satuan uang yang telah dan akan terjadi untuk mendapatkan
barang dan jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan / manfaat saat ini
atau masa yang akan datang (PGRS, 2013).
Pada dasarnya prinsip perhitungan biaya asuhan gizi maupun biaya makanan
hampir sama. Perhitungan total biaya terdiri dari tiga komponen :
1. Biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah biaya yang telah dikeluarkan atau pasti akan
dikeluarkan secara langsung dan digunakan dalam rangka menghasilkan suatu
produk dan jasa. Pada penyelenggaraan makanan, unsur-unsur dari komponen
biaya bahan baku adalah bahan makanan.
2. Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang
terlibat dalam proses kegiatan baik tenaga langsung maupun tenaga kerja tidak
langsung. Unsur-unsur komponen biaya tenaga kerja terdiri dari gaji, honor,
lembur, insentif dan sebagainya sesuai ketetapan yang berlaku di institusi.
3. Biaya overhead
Biaya overhead adalah biaya yang dikeluarkan untuk menunjang
operasional produk dan jasa yang dihasilkan biaya overhead meliputi biaya barang
dan biaya pemeliharaan. Biaya barang yaitu seluruh biaya barang yang telah
dikeluarkan untuk kegiatan penyelenggraan makanan, sedangkan biaya
pemeliharaan meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan gedung,
peralatan dan sebagainya.
Pada penyelenggraan makanan, biaya overhead yang dimaksud antara lain
biaya bahan bakar, alat masak, alat makan, alat rumah tangga, telepon, listrik dan
sebagainya.
B. Biaya Makan
Biaya makan per orang per hari merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
penyelenggraan makan. Biaya ini diperoleh berdasarkan total biaya yang dikeluarkan
untuk penyelenggraan makanan dibagi dengan jumlah output.
Data yang dibutuhkan untuk menghitung biaya makan per orang per hari
adalah jumlah output dari penyelenggaraan makanan yaitu porsi makan atau jumlah
konsumen yang dilayani.
a. Unit Cost
Unit cost atau biaya satuan adalah biaya yang dikelurakan untuk
menghasikan satu produk dan merupakan biaya rat-rata hasil perhitungan dari
30
biaya total dibagi sejumlah biaya produksi (Bahan, SDM, dan Overhead)
(PGRS, 2013).
b. Perhitungan Food Cost Dan Unit Cost
Perhitungan unit cost menu makan sore pada hari Rabu tanggal 1 April 2015
dengan menu sebagai berikut :
a. Nasi putih
b. Telur ceplok bumbu rujak
c. Sayur lodeh
BAB VI
A. Kesimpulan
2. Penerimaan bahan makanan Instalasi Gizi Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang menggunakan cara konvensional
3. Spesifikasi bahan makanan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung sudah
terstandar dengan baik yaitu selain spesifikasi bahan makanan yang sudah ada
di ruang penerimaan bahan makanan, petugas administrasi sudah menerapkan
spesifikasi bahan makanan dengan cara memeriksa, mensortir dan
menimbang bahan makanan yang datang.
4. Penyimpanan bahan makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang sudah sesuai dengan syarat penyimpanan menurut PGRS
yaitu penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan basah
disimpan secara terpisah.
5. Sistem penyimpanan bahan makanan kering di gudang penyimpanan Instalasi
Gizi Rumah Sakit Islam Sultan Agung adalah FIFO (First In First Out) dan
FEFO (Fisrt Expired Fisrt out) bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu
akan digunakan terlebih dahulu juga.
6. Pengolahan bahan makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang dilakukan sesuai dengan menu dan jenis diit pasien.
7. Cara distribusi yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
adalah Sentralisasi.
8. Makanan siap distribusi ditempatkan di tempat makan sesuai kelas perawatan,
kemudian makanan ditutup menggunakan plastik wrap, untuk makanan
pasien kelas III dengan diit menggunakan plato stainless stell dengan tutup.
9. Penelitian HACCP dilakukan pada produk tahu telur sayuran yang terdapat
pada menu ke VIII untuk makan siang tanggal 28 Maret 2015.
10. Kebutuhan gizi Ny. H dalam sehari kebutuhan gizinya adalah Energi 1549,84
kkal, Protein 58,12 gram, Lemak 43,05 gram, dan karbohidrat adalah 232,48
gram.
11. Perkiraan unit cost berdasarkan perhitungan menu 1 kali makan, pada menu
ke 1 untuk menu makan sore tanggal 1 April 2015 adalah Rp.5380,8,- untu
pasien kelas III.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI
Depkes RI
30
Supariasa, Nyoman 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku kedokteran, EGC