Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN STUDI KASUS RAWAT JALAN

PENATALAKSANAAN TERAPI DIET PADA KASUS ANAK


DI RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun oleh :

BAIQ DEWI SUKMA SEPTIANI

13120157

PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Studi Kasus Rawat Jalan


Kasus Anak
Di Poli Gizi RSI Sultan Agung Semarang

(Tanggal 13 Mei 2015)

Disusun oleh:

BAIQ DEWI SUKMA SEPTIANI


13120157

Diterima dan disahkan pada tanggal 25 Mei 2015

Mengatahui, Pembimbing
Kepala Instalasi gizi

Harini Diestiani, S.Gz Atika Nurul Khiqmah, S.Gz


NIK. 94.09.497 K. 14.09.155
BAB I
GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Identitas Klien
a.Nama Ibu Balita : Ny.M
b. Nama Balita : An.A
c.Jenis Kelamin balita : Perempuan
d. Usia Balita : 4 tahun 5 bulan
e.Alamat : Semarang
f. Jumlah Anggota Keluarga : 6 orang
g. Pekerjaan Ibu : Petani
h. Pekerjaan ayah : Buruh swasta
B. Data Subyektif
 Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Ibu balita mengeluh anaknya kurang nafsu makan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Balita tidak memiliki riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Balita tidak memiliki riwayat penyakit dahulu
 Berkaitan dengan riwayat gizi
1. Data sosial ekonomi orang tua
1) Pekerjaan ibu : Petani
2) Pekerjaan ayah : Buruh swasta
3) Tingkat Pendidikan ibu : Tidak tamat sekolah
4) Tingkat Pendidikan ayah : SMP
5) Penghasilan orang tua dalam sebulan : ±1.200.000
6) Menderita penyakit bawaan : Tidak menderita penyakit
bawaan
7) Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit
keluarga
8) Imunisasi yang diberikan : Lengkap
9) ASI Eksklusif diberikan : hingga usia 6 bulan
10) MP-ASI mulai diberikan (umur) : 6 bulan
11) MP-ASI diberikan dalam bentuk : Bubur SUN
2. Riwayat pola makan
Berdasarkan food frekuensi questioner (FFQ) diperoleh riwayat pola
makan klien sebagai berikut:
Karbohidrat : Nasi 2x perhari ½ centong
@ 50 gram,
Lauk Hewani : Ayam 2-3x seminggu 1 ptg
sedang @ 50 gram, digoreng
Telur 1x perhari 1 butir @ 50
gram, digoreng
Lauk Nabati : Tempe 1-2x perhari 1 ptg
sedang @ 25 gram, digoreng
Sayur : Balita tidak suka mengkonsumsi
sayuran.
Buah : Jeruk 1-2x/minggu 1 buah
@ 50 gram
Semangka 1-2x/minggu 1 buah
@ 50 gram
Lain-lain : Susu susu kental manis 3x
perhari 1 gelas @ 200 ml tanpa
penambahan gula pasir
Snack ringan, seperti
macaroni, chitatos1x/ hari @ 1
bungkus.
Berdasarkan Food Frekuensi Questioner (FFQ) diatas, pola makan balita
belum baik karena dalam kesehariannya tidak suka mengkonsumsi sayuran
baik dalam bentuk kuah ataupun tumis dan juga sering mengkonsumsi snack
ringan. Makanan disiapkan oleh ibu balita,seperti lauk hewani yaitu ayam dan
telur digoreng begitu juga dengan lauk nabati yaitu tempe digoreng. Setiap
hari klien mengkonsumsi susu kental manis tanpa penambahan gula pasir
yaitu 1 gelas (200ml)
Tabel 1. Data Hasil FFQ An.A Tanggal 12Mei 2015 Dibandingkan
dengan AKG 2013 untuk kelompok umur 4-6 tahun
Tingkat Konsumsi Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan (Kkal) (gr) (gr) (gr)
FFQ 1311.4 44.1 50.7 170.7
Standar AKG 2013
1550 28 60 210
usia 4-6 tahun
% Asupan 84,60 157,5 84,50 81,28
Keterangan Baik Lebih Baik Baik
Sumber : Data Terolah Mei 2015
Kategori tingkat konsumsi menurut WHO (2005)
Kurang : < 80%
Baik : 80 – 110%
Lebih : > 110%
C. Data Obyektif
1. Antropometri
Tinggi Badan (TB) : 105 cm
BBA : 16,5 kg
BBI : (2 x (usia) th + 8) kg
: (2 x 4 ,5+ 8) kg
: 17 kg
2. Biokimia
Tidak ada data pemeriksaan biokimia balita
3. Pemeriksaan fisik dan klinis
Tidak ada data fisik klinis balita
BAB IV
NUTRITION CARE PROSES

ASSESMENT GIZI
A. ASSESMENT GIZI
1. Antropometri
a. Umur balita : 4 tahun 5 bulan
b. Berat Badan Awal : 16,5 kg
c. Tinggi badan awal : 105 cm
d. BBI
BBI = (2 x usia (th) + 8)
= (2 x 4,5 + 8)
= 17 kg
e. Penilaian status gizi berdasarkan Z-score.
Rumus Perhitungan Z-skor adalah:
Z-skor = Nilai individu subyek – nilai median baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan
1) Berat badan menurut umur (BB/U)
Z-skor = 16,5 – 16
18,3 - 16
= 0,5
2.3
= 0,22 SD
2) Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Z-skor = 105 – 101,6
101,6 – 97.6
= -3.4/4.6
= - 0,74 SD

3) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)


Z-skor = 16,5 - 16,7
16,7 – 15,3
= -0,2
1.4
= - 0,14 SD

Kesimpulan:
Berdasarkan BB/U status gizi An.A termasuk kategori baik (0,22SD)
Berdasarkan TB/U An.A termasuk kategori normal (-0,74SD)
Berdasarkan BB/TB An.A termasuk kategori status gizi normal (-0,14SD)
2. Biokimia : Tidak dilakukan pemeriksaan biokimia
3. Pemeriksaan Fisik Klinis
Keadaan umum klien : Baik, sadar (composmentis)
Klinis : Pada saat studi kasus tidak ada pemeriksaan
klinis
4. Dietary History
Dietary history balita berdasarkan FFQ dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) 2013 untuk kelompok umur 4-6 tahun dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2. Data Hasil FFQ An.A Tanggal 12 Mei 2015 Dibandingkan dengan
AKG 2013 untuk kelompok umur 4-6 tahun
Tingkat Konsumsi Energi Protein Lemak Karbohidrat
Makanan (Kkal) (g) (g) (g)
FFQ 1311.4 44.1 50.7 170.7
Standar AKG 2013
1550 28 60 210
usia 4-6 tahun
% Asupan 84,60 157,5 84,50 81,28
Keterangan Baik Lebih Baik Baik
Sumber : Data Terolah Mei 2015.
Kategori tingkat konsumsi menurut WHO (2005) adalah:
Lebih : ≥ 110 %
Baik : ≥ 80% – 110%
Kurang : < 80%
Kesimpulan : Dari data hasil anamnesis FFQ dibandingkan dengan AKG
2013 untuk kelompok usia 4-6 tahun maka dapat disimpulkan
bahwa asupan makan balita baik yaitu asupan energi 1311,4
kkal (84,60%), protein 44,10 gram (157,5%), lemak 50,7 gram
(84,50%), dan karbohidrat 170,7 gram (81,28%).

D. DIAGNOSA GIZI
NB-1.1 :
Kurang pengetahuan ibu balita tentang gizi dan makanan berkaitan dengan
kurangnya mendapatkan informasi tentang gizi ditandai dengan klien suka
mengkonsumsi snack ringan dan klien tidak suka mengkonsumsi sayuran.

E. INTERVENSI GIZI
1. Perencanaan (planning)
a.Terapi Diet
1) Jenis Diet : Gizi Seimbang
2) Bentuk Makanan : Biasa (Nasi)
3) Cara Pemberian : Per oral (secara bertahap)
b. Tujuan Diet
1) Membantu meningkatkan berat badan mencapai berat badan ideal
2) Membantu memperbaiki pola makan balita sesuai dengan prinsip gizi
seimbang
3) Memberikan pengetahuan kepada ibu balita mengenai diet gizi seimbang.
c.Syarat Diet
1) Energi diberikan tinggi sebesar 90 kkal/kgBBI
2) Protein diberikan tinggi sebesar 1,8 g/kg BBI
3) Lemak diberikan cukup sebesar 25% dari total kebutuhan energi
4) Karbohidrat diberikan cukup yaitu sisa total energi dikurangi dengan
energi dari protein ditambah energi dari lemak
d. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
1. Perhitungan Kebutuhan Energi
Energi = 90 kkal/KgBBI x 17 Kg
= 1530 kkal
Jadi total kebutuhan energi balita adalah 1530 kkal dalam sehari
2. Protein = 1,8 g/KgBBI x 16,5 kg
= 30,6 gram
Jadi total kebutuhan protein balita dalam sehari adalah 30,6 gram
3. Lemak = 25% x 1530 kkal
9 kkal/g
= 42,5gram
Jadi total kebutuhan lemak balita dalam sehari adalah 42,5 gram
4. Karbohidrat = 1530 kkal – (122,4 kkal + 382,5 kkal)
4 kkal
= 256,27gram
Jadi total kebutuhan karbohidrat balita dalam sehari adalah 256,27gram

e. Rencana parameter yang dimonitor


Tabel 5. Parameter yang dimonitor
Parameter Yang diukur Pengukur Target/evaluasi

Antropometri BB Timbangan BB mendekati ideal


TB Microtoice TB mengalami
peningkatan
Asupan makan
Dietary (Energi, protein, Recall Asupan makan
history lemak dan 3x24 jam > 80%
karbohidrat)

f. Rencana Konsultasi Gizi


1) Masalah Gizi :
a) Nafsu makan kurang.
b) Pola makan salah seperti suka mengkonsumsi snack ringan dan tidak
suka mengkonsumsi sayuran

2) Tujuan :
a) Meningkatkan pengetahuan orang tua balita (ibu) tentang gizi seimbang
agar tercapai berat badan normal dan ideal.
b) Menyarankan agar ibu balita mampu merubah pola pemberian makanan
kepada balitanya sehingga sesuai dengan diet yang dianjurkan.
g. Konseling Gizi :
1) Materi penyuluhan :Diet Gizi Seimbang pada anak balita
2) Waktu :10.00 – 10.30 WIB (± 30 menit)
3) Tempat :Poli Gizi RSI Sultan Agung Semarang
4) Media :Leaflet.
5) Sasaran :Ibu balita
h. Metode :Diskusi dan tanya jawab
2. Implementasi
a. Sasaran : Ibu balita
b. Waktu : ± 30 menit
c. Tempat : Poli Gizi RSI Sultan Agung Semarang
d. Metode : Konsultasi, diskusi dan tanya jawab
e. Alat : Leaflet
f. Isi konseling
1) Menjelaskan kepada ibu balita tentang tujuan diet gizi seimbang bagi balita
2) Menjelaskan tentang status gizi, kebutuhan energi dan zat gizi terkait
tumbuh kembang balita
3) Menjelaskan kepada ibu balita tentang pola menu gizi seimbang dalam
sehari
g. Jalannya konsultasi
1) Ibu dan balita datang ke poli gizi untuk konsultasi terkait nafsu makan
balita yang kurang contohnya susah makan
2) Melakukan anamnesa gizi dengan wawancara kepada ibu balita,
mengenai identitas, riwayat penyakit, data sosial ekonomi dan riwayat
gizi terutama riwayat pola makan balita dengan menggunakan FFQ
3) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan balita
4) Menghitung kebutuhan gizi balita
5) Melakukan konsultasi dengan materi gizi seimbang bagi balita,
menjelasakan contoh menu makanan sehari dan penggunaan daftar bahan
makanan penukar dengan media leaflet
6) Melakukan sesi diskusi tentang makanan yang diberikan. Ibu balita
mengajukan pertanyaan tentang makanan yang dianjurkan dan makanan
yang tidak dianjurkan.
7) Memberikan penjelasan kembali pada ibu balita dengan cara mengulang
kembali materi yang telah diberikan
8) Memotivasi kepada ibu balita untuk dapat melaksanakan diet gizi
seimbang bagi balitanya
9) Merencanakan pertemuan selanjutnya dengan ibu balita yang berguna
untuk monitoring evaluasi pada balita

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi Seimbang Bagi Balita


1. Menurut Purwitasari (2009) Dasar gizi seimbang pada balita yaitu:
a. Pertumbuhan balita tidak sepesat usia bayi tetapi aktivitasnya lebih
banyak
b. Nafsu makan menurun dikarenakan aktif bermain dengan
lingkungannya dan merupakan periode transisi dari makanan bayi ke
makanan dewasa
c. Kelompok usia yang paling rentan menderita KKP, Anemia, Infeksi
dan Defisiensi Vitamin
d. Mudah terkena infeksi maupun penyakit lainnya
2. Tujuan Diet Gizi Seimbang Bagi Balita
a. Memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan
b. Memberikan nutrisi yang seimbang dan mencegah obesitas
c. Memperoleh status gizi yang optimal
d. Pendidikan kesehatan antara lain tentang makan tepat waktu, makan
beranekaragarm
3. Syarat Diet Gizi Seimbang Bagi Balita
a. Cukup
kalori
untuk
aktivitas
b. Protein
tinggi
untuk
pertumb
uhan
c. Lemak
cukup,
vitamin
dan
mineral
cukup
d. Mudah
cerna
dan
tidak
merangs
ang
e. Porsi
kecil dan
sering
f. Menu
bervarias
i dan
seimban
g
4. Kecukupan Gizi Balita
Tabel 5. Kecukupan Gizi Balita secara umum bagi balita laki-laki
maupun perempuan
Umur BB Energi Protein Ca Fe Vit.A Vit.C Vit.B
(Tahun) (Kg) (Kkal) (gram) (mg) (mg) (IU) (mg) (mg)
1-3 11,5 1210 23 500 10 1500 20 0,5
4-6 16,5 1600 29 500 10 1800 20 0,6

5. Faktor yang mempengaruhi nutrisi balita (Maryanti,2009)


a. Umur 1-
3 tahun
(Toddler
)
(Maryan
ti,2009)
1) Bersifat konsumen pasif dalam arti makanan balita tergantung
yang disediakan ibu
2) Gigi susu tumbuh sehingga perlu diperhatikan konsistensi
makanan
3) Kemampuan motorik meningkat, toddler lebih tertarik dengan
lingkungan daripada dengan makanan hal ini diakibatkan aktivitas
tinggi serta asupan nutrisi kurang
4) Laju pertumbuhan toddler melambat tetapi kebutuhan protein
tinggi
5) Keadaan kesehatan toddler antara lain penyakit saluran cerna,
infeksi,paru dan influenza
6) Variasi makanan dan suasana makan sangat menentukan jumlah
makanan yang dikonsumsi
7) Sosial ekonomi keluarga, pendidikan dan pengetahuan
b. Umur 4-6 tahun (Pra Sekolah) (Maryanti,2009)
1) Aktifitas fisik dan motorik meningkat sehingga penting untuk
diperhatikan asupan nutrisi, jenis makanan, waktu makan dan prosi
makan
2) Bersifat konsumen aktif yaitu mulai suka memilih makanan, suka
jajanan yang tidak bergizi, tidak suka sayuran dan buah
3) Edukatif mengenai gizi mulai diberikan agar makanan lebih
bervariasi dan tepat waktu
4) Sosial ekonomi, pendidikan dan pengetahun dari keluarga
5) Sangat rawan penyakit, infeksi dan kurang gizi
6. Menyusun dan mengatur menu balita (Maryanti,2009)
a. Makanan anak mulai umur 1 tahun sama dengan makanan
dewasa/menu keluarga yaitu konsistensi agak lunak dan tidak pedas
b. Pemberian makan disesuaikan dengan umur
c. Makan dengan menu seimbang dan bervariasi dengan tujuan
memenuhi kebutuhan nutrisi dan melatih anak makan bervariasi
d. Jumlah makanan lebih banyak, selingan diberikan 2 kali
e. Jangan memaksa anak makan makanan yang tidak disukai , waktu
yang tepat adalah tunggu sampai anak lapar
f. Belum mempunyai motivasi untuk makan
g. Waktu makan disesuaikan dengan kebiasaan makan keluarga. Waktu
makan yang teratur bermanfaat untuk memelihara kebiasaan saluran
cerna agar lebih siap menerima, mencerna dan menyerap makanan
pada waktu tertentu.
h. Makan tidak teratur akan merangsang pengosongan lambung sehingga
lapar tidak menentu
i. Batasi makanan manis dan gurih akan sebabkan kenyang dan
megurangi nafsu makan
j. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan dan penyajian makan
yang menarik
k. Konsumsi susu jangan berlebihan akan sebabkan kenyang
l. Perhatikan keadaa kesehatan seperti penyakit, infeksi, paru, keadaan
gizi dan mulut, keadaan saluran pencernaan, hal tersebut dapat
mempengaruhi nafsu makan
m. Dengan penyusunan menu dan cara mengatur makanan yang tepat
seperti tersebut diatas diharapkan asupan makanan balita maksimal
yang akan menghasilkan status gizi yang baik dengan demikian maka
pertumbuhan dan perkembangan maksimal
B. Indeks Antropometri
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri.
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa,2001)
1. Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran
massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan-
perubahan yang mendadak misalnya karena terserang penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi (Supariasa,2001)
Kelebihan indeks BB/U:
a) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
b) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
c) Berat badan dapat berfluktuasi
d) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
e) Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
Kelemahan indeks BB/U:
Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai
beberapa kekurangan antara lain:
a) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila
terdapat edema maupun asites
b) Di daerah pedesaan yang masih terpencil da tradisional, umur sering
sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik.
c) Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak dibawah
usia lima tahun
d) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah
sosial budaya setempat. Dalam hal ini orang tua tidak mau
menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan dan
sebagainya.
2. Tinggi badan menurut umur (Supariasa,2001)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak
seperti berat badan, relatif kurang sensitive terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan akan Nampak dalam waktu yang relatif lama.
Keuntungan indeks TB/U (Supariasa,2001)
a) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
Kelemahan indeks TB/U
a) Tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun
b) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak
sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya
c) Ketepatan umur sulit didapat
3. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa,2001)
Berat badan hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
Keuntungan indeks BB/TB (Supariasa,2001)
a) Tidak memerlukan data umur
b) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, norml dan kurus)
Kelemahan indeks BB/TB (Supariasa,2001)
a) Tidak dapat memberikan gambaran apakh anak tersebut pendek,
cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya
karena faktor umur tidak dipertimbangkan
b) Membutuhkan dua macam alat ukur
c) Pengukuran relatif lebih lama
d) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
e) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran
terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional
4. Kategori status gizi berdasarkan SK Kemenkes RI Nomor : 1995/
MENKES/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak meliputi:
BB/U : Gizi buruk < -3SD
Gizi kurang -3SD sampai dengan <-2SD
Gizi baik -2SD sampai dengan 2SD
Gizi Lebih >2SD
TB/U :Sangat Pendek <-3SD
Pendek -3SD sampai dengan <-2SD
Normal -2SD sampai dengan 2SD
Tinggi >2SD
BB/TB :Sangat Kurus <-3SD
Kurus -3SD sampai dengan <-2SD
Normal -2SD sampai dengan 2SD
Gemuk >2SD
C. Kecukupan diet bagi balita
1. Energi
Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat, protein, dan
lemak. Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan
karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam
keseimbangan balanced diet ialah 15% berasal dari protein, 35% dari
lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang tetap setiap hari
sebanyak 500 kalori dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500 gram
dalam seminggu (Soediaoetama, 2004)
Tabel 3. Angka Kecukupan Energi Untuk Balita

2. Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial.
Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan protein susu
biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi protein. Nilai gizi protein
nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino
pembatas),misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam
makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60% dari
pada nilai gizi protein telur (Soediaoetama, 2004).
Tabel 4. Angka Kecukupan Protein Untuk Balita

3. Lemak.
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel - sel tubuh,
yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh
(McGuire & Beerman, 2011). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan
sterol yang masing - masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan
manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida.
Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam - asam lemak. Disamping
mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan
cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam -
asam lemak esensial (Mahan & Escott-Stump,2008).
Tabel 5. Angka Kecukupan Lemak Untuk Balita

4. Vitami dan mineral


Vitamin dan Mineral. Pada dasarnya dalam ilmu gizi, nutrisi atau yang
lebih dikenal dengan zat gizi dibagi menjadi 2 macam, yaitu makronutrisi
dan mikronutrisi. Makronutrisi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan
beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang besar
sedangkan mikronutrisi (mikronutrient) adalah nutrisi yang diperlukan
tubuh dalam jumlah sangat sedikit (dalam ukuran miligram sampai
mikrogram), seperti vitamin dan mineral (Sandjaja, 2009). Menurut
Almatsier (2001), vitamin adalah zat - zat organik kompleks yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi 2
kelompok yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan
vitamin yang tidak larut dalam air (vitamin A, D, E dan K). Menurut
Soerdarmo dan Sediaoetama (1977), satuan untuk vitamin yang larut dalam
lemak dikenal dengan Satuan Internasional (S.I) atau I.U (International
Unit). Sedangkan yang larut dalam air maka berbagai vitamin dapat diukur
dengan satuan milligram atau mikrogram.Mineral merupakan bagian dari
tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh,
baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara
keseluruhan, berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai
kofaktor dalam aktivitas enzim - enzim (Almatsier, 2001).
BAB V
PEMBAHASAN
Ibu balita datang ke Poli Gizi RSI Sultan Agung Semarang pada tanggal 12
Mei dengan keluhan ingin mengkonsultasikan masalah gizi pada balitanya yaitu
masalah susah makan. Kasus diambil pada tanggal 12 Mei 2015 kemudian dilakukan
pengkajian data secara keseluruhan yang terdiri dari data subyektif meliputi riwayat
gizi pasien dan data obyektif yang meliputi pengukuran antropometri, data biokimia
dan fisik klini dan data asupan makan An.A berdasarkan FFQ.
An.A berumur 4 tahun 5 bulan berasal dari Semarang, memiliki tinggi badan
105 cm dan berat badan aktual 16,5kg. Pasien tidak memiliki alergi dan juga tidak
mempunyai pantangan makanan. Nafsu makan pasien baik dan tidak ada perubahan
pada pengecapan atau penciuman.
Riwayat pola makan pasien kurang baik. Berdasarkan Food Frekuensi
Questioner (FFQ) diatas, pola makan balita belum baik karena dalam kesehariannya
tidak suka mengkonsumsi sayuran baik dalam bentuk kuah ataupun tumis dan juga
sering mengkonsumsi snack ringan. Makanan disiapkan oleh ibu balita,seperti lauk
hewani yaitu ayam dan telur digoreng begitu juga dengan lauk nabati yaitu tempe
digoreng. Setiap hari klien mengkonsumsi susu kental manis tanpa penambahan gula
pasir yaitu 1 gelas (200ml)
Assesment gizi pasien telah dilakukan pada tanggal 12 Mei 2015 berupa data
antropometri yang diukur yaitu berat badan dan tinggi badan yang ditanyakan
langsung kepada ibu balita tersebut karena pada saat itu balita tidak datang, hanya
ibunya saja yang datang untuk konsultasi gizi. Data berat badan dan tinggi badan
digunakan untuk mengetahui status gizi pasien. Diketahui bahwa berat badan balita
yaitu 16,5 kg dengan tinggi badan 105 cm sehingga status gizi pasien berdasarkan Z-
score tergolong status gizi baik berdasarkan BB/U yaitu 0,22SD, berdasarka TB/U
termasuk normal yaitu -0,74SD dan berdasarkan BB/TB termasuk normal yaitu
-0,14SD.
Pada saat studi kasus tidak dilakukan pemeriksaan biokimia maupun
pemeriksaan fisik klinis pada balita tersebut.
.
Asupan makan pasien berdasarkan data FFQ dibandingkan dengan standar
AKG 2013 untuk kelompok umur 4-6 tahun dapat disimpulkan bahwa bahwa asupan
energi (84,60%), protein (157,5%), lemak (84,50%) dan karbohidrat (81,28%) dalam
kategori baik yaitu antara 80-110% menurut WHO (2005).
Diagnosa gizi yang diberikan meliputi (NB) Nutrition Behaviour yaitu NB-
1.1. Kurang pengetahuan ibu balita tentang gizi dan makanan berkaitan dengan
kurangnya mendapatkan informasi tentang gizi ditandai dengan balita suka
mengkonsumsi sncak ringan dan tidak suka mengkonsumsi sayuran.
Intervensi gizi yang diberikan untuk An.A adalah diet gizi seimbang dengan
bentuk makanan biasa (nasi) dan cara pemberian oral. Tujuan diberikan diet gizi
seimbang adalah memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan gizi balita,
membantu meningkatkan berat badan mencapai berat badan ideal, membantu
memperbaiki pola makan balita mencapai gizi seimbang serta membantu mengurangi
asupan makan balita yang bersumber dari jajanan ringan seperti snack ringan dengan
memberikan pengetahuan kepada ibu balita mengenai diet gizi seimbang.
Diet gizi seimbang diberikan energi sesuai kebutuhan balita sesuai kelompok
usia yaitu 4-6 tahun dengan energi 90kkal/kgBBI. Diberikan protein cukup yaitu
1,8g/kgBBI sesuai dengan kelompok anak usia 4-6 tahun dimana protein sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita, lemak cukup yaitu 25% dari TEE,
karbohidrat cukup yaitu sisa dari total energi dikurangi dengan total energi dari
protein dan total energi dari lemak. Hasil perhitungan kebutuhan energi yaitu 1530
kkal, protein yaitu 30,6 gram, lemak yaitu 42,5 gram dan karbohidrat yaitu 256,27
gram.
Konsultasi gizi yang diberikan pada pasien adalah diet gizi seimbang selama 30
menit dengan memberikan menu yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan
menjelaskan tujuan diberikan diet serta menjelaskan bahan makanan penukar dengan
media leaflet. Pasien diberikan motivasi agar dapat melaksanakan diet yang
diberikan.
Implementasi gizi yang diberikan yaitu konsultasi gizi klien dengan alat
bantu leaflet gizi seimbang dan waktu konsultasi selama ± 30 menit, tempat yang
digunakan yaitu Poli Gizi RSI Sultan Agung Semarang. Metode konsultasi berupa
diskusi dan tanya jawab. Isi konseling yaitu menjelaskan tentang tujuan diet gizi
seimbang, menjelaskan tentang status gizi, kebutuhan energi dan zat gizi terkait
keluhan balita yaitu susah makan, menjelaskan kepada ibu balita mengenai pola menu
dalam sehari, menjelaskan tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
atau dibatasi terkait dengan keluha ibu balita yaitu susah maka yang dialami
balitanya.
Jalannya konsultasi yaitu ibu balita datang ke poli gizi untuk melakukan
konsultasi gizi mengenai asupan makan balitanya terkait balita tersebut susah makan.
Melakukan anamnesa gizi dengan wawancara identitas balita, riwayat penyakit, data
sosial ekonomi dan riwayat gizi serta menanyakan riwayat pola makan balita
menggunakan FFQ, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan, menghitung
kebutuhan gizi balita dan melakukan konsultasi kepada ibu balita dengan materi gizi
seimbang, menjelaskan contoh menu makanan sehari dan penggunaan bahan
makanan penukar dengan media leaflet serta melakukan sesi diskusi tentang makanan
yang diberikan. Ibu balita mengajukan pertanyaan tentang makanan yang dianjurkan
dan makanan yang tidak dianjurkan, memberikan penjelasn kembali pada ibu balita
dan memotivasi ibu balita untuk dapat melaksanakan diet yang diberikan. Didapatkan
hasil konsultasi yaitu ibu balita paham dan mengajukan pertanyaan tentang teknik
dalam meningkatkan nafsu makan balitanya serta ibu balita mampu menjelaskan
kembali materi yang sudah diberikan tersebut.
Rencana monitoring terhadap ibu dan balitanya terdiri dari data antropometri
terhadap balita berupa data berat badan dan tinggi badan, dietary history yaitu asupan
makan energi, protein, lemak dan karbohidrat dengan metode FFQ serta
merencanakan konsultasi kembali dan diharapkan ibu balita membawa balitanya
sehingga dapat memantau tumbuh kembang balita tersebut.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil pengukuran berat badan klien yaitu 16,5 kg dan TB yaitu 105 cm.
2. Status gizi klien hari studi kasus tanggal 12 Mei 2015 berdasarkan Z-score
termasuk status gizi baik berdasarkan BB/U termasuk gizi baik, berdasarkan
TB/U termasuk normal, dan berdasarkan BB/TB termasuk normal.
3. Riwayat pola makan berdasarkan perhitungan FFQ dibandingkan dengan
satndar AKG (2013) untuk anak usia 4-6 tahun adalah energi, lemak dan
karbohidrat tergolong baik antara 80-110%, namun asupan protein tergolong
lebih yaitu >110% menurut WHO (2005)
4. Hasil perhitungan kebutuhan energi yaitu 1530 kkal, protein yaitu 30,6 gram,
lemak yaitu 42,5 gram dan karbohidrat yaitu 256,27 gram.
5. Konsultasi gizi dilakukan pada tanggal 13 Mei 2015 siang dengan materi
diet gizi seimbang dengan sasaran ibu klien.
6. Rencana monitoring terdiri dari data antropometri (berat badan dan tinggi
badan) dan dietary history yaitu asupan makan energi, protein, lemak dan
karbohidrat dengan melihat riwayat pola makan balita menggunakan form
FFQ
B. Saran
Sebaiknya dilakukan monitoring dan evaluasi lebih lanjut terhadap balita yang
meliputi pola makan balita agar sesuai dengan gizi seimbang dan juga dilakukan
monitoring evaluasi antropometri berdasarkan BB/U,TB/U dan BB/TB.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, sunita. 2008. Penuntun Diet Edisi Terbaru. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran

I.K.G Suandi. 1998. Diit Pada Anak Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Purwitasari,dkk. 2009. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:
Penerbit NUHA MEDIKA

Anda mungkin juga menyukai