Kel 3 Pendekatan Ekologikal
Kel 3 Pendekatan Ekologikal
Tingkah Laku
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Anisa 2287190061
PENDIDIKAN KHUSUS
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Anak dengan
Gangguan Emosi dan Tingkah Laku di fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Selanjutnya, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Yuni Tnjung
Utami, M.Pd, yang telah memberikan tugas yang berjudul “Pendekatan
Ekologikal untuk Anak dengan Hambatan Emosi dan Tingkah Laku”. Sehingga
kami dapat membuka wawasan kami tentang anak dengan hambatanan emosi dan
prilaku.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1.2 Rumusan Masalah............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Teori Ekologi Bronfenbrenner......................................................
2.2 Pendekatan Ekologikal bagi Anak dengan Hambatan Emosi dan
Tingkah Laku.
2.3 Penerapan Pendidikan Karakter dalam Kajian Teori Ekologi.
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sub sistem dari mikrosistem itu saling berinteraksi, misalnya hubungan dengan
pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan, dan
pengalaman keluarga dengan pengalaman teman sebaya, serta hubungan keluarga
dengan tetangga. Masalah yang terjadi dalam sebuah mikrosistem akan
berpengaruh pada mikrosistem yang lain. (Bronfenbrenner & Morris, 1998).
Sebagai contoh, keadaan di rumah dapat mempengaruhi perilaku anak di sekolah.
Jika di rumah anak mengalami permasalahan perilaku maka akan berdampak pada
masalah di sekolah.
b. Ekosistem
Ekosistem yaitu sistem sosial yang lebih besar, anak tersebut tidak terlibat
interaksi secara langsung. Akan tetapi sangat berpengaruh terhadap anak. Sub
sistemnya terdiri dari pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain di mana
anak tidak memiliki peran yang aktif tetapi mempengaruhi perkembangan
karakter anak. Sistem ini meliputi lingkungan tempat kerja orang tua, masalah
kinerja orangtua di tempat kerja berpengaruh pada pola komunikasi dengan
anak,kenalan saudara baik adik, kakak, dan yang lainnya, dan peraturan dari pihak
sekolah.
c. Makrosistem
Makrosistem, yaitu sistem terluar dari lingkungan anak. Sub sistemnya terdiri dari
ideologi, negara, pemerintah,tradisi, kebudayaan,agama, adat istiadat dan hukum
di mana individu berada. Hal ini terjadi karena kebudayaan mengacu pada pola
perilaku, keyakinan dan semua produk lain dari sekelompok manusia yang
diteruskan dari generasi ke generasi (Berk,2000). Prinsip-prinsip yang ada dalam
lapisan makrosistem akan berpengaruh pada keseluruhan interaksi semua lapisan.
Misalnya, jika kebudayaan menggariskan bahwa orangtua bertanggungjawab
membesarkan anak-anaknya, maka hal ini mempengaruhi struktur dimana
orangtua akan menjalankan fungsi psikoedukasinya.
2.2 Pendekatan Ekologikal bagi Anak dengan Hambatan Emosi dan Tingkah
Laku
c) Self instruction (Pengarahan Diri), yaitu latihan mengatasi masalah dengan cara
menganalisis, mulai dari mengenali masalah,menciptakan solusi, menganalisis
kecocokan dan dampak antara solusi dengan permasalahn, berusaha memecahkan
masalah dengan solusi yang telah didapat, dan menilai keefektifan solusi.
a) Peniruan (modeling)
4) Partisipasi Keluarga
Pendidikan karakter anak tidak bisa dilakukan secara parsial dan sebatas
pada ranah kognitif saja. Mata pelajaran budi pekerti dianggap bisa mengajarkan
nilai-nilai dan karakter dalam kehidupan bermasyarakat agar siswa memiliki
akhlak yang terpuji dan berbudi luhur yang sesuai dengan aspek budaya di
sekolah. Namun, internalisasi karakter tentunya tidak hanya melalui proses
pembelajaran. Internalisasi karakter dapat ditumbuhkan melalui atmosfir sekolah
yaitu budaya sekolah.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran