Anda di halaman 1dari 15

Tugas Famasetika II

Skrining Resep

Dosen : Anggi Restyana, M.Farm., Apt


Nama : Subkhi Ma’rifatul Huda
NIM : 19650295
Kelas : Farm
Kelas 2B

 Persyaratan Administrasi

No Kelengkapan Resep Ada Tidak Ada


1 Nama Dokter 
2 SIP Dokter - x
3 Alamat Dokter 
4 No. Resep 
5 Tanggal Penulisan Resep 
6 Nama Obat 
7 Jumlah Obat 
8 Dosis Obat 
9 Bentuk Sediaan 
10 Signa - x
11 Ttd/Paraf Dokter 
12 Nama Pasien 
13 Alamat Pasien 
14 Umur Pasien 

 Deskripsi Penyakit
Salah satu penyakit kulit yang selalu nge-trend bagi remaja dan dewasa muda, masalah
kecil yang sempat mengganggu kepercayaan diri, itulah jerawat. Penyakit ini tidak fatal
namun merisaukan karena dapat mengurangi kepercayaan diri akibat berkurangnya
keindahan wajah si penderita. Hal ini juga dapat mengganggu kelancaran komunikasi sehari-
hari, baik dengan kawan-kawan, teman kerja, klien, apalagi dengan pacar atau suami.
Meskipun memang kebanyakan jerawat timbul pada masa remaja atau dewasa muda di
tempat predileksi seperti muka, leher, lengan atas, dada dan punggung. Namun dalam
kenyataannya jerawat dapat datang pada siapapun, kapan dan dimana saja. Tidak ada seorang
pun yg selama masa hidupnya tidak pernah mengalami jerawat

 Definisi Akne Vulgaris

Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya
terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Definisi lain akne vulgaris atau disebut
juga common acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling
sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat membentuk
papul kecil berwarna merah muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak
hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul atau kista; penyebab tak diketahui,
tetapi telah dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan
bakteri, khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur,
berperan dalam etiologi.

 Klasifikasi Akne
Menurut plewig dan kligman (1975) dalam Djuanda (2003) akne diklasifikasikan atas
tiga bagian yaitu:
1. Akne vulgaris dan varietasnya yaitu akne tropikalis, akne fulminan, pioderma fasiale,
akne mekanika dan lainnya.
2. Akne venenata akibat kontaktan eksternal dan varietasnya yaitu akne kosmetika, akne
pomade, akne klor, akne akibat kerja, dan akne diterjen.
3. Akne komedonal akibat agen fisik dan varietasnya yaitu solar comedones dan akne
radiasi.

 Epidemiologi Akne Vulgaris


Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai
kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Baru pada masa remajalah akne vulgaris menjadi
salah satu problem. Umumnya insiden terjadi pada umur 14-17 tahun pada wanita, 16-19
tahun pada pria dan masa itu lesi yang pradominan adalah komedo dan papul dan jarang
terlihat lesi beradang. Diketahui
pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita akne vulgaris
dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa dan Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik
pada kulit putih daripada Negro.

 Etiologi dan Patogenesis Akne Vulgaris


Akne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor, menurut Pindha faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya akne adalah:
1. Faktor genetik.
Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang menderita
akne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45% remaja yang
salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan hanya 8% bila ke dua orang
tuanya tidak menderita akne.
2. Faktor ras.
Warga Amerika berkulit putih lebih banyak menderita akne dibandingkan dengan yang
berkulit hitam dan akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang Jepang.
3. Hormonal.
Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh perkembangan dan atau keparahan
dari jerawat. Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi akne.
Pada wanita, 60-70% akne yang diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum
menstruasi dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.
4. Diet.
Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan asupan total kalori dan jenis
makanan, walapun beberapa penderita menyatakan akne bertambah parah setelah
mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan makanan berlemak.
5. Iklim.
Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne. Hidrasi pada stratum koreneum
epidermis dapat merangsang terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan
dapat memperburuk akne.
6. Lingkungan.
Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan
pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.
7. Stres.
Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional. Mekanisme
yang tepat dari proses jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan
oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan peradangan. Androgen,
mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat.
Perubahan patogenik pertama dalam akne diantara lain adalah
- Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan pengaruh pada sel
berkeratin di dalam lumen.
- Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea. Penderita dengan akne vulgaris
memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan biasanya keparahan akne
sebanding dengan produksi sebum.
- Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel.
- Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000). Lesi akne vulgaris tumbuh
dalam folikel sebasea besar dan multilobus yang mengeluarkan produknya ke dalam
saluran folikel. Lesi permukaan akne adalah komedo, yang merupakan kantong
folikel yang berdilatasi berisi materi keratinosa berlapis, lipid dan bakteri.
Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu:

1. Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam. Memiliki orifisium pilosebasea patulosa
yang member gambaran sumbatan. Komedo terbuka lebih jarang mengalami radang.

2. Komedo tertutup atau kepala putih. Papula radang atau nodula tumbuh dari komedo yang
telah rupture dan mengeluarkan isi folikel ke dermis bawahnya, menginduksi radang
neutrofilik. Jika reaksi radang mendekati permukaan, timbul papula dan pustule, jika
infiltrat radang terjadi pada dermis lebih dalam, terbentuk nodula. Supurasi dan reaksi sel
raksasa yang kadang-kadang terjadi pada keratin dan rambut di sebabkan oleh lesi
nodulokistik. Nodulokistik bukan merupakan kista yang sesungguhnya tetapi massa
puing-puing radang yang mencair.

 Gejala Klinis Akne Vulgaris


Akne vulgaris ditandai dengan empat tipe dasar lesi : komedo terbuka dan tertutup,
papula, pustula dan lesi nodulokistik. Satu atau lebih tipe lesi dapat mendominasi; bentuk
yang paling ringan yang paling sering terlihat pada awal usia remaja, lesi terbatas pada
komedo pada bagian tengah wajah. Lesi dapat mengenai dada, pungguang atas dan daerah
deltoid. Lesi yang mendominasi pada kening, terutama komedo tertutup sering disebabkan
oleh penggunaan sediaan minyak rambut (akne pomade). Mengenai tubuh paling sering pada
laki-laki. Lesi sering menyembuh dengan eritema dan hiperpigmentasi pasca radang
sementara; sikatrik berlubang, atrofi atau hipertrofi dapat ditemukan di sela-sela, tergantung
keparahan, kedalaman dan kronisitas proses.
Akne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah
keluhan estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne berupa papul
miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berawarna hitam
mengandung unsure melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black
comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam
sehingga tidak mengandung unsure melanin disebut komedo putih atau komedo
tertutup (white comedo, close comedo).

 Pengobatan Akne Vulgaris


Pengobatan acne tidak bisa sembarangan, salah-salah dapat mengakibatkan penyakit
bertambah parah. Banyak pasien yg mencari solusi dengan membeli dan menggunakan obat
atau krim tanpa nama atau yang dijual bebas, bahkan berobat ke salon kecantikan atau tempat
perawatan kulit yang menggunakan produk yang mengandung bahan-bahan keras yang
memang dapat dengan cepat atau instan menghilangkan jerawat, menghaluskan sekaligus
mencerahkan. Namun seringkali hanya bertahan sementara, kadang 2-3 bulan kadang lebih
sampai 1-2 tahun, yang pada suatu waktu dapat menimbulkan berbagai efek samping seperti :

 eritema (kemerahan atau redness yang sulit hilang)

 fotosensitif (peka terhadap sinar matahari, lebih mudah kusam jika terpapar)

 telangiektasis (pelebaran pembuluh darah muka, biasa berupa guratan garis merah
pada pipi dan cuping hidung yang makin menebal) yang bersifat permanen)

 hirsutisme (gejala munculnya rambut pada bagian yang biasanya tidak ditumbuhi
rambut seperti di bawah dagu atau di atas bibir bahkan pipi)

Bila digunakan dalam jangka waktu lama kemudian berhenti, sering terjadi efek
ketergantungan yang berupa “Rebound Phenomenon” atau perburukan daripada sebelum
pemakaian ditandai dengan merah, gatal, beruntusan, pertumbuhan komedo dan acne yang
semakin sering, banyak dan besar, muka semakin berminyak, pori-pori besar, dan
sebagainya.

Untuk menegakkan diagnosis, menentukan derajat keparahan acne dan mengobati dengan
benar diperlukan anamnesis lengkap, gejala klinis dan pemeriksaan khusus yang dilakukan
oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Pengobatan jerawat yang benar tidak ada yang
instan, karena memang proses perjalanan penyakitnya yang hilang timbul. Namun bila
diobati dengan benar menurut penelitian di AS, maka dalam 1 bulan pengobatan teratur,
hasilnya rata-rata baru 25%. Setelah 3 bulan berobat jerawat berkurang 50% dan setelah 6
bulan hasilnya 75-85%.

Pengobatan akne dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan topikal, obat
sistemik, bedah kulit atau kombinasi cara-cara tersebut.
- Pengobatan topikal.
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan
peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri atas: bahan iritan
yang dapat mengelupas kulit; antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba
dalam folikel akne vulgaris; anti peradangan topikal; dan lainnya seperti atil laktat 10%
yang untuk menghambat pertumbuhan jasad renik.
- Pengobatan sistemik.
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan pertumbuhan jasad renik di
samping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum, dan mempengaruhi
perkembangan hormonal. Golongan obat sistemik terdiri atas: anti bakteri sistemik; obat
hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara kompetitif menduduki reseptor
organ target di kelenjar sebasea; vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi; dan
obat lainnya seperti anti inflamasi non steroid.
- Bedah kulit.
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk memperbaiki jaringan
parut akibat akne vulgaris meradang yang berat yang sering menimbulkan jaringan parut.

 Pencegahan Akne Vulgaris


Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari jerawat adalah sebagai berikut:
- Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dengan cara diet rendah lemak
dan karbohidrat serta melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit
dari kotoran.
- Menghindari terjadinya faktor pemicu, misalnya : hidup teratur dan sehat, cukup
berolahraga sesuai kondisi tubuh, hindari stres; penggunaan kosmetika secukupnya;
menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, dan
sebagainya.
- Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit,
pencegahan dan cara maupun lama pengobatannya serta prognosisnya. Hal ini penting
terhadap usaha penatalaksanaan yang dilakukan yang membuatnya putus asa atau
kecewa.
 Deskripsi Obat
 Asam salisilat
Indikasi : memiliki efek keratolitikum, keratoplastik, antipruritus, antiinflamasi,
analgetik, bakteriostatik, dan fungistatik.
Kontra indikasi : kulit yang terbuka meradang atau pada anak dibawah 2 tahun

Perhatian : menimbulkan gangguan saraf tepi, pada pasien diabetes, rentan terhadap
ulkus neuropati, hindari kontak dengan mata, mulut, area kelamin dan
anus, dan selaput lendir.

Interaksi obat : tidak ditemukan interaksi obat yang signifikan, namun hindari penggunaan
bersamaan obat topikal lainnya.

Efek samping : iritasi lokal, dermatitis, keracunan salisilat pada penggunaan yang lama dan
area yang luas.
 Klindamisyn
Indikasi : acne vulgaris
Kontraindikasi : hipersensitif riwayat interitis regional atau kolitis ulseratif, kolitis karena
antibiotik
Perhatian : pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme yang tidak peka, riwayat
atopik
Interaksi obat : dengan Eritorimisin : terjadi efek antagonis, dengan Agen neuro muskular
bloker : terjadi peningkatan efek sebab klindamisin juga menunjukan aktifitas
bloker neuro muskular.
Efek samping : ruam, pruritus, pengelupasan kulit, vesiculobulluos dermatitis

 Chloramfecort
Komposisi : tiap gram mengandung: Kloramfenikol basa 20 mg Prednisolon 2.5 mg
Indikasi : pengobatan topikal untuk penyakit infeksi kulit yang peka terhadap
kloramfenikol dan disertai radang.
Mekanisme kerja: Prednisolon adalah suatu senyawa anti radang dari golongan kartikosteroid.
Kloramfenikol merupakan suatu antibiotikum yang memiliki spektrum
antibakteri yang luas, berfungsi untuk mengobati infeksi pada kulit, termasuk
infeksi sekunder yang umumnya menyertai radang kulit.
Kontraindikasi : hipersensitif terhadap obat ini. Penderita dengan penyakit tuberkulosa kulit,
herpes simplex, varricella vaccinia, penyakit kulit yang disebabkan virus atau
jamur.
Perhatian :
- Hindarkan penggunaan disekitar mata dan mulut.
- Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui, tidak dianjurkan penggunaan
jangka panjang dan pada area yang luas.
- Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan super infeksi. Jika hal ini terjadi maka
pengobatan harus dihentikan dan diganti dengan pengobatan lain yang tepat.
- Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang pada anak-anak.
Efek samping: rasa terbakar, gatal, iritasi, kulit kering dan hipopegmentasi

 Hidrokuinon
Indikasi : dermatitis , kekeringan , eritema , menyengat , reaksi inflamasi , sensitisasi
Mekanisme: menghambat proses pembentuk sel melanosit yang berlebihan
(hiperpigmentasi). Sel tersebut adalah sel yang menyebabkan kulit berwarna
gelap.
Kontraindikasi :
- Tidak boleh diberikan pada kulit yang rusak, luka, atau sedang mengalami infeksi
- Tidak boleh diberikan pada mereka yang sebelumnya mempunyai riwayat alergi terhadap
hidrokuinon
- Tidak boleh diberikan pada anak-anak usia di bawah 12 tahun
Perhatian : Selama menggunakan Hidroquinon, hindari paparan sinar matahari. Oleh
karena itu, sebaiknya diberikan pada malam hari. Penggunaan pada ibu
hamil atau ibu menyusui harus hati-hati dan terlebih dahulu berkonsultasi
dengan dokter.
Efek samping : Kulit gatal, kemerahan, kering, pecah-pecah, nyeri, dan lain-lain. Jika terjadi
reaksi alergi, biasanya timbul gejala berupa bentol merah dan gatal di seluruh
badan. Pada kasus alergi yang parah, dapat dijumpai gejala sulit bernapas dan
badan biru. Selain itu, alergi juga memicu gejala berupa benjolan berisi cairan
di kulit, warna kulit hitam kebiruan, dan iritasi kulit.

 Mometason cream
Indikasi : Mengobati gatal, kemerahan, dan bengkak dari berbagai kondisi kulit. Krim
ini adalah kortikosteroid topikal yang bekerja dengan mengurangi reaksi
peradangan dan modifikasi reaksi imun dalam tubuh.
Kontraindikasi : Alergi terhadap kandungan dalam krim mometason.
Perhatian : Hindari kontak dengan mata, hamil, menyusui, anak dibawah 2 tahun
Efek samping : Rasa terbakar, gatal, atrofik kulit, rosasae, rasa tersengat, furunkulosis.

 Asam Retinoat
Indikasi : Acne vulgaris, mencegah kerusakan kulit oleh cahaya (tabir surya), komedo,
papel, dan pustul
Kontraindikasi : Anak atau orang dewasa yang memiliki cutaneous epithelioma, juga pada
wanita hamil dan menyusui eksema, kulit pecah-pecah, terbakar matahari,
Perhatian : Penggunaan sediaan yang menyebabkan pengelupasan kulit dan retinoid
topikal secara berselang-seling dapat meningkatkan risiko dermatitis sehingga
perlu dikurangi frekuensi penggunaan retinoid. Hindari paparan sinar ultra
violet, jangan sampai mengenai mata, mulut, sudut hidung, membran mukosa.
Efek samping : Reaksi lokal termasuk rasa terbakar, kulit merah, edema, kulit mengelupas
(hentikan jika bertambah parah), sensitivitas meningkat terhadap sinar
ultraviolet atau sinar matahari, iritasi mata, kulit mengeras dan perubahan
pigmentasi kulit

 LCD (Liquor Carbonis Detergent)


Zat hidrat arang dan zat fenol. Dibuat melalui pemanasan dengan kayu atau batu bara
dengan suhu tinggi. Khasiatnya antara lain sebagai anti radang, anti gatal, anti bakteri, dan anti
jamur.

 Analisis Resep
 Kesesuaian Indikasi/Penggunaan
Krim tersebut diindikasikan untuk mengobati penyakit akne vulgaris. Penggunaan sesuai
dengan diagnosa pasien, yaitu untuk mencerahkan kulit dan mengobati jerawat yang dipicu oleh
banyak faktor, meliputi stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri, khususnya
Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan Malassezia furfur.Namun ada kekurangan
pada resep ini yaitu tidak ada batasan berapa kali bisa menebus resep, resep yang terlampir
merupakan copy resep kesatu. Dikarenakan krim yang diresepkan mengandung obat keras seperti
Hidroquinon, hendaknya dokter membatasi penebusan resep, misal hanya bisa ditebus sebanyak
4 kali (iter 3x).

 Kesesuaian Farmasetik
a) R/1 Krim Pagi-Malam
Tanda R/ : Ada
Nama Obat : As. Salisilat 0,5%
LCD 1%
Klindamysin 2%
Chloramfecort 10 g
Potensi : Sebagai anti acne vulgaris
Cara pakai :Dioleskan tipis tiap pagi dan malam hari pada muka yang
berjerawat
Lama pemberian :-
Informasi lain :Krim chloramfecort dihindari penggunaanya di sekitar mata dan
mulut, jadi dioleskan di muka tapi tidak pada daerah sekitar mata
dan mulut.
Bentuk Sediaan : Krim
Stabilitas : Stabil

b) R/2 Krim Pagi


Tanda R/ : Ada
Nama Obat : Mometason cr 5 g
Klindamysin cr 5 g
Potensi : Kortikosteroid, anti inflamasi, anti acne vulgaris
Cara pakai :Dioleskan tipis dan merata tiap pagi hari pada muka yang
berjerawat setelah R/1 yaitu krim pagi-malam dengan jarak waktu
5 menit
Lama pemberian :-
Informasi lain : Antibakteri dan mengobati gatal serta kemerahan
Bentuk Sediaan : Krim
Stabilitas : Stabil

c) R/3 Krim Malam


Tanda R/ : Ada
Nama Obat : Hidroquinon 5% 8 g
Mometasone cr 1 g
As. Retinoat 0,1 % 1 g
Potensi : Sebagai pencerah kulit, menghilangkan flek hitam bekas jerawat
Cara pakai : Dioleskan tipis dan merata tiap malam hari pada muka setelah
R/1 yaitu krim pagi-malam dengan jarak waktu 5 menit.
Lama pemberian : Hidroquinon merupakan obat pemutih wajah yang
menghilangkan atau mengurangi hipergimentasi pada kulit.
Namun, penggunaan terus menerus menimbulkan pigmentasi
dengan efek permanen.
Informasi lain :Jika noda bekas jerawat sudah hilang, hindari menggunakan krim
ini setiap malam, dianjurkan untuk menggunakan krim malam ini
2/3 hari sekali.
Bentuk Sediaan :Krim
Stabilitas :Stabil

 Penentuan Harga
Harga tiap produk/bahan yang dipakai

Asam salisilat 100 g/botol = Rp 96.500,-


Klindamycin kapsul 300 mg 5 x 10 = Rp 40.000,-
Klindamycin cream = Rp 34.000,-
Chloramfecort 1 tube 10 g = Rp 14.000,-
Mometason cream 1 tube 5 g = Rp 60.000,-
Hidroquinon 5% 1 tube 15 g = Rp 29.000,-
As. Retinoat 0,1 % 1 tube 5 g = Rp 43.300,-
LCD 30 g = Rp 5.478,-

Harga jual obat resep racikan


HJA = (Harga satuan+PPN 10%) + profit apotek 20%+ tuslah
R/1
1. Asam salisilat = (0,05/100 x Rp 96.500) = Rp 50,-
2. LCD = (0,1/30 x Rp 5.478) = Rp 20,-
3. Klindamysin kaps = (1/50 x Rp 40.000) = Rp 800,-
4. Chloramfecort 1 tube = Rp 14.000,-
Harga= [(Rp 50 + Rp 800 + Rp 14.000 + Rp 20 + PPn 10%)] = Rp 16.357
Profit = 20/100 x Rp 16.357 = Rp 3.271,-
Tuslah = Rp 7.000,-
Total = Rp 16.357 + Rp 3.271 + Rp 7.000
= Rp 27.000,-

HJA = (Harga satuan+PPN 10%) + profit apotek 20%+ tuslah


R/2
1. Mometason krim = Rp 60.000,-
2. Klindamysin krim = Rp 34.000,-
Harga= [(Rp 60.000 + Rp 34.000) + PPn 10%)] = Rp 103.400,-
Profit = 20/100 x Rp 103.400 = Rp 20.680,-
Tuslah = Rp 7.000,-
Total = Rp 103.400 + Rp 20.680 + Rp 7000
= Rp 131.100,-

HJA = (Harga satuan+PPN 10%) x faktor jual + E + tuslah


R/3
1. Hidroquinon krim = (8/15 x Rp 29.000) = Rp 16.000,-
2. Mometason krim = (1/5 x Rp 60.000) = Rp 12.000,-
3. Asam retinoat = (1/5 x Rp 43.300) = Rp 8.700,-
Total = [(Rp 12.000 + Rp 8.700 + PPn 10%)] = Rp 23.400
Profit = 20/100 x Rp 23.400 = Rp 4.680
Tuslah = Rp 7.000
Total = Rp 23.400 + Rp 4.680 + Rp 7.000
= Rp 35.000,-
Total harga obat = Rp 27.000 + Rp 131.100 + Rp 35.000
= Rp 193.100,-
= Rp 193.000,-

2.7 Penyiapan, Peracikan, dan Pemberian Etiket dan Label


2.7.1 Sediaan Krim Resep 1
Penimbangan bahan :
Asam salisilat 0,5%  0,5/100 x 10 g = 0,05 g = 50 mg
LCD 1% 1/100 x 10 g = 0,1 g = 100 mg
Klindamysin 2%  2/100 x 10 g = 0,2 g = 200 mg
Chloramfecort ad 10 g 10 – (0,05 + 0,1 + 0,2) = 9,65 g
Etanol 96% 2 tetes untuk melarukan asam salisilat
Penyiapan dan Peracikan
a. Ditimbang 0,05 g asam salisilat, tuang dalam mortir, kemudian tambahkan 2 tetes etanol
96% gerus hingga cukup larut
b. Ditimbang 0,1 g LCD, tambahkan ke dalam mortir, gerus homogen
c. Diambil klindamysin kapsul, kemudian dibuka cangkangnya, ditungkan isi obatnya,
kemudian timbang zat aktif klindamysin sebanyak 200 mg, tambahkan ke dalam mortir
gerus homogen
d. Siapkan 1 tube krim chloramfecort, lalu tambahkan ke dalam campuran bahan yang ada
di dalam mortir, gerus hingga semua bahan tercampur homogen
e. Masukkan dalam wadah
f. Beri etiket dan label

Anda mungkin juga menyukai