Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

A. Judul :
  Ekstraksi Alumina (Al2O3) dari Lumpur
B. Tujuan :
 Mempelajari ekstraksi logam Aluminium dari lumpur dan mengkarakterisasi
senyawa yang dihasilkan dengan FTIR
C. Dasar Teori
Alumina (Al2O3) merupakan material keramik nonsilikat yang paling penting.
Material ini meleleh pada suhu 2051oC dan mempertahankan kekuatannya bahkan
pada suhu 1500oC - 1700oC. Alumina mempunyai ketahanan listrik yang tinggi dan
tahan terhadap kejutan termal dan korosi. Alumina (Al2O3) diperoleh dari pengolahan
biji bauksit yang mengandung 50-60% Al2O3, 1-20% Fe2O3, 1-10% silika, sedikit sekali
titanium, zirkonium dan oksida logam transisi lain dan sisanya 20-30% air.
Pengolahan ini dilakukan dengan menggunakan proses bayer yang mengambil
manfaat dari fakta bahwa oksida alumina amfoter larut dalam basa kuat tetapi besi
(III) oksida tidak. Proses Bayer terdiri dari tiga reaksi yaitu :
1. Proses Ekstraksi
Bauksit mentah dilarutkan dalam natrium hidroksida
Al2O3(S) + 2OH-(aq) + 3H2O(l) → 2Al(OH)4-(aq)
Dan dipisahkan dari besi oksida terhidrat serta zat pengotor tak larut dengan
penyaringan.
2. Proses Dekomposisi
Alumunium oksida terhidrat murni mengendap bila larutan didinginkan sampai
lewat jenuh dan dipancing menjadi Kristal dari produk:
2Al(OH)4-(aq ) → Al2O3 . 3H2O(S) + 2OH-(aq)
3. Proses Kalsinasi
Air hidrasi dibuang melalui kalsinasi pada suhu tinggi (1200 oC)
Al2O3 . 3H2O(aq) + kalor → Al2O3 . 3H2O(aq)
Alumina yang dihasilkan melalui proses bayer ini, mempunyai kemurnian yang tinggi
dengan konsumsi energi yang relatif rendah[1].
Alumunium oksida adalah insulator (penghambat panas dan listrik yang baik.
Umumnya alumina terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut dengan corundum.
Alumunium oksida dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat
pemotong karena sifat kekerasannya. Alumunium oksida berperan penting dalam
ketahanan logam alumunium terhadap pengkaratan dengan udara. Logam
alumunium sebenarnya amat mudah bereaksi dengan oksigen di udara. Alumunium
bereaksi dengan oksigen membentuk alumunium oksida, yang tebentuk sebagai
lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan alumunium. Lapisan ini
melindungi logam dari alumunium dari oksida lebih lanjut. Alumina yang dihasilkan
dari anodiasi bersifat amorf, namun beberapa proses oksidasi seperti plasma
electrolytic oxidation menghasilkan sebagian besar alumina dalam bentuk kristalin
yang meningkatkan kekerasan[2].
Aluminium oksida diproduksi dalam jumlah besar setiap tahun dan digunakan
untuk pembuatan logam alumina, aluminium sulfat, katalisator dan keperluan farmasi
dan lain-lain. Dalam tahun 1980, 90% bahan baku berasal dari bauksit yang
didatangkan ke Amerika Serikat dariu negara lain seperti Jamaika, Haiti, Republik
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK
Dominika, Austria merupakan sumber impor bauksit ke Amerika Serikat. Konsumsi
total meliputi 15,6 x 106 ton kira-kira 96% diantaranya digunakan untuk produksi
alumina [3]
Alumunium oksida merupakan senyawa amfoter, artinya dapat bereaksi baik
sebagai basa maupun asam.
1. Reaksi dengan air :
Alumunium oksida tidak dapat bereaksi secara sederhana dengan air seperti
natrium oksida, magnesium oksida dan tidak dapat larut dalam air. Walaupun masih
mengandung ion oksida tetapi terlalu kuat berada dalam kisi padatan untuk bereaksi
dengan air.
2. Reaksi dengan asam
Alumunium oksida mengandung ion oksida, sehingga dapat bereaksi dengan
asam seperti pada natrium atau magnesium oksida. Artinya sebagai contoh,
alumunium oksida dapat bereaksi dengan asam klorida encer yang panas yang
menghasilkan larutan alumunium klorida.
Al2O3(S) + HCl(aq)    AlCl3(aq) + H2O(l)

3. Reaksi dengan basa


Alumunium oksida juga dapat menunjukan sifat asamnya, dapat dilihat dalam
reaksi dengan basa seperti larutan natrium hidroksida[4].
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari pengumpulan ekstrak dengan
pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang
datar antar muka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan
cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan
dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi
yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di luar bahan.
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan panas[5].
Lumpur adalah campuran cair atau semicair antara air dan tanah. Lumpur
ialah campuran air dan partikel endapan lumpur dan tanah liat. Endapan lumpur
mengeras selama beberapa lama menjadi endapan. Saat endapan geologis lumpur
terbentuk diesutuaria lapisan lumpur terbentuk disebut lumpur teluk. Lumpur aktif
adalah suatu proses pengolahan limbah cair dengan metode biologi, metode biologi
adalah metode pengolahan limbah cair dengan menggunakan mikroorganisme atau
yang sering disebut dengan biomassa. Biomassa adalah bakteri dalam jumlah
banyak yang berfungsi sebagai pengurai polutan organik yang berada di dalam air
limbah dan hasil akhir dari penguraian tersebut menjadi lumpur[6].
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK
D. Metode Percobaan
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstraksi.
1. Alat

No Nama Alat Gambar Fungsi Kategori

1 Gelas Kimia Digunakan sebagai wadah dari 1


lumpur yang akan di dilarutkan

2 Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur 1


volume larutan

3 Erlenmyer Digunakan sebagai wadah 1


atau tempat untuk
menampung hasil penyaringan
(Filtrat)

4 Batang Digunakan untuk mengaduk 1


Pengaduk sampel ataupun larutan.

5 Spatula Digunakan untuk mengambil 1


zat yang akan digunakan
dalam bentuk padatan
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

6 Corong Kaca Digunakan pada saat 1


menyaring sampel ataupun
untuk memasukkan larutan ke
wadah yang mulutnya kecil.

7 Kaca Arloji Digunakan sebagai wadah 1


atau tempat dari lumpur yang
akan ditimbang

8 Penangas Digunakan untuk memanaskan 2


larutan

9 Oven Digunakan untuk 2


menghilangkan kadar air
dalam sampel/zat

10 Deksikator Digunakan sebagai tempat 1


penyimpanan bahan yang
mudah terpengaruh oleh
kelembapan
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK
11 Neraca Analitik Digunakan untuk menimbang 2
lempung yang akan digunakan

12 Kertas pH Digunakan untuk mengukur pH 1


Indikator dari lumpur
Universal

13 Kertas Saring Digunakan pada saat 1


memisahkan residu dan filtrat
dari lumpur

2. Bahan

No Nama Bahan Kategori Sifat Fisik Sifat Kimia

1 Natrium Khusus - Titik didih 1663 K - Oksidator kuat


Hidroksida - Titik leleh 591 K - Larut dalam air
- Berwarna putih
(NaOH) - Keras dan rapuh

2 Asam Klorida Khusus - Cairan tak berwarna - Gasnya berwarna


- Titik didih 383 K kuning kehijauan dan
(HCl) berbau merangsang
- Merupakan oksidator
kuat
- Berafinitas besar
sekali terhadap unsur-
unsur lainnya

3 Aquades Umum - Cairan berwarna bening - Tidak mudah terbakar


- Titik didih 373 K - Merupakan pelarut
(H2O) - Titik beku 273 K polar
- Merupakan ion H+
yang berasosiasi
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK
dengan OH-

4 Tanah Liat Umum - Berwarna merah - Dapat menyingkirkan


- Mudah cepat mengeras bahan-bahan yang
tersuspensi maupun
terlarut dari air limbah
- Mengandung
mikroorganisme
aerobik yang dapat
mencegah limbah
mentah

E. Prosedur Kerja

 Tanah liat

Mulai

Metode 1

- Mengambil dengan teliti 2,5 g tanah liat yang sudah di kalsinasi


- Mempatkan pada gelas kimia 50 mL,
- Menambahkan 15 mL larutan NaOH 2 M,
- Mengaduk dengan batang pengaduk selama 30 menit
- Memisahkan endapan dengan menggunakan kertas saring,
- Memindahkan filtrat ke dalam gelas kimia 50 mL

Filtrat

- Menambahkan HCl 2 M hingga pH 8


- Memanaskan larutan dengan suhu 70 ºC
- Mendinginkan larutan hingga suhu kamar
- Memisahkan endapan yang terbentuk
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

Endapan

- Mencuci endapan dengan aquades hingga pH aquades 4,


- Memanaskan endapan dengan oven pada 110 ºC (383 K)
hingga konstan
- Mencatat berat endapan akhir yang diperoleh

Berat endapan akhir :


0.0201 g

Selesai

Mulai

Metode 2

- Mengambil dengan teliti 2,5 g tanah liat yang sudah di kalsinasi


- Mempatkan pada gelas kimia 100 mL,
- Menambahkan 15 mL larutan HCl 2 M,
- Mengaduk dengan batang pengaduk selama 30 menit
- Menutup gelas kimia dengan kaca arloji
- Memisahkan endapan dengan menggunakan kertas saring,
- Memindahkan filtrat ke dalam gelas kimia 50 mL

Endapan

- Menambahkan NaOH 2 M hingga pH 3


- Memanaskan larutan sampai terbentuk endapan

Endapan
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

- Memisahkan endapan yang terbentuk


- Mencuci endapan dengan aquades hingga pH aquades 4,
- Memanaskan dalam oven pada 110 ºC (383 K) hingga berat
konstan
- Mencatat massa endapan akhir yang diperoleh

Berat akhir endapan :

Selesai

F. Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1. Tabel hasil Pengamatan

No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Menimbang 2,5 gram lumpur kering yang - Kalsinasi dilakukan pada suhu
sudah dikalsinasi, kemudian dilarutkan 100oC selama 24 jam
dalam NaOH 2 M 15 mL dan diaduk - Lumpur berwarna merah bata
selama 30 menit berupa serbuk
- Lembat larut dalam air

2 Melakukan penyaringan, kemudian - Filtrat : berwarna kuning


menambahkan HCl 2 M ke dalam filtrate - Residu : berrwarna merah bata
hingga PH 8 - Setelah ditambahkan HCl 2 M
terjadi perubahan pada filtrate yakni
warnanya menjadi putih gading dan
keruh, serta terbentuk endapan.
- Dengan penambahan HCl 2 M 10
mL PH menjadi 8

3 Memanaskan larutan pada suhu 70oC


- Terbentuk endapan putih
hingga terbentuk endapann

4 Mendinginkan larutan dan melakukan - Filtrat : berwarna bening


penyaringan - Residu : berwarna putih

5 Mencuci endapan dengan aquadest hingga - Setelah dicuci tidak terjadi


LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK
PH air hasil pencucian netral, kemudian perubahan pada endapan
memanaskan - Berat 1 : 1,8789 g
- Berat 2 : 1,8770 g
- Berat 3 : 1,8781 g

Berat rata-rata : 1,878 g

- Berat endapan 1 : 0,21 g


- Berat endapan 2: 0,0191 g
- Berat endapan 3 : 0,0202 g

Berat rata-rata : 0,0201 g

2. Pembahasan

Ekstraksi adalah metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau
lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan pada prinsip kelarutan.
Pada percobaan ini sampel yang digunakan adalah tanah liat yang diambil dari
Desa Tunggulo Kecamatan Tilongkabila, Kab. Bone Bolango. Percobaan kali ini adalah
mengekstraksi alumina dari tanah liat dan tujuannya adalah untuk mengetahui berapa
kadar alumina yang terdapat dalam tanah liat yang berada di Desa Tunggulo. Berikut
lokasi pengambilan tanah liat dapat dilihat pada Gambar 1.
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK
Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel

Sebelum percobaan dimulai, Sampel yang digunakan harus dipreparasi terlebih


dahulu melalui proses sampling. Proses sampling yang digunakan pada percobaan ini
berupa coning, quartening, dan sampling. Teknik coning merupakan pengurangan
jumlah sampel lapangan tahap awal dimana sampel digundukkan (Gambar 2) kemudian
dibuat gundukan panjang (long pile) (Gambar 3). Sampel diambil secara berselang-
seling dari gundukan memanjang (daerah A dan C atau B dan D) (Gambar 4), kemudian
dikumpulkan.

A D

B C

Gambar 2. Gundukan Gambar 3. Gundukan Gambar 4. Pembagian 4


tanah liat diratakan daerah.

Pada percobaan ini dilakukan dengan dua metode. Langkah kerja metode 1 dan
metode 2 hampir semua prosedurnya sama. Akan tetapi yang membedakannya adalah
penggunaan reagen. Metode 1 menggunakan basa untuk proses leaching dan metode
2 menggunakan asam untuk proses leaching.

Pada percobaan ini mengambil 2,5 g sampel, kemudian memasukkan ke dalam


gelas kimia dan ditambahkan 15 mL larutan NaOH 2 M, larutan sampel menjadi
kecoklatan, seperti pada Gambar 2. Tahap ini disebut sebagai tahap pemurnian alumina
dari zat pengotor (biasanya zat pengotornya adalah oksida besi dan silicon). Aluminium
yang amfoter larut membentuk ion aluminat. Tujuan penambahan NaOH ini adalah
untuk aktivasi secara kimiawi, sehingga dapat membuka pori-pori lumpur dan
menghilangkan zat pengotor. Reaksi yang terjadi yaitu :

Al2O3.3H2O(s) + 2NaOH(l)  2 NaAlO2(l) + 4 H2O (l)

Gambar 2. Tanah liat yang direaksikan dengan NaOH 2 M


LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK
Selanjutnya mengaduk campuran lumpur yang ditambahkan NaOH
menggunakan batang pengaduk selama 30 menit, larutan yang diaduk akan benar-
benar bercampur dengan sampel. Tujuan dari pengadukan ini adalah agar NaOH dapat
larut sempurna dalam sampel, sehingga proses leaching akan berjalan maksimal.
Proses leaching menggunakan NaOH sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah kadar silika reaktif dalam bijih bauksit. Jika terdapat banyak kadar silika
reaktif dalam sampel, maka silika akan sangat reaktif untuk berikatan dengan NaOH
yang disisi lain, silika ini juga mengikat alumina. Sehingga ketika silika terbawa dengan
NaOH saat pencucian akan menurunkan kadar alumina dalam sampel. Hal ini dapat
dilihat dalam reaksi :

SiO2(aq) + 2 NaOH(aq)  Na2SiO3(aq) + H2O

Kemudian, menyaring larutan dan memindahkan ke dalam gelas kimia untuk


mendapatkan filtrat. Filtrat dari sampel berwarna agak keruh. Setelah itu, menambahkan
HCl 2 M hingga pH 8. Penambahan HCl bertujuan untuk menurunkan kembali PH, hal
ini juga merupakan bagian dari aktivasi kimiawi menggunakan senyawa asam. Jumlah
total HCl yang digunakan sebanyak 10 mL. Saat ditambahkan HCl terbentuk gas klor
dengan reaksi :

AlO2-(l) + HCl(l)  Al(OH)3(l) + Cl(g)

Setelah itu memanaskan larutan pada suhu 70 ºC hingga terbentuk endapan,


tanah liat terbentuk endapan putih. Pemanasan harus dilakukan tetapi dengan suhu
yang cukup terbatas, karena tujuan dari pemanasan adalah hanya untuk menguapkan
air sehingga terbentuk endapan alumina. Tahap ini berlangsung dengan reaksi :

2 Al(OH)3(l)  Al2O3(s) + H2O(aq)

Kemudian menyaring endapan yang terbentuk dan mencuci dengan aquades


hingga pH air hasil pencucian netral yaitu pH 4. Pencucian selain dimaksudkan untuk
menetralkan, juga untuk mengeluarkan zat-zat yanhg bersifat asam atau basa yang
telah mengikat zat pengotor, sehingga zat pengotor akan keluar seiring dengan
keluarnya zat yang bersifat asam atau basa. Memasukkan hasil endapan ke dalam oven
pada suhu 110 ºC hingga berat konstan, endapan tanah liat sebanyak 0,0201 gram.

Selain metode 1, dapat pula digunaskan metode dua untuk mengekstrak alumina
dari tanah lempung. Pada metode 2 sama dengan langkah pada metode 1 tetapi
penambahan larutan menggunakan HCl 2 M sebanyak 15 mL diawal tahap, warna tanah
liat berubah menjadi kecoklatan. Reaksi yang terjadi:

Al2O3 (s) + 2HCl (l) + H2O (l) → 2AlCl (s) + 2H2O2 (l)

Gambar 3. Tanah liat yang ditambahkan HCl 2M


LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK
Mengaduk larutan dengan batang pengaduk sambil dipanaskan, larutan akan
membentuk endapan.

Kemudian menyaring larutan dan memindahkan filtrat ke dalam erlenmeyer, filtrat


tanah liat berwarna kuning. Setelah itu menambahkan NaOH 2 M hingga pH 3, jumlah
NaOH yang digunakan sebanyak 11 mL dan lumpur sebanyak 30 mL.

Gambar 4. Hasil Penyaringan Tanah Liat

Memanaskan larutan hingga terbentuk endapan, tanah liat terbentuk endapan


berwarna orange, seperti pada gambar 5.

Gambar 5. Tanah liat yang dipanaskan

Saat memanaskan tanah liat dan lumpur menutupi gelas kimia menggunakan
kaca arloji. Tujuan dari menutup gelas kimia agar pada saat pemanasan NaOH tidak
cepat menguap. Setelah dilakukan pemanasan menyaring endapan yang terbentuk,
kemudian mencuci degan aquades hingga pH air hasil pencucian netral, pH air 4.
Memasukkan ke dalam oven hasil endapan yang didapatkan pada suhu 110 ºC hingga
berat konstan.

Pada metode 1 menggunakan proses bayer, dimana endapan yang terbentuk


pada saat ditambahkan NaOH alumina akan cepat mengendap. Sedangkan pada
metode 2 penambahan HCl endapan yang terbentuk cukup sedikit karena aluminium
cepat larut dalam keadaan asam.

Jika dibandingkan antara metode 1 dan metode dua, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa metode 1 paling bagus untuk dilakukan ekstraksin alumina dari pada
metode 2. Hal ini dikarenakan, pada metode 1 hasil yang diperoleh lebih jernih
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK
dibandingksan metode 2, yakni masih memiliki warna kuning, yang menandakan bahwa
pada metode 2 masih memiliki zat pengotor yang ada didalamnya, yaitu besi. Selain itu,
proses pada metode 1 lebih efektif karena tidak terlalu nlamka dibandingkan pada
metode 2.

Pada masing-masing kelompok mendapatkan massa endapan yang berbeda-


beda. Hal ini dikarenakan hasil ekstraksi dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan,
pemanasan dan durasi pengadukan, dan juga konsentrasi dari pelarut yang digunakan.

G. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Pada metode 1 menggunakan larutan basa, dimana endapan yang didapatkan


pada tanah liat sebanyak 0,0201 g, pada mnetode 2, menggunakan larutan asam
diawal. Dan dapat dilihat bahwa metode 1 lebih efektif dibandingkan pada metode 2,
dimana endapan hasil pada metode 1 tergolong jernih, sedangkan pada metode 2
masih memiliki warna kuning, yang menandakan masih adanya kandungan Fe.

2. Saran
Pada percobaan selanjutnya, variasi pelarutnya bisa menggunakan larutan
asam dan basa yang meiliki kepekatan lebih..
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

Daftar Pustaka

[1] Atkins, P. (2011). Inorganic chemistry. 5th ed. Oxford University Press. UKK

[2] Mumpton, A. (2012). Natural zeolite.Jounal of Reviewin Mineralogy, Miineralogycal


Society of America,Washington, 4(2), 1-4

[3] Nisah, Khairun. (2016). Ekstraksi Alumina Oksida (Al2O3) dari Tanah Liat dengan Variabel
Suhu dan Konsentrasi Asam Sulfat. Lantanida Jurnal. 4 (1), 1.

[4] Dyer, A. (2010). Introduction to Zeolite Molecular Sieves. Journal of chemical


Reference Data, 17 (3), 215.

[5] Plunket, E. (2011). Bauxite and Alumina. U.S Geological Survey Mineral Yearbook.
Journal Prosiding Seminar Nasional Kimia 8, 20-23

[6] Wilson, and Gisvold. (2014). Textbook of Organic Medical and Pharmaceutica
Chemistry. JB Lippincolt Company.
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

Lampiran
LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK

Anda mungkin juga menyukai