Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNVERSITAS HALUOLEO

RANCANGAN FORMULA
“LIDOKAIN AMPUL”
PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

OLEH :
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
KELAS :C
ASISTEN : VICA ASPADIAH

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
A. Formula asli
R/ Lidokain

B. Rancangan Formula
Dalam 5 mL sediaan ampul lidokain mengandung:
Lidokain 2%
Natrium bikarbonat 8,4%
Aqua Pro Injeksi ad 100 mL

C. Pemilihan bentuk sediaan


1. Sediaan SVP sering dikemas dalam kaca atau ampul plastik. Ampul digunakan
untuk sekali pakai, produk yang tidak memiliki pengawet. Ukuran ampul kaca
biasanya berkisar dari 1 mL hingga 10 mL, meskipun tersedia ukuran yang
lebih besar (Aulton dan Kevin, 2013).
2. Injeksi adalah pemberian obat secara parenteral biasanya dipilih bila
diinginkan efek yang cepat, kuat, atau tidak terabsorbsi (Tjay dan
Kirana.,2007). Seperti dalam keadaan darurat, pasien tidak kooperatif, tidak
sadar atau tidak dapat menerima obat secara oral serta ketika obat tersebut
tidak efektif pada rute lain (Allen.,2011).

D. Pemilihan zat aktif


1. Lidokain adalah anestesi lokal dari jenis amida. Ini digunakan untuk anestesi
infiltrasi dan blok saraf regional. Lidokain memiliki onset aksi yang cepat dan
anestesi diperoleh dalam beberapa menit; lidokain juga memiliki durasi aksi
pada kategori menengah (Sweetman, 2009).
2. Lidokain digunakan untuk Manajemen akut aritmia ventrikel; anestesi topikal
pada kelainan kulit lokal; anestesi lokal yang dapat diakses dari selaput lendir
(Tatro, 2004).
3. Lidokain memiliki tingkat toksisitas yang rendah dan tingkat efektivitas yang
tinggi dalam aritmia yang terkait dengan infark miokard akut. lidokain hanya
digunakan dengan rute intravena (Katzung, 2007).

E. Farmokolgi zat aktif

No. Item Uraian

Lidokain
1 Nama

Kelas Antiaretmia
2
farmakologi
Pengobatan anestesi lokal dan aritmia ventrikel akut (seperti
3 Indikasi
dari infark miokard)
Absrobsi: Intradermal: Di bawah batas deteksi (<5 ng / mL)
Distribusi: Vd: 1.1-2.1 L / kg; dapat diubah oleh banyak faktor
pasien; penurunan CHF dan penyakit hati; melintasi penghalang
darah-otak
Metabolisme: 90% di hati; metabolit aktif
monoethylglycinexylidide (MEGX) dan glycinexylidide (GX)
dapat menumpuk dan dapat menyebabkan toksisitas SSP
Ekskresi: Urin (<10% sebagai obat tidak berubah, ~ 90%
4 Farmakokinetik sebagai metabolit)
Karena metabolisme hepatic first-pass yang luas, hanya 3% dari
lidocaine yang diberikan secara oral muncul dalam plasma. Jadi,
lidokain harus diberikan parenteral. Lidocaine memiliki waktu
paruh 1-2 jam. Pada orang dewasa, dosis pemuatan 150-200 mg
diberikan selama sekitar 15 menit (sebagai infus tunggal atau
sebagai rangkaian bolus lambat) harus diikuti oleh infus
pemeliharaan 2-4 mg / mnt untuk mencapai tingkat plasma
terapi. 2-6 mcg / mL..
5. Mekanisme Menekan jaringan konduksi secara otomatis, dengan
No. Item Uraian

meningkatkan ambang stimulasi listrik ventrikel, sistem His-


Purkinje, dan depolarisasi spontan ventrikel selama diastol
dengan tindakan langsung pada jaringan; menghambat inisiasi
kerja dan konduksi impuls saraf dengan menurunkan permeabilitas
membran neuron terhadap ion natrium, yang menghasilkan
penghambatan depolarisasi dengan blokade konduksi yang
dihasilkan
5 Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap anestesi lokal lain dari jenis amida
Pusing, kesemutan, atau mengantuk (terutama bila injeksi
terlalu cepat); efek SSP lainnya (bingung, depresi pernapasan,
6 Efek samping
dan konvulasi); hipotensi dan bradikardia (sampai terjadi henti
jantung); hipersensitivitas
Dosis IV :
 Dosis awal : 1 – 1,5 mg/kgBB/IV bolus
 Untuk ventrikular fibrilasi (VF) dan ventrikular
takikardia (VT) refrakter : 0,5 – 0,75 mg/kgBB/IV
diulangi 5-10 menit kemudian, dengan dosis
Dosis dan
8 maksimum sebanyak 3x atau dengan total dosis
pemberian
maksimum 3 mg/kgBB
 Pada henti jantung : dosis tunggal 1,5 mg/kgBB/IV
 Dosis pemeliharaan : 1 – 4 mg/menit IV )30-50
mcg/kg/BB/menit diencerkan dalam dekstrosa 5% atau
larutan normal saline (NaCl).
9 Penyimpanan Simpan di bawah 25 ° C.

F. Uraian fisikokimia zat aktif (LIDOKAIN)

No. Item Uraian

1 Nama LIDOCAINE HCL

2 Nama lain Lidocaine Hidroklorida

3 Rumus Molekul C14H22N2O,HCl,H2O


No. Item Uraian

4 Berat Molekul 288.8.. g/mol

Bentuk serbuk kristal

Warna Putih atau hampir putih


5 Pemerian
Bau Bau khas

Rasa
Profil Termal
6 (Dalam Titik Lebur 66°C-70°C
Keadaan Padat)
Dalam Air Sangat larut dalam air;
bebas larut dalam alkohol larut
7 Kelarutan
Dalam Pelarut Lain dalam kloroform; tidak larut dalam
eter.
8 pH Larutan 0,5% dalam air memiliki pH 4,0 hingga 5,5.

11 Penyimpanan Lindungi dari cahaya.

E. Alasan pemilihan Bahan Tambahan


1. Natrium bikarbonat
a. Rasa sakit yang terkait dengan infiltrasi anestesi lokal dapat dikurangi
dengan menggunakan buffer pH fisiologis tubuh dengan natrium
bikarbonat (Sweetman, 2009).
b. Penambahan larutan natrium bikarbonat 8,4% ke dalam lidokain HCl 2%
dengan perbandingan 1:10 dapat mengurangi nyeri pada saat infiltrasi
anestetik lokal (Rahmansyah dkk., 2014).
c. Lidokain (dengan atau tanpa epinefrin) yang ditambahkan sodium
bikarbonat sebagai larutan penyangga sampai mencapai pH 7.0 - 7.4 telah
dibuktikan lebih tidak menimbulkan nyeri dibandingkan yang tidak
ditambahkan larutan penyangga (Pramuningtyas, 2012).
F. Uraian bahan
1. Natrium bikarbonat

No. Item Uraian

1 Nama Natrium bikarbonat


2 Nama lain Baking soda; E500; Effer-Soda; monosodium carbonate

3 Rumus Molekul NaHCO3

4 Berat Molekul 84.01.. g/mol

Bentuk bubuk kristal putih

Warna Putih atau hampir putih


5 Pemerian
Bau Tidak berbau

Rasa rasa garam dan sedikit basa


Profil Termal
6 (Dalam Titik Lebur 270°C
Keadaan Padat)
Dalam Air Larut dalam air
7 Kelarutan Praktis tidak larut dalam eter dan
Dalam Pelarut Lain
etanol 95%
8 pH 8,3

11 Penyimpanan Lindungi dari cahaya.


Ketika dipanaskan hingga sekitar 50°C, natrium bikarbonat
mulai berdisosiasi menjadi karbon dioksida, natrium karbonat,
12 Stabilitas dan air; pada pemanasan sampai 250-300°C, untuk waktu yang
singkat, natrium bikarbonat sepenuhnya diubah menjadi natrium
karbonat anhidrat.
Sodium bikarbonat bereaksi dengan asam, garam asam, dan
banyak garam alkaloid, dengan evolusi karbon dioksida.
12 inkompatibilitas
Sodium bikarbonat juga dapat mengintensifkan penggelapan
salisilat.

G. Cara Pembuatan dan Sterilisasi Sediaan yang Dibuat Skema Kerja Pembuatan
Sediaan
Ditimbang Lidokain HCl 20 mg dan Natrium bikarbonat

Dimasukkan Aqua P.I dalam beakerglass steril

Dimasukkan Lidokain HCl dan Natrium bikarbonat


Dihomogenkan dan dicek pH

Ditambah Natrium bikarbonat 8,4% hingga pH 7

Disaring dengan kertas whatman

Diambil 2,15 ml dengan spuit,dimasukkan dalam tiap ampul

klaf pada 15 Psi suhu 121 ̊C selama 15 menit. Sterilkan pada suhu 115◦C (+3◦C, −0◦C) dan kisaran F0 antara 8 hingga 18. Gunakan pendingin semprotan air dan tekanan ud

(Niazi, 2009)

F. Evaluasi
1. Uji Sterilitas (FI IV : 855)
a. Media yang digunakan adalah TSB (Tryptone Soya Broth) dan FTM (Fluid
Thioglicolate Medium).
b. Media yang digunakan 10 ml kemudian disterilisasi suhu 121̊ C selama 15
menit dengan autoklaf.
c. Sampel lidokain HCl yang diinokulasi 0,6 ml.
d. Diinkubasi media FTM pada suhu 37oC dan media TSB pada suhu ruang.
Catatan :
a) Kontrol positif FTM menggunakan Bacillus sp.
b) Kontrol positif TSB menggunakan Candida albicans.
c) Kontrol negatif media yang disterilkan dan bebas mikroba.
Pengamatan 6-7 hari.
Media sterilisasi :
1. Tryptone Soya Broth (Soybean Digest Medium)/TSB
Komposisi serbuk gram per liter
Pancreatic digest of casein 17,0
Papaic Digest of Soybean Meal 3,0
Sodium Cloride 5,0
Dibasic Pottasium Phospate 2,5
Dexotrose 2,5
pH 7,3 ±0,2 ; suhu 25o C
Cara membuat : ad 30 gram untuk satu liter aquadest, dicampur disterilkan
dengan autoklaf suhu 121o C selam 15 menit.
Digunakan untuk: kultivasi bakteri aerobic dan fakultatif aerobic termasuk
fungi (jamur). Pengamatan setelah 24-48 jam, suhu inkubasi 55oC

2. Fluid Thioglicolate Medium (FTM)


Mengandung Sodium Thioglycolate. Komposisi serbuk gram per liter :
Pepton from casein 15,0
Yeast extract 5,0
D (+) glukosa 5,5
L – cystein 0,5
Sodium chloride 2,5
Sodium thioglycolate 0,5
Resazurin sodium 0,001
Agar-agar 0,75
pH 7,1 ± 0,2 ; suhu 25oC
Cara membuat : ad 30 gram untuk satu liter aquadest, dicampur.
Disterilisasi dengan autoklaf 121o C selam 15 menit.
Digunakan dalam bakteriogikal kultur media untuk mikroorganisme yang
berpotensial rendah dalam proses oksidasi-reduksi dan menetralisir Merkuri
Presentatif (Anonim,1982:287).

Perhitungan media sterilisasi;


2.3.1.1. Media TSB ( Tryptone Soya Broth)
1 tabung reaksi 10 ml
5 tabung reaksi =10ml x5 = 50 ml
50 mlx 2 x 30 g
Yang ditimbang= = 3 gram
1000ml
Diberi kelebihan 2x
Keterangan: 5 tabung, satu tabung untuk kontrol (+), satu tabung
untuk kontrol(-), dan tiga tabung untuk uji sampel.
Cara membuat :
a) Ditimbang 3 gram serbuk media TSB dilarutkan dalam 100 ml
aquadest.
b) Dihomogenkan , dipanaskan.
c) Disterilkan dengan autoklaf 121oC, selama 15 menit.
2.3.1.2. Media FTM (Fluid Thiogycolate Medium)
1 tabung reaksi 10 ml
5 tabung reaksi= 5 x 10 ml = 50 ml
2 x 50 mlx 30 g
Yang ditimbang= = 3 gram
1000ml
Diberi kelebihan 2x
Keterangan : 3 tabung untuk sampel; 1 tabung untuk kontrol (+); 1
tabung untuk kontrol(-).
Cara membuat:
a) Ditimbang 3 gram serbuk media FTM , diadkan dalam 100 ml
aquadest.
b) Dihomogenkan, dipanaskan.
c) Disterilkan dengan autoklaf 121oC selama 15 menit.

Skema kerja uji sterililtas :

Dimasukkan larutan injeksi kedalam media FTM dan TSB secara aseptis (0,6 ml
larutan dari dalam ampul @ 2 ml )

Dilakukan 3 kali replikasi ( kontrol positif, kontrol negatif, sampel)

Untuk kontrol positif dimasukkan bakteri Bacillus sp kedalam media FTM dan
Candida albicans dalam media TSB.Dan disiapkan pula kontrol negatif.

Media FTM (kontrol) maupun yang mengandung larutan uji, disimpan dalam
inkubator suhu 37o C selama 7 hari.

MediaTSB (kontrol) maupun yang mengandung larutan uji, disimpan dalam


suhu kamar selama 7 hari.

Diamati (setelah 7 hari), jika timbul pertumbuhan mikroba berarti sediaan tidak
steril.

2. Uji Kebocoran (Lachman III : 1354)


Letakkan ampul di dalam zat warna (biru metilen 0,5–1% dalam fenol) dalam
ruangan vakum. Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat
warna berpenetrasi ke dalam lubang, dapat dilihat setelah bagian luar ampul
dicuci untuk membersihkan zat warnanya.
Skema kerja uji kebocoran :

Sediaan dimasukkan dalam beaker glass dalam keadaan terbalik.

Beakerglass diisi metilen blue, diletakkan sediaan sampai terendam.

Dimasukkan autoklaf dan diautoklaf hingga suhu naik 115 oC lalu diamati.

Diamati apakah volume dalam ampul berkurang atau tidak.

3. Uji Kejernihan (Lachman : 1355)


Pemeriksaan dilakukan secara visual dilakukan dengan ampul diputar secara
berulang-ulang didepan suatu latar belakang yang gelap dan sisanya diberi
cahaya, diamati bahan (partikel) melayang yang berkilau bila terkena cahaya.
Syarat : harus benar – benar bebas dari partikel kecil yang dapat dilihat oleh
mata.Skema kerja uji kejernihan :

Seluruh sediaan diterawang dan dilihat dibawah lampu yang latar belakangnya
hitam putih

Jika ada partikel yang melayang berarti sediaan tidak jernih


4. Uji pH (FI ed IV, 1995 : 1039-1040)
Cek pH larutan sediaan ampul dengan menggunakan kertas indikator
universal.
Skema kerja uji pH :

Sediaan diteteskan dalam plat tetes.

Dimasukkan kertas indikator universal, dicekpH sediaan.

5. Uji Keseragaman Volume (FI ed IV : 1044)


Diambil 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap
wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari tiga kali
volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21,
panjang tidak kurang dari 2,5 cm. Keluarkan gelembung udara dari dalam
jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dari dalam alat suntik, tanpa
mengosongkan bagian jarum, kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang
telah dibakukan.
Persyaratan : Volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% vulome
dari kapasitas tertera.
Skema kerja uji keseragaman volume :

Diambil isi ampul dengan spuit, setelah di uji kebocoran.

Syarat volume takaran 20 ml kelebihan yang diperbolehkan 0,15 ml


Keterangan : volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadahnya
bila diuji satu persatu atau bila wadah volume 1 ml atau 2 ml tidak kurang dari
jumlah volume wadah yang tertera pada etiket bila digabung ( FI ed IV. 1995:
1044).

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan RI :


Jakarta.
Katzung B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw
Hill.

Lachman, L., & Lieberman, H. A., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi
Kedua, UI Press, Jakarta.

Niazi, S.K.,2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations:


Compressed Solid Products 2nd Edition Volume 1. New York : Informa
Healthcare USA.

Pramuningtyas.R.,2012, Perbandingan Pemberian Buffered Pehakain Dengan Freshly


Mixed Lidokainepinefrin Pada Persepsi Nyeri Karena Infiltrasi Anestesi Lokal.
Jurnal Biomedika, Vol.4(2).

Rahmansyah D.A, Abdul M.T dan Erwin Pradian., 2014, Penambahan Natrium
Bikarbonat 8,4% pada Lidokain 2% untuk Mengurangi Nyeri Saat Infiltrasi
Anestetik Lokal, Jurnal Anestesi Perioperatif, Vol.(1).

Sweetman, 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical Press : London.

Tatro, D.S. 2003. A to Z Drug Facts. San Fransisco : Facts and Comparisons.

Tjay, T. H dan Kirana, R., 2015, Obat-Obat Penting, Gramedia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai