Seperti resume/rangkuman
Font TNR 12
Margin 4333
10-20 hal
1 space
Materi :
1. Osteitis of jaw
2. Osteomyelitis (neonatal) jaw
3. Osteoradionecrosis jaw
4. Periostitis jaw
5. Sequestrum of jaw bone
6. Osteonecrosis of jaw due to drug
7. Alveolitis of jaw : alveolar osteotis (dry socket)
Yg dibahas
1. Klasifikasi lesi tulang rahang
2. Etiologi
3. Gambaran klinis
4. Radiologi
5. Patologi
6. Mekanisme dan patogonesis
7. Ciri HPA dan radiografi
1. OSTEOITIS OF JAW (OSTEOMYELITIS)
Kata “Osteomyelitis” berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu osteon (bone)
dan muelinos (marrow) dan menggambarkan suatu infeksi pada bagian ruang
medula dari tulang. Literatur saat ini memberikan definisi yang lebih luas yaitu
proses inflamasi pada keseluruhan tulang termasuk korteks dan periosteum, yang
menjelaskan bahwa proses patologis jarang terjadi hanya di endosteum saja.
Proses ini biasanya melibatkan korteks dan periosteum. Oleh karena itu
osteomyelitis dapat dinilai sebagai suatu kondisi inflamasi tulang yang berawal
dari ruang medula dan sistem haversian dan meluas sehingga melibatkan
periosteum daerah sekitarnya. Infeksi ini menjadi stabil pada bagian tulang yang
mengalami kalsifikasi ketika pus dan edema didalam ruang medula dan dibawah
periosteum menghalangi aliran darah local atau terjadi obstruksi. Setelah terjadi
iskemia tulang yang terinfeksi menjadi nekrotik dan akan terbentuk sequester
yang merupakan tanda klasik dari osteomyelitis (Topazian 1994, 2002).
Walaupun faktor etiologi lain, seperti cedera traumatis, radiasi, dan zat kimia
tertentu, juga dapat menyebabkan peradangan pada ruang medullar, istilah
"osteomyelitis" banyak digunakan dalam literatur medis untuk menggambarkan
infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme piogenik (Marx
1991).
Etiologi
Penyakit periodontal, seperti gingivitis, periodontitis
Adanya gangrene radiks karena pencabutan tidak sempurna menyebabkan
sisa akar tertinggal di dalam tulang rahang yang akan memproduksi toksin
yang bias merusak tulang di sekitarnya
Mikroorganisme pyogenik
Trauma
Bayi dan anak ¿ hemotogenous spreading
Dewasa ¿ contiguous focus¿ odontogenic infection( pulpa / periapikal
lesion)
Trauma: not treated compound fractur
Predisposisi
Osteomyelitis terjadi karena ketidakseimbangan antara virulensi bakteri dan
mekanisme pertahanan tubuh
Penyakit sistemik : DM, penyakit autoimun, agranulositosis, anemia
leukemia, AIDS, syphilis, malnutrisi
Kondisi (hubungan vaskularisasi tulang) radiasi, osteoporosis, Paget’s
disease, bone malignancy, bone necrosis
Alkohol dan merokok
Mekanisme-Patogenesis
Proses peradangan seluruh tulang termasuk korteks dan periosteum, tidak hanya
terbatas pada endosteum > Kondisi peradangan dimulai pada rongga medular dan
system havarsian dan meluas melibatkan periosteum daerah yang terkena >
Faktor-faktor lokal mengurangi vitalitas tulang > Kondisi sistemik bergantung
pada pertahanan inang
Klasifikasi
Gambaran Klinis
Pada maksila : terlokalisasi, pada mandibula : menyebar
Pada osteomielitis akut, nyeri merupakan gejala klinis yang utama
Trismus
Pyrexia,lymphadenopathy regional, leukosistosis
Tanggalnya gigi
Eksudasi pus dari gingiva dapat terjadi akibat infeksi oleh bakteri
staphylococcus
Parasthesia yang terjadi pada bibir bawah biasanya muncul akibat
keterlibatan mandibular
Peningkatan suhu
Early :
Severe throbbing, nyeri dalam duduk
Pembengkakan akibat edema inflamasi
Gingiva tampak merah, bengkak, lunak
Late :
Distensi periosteum dengan nanah
Final :
Pembentukan tulang subperiosteal menyebabkan pembengkakan menjadi
keras
Gambaran HPA
(3-4 minggu)
Garis radiolusen di sekitar tulang kortikal dengan peningkatan
radiopasitas yang mengindikasikan pembentukan sekuester
Radiolusen linear tidak teratur di dalam (basilar) yang berhubungan
dengan fistula
Reaksi periosteal terkalsifikasi
Area sklerosis minor diselingi dengan zona peningkatan radiolusen
Fraktur sebagai potensi komplikasi
B. Chronic Suppurative Osteomyelitis
Mekanisme-Patogenesis
Kesalahan perawatan pada osteomyelitis akut, penyakit periodontal, infeksi
pulpa, ekstraksi luka, infeksi pada fraktur > Infeksi di medulla menyebar dan
membentuk jaringan granulasi > Jaringan granulasi yang terbentuk, membentuk
scar untuk menutupi area yang terinfeksi > Encircled dead space bertindak
sebagai pelindung/penyelamat bakteri, dan antibiotic kesulitan untuk dapat
mencapai lokasi seharusnya
Gambaran Radiograf
Tampak seperti kapas wol
Peningkatan radiodensitas dapat terlihat di sekitar area lesi
Seperti penyakit Paget atau fibro osseus proliferasi
Terdapat area difuse dengan batas tidak jelas dengan peningkatan
radiodensitas
Gambaran HPA
Terdapat barisan paralel dari tulang seluler yang reaktif
Trabekula beriorientasi tegak lurus terhadap permukaan
Trabekula kadang membentuk jalinan tulang yang saling berhubungan
Diantara trabekula, terdapat jaringan fibrosa yang tampak jelas
Gambaran Radiograf
Laminasi tulang radiopaque sejajar satu sama lain dan didasari
permukaan kortikal
Laminasi dapat bervariasi dalam jumlah 1-12
Pemisahan radiolusen sering hadir antara t ulang baru dan korteks asli
2. OSTEOMYELITIS (NEONATAL) JAW
Osteomielitis akut secara umum terjadi karena penyebaran hematogen, atau
karena inokulasi langsung mikroorganisme. Osteomielitis pada neonatus sering
dilihat sebagai konsekuensi dari septikemia akibat penyebaran hematogen.
Osteomielitis hematogen terjadi terutama pada anak-anak karena pembibitan
bakteri di dalam tulang dari sumber yang jauh, melalui darah yang beredar.
Osteomielitis inokulasi langsung pada mandibula terjadi akibat masuknya bakteri
secara langsung ke tulang, seperti trauma atau infeksi odontogenik yang tidak
terkontrol.
Infantile Osteomyelitis
Infant Osteomyelitis (IO) adalah bentuk langka dari osteomyelitis yang normalnya
terjadi pada anak-anak yang umumnya berumur di bawah 2 tahun. IO biasanya
merupakan hasil dari penyebaran hematogen dari sumber yang jauh seperti
pneumonia atau infeksi saluran pernapasan atas. Hal ini tidak ditemukan pada
orang dewasa. Kasus IO sudah jarang sekali ditemukan karena sebagian besar
infeksi bakteri diobati dengan cepat oleh agen antimikroba yang mencegah
penyebaran hematogen bakteri (Baltensperger, 2009).
Etiologi
Hematogenous, bakteri penyebab : Staph. Aureus
Perinatal trauma
Mekanisme-Patogenesis
Mekanisme-Patogenesis osteomielitis pada bayi bisa terjadi karena
hematogen. Osteomielitis hematogen terjadi karena pembibitan bakteri dari
aliran darah, juga karena inokulasi langsung mikroorganisme ke dalam tulang
pada saat trauma. Osteomielitis dapat terjadi karena bayi menderita trauma
pada saat pencabutan gigi natal. Trauma pada jaringan menyebabkan
berkurangnya pasokan darah sehingga terjadi area nekrotik di mana bakteri
berikatan dan infeksi mulai terjadi. Keparahan cedera jaringan dan kerentanan
yang melekat pada pasien juga harus dipertimbangkan karena keberadaan
bakteri pada luka saja tidak cukup untuk menyebabkan osteomielitis.
Gambaran Klinis
Sering melibatkan mata, penyebaran intrakranial, deformitas wajah
Sering terjadi pada maksila
Terjadi beberapa minggu setelah kelahiran
Selulitis wajah
Edema palpebra
Mata tampak menutup
Kadang keluar cairan purulen dari hidung dan mata
Malaise, panas badan, anorexia, dehidrasi, kejang dan vomiting
Gambaran HPA
Terdapat ruang medular yang terisi jaringan fibrosa
Tampak tulang sklerotik interlacing yang iregular
Berkurangnya osteosit dari lakuna pada tulang
Tidak ada hematopoetik pada sumsum tulang dan pembuluh darah
Gambaran Radiograf
CT scan menunjukkan fraktur patologis di daerah subkondil &
penghancuran ramus yang luas.
Terdapat abses orbita, meluas ke dural dan sinus
Terdapat hipoplasia enamel
Pediatric Chronic Nonbacterial Osteomyelitis of Jaw
Pediatric Chronic Nonbacterial Osteomyelitis of Jaw adalah kelainan tulang
inflamasi steril dengan etiologi yang tidak diketahui yang terjadi pada anak-anak.
Lesi tulang aseptik CNO biasanya hadir pada usia rata-rata 10 tahun dengan nyeri
dan pembengkakan yang terlokalisasi, dan secara histologis ditandai dengan
osseous spesifik, peradangan tanpa adanya infeksi. Pasien wanita lebih sering
terkena daripada pasien pria, dan perjalanan penyakitnya sangat bervariasi. Lesi
CNO dapat bersifat akut atau kronis (bertahan selama 6 bulan); bisa soliter atau
multifokal; dan dapat bertahan, atau berulang. (Ghrishchick H, 2007)
Gambaran Klinis
Rasa nyeri pada daerah yang terkena
Terdapat pembengkakan
Rasa panas dan eritema
Trismus
Gambaran HPA
Paralel dan saling menghubungkan trabekula tipis tulang tenun dengan
jahitan tipis dan tebal
Tampak osteoid atipikal
Tampak trabekula halus yang melengkung dari tulang anyaman dalam
stroma fibroblastik hiposeluler yang menyerupai displasia fibrosa
Tampak ruang meduler menunjukkan fibrosis yang tambal sulam dan
kadang nodular
Gambaran Radiologi
Terdapat perluasan mandibula dengan sklerosis ruang medula
Tampak lesi mandibula bilateral yang melintasi mandibula anterior
Tampak lytic destruction yang menonjol
Ada reaksi periosteal yang tampak halus
Juvenile Mandibular Chronic Osteomyelitis
Osteomyelitis sclerosing pada mandibula adalah penyakit yang tidak biasa dengan
etiologi yang tidak diketahui. Biasanya disertai dengan rasa sakit berulang dan
pembengkakan jaringan lunak di atasnya yang merupakan pembesaran mandibula
yang unilateral. Kelainan bentuk ini menunjukkan campuran sklerosis dan
radiolusen yang tidak merata. Tingkat sedimentasi eritrosit yang meningkat adalah
satu-satunya temuan serologis yang konsisten. Usia awal proses penyakit dan
keseragaman fitur membedakan kondisi ini dari kelompok gangguan lain yang,
sebelumnya, secara kolektif telah ditetapkan sebagai osteomielitis sklerosis difus
kronis. Hal ini memunculkan pendapat bahwa penyakit radang tulang mandibula
ini, pada pasien anak-anak, harus dianggap sebagai entitas klinis yang terpisah:
'osteomielitis kronis mandibula remaja'.
Etiologi
Infeksi virulensi
Racun bakteri
Respon imun hiperaktif atau hipoaktif
Kerusakan total sistem kekebalan
Gambaran Klinis
Nyeri wajah secara intermiten
Pembengkakan wajah, eritema
Mild to moderate trismus
Gambaran HPA
Tampak gabungan pola dari sklerosis tulang dan tulang trabekula yang
tidak beraturan yang tersusun dari lamella dan woven bone dengan batas
tidak beraturan.
Terdapat aktivitas osteoblastik menonjol dengan rimming osteoblast
Terdapat banyak trabekula (ada remodelling)
Tampak stroma
Gambaran Radiologi
Tampak gambaran seperti cotton wool
Daerah sklerosis dan radiolusen diffuse
Terdapat distorsi morfologi mandibula
3. OSTEORADIONECROSIS JAW
Osteoradionekrosis (ORN) pada rahang adalah salah satu komplikasi utama
dari radioterapi, yang mengakibatkan perubahan bentuk dan fungsi rongga mulut
dan rahang yang menyebabkan substansial penurunan dalam kualitas hidup pasien.
Ada nekrosis tulang akibat sumbatan suplai darahnya. Pasien yang telah menerima
terapi radiasi dosis tinggi ke daerah kepala dan leher, cenderung memiliki risiko
osteoradionekrosis seumur hidup . Meskipun kejadian ORN telah menurun baru-
baru ini dengan teknik iradiasi lanjutan dan peningkatan fokus pada faktor
predisposisi. (Baltensperger et al., 2009)
Etiologi
Penggunaan dosis diatas 50gy biasanya dapat menyebabkan kerusakan
permanen
Dosis radiasi besar menyebabkan terjadinya osteoradionekrosis
Radiasi (predisposisi)
Mekanisme-Patogenesis
Radioterapi mempengaruhi pembuluh darah kecil tulang, menyebabkan
peradangan (endartritis), sehingga mendukung pembentukan trombus kecil
yang melenyapkan lumen pembuluh darah dan dengan demikian
mengganggu tissue perfusion. Terjadi juga progressive hypoxia,
hypovascularization, and hypocellularity.
Gambaran Klinis
Sering terjadi pada mandibula karena micro anatomy dan kurang
pembuluh darah
Mandibula posterior umumnya lebih terpengaruh daripada anterior
Tulang terbuka abu-abu menjadi kekuningan, dehiscence asimtomatik
dari mukosa dan kehilangan warna
Karies radiasi dapat terlihat didaerah serviks
Nyeri intens dengan pembengkakan intermitten dan drainase
Perubahan warna kulit dengan fistula ekstraoral
Kehilangan mucosa covering dan exposure bone
Jaringan sekitarnya mengalami ulserasi akibat infeksi atau tumor
berulang
Trismus
Peningkatan suhu
Fetid breath
Fraktur patologis
Gambaran HPA
Terjadi hipovaskularitas
Dinding pembuluh darah tampak menebal oleh jaringan ikat berserat
Tampak adanya penghancuran osteosit
Tidak ada osteoblast dan kurangnya pembentukan tulang serta osteoid
baru
Tampak reversal line menonjol menunjukkan remodelling tulang aktif
Banyak terdapat sel-sel inflamasi akut dengan epitel skuamosa yang
melapisi saluran fistula
Tampak stroma yang berdekatan mengandung limfosit
Gambaran Radiologi
Tampak radiolusen tidak terdefinisi, tanpa demarkasi sklerotik yang
mengelilingi zona nekrtotik
Tampak campuran lesi radioopaque/radiolusen dimana daerah
radiolusen mewakili kerusakan tulang
Ada penyebaran karsinoma sel skuamosa
4. PERIOSTITIS JAW
Periostitis dari mandibula belum pernah dibahas sebelumnya dalam literatur
otolaringologi dan jarang ditemukan dalam literatur gigi. Biasanya ditandai
dengan massa yang keras, tidak nyeri, dan menetap yang menutupi mandibula
pada anak atau dewasa muda.
Banyak istilah untuk menyebut/menamai peradangan sumsum dan tulang
rahang yang disertai perubahan dibawah jaringan periosteum, antara lain chronic
osteomyelitis with proliferative periostitis, periostitis ossificans, sclerosing
osteitiss. Namun Iebih dikenal dengan istilah. "Garre's osteomyelitis" dikenal sejak
Garre menemukannya ada tahun 1893, sebagai osteomielitis kronis non-supuratif
yang ditandai dengan penebalan kasar periosteum dengan pembentukan tulang
perifer reaktif. Umumnya periostitis timbul sebagai akibat lanjut dari abses kronik
yang tidak dirawat atau perawatannya kurang sempurna. Tetapi dapat pula
merupakan infeksi lanjutan yang menetap setelah pencabutan gigi. (Suryonegoro,
2002).
Etiologi
Biasanya merupakan infeksi endosteal di daerah molar dengan
peradangan periosteal.
Tulang baru reaktif diendapkan di bawah periosteum yang tinggi, di
luar korteks luar rahang, dan dipisahkan darinya oleh lapisan cairan
supuratif.
Patogenesis
Periostitis biasanya diawali dengan infeksi gigi. Terutama molar 1
bawah dengan karies. Cairan infeksinya di apeks gigi meluas ke seluruh
daerah intermedularis tulang rahang, menembus jaringan korteks sehingga
mencapai daerah periosteum rahang bawah. Kemudian mengalir sepanjang
tepi bawah tulang rahang bawah. dan mendesak jaringan periosteum ke arah
bawah. Iritasi cairan infeksi ini merangsang pembentukan tulang sub
periosteal baru di bawah jaringan korteks tulang rahang bawah beberapa hari
atau beberapa minggu kemudian. Proses ini dikenal sebagai reaksi tulang
periosteal yang mengakibatkan pembesaran tulang.
Gambaran Klinis
Terdapat massa yang keras, tidak nyeri, dan menetap menutupi
mandibula
Terdapat trismus
Sendi rahang terasa sakit
Wajah tampak asimetris
Gambaran HPA
Terdapat peradangan aktif akut dan kronis
Ada fibrosis interstitial dan atrofi otot
Tampak tulang trabekula reaktif yang tegak lurus terhadap tulang
permukaan
Stroma padat berserat dengan inflamasi kronis diantara ruang
trabekula
Gambaran Radiologi
Tampak kalsifikasi pada jaringan lunak yang mengelilingi ramus
asenden kiri dengan ketinggian periosteum dari korteks luar
Ada daerah radiolusen di ramus asenden
Tampilan periapikal dari daerah yang terkena sebagian besar
menunjukkan gigi molar bawah yang sangat karies (biasanya yang
pertama molar permanen) dengan fraksi periapikal
Mekanisme-Patogenesis
Pembentukan sequestrum diinisiasi karena interaksi infeksi yang konstan dan
adanya trauma tulang. Hal tersebut yang menyebabkan gangguan suplai
darah ke tulang yang mengarah terpisahnya bagian tulang yang terinfeksi dari
tulang yang sehat dan membentuk tulang mati/denude/sequestrum.
Sequestrum biasanya diberi perawatan terapi antimikroba. Jika sequestrum
parah, sequestrum akan terekspos melalui mukosa. Jika bagian tulang yang
berkondisi sequestrum sudah luas maka perlu dilakukan pengangkatan karena
proses resorpsi tulang akan sangat lambat. Sequestrum yang menetap akan
dikelilingi dengan susunan tulang baru. Jika perawatan tidak dilakukan
dengan baik, sequestrum akan berkembang menjadi periostitis, abses jaringan
lunak atau selulitis, dan bisa terjadi fraktur patologis ketika sudah ada
pelemahan rahang karena proses destruktif (Aamir, 2016).
Etiologi
Trauma saat ekstraksi gigi
Infeksi
Terapi radiasi
Penyakit paget
Konsumsi rokok dan alkohol
Gambaran Klinis
Nyeri
Pembengkakan lokal
Ketidaknyamanan saat pengunyahan
Demineralisasi/karies gigi
Tampak fragmen tulang yang tertanam
Dentin tertutup fragmen sementum yang terinfeksi bakteri
Gambaran HPA
Tampak tulang yang tidak vital
Tampak jaringan seperti bunga karang dengan infiltrat sel inflamasi
dan ruang kosong seperti lakuna
Gambaran Radiologi
Tampak penyebaran traktus fistula
Tampak bagian yang memiliki kepadatan lebih rendah dari bagian
kortikal tulang bagian lain
Tidak ada keterlibatan jaringan periodontal
Etiologi
Kasus ONJ telah dikaitkan dengan penggunaan bifosfonat oral dan
intravena, masing-masing: asam zoledronat, pamidronat dan alendronat ,
risedronat, dan ibandronat. Meskipun faktanya masih belum jelas, apa
penyebab sebenarnya, para ilmuwan dan dokter percaya bahwa ada korelasi
antara nekrosis rahang dan waktu terpapar bifosfonat. Penyebabnya juga
diduga terkait dengan cedera tulang pada pasien yang menggunakan
bifosfonat seperti yang dinyatakan oleh Remy H Blanchaert dalam sebuah
artikel tentang masalah tersebut.
ONJ telah menjadi perhatian khususnya pada orang-orang pada agen
antiresorptif parenteral dosis tinggi dan ini telah menjadi perhatian utama
bagi dokter gigi umum, spesialis gigi (kebanyakan ahli bedah dan patologi
OMF) dan dokter gigi berbasis rumah sakit yang merawat pasien onkologi.
Selain itu, ahli onkologi medis yang meresepkan obat-obatan ini telah sangat
menyadari kondisi ini dan prihatin dengan dosis dan durasi terapi yang
optimal. Pasien yang menerima terapi bifosfonat atau denosumab untuk
kanker metastasis dan multiple myeloma menerima pengobatan bulanan
dengan obat yang diberikan secara intravena (untuk bifosfonat) atau secara
subkutan (untuk denosumab). Pasien dengan osteoporosis atau penyakit
tulang lainnya seperti penyakit Paget memerlukan terapi antiresorptif dengan
dosis yang jauh lebih rendah. Mereka menerima 60 mg denosumab setiap 6
bulan atau 5 mg asam zoledronic setiap 1 hingga 5 tahun.
Agen antiresorptif lain yang terkait dengan ONJ adalah denosumab.
Molekul ini adalah antibodi monoklonal terhadap aktivator reseptor ligan
faktor K-B (RANKL). RANKL berikatan dengan RANK reseptornya pada
preosteoklas dan juga osteoklas dan sangat penting untuk pembentukan,
fungsi, dan kelangsungan hidup osteoklas. Denosumab efektif dalam
pengobatan osteoporosis dan menurunkan risiko patah tulang. Ini juga dapat
digunakan dalam dosis tinggi pada individu dengan kanker metastasis, dan
telah terbukti mengurangi risiko kejadian terkait kerangka.
Selain obat yang menyebabkan ONJ, diakui dalam literatur bahwa
ONJ dapat berkembang secara spontan dan telah digambarkan sebagai
penyerapan dan ulserasi mandibula lingual (LMSU) atau ulserasi oral dengan
sekuestrasi tulang (OUBS) .
Faktor Resiko
Terapi radiasi
Pencabutan gigi
Kemoterapi
Osteoporosis
Penggunaan BP oral
Penyakit periodontal
Nanah (pus) lokal
Terapi glukokortikoid
Diabetes
Penggunaan gigi tiruan
Terapi erythropoietin
Penggunaan tembakau
Hipertiroidisme
Dialisis ginjal
Terapu siklofosfamid
Peningkatan usia
Patogenesis
ONJ adalah kondisi patologis yang hanya terjadi pada tulang rahang,
yang memiliki ciri anatomi dan mikrobiologi yang tepat yang tidak dapat
ditemukan pada tulang tubuh lainnya dan yang membuat mereka rentan
terhadap infeksi bakteri.
1. Gigi meletus dari tulang rahang, menerobos epitel oral dan agen
penurun infeksi yang berada di rongga mulut untuk menyerang
tulang rahang melalui celah antara epitel dan gigi atau melalui
saluran akar;
2. Mukosa mulut yang menutupi tulang rahang tipis, dengan
demikian infeksi yang disebabkan oleh cedera mucosa dapat
menyebar ke tulang rahang di bawah mukosa;
3. Lebih dari 800 jenis bakteri penghuni menghuni plak gigi dan
dapat mewakili sumber infeksi di rongga mulut;
4. Peradangan karena pembusukkan, pulpitis, lesi periapikal, atau
penyakit periodontal meluas ke tulang rahang;
5. Tulang rahang terkena rongga mulut setelah perawatan gigi invasif
termasuk ekstraksi gigi mengarah ke infeksi.
Gambaran Klinis
Tampak adanya tulang yang terpapar di daerah maksilofasial yang
tidak sembuh dalam 8 minggu setelah identifikasi oleh penyedia
layanan kesehatan
Eksposur ke agen antiresorptif
Tidak ada riwayat terapi radiasi ke daerah kraniofasial
Pembentukan sequestra
Gambaran HPA
Tampak tulang yang terpapar secara klinis nekrotik dan secara
histologis resorpsi tidak teratur dengan peradangan akut dan kronis.
Terdapat kolonisasi mikroba pada permukaan tulang, terutama
kolonisasi Actinomyces, terutama pada daerah superfisial.
Epitel dari mukosa di atasnya dapat meluas ke ruang medular dan
melapisi tulang trabekula yang tidak vital
Zona perifer pada tulang non-vital yang terbuka menunjukkan
trabekula yang menebal dengan penumpukkan tulang anyaman
Osteoklas meningkat pada tulang tidak vital tapi berkurang pada
tulang vital perifer
Gambaran Radiologi
Perubahan sklerotik difus dengan peningkatan densitas trabekuler
Area osteolisis yang tidak teratur
Penghancuran tulang kortikal
Pembentukan tulang periosteal
Pembentukan sequestrum
Penebalan lamina dura
Penebalan garis kortikal
Penyembuhan soket ekstraksi yang tidak lengkap
Pembentukan fistula
Pelebaran ruang ligamen periodontal
7. ALVEOLITIS OF JAW : ALVEOLAR OSTEOTIS (DRY SOCKET)
Istilah “dry socket” mengacu pada soket pasca ekstraksi di mana beberapa
atau semua tulang di dalam soket, atau di sekitar perimeter oklusal soket,
diekspos pada hari-hari setelah ekstraksi, karena tulang belum ditutupi oleh
gumpalan darah awal dan persisten atau tidak ditutupi oleh lapisan epitel
vital, persisten. Pasien mungkin tidak dapat mencegah partikel makanan atau
lidah secara mekanis merangsang tulang yang terpapar, yang sangat
menyakitkan untuk disentuh, sehingga sering menimbulkan nyeri akut. Semua
bagian lesi soket kering, kecuali tulang yang terbuka, dapat disentuh dengan
lembut dengan probe periodontal atau ujung jarum irigasi tanpa menyebabkan
nyeri akut. Lesi soket kering terjadi pada sekitar 1% hingga 5% dari semua
ekstraksi dan hingga 38% dari ekstraksi molar ketiga mandibula.
Partikel makanan yang terkumpul di dalam soket dapat mengeluarkan
bekuan darah. Biofilm bakteri dan partikel makanan di dalam soket juga dapat
menghambat reformasi bekuan darah yang dihilangkan dengan menghalangi
kontak bekuan darah pembenahan dengan tulang yang terbuka. Partikel
makanan dan biofilm bakteri dapat menghalangi kontak epitel penyembuhan
dengan tulang yang terpapar, yang dapat memperpanjang waktu
penyembuhan lesi soket kering. Partikel makanan yang terkumpul di dalam
soket kering juga bisa berfermentasi karena bakteri. Fermentasi ini dapat
menyebabkan pembentukan racun atau antigen yang dapat mengiritasi tulang
yang terpapar, menghasilkan rasa atau halitosis yang tidak menyenangkan,
dan menyebabkan rasa sakit di seluruh rahang. Namun, bukti menunjukkan
bahwa bakteri bukanlah penyebab utama lesi soket kering.
Pembesaran tingkat mikroskop dari 6 × hingga 8 × atau lebih besar,
dikombinasikan dengan penerangan yang dipasang di kepala atau koaksial,
memfasilitasi pengamatan anatomi lesi soket kering seperti tulang yang
terbuka, baik di dalam soket atau di sekeliling soket oklusal perimeter, area
epitel penyembuhan vital (yang menunjukkan kekuatan tarik ketika diselidiki
dengan ringan), partikel makanan atau gumpalan bahan biofilm bakteri di
dalam soket, atau jaringan gingiva yang meradang, yang mungkin sensitif
untuk disentuh, tetapi tidak sepeka tulang yang terpapar.
Etiologi
Osteitis alveolar sering tidak dapat diprediksi dan tanpa sebab predisposisi
yang jelas tetapi ada banyak faktor etiologi yang memungkinkan. Disimpaksi
sulit pada molar ketiga sering menyebabkan osteitis alveolar yang
menyakitkan. Pasokan darah ke daerah tersebut sering tampak kritis. Pada
orang sehat, osteitis alveolar sebenarnya hanya memengaruhi wilayah molar
bawah di mana tulang lebih padat dan kurang vaskular daripada di tempat
lain. Osteitis alveolar juga merupakan komplikasi dari ekstraksi penyakit
Paget dan efek setelah radioterapi di mana endarteritis menyebabkan iskemia
tulang. Osteitis alveolar juga lebih sering terjadi pada pasien yang rentan,
ketika anestesi lokal digunakan. Hilangnya bekuan darah dari soket ekstraksi
secara tradisional dianggap berasal dari enzim proteolitik bakteri. Namun,
tampaknya sering disebabkan oleh aktivitas fibrinolitik lokal yang berlebihan.
Tulang alveolar dan jaringan oral lainnya memiliki kandungan aktivator
fibrinolysin (plasmin) yang tinggi yang dilepaskan ketika tulang mengalami
trauma. Namun demikian, begitu bekuan darah telah dihancurkan, infeksi
dari mulut tidak dapat dihindari dan bakteri anaerob cenderung memainkan
peran utama. Komponen estrogen dari kontrasepsi oral meningkatkan
aktivitas serum fibrinolitik dan, dilaporkan, juga dikaitkan dengan insiden
osteitis alveolar yang lebih tinggi.
Faktor Resiko
Penyakit sistemik
Oral kontasepsi
Merokok
Infeksi bakteri
Umur
Patogenesis
Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry socket. Orang
dengan kebersihan mulut yang buruk lebih beresiko mengalami dry socket
paska pencabutan gigi. Demikian juga pasien yang menderita gingivitis
(radang gusi), periodontitis (peradangan pada jaringan penyangga gusi), dan
perikoronitis (peradangan gusi di sekitar mahkota gigi molar tiga yang
impaksi).Adanya trauma dan infeksi menyebabkan timbulnya reaksi
inflamasi pada sum-sum tulang dan akan terjadi pelepasan tissue activator.
Pelepasan ini akan menyebabkan terjadinya perubahan plasminogen di dalam
clot menjadi plasmin. Agen fibrinolitik ini akan menghacurkan blood clot dan
pada saat yang bersamaan, terjadi pelepasan kinin dari kinogen, yang juga di
dalam clot, sehingga akan menimbulkan terjadinya rasa sakit.
Peristiwa awal adalah penghancuran bekuan darah yang biasanya
mengisi soket, sehingga menyebabkan lubang terbuka
Sisa-sisa makanan mengisi lubang terbuka, dan menyebabkan infeksi
Tulang yang rusak selama ekstraksi, terutama lamina dura yang padat
mati
Tulang nekrotik menampung bakteri yang berkembang biak dengan
bebas, terhindar dari leukosit
Pada jaringan sekitar, peradangan melokalisir infeksi ke dinding
socket
Tulang mati secara bertahap dipisahkan oleh osteoklas
Gambaran Klinis
Wanita lebih sering terkena
Nyeri pada beberapa hari setelah ekstraksi
Sakit, berdenyut
Mukosa sekitar sokter berwarna merah dan lunak
Ada pengendapan liur dan sisa makanan pada socket
Tampak tulang mati (terasa sebagai daerah kasar saat diperiksa
dengan probe)
Kadang soket tertutup granulasi yang tumbuh dari margin gingiva
Halitosis
Gambaran Radiologi
Tampak sequestrum dalam soket kering yang parah
Hampir seluruh lamina dura dan trabekula yang melekat menjadi
nekrotik
Tampak adanya kalsifikasi
Dry socket terlihat pada area kosong yang tampak radiolucent pada
daerah bekas ekstraksi gigi