Anda di halaman 1dari 15

SCIENTIA VOL. 8 NO.

1, FEBRUARI 2018

SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan


SCIENTIA Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus
Website : http://www.jurnalscientia.org/index.php/scientia

8 (1) ; 104 – 118, 2018

PENGARUH PELAYANAN FARMASI KLINIS DI RUMAH SAKIT


OLEH APOTEKER PADA KEJADIAN PERMASALAHAN
TERKAIT OBAT
Theresia Ratnadevi, Norisca Aliza Putriana
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
*Email: ratnadevi.theresia@gmail.com

ABSTRAK

Saat ini, apoteker yang bekerja di rumah sakit lebih dituntut untuk memberikan pelayanan
farmasi klinik yang berorientasi kepada pasien. Tujuannya adalah untuk mengingkatkan output
pengobatan pasien dan meningkatkan keselamatan pasien. Apoteker dituntut untuk berperan
dalam meningkatkan keselamatan pasien terutama terhadap masalah terkait obat (Drug Related
Problems, DRPs). Kejadian terkait obat adalah masalah yang sering ditemui dalam pengobatan
pasien terutama pasien yang dirawat di rumah sakit. Kategori dan kejadian DRPs yang terjadi
berbeda-beda di tiap rumah sakit atau bahkan di berbagai negara. Hasil pengkajian 10 jurnal
ditemukan bahwaDRPs paling sering terjadi yaitu berhubungan dengan obat seperti pemilihan
obat, dosis, obat yang tidak diperlukan, dan interaksi obat. Apoteker paling banyak berperan
pada tingkat peresepan untuk menangani kejadian DRPs yang beragam tersebut. Peran apoteker
dalam menangani DPRs dapat dilakukan pada tingkat pasien dan obat juga. Selain apoteker,
peran dari kolaborasi antara tenaga kesehatan yang terlibat memiliki pengaruh yang penting
dalam mengatasi kejadian DRPs pada pasien.
Kata Kunci: Permasalahan Terkait Obat, Apoteker, Pengkajian Pengobatan, Manajemen,
Rumah Sakit, Keselamatan Pasien

ABSTRACT

Currently, pharmacists working in hospitals are more required to provide patient-oriented


clinical pharmacy services. The goals are to improve patient treatment outcomes and to improve
patient safety. Pharmacists are required to have a role for improving patient safety especially on
Drug Related Problems (DRPs). DRPs are commonly found in patient treatment or medication,
especially hospitalized patients. The categories and issues of DRPs that occur are vary in each
hospital or even in different countries. This article reviewed 10 journals and found that most
commonly DRPs were associated with drugs such as drug selection, dosage, unnecessary drugs,
and drug interactions. Pharmacists do the most intervention at prescription levels for managing
DRPs. But the role can be done at the patient and drug levels as well. Not only pharmacists, but
collaboration between health providers involved has an important influence in overcoming and
managing the incidence of DRPs in patients.

Keywords: Drug Related Problems, Pharmacist, Medication Review, Management, Hospital,


Patient Safety

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 104


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

PENDAHULUAN hingga proses penyerahan kepada pasien),


cara penggunaan obat, perilaku pasien, dan
Pelayanan Kefarmasian di rumah lainnya. Sedangkan, DRPs berdasarkan
sakit terbagi dalam dua kegiatan utama intervensi yang dilakukan untuk
yaitu penyediaan perbekalan farmasi dan penanganannya terbagi dalam kategori:
pelayanan farmasi klinik. Namun, saat ini tidak ada intervensi, intervensi pada tingkat
apoteker yang bekerja di rumah sakit lebih peresepan, tingkat pasien, tingkat obat, atau
dituntut untuk memberikan pelayanan lainnya(Fondation Pharmaceutical Care
kefarmasian yang lebih berorientasi kepada Network Europe, 2017). Pengelompokan
pasien(Menteri Kesehatan Republik DRPs tidak hanya terbatas pada sistem
Indonesia, 2016). Pelayanan Kefarmasian tersebut(van Mil et al., 2004). Ada
oleh seorang apoteker yang beriorientasi beberapa sistem yang mengelompokkan
pada pasien di rumah sakit lebih DRPs dengan cara yang berbeda yaitu
dikhususkan pada pemberian pelayanan dalam 4 kategori: indikasi, efektivitas,
farmasi klinik dengan tujuan untuk keamanan, dan kepatuhan(Cipolle et al.,
meminimalkan terjadinya permasalahan 2004). Namun, secara garis besar, penyebab
terkait obat atau Drug Related Problems terjadinya DRPs memiliki kemiripan pada
(DRPs) dan meningkatkan keselamatan setiap sistem kategori yang digunakan.
pasien(Menteri Kesehatan Republik Sistem kategori digunakan untuk
Indonesia, 2016). Pasien harus menjadi memudahkan identifikasi DRPs yang
fokus utama dari seorang apoteker dalam terjadi pada suatu kasus. Sistem ini juga
menentukan pilihan dan tindakan medis bermanfaat untuk tujuan penelitian yang
yang harus dilakukan untuk meningkatkan digunakan sebagai alat ukur yang menjadi
outcome terhadap suatu terapi (Strand et al., indikator dalam keluaran hasil pelayanan
1990). Tidak hanya oleh apoteker, tetapi kefarmasian(Fondation Pharmaceutical
DRPs ini juga menjadi fokus utama dari Care Network Europe, 2017). Namun,
tenaga kesehatan lainnya dalam hal identifikasi DRPs dengan menggunakan
meningkatkan hasil terapi yang diinginkan suatu sistem kategori tersebut lebih
melalui proses identifikasi, resolusi, dan memudahkan dalam meberikan gambaran
pencegahan terjadinya DRPs(Ruiz-Millo et mengenai DRPs yang paling banyak terjadi,
al., 2017). memudahkan dalam pengambilan
1. Definisi keputusan hingga dapat menyatakan
DRPs didefinisikan sebagai kejadian kategori mana yang berdampak serius
atau keadaan yang melibatkan penggunaan terhadap pasien ataupun memiliki pengaruh
obat dalam terapi yang secara nyata atau yang signifikan terhadap aspek
berpotensi mempengaruhi hasil pengobatan klinis(Campanelli, 2012).
yang diharapkan(Fondation Pharmaceutical 3. Dampak dari DRPs pada
Care Network Europe, 2017; Hepler & Keselamatan Pasien
Strand, 1990). Kasus DRPs di rumah DRPs telah secara nyata memiliki
sakitdapat terjadi pada saat penerimaan, pengaruh terhadap keselamatan pasien dan
pemeriksaan, dan penyerahan obat kepada outcome terapi yang diharapkan(Fondation
pasien(Ruiz-Millo et al., 2017). Bahkan, Pharmaceutical Care Network Europe,
DRPs dapat terjadi setelah pasien keluar 2017). Beberapa penelitian telah dilakukan
dari rumah sakit (Ellitt et al., 2010). untuk mengetahui dampak DRPs tersebut.
2. Kategori Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan
DRPs dapat dikelompokkan akibat DRPs yang terjadi pada pasien antara
berdasarkan penyebab dan intervensi yang lain:pasien membutuhkan perawatan di
dilakukan terhadap kasus tersebut. DRPs rumah sakit (pasien masuk rumah
berdasarkan penyebabnya terbagi dalam sakit)(Somers et al., 2010), peningkatan
beberapa kategori: pemilihan obat, bentuk biaya, morbiditas, dan mortalitas(Al-Hajje
sediaan obat, dosis, durasi pengobatan, et al., 2012; Krähenbühl-Melcher et al.,
penyerahan obat (baik dari peresepan 2007). Salah satu penelitian menunjukkan

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 105


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

bahwa DRPs menyebabkan 56,8% pasien dilakukan dengan kata kunci “drug related
memerlukan penggantian terapi, 22,5% problems”, “medication related problem”,
kasus membutuhkan tambahan terapi, atau atau “medicine related problem” yang
menyebabkan waktu rawat inap yang lebih dikombinasikan dengan kata kunci
lama sebesar 20,8%(Ruiz-Millo et al., “pharmacist”, “medical review”, “medical
2017). Kesalahan pengobatan dan efek assessment”, “clinical management”,
samping obat menjadi salah satu penyebab “hospital” dan “patient safety”. Literatur
memungkinkan yang berpengaruh yang digunakan sebagai materi data ilmiah
signifikan secara klinis (prevalensi 4.6– adalah artikel dengan rentang publikasi
12.1%) terhadap dirawatnya pasien di tahun 2012 – 2017. Kriteria inklusi untuk
rumah sakit (masuk rumah sakit)(Al Hamid artikel yang dipilih yaitu untuk artikel
et al., 2014; Krähenbühl-Melcher et al., penelitian, mengandung kata kunci
2007).Namun, masuknya pasien ke rumah pencarian yang digunakan, kegiatan
sakit karena mengalami efek samping obat penelitian atau subjek penelitian dilakukan
(salah satu kasus DRPs) sesungguhnya di rumah sakit, dan dijelaskan bahwa
dapat dihindari (van der Hooft et al., 2008). intervensi atau kegiatan penelitian
Tujuan dilakukan penulisan artikel melibatkan apoteker (pharmacist).Artikel
review ini adalah memberikan gambaran tidak digunakan apabila: bukan merupakan
atau rekomendasi pengembangan pelayanan artikel penelitian, tidak mengandung kata
kefarmasian di rumah sakit khususnya di kunci yang dikehendaki terutama tentang
Indonesia dalam hal peningkatan peran DRPs, kegiatan pengkajian atau intervensi
seorang apoteker terutama dalam hal tidak dilakukan oleh apoteker, kegiatan
meminimalisir permasalahan terkait obat penelitian tidak dilakukan di rumah sakit.
yang berorientasi terhadap keselamatan Dari seluruh jurnal hasil pencarian, dipilih
pasien. Selain itu, artikel ini diharapkan sepuluh jurnal yang menjadi acuan utama
dapat memberikan contoh gambaran dalam membahas topik yang diangkat di
mengenai kasus-kasus DRPs yang paling dalam penulisan artikel ini.
banyak terjadi di rumah sakit pada beberapa
negara sehingga para apoteker di rumah HASIL
sakit khususnya di Indonesia dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap Seluruh artikel utama yang
kejadian DRPs tersebut. digunakan sebagai acuan membahas
mengenai DRPs dengan lokasi penelitian
METODE REVIEW yang dilakukan di rumah sakit dan
melibatkan peran apoteker dalam proses
Metode yang digunakan pada penelitiannya. Setiap artikel menggunakan
penulisan artikel ini adalah studi literatur kategori DRPs yang berbeda-beda namun
dengan menggunakan bantuan search memiliki beberapa kemiripan. Kategori
engine yaitu google scholar, dan situs pada masing-masing jurnal tersebut dapat
penyedia jurnal online yaitu NCBI, dilihat pada tabel 1.
BioMed, PubMed, dll. Pencarian literatur

Tabel 1. Kategori DRPs yang digunakan dalam penelitian pada jurnal acuan
Judul Tahun Lokasi (Negara) Kategori DRPs
Clinical impact of 2017 Comprehensive • I
an interdisciplinary Medical Unit Indikasi
patient safety (CMU) Valencia • E
program for (Spanyol) Efektivitas
managing • K
drug‑related Keamanan
problems in a • K
long‑term care Kepatuhan
hospital(Ruiz-Millo
et al., 2017) Subkategori:

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 106


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Judul Tahun Lokasi (Negara) Kategori DRPs


Memerlukan tambahan obat
Pengobatan yang tidak sesuai
Terapi obat yang tidak diperlukan
Dosis terlalu rendahDosis terlalu tinggi
Efek samping obat
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan

Analysis of drug- 2016 University Hospital • Obat


related problems in RWTH Aachen • Bentuk sediaan/kekuatan
three departments (Jerman) • Dosis
of a German • Indikasi
University • Kontraindikasi
hospital(Lenssen et • Interaksi obat-obat
al., 2016) • Efek samping obat
• Kepatuhan
• Administrasi
• Lainnya
Drug-related 2015 Internal Medicine • Interaksi obat
problems Ward, Geneva • Dosis kurang
identification in University • Dosis berlebih
general Hospitals (Swiss) • Obat tanpa indikasi
internalmedicine: • Indikasi tidak diobati
The impact and role • Pemilihan obat tidak tepat
of the clinical
• Efek samping obat
pharmacist and
• Lainnya
pharmacologist(Gu
ignard et al., 2015)
Characterization of 2014 Danish Hospital • Dosis (terlalu tinggi, terlalu rendah, dll).
drug-related Pharmacies • Waktu pemberian dan interval
problems identified (Denmark) • Efek samping
by clinical • Interaksi
pharmacy staff at • Bentuk sediaan dan kekuatan
Danish • Ketidakpatuhan terhadap petunjuk tata
hospitals(Kjeldsen laksana
et al., 2014)
• Duplikasi terapetik
• Alergi obat
• Durasi pengobatan
• Tambahan pengobatan
• Electronic patient chart related (EPC-
related)
• Obat tidak sesuai
Drug related 2013 Angers University • Indikasi tidak diobati
problems and Hospital (Perancis), • Dosis terlalu tinggi
pharmacist unit geriatrik akut • Rute pemberian obat yang tidak sesuai
interventions in a • Interaksi obat
geriatric • Dosis terlalu rendah
unit employing • Ketidaksesuaian dengan petunjuk tata
electronic laksana dan kontraindikasi
prescribing(Raimba • Obat tanpa indikasi
ult-Chupin et al.,
• Monitoring obat
2013)
• Efek samping obat
• Kegagalan menerima obat
In-hospital 2013 University Hospital Kategori DRPs berdasarkan risiko:
medication reviews of Lund (Swedia), • Obat yang dapat dipertukarkan (generik,
reduce unidentified unit penyakit dalam analog substitusi sesuai dengan regulasi

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 107


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Judul Tahun Lokasi (Negara) Kategori DRPs


drug-related daerah)
problems(Bondesso • Interaksi C/D (C: interaksi pada
n et al., 2013) kombinasi obat yan membutuhkan
penyesuaian dosis, D: interaksi pada
kombinasi obat yang harus dihindari)
• Terapi obat yang kurang diperlukan
• Obat atau dosis yang tidak disesuaikan
dengan fungsi ginjal atau
ketidakmampuan menghitung klirens
kreatinin
• Obat yang membutuhkan pemantauan
kadar obat
• Permasalahan penanganan obat (contoh:
obat ditelan/dihancurkan)
• Alergi atau seruapa
• Lainnya

Sub-kategori:
• Salah obat
• Obat tidak diperlukan
• Efek samping obat
• Dosis terlalu tinggi
• Membutuhkan tambahan obat
• Dosis terlalu rendah
• Monitoring sub-optimal dari obat
• Ketidakpatuhan
• Kesalahan penyerahan
Design of a score to 2014 Rumah sakit • Pemilihan obat
identify hospitalized universitas tersier o Obat tidak sesuai (kontraindikasi)
patients at risk of dengan kapasitas o Obat tanpa indikasi
drug-related 431 tempat tidur o Kombinasi tidak sesuai (interaksi
problems(Urbina et (Spanyol) obat-obat/obat-makanan)
al., 2014) o Indikasi tidak diobati
o Ada obat yang lebih efektif secara
biaya
• Pemilihan dosis
o Bentuk sediaan tidak sesuai
o Dosis (kurang atau lebih)
o Regimen dosis (terlalu
banyak/sedikit)
o Tidak ada monitoring kadar obat
• Eliminasi
o Penyesuaian dosis
o Durasi pengobatan terlalu panjang
• Proses penggunaan obat
o Waktu dan interval penggunaan tidak
tepat
o Cara pemberian tidak sesuai
• Logistik (ketersediaan obat dan kesalahan
penggunaan resep elektronik)
Impact of the 2014 Residential • Pemilihan obat
Pharmacist Medication • Dosis berlebih/kurang
Medication Review Management • Kepatuhan
Services on Drug- Review (RMMR), • Kondisi tidak diobati
Related Problems data rekam medis • Monitoring
and Potentially seluruh penduduk • Edukasi atau informasi

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 108


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Judul Tahun Lokasi (Negara) Kategori DRPs


Inappropriate australia yang di • Tidak dapat diklasifikasikan
Prescribing of rawat di rumah • Toksisitas atau efek samping
Renally Cleared sakit (Australia)
Medications in
Residents of Aged
Care
Facilities(Gheewala
et al., 2014)
Drug-related 2012 National Taiwan • Efek samping obat
problems (DRPs) University Hospital • Pemilihan obat
identified from (Taiwan) • Dosis
geriatric • Pengunaan obat
medication safety • Interaksi
review clinics(Chan • Lainnya
et al., 2012)
Effects of a 2014 Primary health care • Salah obat
pharmacist-led centre di • Efek samping obat
structured Stockholm, Swedia • Kepatuhan
medication • Dosis terlalu rendah
review in primary • Dosis terlalu tinggi
care on drug- • Membutuhkan obat tambahan
related problems
• Terapi obat tidak diperlukan
and hospital
admission rates: a
randomized
controlled
trial(Lenander et
al., 2014)

Berdasarkan analisa dari masing-masing penelitian, kasus DRPs yang paling sering
terjadi dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Hasil temuan kejadian DRPs

Penulis Subjek Penelitian Kejadian DRPs


(Ruiz-Millo et • 162 pasien geriatri (usia • 895 DRPs dengan rata-rata 5 kejadian (kejadian
al., 2017) ≥ 70 tahun) 1-23) per pasien terjadi pada 153 pasien
• polifarmasi (obat ≥ 5) (94,4%).
• dipindahkan dari acute • 50,1% kategori indikasi
hospitals keCMU. • 32,7% kategori keamanan
• DRPs yang paling sering terjadi:
o obat tidak diperlukan (25.3%)
o dosis terlalu tinggi (24.9%)
o membutuhkan tambahan obat (24.8%).
• 632 kasus (70,6%): berpotensial terjadi DRP
dan tidak mencapai pasien
• 751 kasus (83,9%): dapat dicegah
• Seluruh kasus DRP yang dapat dicegah
merupakan kasus kesalahan pengobatan yang
terjadi pada proses pemilihan dan peresepan
obat (59,5%), dan pada monitoring terapi
(31,3%).
(Lenssen et al., • 306 pasien diberikan • 702 kasus DRPs dengan rata-rata lebih dari 2
2016) pelayanan kefarmasian. kejadian per pasien (min = 1, max = 11 DRPs)
• Usia rata-rata pasien: • DRPs yang paling sering terjadi:
65,9 tahun o Interaksi obat-obat 34.6 %

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 109


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Penulis Subjek Penelitian Kejadian DRPs


• Rata-rata jumlah obat • 37 % DRPs teridentifikasi sebelum pasien
yang diresepkan per masuk rumah sakit
pasien: 11,3 • 27 % selama perawatan transisi
obat/patient (min = 1,
max = 35)
(Guignard et al., • 145 Pasien yang •
Rata-rata 2,6 DRP per pasien
2015) mengunjungi bangsal •
81% pasien mengalami 1 kejadian DRP
penyakit dalam •
94% pasien subjek penelitian merupakan pasien
• Rata-rata usia 68 tahun polifarmasi yaitu menerima lebih dari 5 obat
(rentang 21-99 tahun) • DRPs yang paling sering terjadi:
• Pengobatan pasien o Interaksi obat (21%)
dikaji setiap 1 jam per o Indikasi tidak diobati (18%)
pasien o Dosis berlebih (16%)
• o Obat tanpa indikasi (10%)
(Kjeldsen et al., • Data diambil dari • Jumlah DRPs: 72.004, jumlah kejadian
2014) database DRP di negara meningkat tiap periode:
Denmark, bulan Juli o Periode 1: 15.901 DRPs
2010 – Juni 2013 o Periode 2: 27.203 DRPs
• Jumlah: 124,718 data o Periode 3: 28.940 DRPs
terbagi dalam 3 periode • DRPs yang paling sering terjadi:
waktu o Dosis (17%)
o Juli 2010 – Juni o Ketidakpatuhan terhadap petunjuk tata
2011 laksana (16%)
o Juli 2011 – Juni o Tambahan pengobatan (15%)
2012
o Juli 2012 – Juni
2013
(Raimbault- • 478 pasien rawat inap • Jumlah DRPs: 241, sebanyak 142 pasien (49%)
Chupin et al., (waktu tinggal lebih mengalami paling sedikit 1 DRPs
2013) dari 48 jam) di unit • DRPs yang paling sering terjadi:
geriatrik (usia ≥ 70 o Indikasi tidak diobati (24,1%)
tahun) o Dosis terlalu tinggi (19,1%)
• 311 pasien yang o Rute pemberian obat yang tidak sesuai
menjalani pengkajian (12,9%)
oleh apoteker o Interaksi obat (9,5%)
(Bondesson et • 141 pasien (70 • 690 DRPs yang teridentifikasi, rata-rata 9,8
al., 2013) intervensi, 71 kontrol) DRPs per pasien
dengan kriteria: • Kelompok kontrol (tidak menerima intervensi
o Pasien rawat inap apoteker) menunjukkan penggunaan obat yang
unit penyakit kurang diperlukan lebih banyak (69,0%)
dalam daripada kelompok intervensi (41,4%)
o Usia ≥ 65 tahun • Kategori DRPs yang paling banyak terjadi pada
o Menggunakan kelompok intervensi:
paling sedikit 3 o Penggantian obat yang dapat dipertukarkan
obat rutin (80%)
• Eksklusi: pasien o Interaksi C/D (71,4%)
dirawat kurang dari 5 o Obat yang memerlukan pemantauan kadar
hari kerja atau termasuk obat (51,4%)
juga ke dalam • Kategori DRPs yang paling banyak terjadi pada
kelompok intervensi kelompok kontrol:
atau kontrol o Interaksi C/D (74,7%)
o Penggunaan obat yang kurang diperlukan
(69,0%)
o Penggantian obat yang dapat dipertukarkan
(67,6%)
• Semua subkategori DRPs pada kelompok

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 110


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Penulis Subjek Penelitian Kejadian DRPs


intervensi menunjukkan penurunan frekuensi
yang signifikan dibandingkan dengan kelompok
kontrol. DRPs lebih kurang signifikan secara
klinis pada kelompok intervensi.
(Urbina et al., • 7202 Pasien yang • Rata-rata kejadian DRPs 2,13 per pasien, paling
2014) masuk rumah sakit tidak 2150 pasien (29,9%) dari 7202, mengalami
langsung ke unit 1 DRPs. Total 4588 DRPs.
pelayanan kritis • DRPs yang paling sering terjadi:
• Usia > 18 tahun (rata- o Kesalahan penggunaan resep elektronik
rata 58,9 tahun, rentang (23,9%)
18-101) o Salah kombinasi obat-obat/obat-makanan
(11,2%)
o Penyesuaian dosis karena kondisi ginjal
(10,0%)
(Gheewala et • Data medis dari 911 • DRPs yang teridentifikasi sebanyak 2712 kasus
al., 2014) penduduk yang pernah (98% dari subjek). Jumlah DRPs per pasien: 3,2
dirawat di fasilitas kasus.
perawatan pasien usia • DRPs yang paling sering terjadi:
lanjut di Australia o Masalah terkait obat: kontraindikasi (6,1%)
o Dosis: dosis terlalu tinggi (2,9%)
o Kepatuhan: pemakaian kurang (3,1%)

(Chan et al., • 193 Pasien rawat jalan • DRPs yang teridentifikasi sebanyak 427 kasus
2012) di National Taiwan dengan kejadian 2,2 DRPs per pasien). 87%
University Hospital pasien mengalami paling sedikit 1 DRP.
• Usia ≥ 65 tahun, rata- • Kategori dan DRPs yang paling sering terjadi:
rata usia 76,2 tahun o Masalah penggunaan obat (35%): obat
• Pasien menerima resep tidak digunakan/tidak diberikan
dengan obat ≥ 8 (untuk o Masalah pemilihan obat (30%): duplikasi
pengobatan 28 hari) obat (11%)
atau mendapat o Interaksi (12%): interaksi yang potensial
kunjungan dari 3 dokter • Penyebab DRPs yang paling sering terjadi:
berbeda, rata-rata 8,9 o Pemilihan obat yang tidak sesuai (28%)
obat per pasien. o Pasien berhati-hati dengan obat yang
diberikan (13%)
o Pasien lupa menggunakan obat (12%)
• Intervensi yang paling banyak dilakukan:
o Tingkat peresepan: intervensi dilakukan
tetapi outcome tidak diketahui (66%)
o Tingkat pasien: pasien dirujuk ke pemberi
resep (80%)
o Tingkat obat: penghentian obat (25%)
Jumlah rata-rata intervensi yang dilakukan: 2,5
intervensi per masalah
(Lenander et al., • 209 pasien dengan usia • Kejadian DRPs rata-rata per pasien sebanyak
2014) ≥ 65 tahun yang 1,73 kasus pada kelompok intervensi (yang
menerima 5 obat atau dilakukan pengkajian pengobatan) dan kelompok
lebih, memiliki jadwal kontrol sebanyak 1,37 kasus.
kontrol rutin dengan • DRPs yang sering terjadi:
dokter umum. o Efek samping obat (0,64 per pasien pada
• Kelompok intervensi kelompok intervensi dan 0,53 per pasien
75 pasien dan pada kelompok kontrol)
kelompok kontrol 66 o Masalah kepatuhan (0,37 per pasien pada
pasien kelompok intervensi dan 0,33 per pasien
pada kelompok kontrol).

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 111


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Berdasarkan hasil review dari tingginya jumlah kejadian DRP yang terjadi
kesepuluh jurnal tersebut, dapat dinyatakan (Viktil et al., 2007)sehingga dapat
bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit dinyatakan bahwa pasien dipertimbangkan
umumnya mengalami DRPs lebih dari 1 membutuhkan pelayanan kefarmasian oleh
kasus atau pun setidaknya pasien apoteker(Lenssen et al., 2016).
mengalami kejadian DRP. Kasus DRPs Setiap temuan kejadian DRPs di
paling sering terjadi pada tingkat obat, rumah sakit sebaiknya dilakukan
misalnya masalah pemilihan obat, indikasi penanganan atau terdapat suatu tindakan
yang tidak diobati, obat yang tidak intervensi yang diambil oleh Apoteker.
diperlukan, dosis, efek samping obat, dan Kategori intervensi yang dapat dilakukan
interaksi obat. Selain itu, masalah lain yang seperti: tidak ada intervensi, intervensi pada
sering terjadi pada pasien adalah masalah tingkat peresepan, tingkat pasien, tingkat
kepatuhan. Suatu penelitian menunjukkan obat, atau lainnya(Fondation
bahwa efek samping obat dan Pharmaceutical Care Network Europe,
ketidakpatuhan pasien adalah tipe DRPs 2017). Adapun intervensi dan kategori
yang paling penting (Somers et al., 2010). intervensi yang dilakukan sebagai seorang
Penelitian lain juga menemukan bahwa apoteker dalam implementasi pelayanan
meningkatnya jumlah obat yang diresepkan farmasi klinik terkait DRPs pada masing-
pada pasien berhubungan dengan semakin masing penelitian dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Intervensi dan kategori intervensi oleh apoteker\


Penulis Penanganan atau peran Apoteker terhadap kejadian DRPs Kategori Intervensi
(Ruiz-Millo et • Program keamanan pasien interdisiplin: identifikasi, • Tingkat
al., 2017) pencegahan, penyelesaian kasus DRP. Interdisiplin peresepan
dilakukan oleh dokter, perawat, apoteker, dan penyedia • Tingkat obat
kesehatan lainnya.
• Efektivitas program: 94,9% mencegah dan menangani
kejadian DRPs (efek samping obat 92,5%, pengobatan yang
kurang optimal atau kegagalan terapi 91,7).
• Apoteker melakukan rekomendasi sebanyak 93,8% dari
seluruh kasus DRPs yang ditemukan, berupa:
o individualisasi regimen dosis (27,5%)
o penghentian penggunaan obat (27,3%)
o memulai obat (21,9%)
(Lenssen et • Intervensi apoteker (pelayanan kefarmasian) pada pasien: • Tingkat
al., 2016) o memberikan konseling setelah pasien masuk dalam peresepan
ruang perawatan • Tingkat pasien
o rekonsiliasi pengobatan saat penerimaan pasien masuk • Tingkat obat
rumah sakit
o Memberikan informasi terkait terapi obat yang
diberikan (dilakukan ketika dibutuhkan atau ketika
pengobatan pasien mengalami perubahan)
o Pemeriksaan obat yang mendetail (sesuai parameter
yang ditetapkan pada penelitian) saat konsultasi
kefarmasian pertama kepada pasien dan jika pasien
mendapatkan pengobatan baru selama di rawat inap
• Intervensi apoteker (pelayanan kefarmasian) lainnya:
o Pemeriksaan keamanan pengobatan
o Rekomendasi obat alternatif kepada dokter apabila
obat tidak tersedia
o Memberikan rekomendasi untuk setiap DRPs yang
terjadi pada tim kesehatan yang ada di ruang
perawatan
o extended medication history (melengkapi rekam
medik)
o Dokumentasi (hanya dilakukan jika rekomendasi

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 112


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Penulis Penanganan atau peran Apoteker terhadap kejadian DRPs Kategori Intervensi
kefarmasian diperlukan dan untuk mendokumentasikan
tindak lanjut dari rekomendasi yang diberikan)
• Contoh rekomendasi terbukti membantu:
o Dosis (penyesuaian dosis untuk pasien gagal hati atau
ginjal)
o Kontraindikasi dan indikasi (obat kurang atau tidak
sesuai)
o Pemeriksaan interaksi obat-obat
o Melengkapi rekam medis untuk mengeliminasi
kesalahan penulisan resep dan memastikan keamanan
pasien selama perawatan transisi.
(Guignard et • Peran apoteker: deteksi DRPs, pengkajian bersama spesialis • Tingkat
al., 2015) farmakologi klinis (dokter) mengenai DRPs yang terjadi peresepan
• Intervensi apoteker dilakukan berdasarkan relevansi dan • Tingkat obat
kompleksitas dari DRPs. Tindakan yang dilakukan:
o 51% Tidak ada intervensi (dan tidak ada tindak lanjut),
dilakukan ketika monitoring ketat telah tersedia atau
tidak relevan secara klinis misalnya obat memiliki
rentang terapi yang luas.
o 42 % Rekomendasi lisan kepada dokter atau perawat
selama visite (paling banyak dilakukan): optimisasi
pengobatan, modifikasi pengobatan (penggantian
bentuk sediaan), atau memulai monitoring
o 7 % Rekomendasi tertulis mengenai konsultasi dari
farmakologis klinis, dilakukan jika diminta oleh dokter
penulis resep untuk mengganti tindakan medis yang
dilakukan saat ini, masalah terlalu kompleks untuk
dijelaskan secara lisan (terdapat interaksi lebih dari 2
obat dengan ada atau tidak ada penghambat/peningkat
kerja obat), membutuhkan monitoring kadar obat
dalam darah untuk beberapa hari setelah penyesuaian
dosis setelah pemeriksaan medis, atau ketika efek
samping obat harus dilaporkan ke badan nasional
setempat.
• Penerimaan rekomendasi pada tingkat peresepan sebesar
84% dengan tingkat kepuasan tinggi
• Rekomendasi yang dilaksanakan sebesar 69%
(Kjeldsen et • Intervensi apoteker: rekomendasi kepada dokter, pengkajian • Tingkat
al., 2014) pengobatan untuk mengisi database DRPs peresepan
• Rekomendasi terhadap DRPs yang paling sering • Tingkat obat
diimplementasikan:
o Ketidakpatuhan terhadap petunjuk tata laksana (79%)
o Duplikasi terapi (73%)
o Waktu pemberian dan interval (70%)
• Rekomendasi dengan tingkat implementasi rendah (37%):
o Efek samping
o Alergi obat
(Raimbault- • Apoteker berperan dalam memberikan pelayanan farmasi • Tingkat
Chupin et al., klinis: peresepan
2013) o Validasi permintaan obat (indikasi, dosis, pemilihan • Tingkat pasien
obat, durasi, interaksi obat-obat dan obat-penyakit, dll) • Tingkat obat
o Pengkajian permintaan obat
o Visitasi pasien bersama sekali seminggu
o Riwayat pengobatan pasien ketika pasien masuk rumah
sakit
o Membuat rekomendasi intervensi kepada dokter
o Melakukan pemeriksaan terhadap rekomendasi

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 113


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Penulis Penanganan atau peran Apoteker terhadap kejadian DRPs Kategori Intervensi
intervensi yang diberikan
• Contoh intervensi:
o Penyesuaian dosis
o Optimalisasi dan pencegahan pemberian obat yang
tidak sesuai (membelah atau menggerus obat)
o Penambahan obat
o Penghentian obat
o Penggantian obat
o Penggantian rute pemberian obat
o Monitoring obat
• Penerimaan dokter terhadap rekomendasi intervensi sebesar
90,0%.
(Bondesson et • Peran apoteker di kelompok intervensi: • Tingkat
al., 2013) o Melakukan pengkajian pengobatan terstruktur peresepan
menggunakan lembar pemeriksaan dan monitoring • Tingkat pasien
informasi yang relevan dari pasien. Lembar • Tingkat obat
pemeriksaan digunakan untuk identifikasi DRPs
berdasarkan kategori risiko
o Identifikasi DRPs
o Ikut serta dalam visite: diskusi multiprofesi (dokter,
perawat, penyedia perawatan kesehatan, apoteker,
paramedik)
o Evalusi tipe DRPs dan signifikansi DRPs secara klinis
• Memberikan rekomendasi sesuai dengan DRP: 450 kasus
(65%) disarankan untuk penggantiaan terapi pengobatan.
329 (73%) saran diimplementasikan, 31 (6,9) rekomendasi
tidak diimplementasikan
(Urbina et al., • Peran Apoteker: • Tingkat
2014) o memberikan rekomendasi kepada tim medis dalam peresepan
memberikan intervensi pengobatan pasien
o terlibat dalam pengisian rekam medis pasien
terkomputerisasi
o terlibat dalam pengembangan sistem order dokter
terkomputerisasi
o menyediakan dan memasukan informasi obat (dosis,
frekuensi, rute pemberian, dosis untuk kondisi tertentu,
interaksi, efek samping) ke dalam sistem
(Gheewala et • Peran: • Tingkat
al., 2014) o Review data medis pasien peresepan
o Mengisi data medis pasien terkait DRP yang
teridentifikasi dan rekomendasi yang diberikan untuk
menangani DRP
o Memberikan rekomendasi
o Mengkategorikan rekomendasi yang diberikan
• Penerimaan rekomendasi oleh dokter umum dari apoteker
yang terakreditasi sebesar 84%. Rekomendasi terbanyak
diberikan untuk melakukan monitoring dengan pengujian
laboratorium dan pengkajian obat yang diresepkan kepada
pasien.
(Chan et al., • Peran: • Tingkat
2012) o Review pengobatan pasien peresepan
o Memberikan intervensi terkait DRPs pada pasien • Tingkat pasien
o Monitoring kualitas peresepan obat

(Lenander et • Peran: • Tingkat


al., 2014) o Review pengobatan pasien peresepan
o Memberikan edukasi dan saran kepada pasien • Tingkat pasien

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 114


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Peran apoteker di rumah sakit banyak Marklund, 2009), dan juga dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan. menurunkan frekuensi terjadinya DRPs
Apoteker di rumah sakit berperan dalam melalui optimalisasi farmakoterapi melalui
meberikan pelayanan farmasi klinis. Peran pengkajian pengobatan yang dilakukan oleh
apoteker tersebut berdasarkan 10 jurnal apoteker atau farmakologis klinis(Guignard
tersebut, paling banyak dilakukan pada et al., 2015). Dampak lebih luasnya lagi,
tingkat peresepan (10/10 jurnal) terutama intervensi yang dilakukan oleh apoteker
dalam memilihkan obat bagi pasien dapat mengarah pada hasil klinis yang lebih
bersama dengan dokter peresep ataupun ekonomis dan menguntungkan (Westerlund
melakukan pengkajian resep (pengkajian & Marklund, 2009) seperti dalam
pengobatan). Peran lainnya yaitu pada menurunkan morbiditas (Gillespie et al.,
tingkat obat (6//10) seperti melakukan 2009). Namun, intevensi yang dilakukan
pengkajian obat, kesesuaian obat yang oleh apoteker berkolaborasi dengan tenaga
diberikan, rute pemberian, dan peran pada kesehatan lainnya juga diperlukan untuk
tingkat pasien (5/10) misalnya dengan menghasilkan dampak terhadap klinis yang
memberikan konseling, edukasi, dan tinggi kepada pengobatan pasien. Kasus
membantu memonitoring output dari DRPs dapat diatasi atau dikelola dengan
pengobatan. Selain itu, intervensi atau melakukan pendekatan kolaborasi berbagai
rekomendasi dari apoteker menunjukkan tenaga kesehatan(Al-Hajje et al., 2012;
penerimaan dan implementasi yang tinggi Bondesson et al., 2013; Gheewala et al.,
oleh dokter ketika hal tersebut berkaitan 2014; Lenssen et al., 2016; Ruiz-Millo et
dengan DRPs yang bersifat kritikal al., 2017). Pelayanan informasi obat (PIO)
(Kjeldsen et al., 2014). oleh apoteker ke dokter dan perawat
Pengkajian pengobatan seperti sebaiknya dilakukan di semua departemen
skrining resep atau order dokter atau di rumah sakit, terkhusus departemen
rekonsiliasi pengobatan oleh apoteker penyakit dalam yang menggunakan
adalah salah satu tindakan kunci yang dapat regimen obat yang lebih kompleks(Lenssen
dilakukan untuk meningkatkan keamanan et al., 2016). Intervensi oleh apoteker
pasien dan hasil dari pengobatan sebaiknya juga dilakukan hingga tingkat
pasien(Association & Pharmacists, 2012; pasien dan tingkat obat. Intervensi yang
Halvorsen et al., 2010). Dari hasil dilakukan ini dapat berdampak pada hasil
pengkajian artikel acuan, pada umumnya keluaran pengobatan seperti mengurangi
apoteker dapat melakukan intervensi pada durasi perawatan di rumah sakit, mencegah
tingkat peresepan melalui pemberian pasien kembali masuk rumah sakit, dan
rekomendasi kepada dokter atau tenaga hasil pengaturan beberapa biomarker (kadar
kesehatan lainnya terkait DRPs yang lipid, tekanan darah, dll.) yang lebih
ditemukan pada tahap identifikasi. baik(Guignard et al., 2015), terutama
Apoteker berperan dalam identifikasi dan khususnya dalam mengurangi kejadian
pencegahan terjadinya DRPs(Al-Hajje et DRPs(Guignard et al., 2015) ataupun
al., 2012). Sebagian besar kasus DRPs yang kesalahan pengobatan(Raimbault-Chupin et
terjadi pada pasien diidentifikasi oleh al., 2013).
apoteker (Nishtala et al., 2011). Dampak
dari intervensi yang dilakukan apoteker KESIMPULAN
misalnya pengkajian pengobatan oleh
apoteker sebagai bentuk perawatan Implementasi pelayanan kefarmasian
sekunder kepada pasien dapat khususnya di bidang klinis yang dilakukan
meningkatkan pengobatan yang oleh seorang apoteker di rumah sakit untuk
diberikanpada pasien (Graabæk & mengidentifikasi, mengurangi, dan
Kjeldsen, 2013) walaupun tidak selalu menangani permasalah terkait obat sangat
berdampak signifikan(Geurts et al., 2012), diperlukan. DRPs yang terjadi di rumah
dapat menghasilkan perbaikan dari efek sakit beberapa negara mennjukkan
terapetik pengobatan pasien (Westerlund & prevalensi yang berbeda-beda dan

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 115


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

umumnya dipengaruhi oleh faktor resiko Older Adults: The American


yang dapat meningkatkan kejadian DRPs Geriatrics Society 2012 Beers
misalnya jumlah obat yang dikonsumsi dan Criteria Update Expert Panel,
usia pasien(Lenssen et al., 2016). Journal of the American Geriatrics
Pelayanan farmasi klinis oleh apoteker Society, 60(4), 616-631.
dapat dilakukan pada tingkat peresepan,
Chan, D.-C., Chen, J.-H., Kuo, H.-K., We,
tingkat pasien, dan tingkat obat, dimana
C.-J., Lu, I.-S., Chiu, L.-S., & Wu,
kecenderungan apoteker lebih berperan
S.-C., 2012, Drug-related problems
pada tahap peresepan misalnya dengan ikut
(DRPs) identified from geriatric
terlibat dalam pemilihan obat pasien dengan
medication safety review clinics,
memberikan rekomendasi terapi kepada
Archives of gerontology and
dokter atau tenaga medis lainnya.
geriatrics, 54(1), 168-174.
Pemberian pelayanan farmasi klinis oleh
apoteker dapat menurunkan kejadian DRPs Cipolle, R., Strand, L., & Morley, P., 2004,
dan kesalahan pengobatan pada pasien di Drug Therapy Problems
rumah sakit. Pharmaceutical Care Practice,
McGraw-Hill, NewYork.
DAFTAR PUSTAKA Ellitt, G. R., Engblom, E., Aslani, P.,
Westerlund, T., & Chen, T. F.,
Al-Hajje, A. H., Atoui, F., Awada, S., 2010, Drug related problems after
Rachidi, S., Zein, S., & Salameh, discharge from an Australian
P., 2012, Drug-related problems teaching hospital, Pharmacy World
identified by clinical pharmacist's & Science, 32(5), 622-630.
students and pharmacist's
interventions, Annales Fondation Pharmaceutical Care Network
Pharmaceutiques Françaises, Europe, 2017, The PCNE
70(3), 169-176. Classification V8.02. Diambil dari
http://www.pcne.org/working-
Al Hamid, A., Ghaleb, M., Aljadhey, H., & groups/2/drug-related-problem-
Aslanpour, Z., 2014, A systematic
classification
review of hospitalization resulting
from medicine‑related problems in Geurts, M. M. E., Talsma, J., Brouwers, J.
adult patients, British journal of R. B. J., & de Gier, J. J., 2012,
clinical pharmacology, 78(2), 202- Medication review and
217. reconciliation with cooperation
between pharmacist and general
Association, A. P., & Pharmacists, A. S. o. practitioner and the benefit for the
H.-S., 2012, Improving care patient: a systematic review, British
transitions: optimizing medication journal of clinical pharmacology,
reconciliation, Journal of the 74(1), 16-33.
American Pharmacists Association,
52(4), e43-e52. Gheewala, P. A., Peterson, G. M., Curtain,
C. M., Nishtala, P. S., Hannan, P.
Bondesson, Å., Eriksson, T., Kragh, A., J., & Castelino, R. L., 2014, Impact
Holmdahl, L., Midlöv, P., & of the pharmacist medication
Höglund, P., 2013, In-hospital review services on drug-related
medication reviews reduce problems and potentially
unidentified drug-related problems, inappropriate prescribing of renally
European journal of clinical cleared medications in residents of
pharmacology, 69(3), 647-655. aged care facilities, Drugs & aging,
Campanelli, C. M., 2012, American 31(11), 825-835.
Geriatrics Society Updated Beers Gillespie, U., Alassaad, A., Henrohn, D.,
Criteria for Potentially Garmo, H., Hammarlund-Udenaes,
Inappropriate Medication Use in M., Toss, H., . . . Mörlin, C., 2009,

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 116


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

A comprehensive pharmacist primary care on drug-related


intervention to reduce morbidity in problems and hospital admission
patients 80 years or older: a rates: a randomized controlled trial,
randomized controlled trial, Scandinavian journal of primary
Archives of internal medicine, health care, 32(4), 180-186.
169(9), 894-900.
Lenssen, R., Heidenreich, A., Schulz, J. B.,
Graabæk, T., & Kjeldsen, L. J., 2013, Trautwein, C., Fitzner, C., Jaehde,
Medication reviews by clinical U., & Eisert, A., 2016, Analysis of
pharmacists at hospitals lead to drug-related problems in three
improved patient outcomes: a departments of a German
systematic review, Basic & clinical University hospital, International
pharmacology & toxicology, Journal of Clinical Pharmacy,
112(6), 359-373. 38(1), 119-126.
Guignard, B., Bonnabry, P., Perrier, A., Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Dayer, P., Desmeules, J., & Samer, 2016, Peraturan Menteri
C. F., 2015, Drug-related problems Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
identification in general internal Tentang Standar Pelayanan
medicine: the impact and role of Kefarmasian di Rumah Sakit,
the clinical pharmacist and Jakarta.
pharmacologist, European journal
Nishtala, P. S., McLachlan, A. J., Bell, J.
of internal medicine, 26(6), 399-
S., & Chen, T. F., 2011, A
406.
retrospective study of drug-related
Halvorsen, K. H., Ruths, S., Granas, A. G., problems in Australian aged care
& Viktil, K. K., 2010, homes: medication reviews
Multidisciplinary intervention to involving pharmacists and general
identify and resolve drug-related practitioners, Journal of Evaluation
problems in Norwegian nursing in Clinical Practice, 17(1), 97-103.
homes, Scandinavian journal of
Raimbault-Chupin, M., Spiesser-Robelet,
primary health care, 28(2), 82-88.
L., Guir, V., Annweiler, C.,
Hepler, C. D., & Strand, L. M., 1990, Beauchet, O., Clerc, M.-A., &
Opportunities and responsibilities Moal, F., 2013, Drug related
in pharmaceutical care, Am J hosp problems and pharmacist
pharm, 47(3), 533-543. interventions in a geriatric unit
employing electronic prescribing,
Kjeldsen, L. J., Birkholm, T., Fischer, H.,
International Journal of Clinical
Graabæk, T., Kibsdal, K. P., Ravn-
Pharmacy, 35(5), 847-853.
Nielsen, L. V., & Truelshøj, T. H.,
2014, Characterization of drug- Ruiz-Millo, O., Climente-Martí, M.,
related problems identified by Galbis-Bernácer, A. M., &
clinical pharmacy staff at Danish Navarro-Sanz, J. R., 2017, Clinical
hospitals, International Journal of impact of an interdisciplinary
Clinical Pharmacy, 36(4), 734-741. patient safety program for
managing drug-related problems in
Krähenbühl-Melcher, A., Schlienger, R.,
a long-term care hospital,
Lampert, M., Haschke, M., Drewe,
International Journal of Clinical
J., & Krähenbühl, S., 2007, Drug-
Pharmacy, 1-10.
related problems in hospitals, Drug
safety, 30(5), 379-407. Somers, A., Robays, H., Vander Stichele,
R., Van Maele, G., Bogaert, M., &
Lenander, C., Elfsson, B., Danielsson, B.,
Petrovic, M., 2010, Contribution of
Midlöv, P., & Hasselström, J.,
drug related problems to hospital
2014, Effects of a pharmacist-led
admission in the elderly, The
structured medication review in

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 117


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

journal of nutrition, health & van Mil, J. F., Westerlund, L. T.,


aging, 14(6), 477-482. Hersberger, K. E., & Schaefer, M.
A., 2004, Drug-related problem
Strand, L. M., Morley, P. C., Cipolle, R. J.,
classification systems, Annals of
Ramsey, R., & Lamsam, G. D.,
pharmacotherapy, 38(5), 859-867.
1990, Drug-related problems: their
structure and function, Dicp, Viktil, K. K., Blix, H. S., Moger, T. A., &
24(11), 1093-1097. Reikvam, A., 2007, Polypharmacy
as commonly defined is an
Urbina, O., Ferrández, O., Grau, S., Luque,
indicator of limited value in the
S., Mojal, S., Marin‑Casino, M., . .
assessment of drug-related
. Espona, M., 2014, Design of a
problems, British journal of clinical
score to identify hospitalized
pharmacology, 63(2), 187-195.
patients at risk of drug‑related
problems, Pharmacoepidemiology Westerlund, T., & Marklund, B., 2009,
and drug safety, 23(9), 923-932. Assessment of the clinical and
economic outcomes of pharmacy
van der Hooft, C. S., Dieleman, J. P.,
interventions in drug-related
Siemes, C., Aarnoudse, A.-J. L. H.
problems, Journal of Clinical
J., Verhamme, K. M. C., Stricker,
Pharmacy and Therapeutics, 34(3),
B. H. C. H., & Sturkenboom, M. C.
319-327.
J. M., 2008, Adverse drug reaction-
related hospitalisations: a
population-based cohort study,
Pharmacoepidemiology and drug
safety, 17(4), 365-371.

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 118

Anda mungkin juga menyukai