Anda di halaman 1dari 13

S

FARMAKOLOGI

MODUL
FARMAKOLOGI
PERATURAN TENTANG
PENGUNAAN OBAT
DALAM PRAKTIK
KEBIDANAN TERMASUK
OBAT-OBAT YANG
LAZIM DIGUNAKAN
DALAM PELAYAAN
KEBIDANAN

KELOMPOK 9 :
-CHRISTIN MARGARETH
-IRMA YANA ZHARA
-POPPY WULANDASARI

KELAS : DIII-IA

POLITEKNIK KESEHATAN
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN
T.A 2 019/2020

1
MODUL SOSIAL BUDAYA DASAR

URAIAN MATERI
M
FARMAKOLOGI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena dengan Berkah dan
Karunia-Nyalah Penyusun Dapat Menyelesaikan Modul Mata Kuliah FARMAKOLOGI
Modul Ini Disusun Sebagai Referensi dan Bahan Belajar Untuk Mahasiswa Program
Pendidikan DIII Kebidanan.
Penyusun Mengucapkan Terimakasih Atas Berbagai Bantuan Baik Materil Maupun
Imateril dari Berbagai Pihak Atas Keberhasilan Penyusunan Modul Ini.
Mudah-Mudahan Modul Ini Dapat Digunakan Secara Efektif dan Dapat Menjadi Media
yang dapat Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Memberikan Keterampilan Dasar
Kebidanan Bagi Mahaiswa Program DIII Kebidanan.

2
MODUL FARMAKLOGI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................... ................. 2


Daftar Isi ................................................................ .................3
Pendahuluan
Deskripsi Singkat……………………………………………..…………...4
Petunjuk belajar …………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN
URAIAN MATERI………………………………………………………………………………………………………………………6
Evaluai penggunaan obat………………………………………………………………………………………..6
Dosis atau takaran obat ………………………………………………………………………………………….6
Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat………………………………………..7

Dosis maksimum obat……………………………………………………………….8

Dosis obat untuk anak………………………………………………………………..8

Keterangan Empiris …………………………………………………………………8

LATIHAN UJI FORMATIF……………………………………………………………………11

RANGKUMAN…………………………………………………………………………...11
BAB III PENUTUPAN
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………….13

3
P
E
N
D
MODUL
A FARMAKLOGI
H
U
L
DESKRIPSI SINGKAT
U
A
odul ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk mampu memahami
tentang Prinsip pemberian obat, bagaimana N
cara yang tepat untuk pemeberian obat kepada
pasien, Mahasiswa perlu memperhatikan bagaimana hal yang benar untuk memberikan obat
kepada pasien, harus benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara dan pemberiannya, benar
waktu, juga benar dokumentasi. Hal tersebut harus dipahami agar sesuai dengan yang
diharapkan.

MODUL FARMAKLOGI

 PETUNJUK BELAJAR

4
1. Buku ini memiliki deskripsi singkat dan relevansi yang mengandung penjelas singkat
tentang isi modul dan buku yang berkaitan dengan modul ini .
2. Buku ini juga memiliki indikator dan tujuan umum khusus yang menjadi standart
pembelajaran dalam buku panduan atau modul ini .
3. Buku ini berisikan tentang PERATURAN TENTANG PENGUNAAN OBAT DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
TERMASUK OBAT-OBAT YANG LAZIM DIGUNAKAN DALAM PELAYAAN
KEBIDANAN
4. Buku ini juga berisikan latihan dan tes formatif pada bagian akhir setelah penjelasan
uraian yang berguna untuk mengetahui kemampuan kita memahami bahan uraian yang
telah disediakan , yang juga disertai dengan kunci jawaban.

BAB II

URAIA
N
MATE
RI

MODUL FARMAKOLOGI

5
PENGERTIAN

Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya
pada system biologis.

Evaluasi Penggunaan Obat

Evaluasi penggunaan obat adalah suatu proses yang terus-menerus, sah secara
organisasi, terstruktur diajukan untuk memastikan bahwa obat digunakan secara
tepat, aman, dan bermanfaat, kriteria dapat ditetapkan oleh PFT untuk
meningkatkan penggunaan obat yang tepat. Kriteria penggunaan obat adalah
pedoman yang disetujui berkaitan dengan cara atau di bawah kondisi suatu obat
direkomendasikan untuk digunakan. Ada 3 jenis criteria penggunaan obat yaitu
kriteria diagnosis, kriteria penulisan resep, dan criteria spesifik obat. Kriteria
diagnosis mengidentifikasi indikasi penggunaan obat formularium yang dapat
diterima di rumah sakit. Kriteria penulisan resep mengidentifikasi penulis yang
disetujui menggunakan obat formularium atau golongan obat tertentu, sedangkan
kriteria spesifik obat memperkenalkan dosis, frekuensi pemberian, lama terapi
yang disetujui, atau aspek lain yang spesifik pada penggunaan obat dari suatu obat
formularium (Siregar, 2003).

Dosis
a. Definisi dosis
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam
maupun obat luar. Kecuali dinyatakan lain, yang dimaksud dosis adalah dosis
maksimum dewasa untuk pemakaian melalui mulut, injeksi subkutan, dan rektal.
Selain itu, dikenal juga istilah dosis lazim. Dalam Farmakope Indonesia ed.III
tercantum dosis lazim untuk dewasa dan bayi atau anak yang merupakan takaran
petunjuk yang tidak mengikat. Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien
untuk menghasilkan efek yang diharapkan tergantung banyak faktor, antara lain
umur, bobot badan, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit, dan
daya tangkis penderita (Syamsuni, 2006).

6
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat

Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa


faktor: faktor obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor-
faktor penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap
respons obat tidak selalu dapat diperkirakan. Ada kemungkinan ketiga faktor
tersebut di bawah ini didapati sekaligus.

1) Faktor obat

a) Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dan


sebagainya.
b) Sifat kimiawi: asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c) Toksisitas: dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.

2) Cara pemberian obat kepada penderita

a) Oral: dimakan atau diminum


b) Parenteral: subkutan, intramuskular, intravena, dan sebagainya.
c) Rektal, vaginal, uretral
d) Lokal, topikal, transdermal
e) Lain-lain: implantasi, sublingual, intrabukal, dan sebagainya.

3) Faktor penderita/karakteristik penderita

a) Umur: neonatus, bayi, anak, dewasa, geriatrik


b) Berat badan: biarpun sama-sama dewasa berat badan dapat berbeda
besar
c) Jenis kelamin: terutama untuk obat golongan hormone
d) Ras: “slow & fast acetylators
e) Tolerance
f) Obesitas: untuk obat-obat tertentu faktor ini harus dipertimbangkan
g) Sensitivitas individual
h) Keadaan patofisiologi: kelainan pada saluran cerna mempengaruhi
absorpsi obat; penyakit hati mempengaruhi metabolisme obat;
kelainan pada ginjal mempengaruhi ekskresi obat.
i) Kehamilan
j) Laktasi
k) “Circadian rhtyhm”
l) Lingkungan (Joenoes, 2001).
7
c. Dosis maksimum obat

Obat beracun umumnya mempunyai dosis maksimum, yaitu batas dosis


yang relatif aman diberikan kepada penderita. Pada lampiran Farmakope Indonesia
Edisi III tercantum dartar Dosis Maksimum (D.M) dari sebagian besar obat. Angka
yang menunjukkan D.M untuk suatu obat ialah dosis tertinggi yang masih dapat
diberikan kepada penderita dewasa;
ini umumnya dicantumkan dalam satuan gram, miligram, atau satuan
internasional, kecuali untuk beberapa cairan. Bila jumlah atau dosis ini dilebihi,
ada kemungkinan terjadi keracunan. Dokter yang menulis reseptidak terikat akan
D.M obat yang tercantum; bilamana dianggapnya perlu, dokter boleh melebihi
D.M ini. Untuk memberitahukan kepada apoteker/apotek bahwa dokter dengan
sadar melebihi D.M suatu obat, maka dibelakang angka/jumlah obat yang
dituliskan di resep diberi tanda seru (!) dengan disertai paraf.

d. Dosis obat untuk anak

Pada anak dalam menentukan dosis obat untuk terapi sering ditemukan
kesulitan-kesulitan, terutama bila ini menyangkut pengobatan anak prematur, anak
baru lahir, dan juga yang masih bayi. Alasannya ialah karena organ-organ pada
penderita ini masih belum berfungsi secara sempurna, antara lain hepar, ginjal dan
susunan saraf pusat. Selain itu, distribusi cairan tubuh berbeda pada anak kecil
dengan orang dewasa, oleh karena cairan tubuh pada anak secara persentase berat
badan juga lebih besar (Joenoes, 2001).
e. Keterangan empiris

Ketidaklengkapan resep akan membahayakan pasien dan akan menimbulkan


penyalahgunaan resep khususnya untuk obat-obat yang mengandung narkotika.
Kesesuaian dosis dan aturan pakai merupakan suatu hal yang diperlukan untuk
mencapai suatu efek terapi yang diinginkan oleh pasi3n.

PERKEMENKES NO 900 TAHUN 2002 TENTANG PRAKTIK


KEBIDANAN
MODUL FARMAKOLOGI

8
• Menurut Permenkes No 900 tahun 2002 tentang praktik kebidanan, jenis
obat-obatan yang digunakan dalam praktik kebidanan adalah:
• Roborantia :  
• Vaksin : Vaksinasi disebut juga imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam
tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Macam-macam vaksin dan fungsinya :
• Vaksin Hepatitis A Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit
hepatitis A.
• Vaksin Hepatitis B Vaksin ini berguna untuk mrncegah penyakit Hepatitis B.
• Vaksin Polio Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit polio yang
menyebabkan kelumpuhan.
• Vaksin Campak Vaksin ini berguna untuk mencegah penyakit campak.
• Vaksin PCV ( Pneumococcal Conjugate Vaccine ) Vaksin ini berguna untuk
melindungi dari penyakit Invasive Pneumococcal Disease ( IPD )
• Vaksin Hibvaksin Vaksin ini berguna untuk melindungi dari serangan
meningitis,pneumonia, dan epiglotitis.
• Vaksin MMR ( Mumps, Measles, Rubella ) Vaksin ini berguna untuk
melindungi dari campak, gondongan, dan rubella ( campak Jerman).
• Vaksin Influenza Vaksin ini berguna untuk melindungi dari kemungkinan flu
berat ( Virus Influenza ).
• Vaksin Varicella Vaksin ini berguna untuk melindungi dari penyakit cacar
air.
• Vaksin HPV ( Human Papilloma Virus ) Vaksin ini berguna untuk melindungi
dari virus Human Papilloma ( penyebab kanker serviks ).
• Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerin ) Vaksin ini berguna untuk mencegah
penyakit TBC.
• Vaksin DPT ( Difteri, Pertusis, Tetanus ) Vaksin ini berguna untuk melindungi
dari Difteri ( infeksi tenggorokan dan saluran pernafasan yang fatal ) ,
Pertusis ( batuk rejan) dan Tetanus
9
• Vaksin Tifoid Vaksin jni berguna untuk melindugi dari penyakit tifus

UJI FORMATIF

1.SEBUTKAN PENGERTIAN DARI EVALUASI PENGGUNAAN OBAT


2.SEBUTKAN YANG DIMAKSUD KETERANGAN EMPIRIS

10
3.JELASKAN BAGAIMANA CARA PEMBERIAN OBAT

4.SEBUTKAN FAKTOR OBAT

5.JELASKAN APA YANG DIMAKSUD DENGAN DOSIS

JAWABAN

1. Evaluasi penggunaan obat adalah suatu proses yang terus-menerus, sah


secara organisasi, terstruktur diajukan untuk memastikan bahwa obat
digunakan secara tepat, aman, dan bermanfaat, kriteria dapat ditetapkan oleh
PFT untuk meningkatkan penggunaan obat yang tepat.
2. Ketidaklengkapan resep akan membahayakan pasien dan akan menimbulkan
penyalahgunaan resep khususnya untuk obat-obat yang mengandung
narkotika. Kesesuaian dosis dan aturan pakai merupakan suatu hal yang
diperlukan untuk mencapai suatu efek terapi yang diinginkan oleh pasien.
3. Cara pemberian obat kepada si penderita
a) Oral: dimakan atau diminum
b) Parenteral: subkutan, intramuskular, intravena, dan sebagainya.
c) Rektal, vaginal, uretral
d) Lokal, topikal, transdermal
e) Lain-lain: implantasi, sublingual, intrabukal, dan sebagainya.
4. faktor obat sebgaai berikut:
a) Sifat fisika: daya larut obat dalam air/lemak, kristal/amorf, dan
sebagainya.
b) Sifat kimiawi: asam, basa, garam, ester, garam kompleks, pH, pKa.
c) Toksisitas: dosis obat berbanding terbalik dengan toksisitasnya.
5. Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat
dalam maupun obat luar

RANGKUMAN

Obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : sub kutan, intra kutan, intra muscular, dan intra vena. Dalam

11
pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra
indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat tertentu yang tidak bereaksi
jika diberikan dengan cara yang salah.
Dosis atau takaran obat adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan
atau diberikan kepada seorang penderita, baik untuk obat dalam maupun obat luar

Evaluasi penggunaan obat adalah suatu proses yang terus-menerus, sah secara
organisasi, terstruktur diajukan untuk memastikan bahwa obat digunakan secara
tepat, aman, dan bermanfaat, kriteria dapat ditetapkan oleh PFT untuk
meningkatkan penggunaan obat yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Jordan,Sue (2004),”Farmakologi Kebidanan”, EGC, Jakarta


Tambayong, Jan (2014) “ Farmakologi Keperawatan”, EGC, Jakarta.

12
13

Anda mungkin juga menyukai