Seminar LP LK Jiwa Psikososial (Ansietas)
Seminar LP LK Jiwa Psikososial (Ansietas)
Fasilitator:
Oleh Kelompok:
1. Alifah Istikhafa 1930007
2. Elysabeth O Purba 1930026
3. Mia Iscahya 1930052
4. Novelda Febriyanti 1930062
5. Sugeng Santoso 1930084
Adaptif Maladaptif
2. Ansietas Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal
yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang
akan mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah.
3. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal lain.
Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan
untuk memusatkan perhatian pada area lain.
4. Panik
Dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa diteror,
serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan pengarahan.
Respon panik dapat meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,
serta kehilangan pemikiran yang rasional.
Ansietas
Kurang Pengetahuan
Penyakit Kronis
2.4 PENGKAJIAN
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur kecemasan. Penghambat GABA juga berperan
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaaimana halnya dengan endorphin. Ansietas mungkin disetai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
2. Faktor Psikologis
1) Pandangan Psikoanaltik. Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepriadian – id dan superego. Id
mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan
superego mencerminkan hati nurani seseorang menengahi tuntutan
dari elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
meningkaykan ego bahwa ada bahaya.
2) Pandangan Interpersonal. Ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah
mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3) Pandangan Perilaku. Ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujjuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap
sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan
dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering
menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
3. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya dianalisis melalui beberapa teori yaitu
interpersonal dan sosial budaya. Teori interpersonal melihat bahwa
ansietas terjadi karena ketakutan akan penolakkan interpersonal. Teori
ini meyakini pengalaman sesorang yang sulit beadaptasi terhadap
lingkungan sosial budaya tertentu dikarenakan konsep diri dan
mekanisme koping. Stresor sosial dan budaya menjadi ancaman untuk
seseorang dan dapat mempengaruhi berkembangnya perikau
maladaptif dan menjadi onset terjadinya ansietas.
Teori ini juga menyebutkan hubungan interpersonal yang tidak
adekuat pada saat bayi akan menjadi penyebab disfungsi tugas
perkembangan seseorang sesuai dengan usia. Konsep diri negatif sejak
kecil akan menimbulkan kesulitan penyesuaian diri yang terjadi pada
individu terhadap kelompok sosial budayanya.
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi adalah stimulus internal maupun eksternal yang
mengancam individu. Faktor presipitasi ini disebut sebagai faktor
pencetus atas situasi yang dapat menyebabkan ansietas. Situasi tersebut
atara lain:
1. Kebutuhan dasar manusia yang tidak terpenuhi, seperti makanan,
kenyamanan, dan keamanan.
2. Sisituasi yang berkaitan dengan kerentanan yang mengancam konsep
diri individu; perubahan status dan kehormatan; kegagalan atau
kesuksesan; dilemma etik; kehilangan pengakuan dari orang lain;
konflik dengan nilainilai yang diyakini.
3. Situasi yang berkaitan dengan kehilangan orang yang dicintai akibat
kematian, perceraian, perpisahan, konflik budaya.
4. Situasi yang berkaitan dengan ancaman integritas fisik seperti kondisi
menjelang ajal, prosedur invasif, penyakit, kekerasan fisik, diagnosis
penyakit yang tidak jelas.
5. Situasi yang berkaitan dengan perubahan status sosial ekonomi
sepeti; pengangguran,, promosi jabatan, mutasi pekerjaan.
C. Manifestasi Klinis
1. Tanda Gejala Ansietas Ringan
a. Respon fisiologis: sesekali mengalami napas pendek, naiknya
tekanan darah dan 10 nadi, muka berkerut, bibir bergetar, dan
mengalami gejala pada lambung.
b. Respon kognitif: lapang persepsi yang melebar, dapat menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat
menjelaskan masalah secara efektif.
c. Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor
halus pada tangan, suara kadangkadang meninggi.
2. Tanda Gejala Ansietas Sedang
a. Respon fisiologis: sering napas pendek, nadi dan tekanan darah
naik mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah.
b. Respon kognitif: lapang persepsi yang menyempit, rangsangan
luar sulit diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian.
c. Respon perilaku dan emosi: gerakan yang tersentak-sentak,
meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan tidak aman.
3. Tanda Gejala Ansietas Berat
a. Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah darah
naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan kabur, dan
mengalami ketegangan.
b. Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
untuk menyelesaikan masalah.
c. Respons perilaku dan emosi: terlihat dari perasaan tidak aman,
verbalisasi yang cepat, dan blocking.
4. Tanda Gejala Panik
a. Respon fisiologis: napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat,
hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat rendah.
b. Respon kognitif: lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan
tidak mampu berpikir logis.
c. Respon perilaku dan emosi: terlihat agitasi, mengamuk dan marah-
marah, ketakutan dan berteriak-teriak, blocking, kehilangan
kontrol diri dan memiliki persepsi yang kacau (Pieter, 2011).
D. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan
atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal
dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah aset ekonomi,
kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini.
Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi
strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).
E. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi
merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau
tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi,
mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola
koping.
Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan
adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok,
olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada
lingkungan.
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Yusuf et. al (2015) mekanisme koping
yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
1. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan
yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba
menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif
ditujukan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi
kebutuhan.
a Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
b Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
c Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
2. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak
selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali
digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut mekanisme pertahanan
ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah
secara realita. Untuk menilai penggunaan makanisme pertahanan individu
apakah adaptif atau tidak adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
a Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan klien.
b Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.
c Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan
kesehatan klien.
d Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.
2.5 DIAGNOSIS
Ansietas
Menurut SDKI, 2017 gejala tanda mayor dan minor ansietas antara lain:
1. Gajala dan Tanda Mayor
a. Subjektif
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat atau kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsetrasi
b. Objektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
2. Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
b. Objektif
1) Frekuensi napas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Tremor
5) Diaphoresis
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Berorientasi pada masa lalu
9) Kontak mata buruk
2.6 INTERVENSI
SP Keluarga:
1. Tindakan Keperawatan
a. Tahap Pra-interaksi
1) Kesiapan media edukasi
2) Kesiapan diri terkait manajemen emosi diri sendiri
3) Kesiapan ketrampilan memberikan tindakan keperawatan
4) Identifikasi pasien dan identitasnya
b. Tahap interaksi
1) Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi bu? (berjabat tangan).
Perkenalkan nama saya perawat A, perawat diruangan ini. coba
sebutkan siapa nama ibu dan tanggal lahirnya? saya cek dengan
identitas di gelang ibu ya. Panggilannya ibu siapa?”
b) Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini?”
c) Kontrak
“Baiklah kita diskusikan permasalahan yang ibu rasakan tentang
kekhawatiran ibu menjelang operasi lusa ya bu? ibu ingin kita
berdiskusi berapa lama? bagaimana jika 20 menit? apakah ibu
ingin saya bantu berganti posisi yang nyaman sebelum
berdiskusi?
2) Fase Kerja
“Baiklah, tadi ibu menyampaikan merasa khawatir, gelisah, takut
apakah operasinya akan berjalan dengan baik-baik saja? Situasi
seperti apa yang membuat ibu khawatir seperti ini? nah, bagaimana
dampak yang ibu rasakan ketika perasaan cemas belum teratasi?
oke, ibu berusaha berdoa ya, ibu dapat melanjutkan hal tersebut.
Ada cara lain yang bisa ibu lakukan, caranya dengan ibu
melakukan teknik nafas dalam. Apakah ibu pernah mendengar
sebelumnya? baiklah saya berikan contohnya terlebih dahulu ya bu
(jelaskan sesuai SOP). Ibu dapat melatihnya 4-5 kali dan saat
perasaan cemas itu muncul. Apakah ada yang ingin ditanyakan
bu?”
3) Fase Terminasi
a. Evaluasi respon pasien
“Bagaimana perasaan ibu setelah kembali latihan relaksasi
pernafasan dan berdoa untuk mengurangi kecemasan ibu?”
b. Rencana tindak lanjut
“Ibu dapat melatihnya 4-5 kali dan saat perasaan itu muncul. Ibu
latih sampai ibu merasa lebih tenang kembali. Bagaimana jika
kita jdwalkan untuk latihan bersama ya bu?”
c. Kontrak yang akan datang
“Baiklah bu, diskusi kita hari ini sudah selesai, apakah ada yang
ingin ditanyakan bu? untuk latihan selajutnya kita akan
menggunakan teknik lain ya bu, apakah besok pagi pukul 09.00
bisa bu ?”
2.7 EVALUASI
Evaluasi dan dokumentasi dilakukan pada setiap tahapan proses
keperawatan. Perawat harus mendokumentasikan seluruh kegiatan proses
secara komperhensif. Adapun kriteria hasil yag diharapkan adalah:
1) Tingkat ansietas menurun atau tidak.
2) Kemampuan pasien tentang mengenal masalah ansietas.
3) Kemampua pasien untuk mengatasi ansietas.
4) Klien mampu meningkatkan penggunaan mekanisme koping yang
adaptif.
5) Produktifitas klien dapat dilakukan secara optimal oleh klien dan
keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Yusuf, Ahmad., et al. 2015. Buku Ajar Kesehatan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
LAPORAN KASUS KEPERAWATAN JIWA
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Masalah Psikososial Ansietas Di Rt
01 Rw 02 Kelurahan Sukolilo Baru Kecamatan Bulak Surabaya
Oleh Kelompok:
1. Alifah Istikhafa 1930007
2. Elysabeth O Purba 1930026
3. Mia Iscahya 1930052
4. Novelda Febriyanti 1930062
5. Sugeng Santoso 1930084
INFORMASI UMUM
Inisial Klien : Ny.S
Usia : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bahasa Dominan : Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sukolilo Baru
Tanggal Masuk : 4 Oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 4 Oktober 2019
Ruang Rawat :-
Nomor Rekam Medik : -
Diagnosa Medis : CKD, Anemia Defisiensi Asam Folat
Riwayat Alergi : Tidak ada riwayat alergi
Diet : Tidak ada
KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan merasa khawatir tentang kondisinya yang sewaktu-waktu harus
melakukan transfusi darah dan rawat inap. Ny S juga merasa kadang-kadang
jantung berdebar dan nafas terasa berat saat mengingat sakit yang dideritanya.
TINGKAT ANSIETAS
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan check list perilaku yag ditampilkan
oleh klien)
Ringan Sedang Berat Panik
Perilaku √ Perilaku √
Tenang Menarik Diri
Ramah Binggung √
Pasif Disorientasi
Waspada Ketakutan √
Merasa membenarkan Hiperventilasi √
lingkungan
Kooperatif Halusinasi/delusi
Gangguan perhatian Depersonalisasi
Gelisah √ Obsesi
Sulit berkonsentrasi √ Kompulsi
Waspada berlebihan √ Keluhan somatik
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat √ Lainnya :
KELUARGA
Genogram
40 35
12 35
Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
X = meninggal
................. = tinggal satu rumah
= klien
Tipe Keluarga
Klien mengatakan tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Tipe keluarga klien
adalah nuklear family
Pengambilan Keputusan
Klien mengatakan apabila ada permasalahan dalam keluarga keputusan diambil
melalui musyawarah oleh kepala keluarga.
Hubungan Klien Dengan Kepala Keluarga
Klien mengatakan dirinya adalah seorang istri dan ibu dengan 2 orang anak.
Kebiasaan Yang Dilakukan Bersama Keluarga
Klien mengatakan kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga adalah menemani
anak bermain dan menonton televisi bersama.
RIWAYAT SOSIAL
Pola Sosial
Teman / Orang Terdekat
Klien mengatakan akrab dengan tetangga dan semua warga di Sukolilo baru.
Peran serta dalam Kelompok
Klien mengatakan menjabat sebagai kader Balita.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan kondisi fisiknya yang mudah lelah, jantung berdebar-debar dan
nafas terasa berat.
Obat Obatan Yang dikonsumsi
Adakah Obat Herbal / Obat lain yang dikonsumsi diluar resep:
Klien mengatakan mengkonsumsi tonikum syrup sesuai resep dari dokter
Puskesmas. Karena pembiayaan dengan BPJS jumlah resep terbatas, maka klien
membeli sendiri di apotek.
Obat Obatan Yang dikonsumsi klien saat ini:
Asam folat, Tonikum, Ciprofloxacin.
Apakah Klien Menggunakan Obat Obatan dan Alkohol untuk mengatasi
masalahnya:
Klien mengatakan tidak pernah menkonsumsi alkohol atau obat-obatan untuk
mengatasi masalahnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
Tingkah Laku
Tingkah Laku √ Jelaskan
Resah √ Klien mengatakan merasa
khawatir dengan kondisinya
Agitasi
Letargi
Sikap √ Klien kooperatif
Ekspresi Wajah √ Klien tampak cemas dan gelisah
saat ditanya tentang penyakitnya
Lain Lain
Pola Komunikasi
Pola Komunikasi √ Pola Komunikasi √
Jelas √ Aphasia
Koheren √ Perseverasi
Bicara Kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak
Bicara/dominan
Asosiasi Longgar Bicara Lambat
Flight Of ideas Sukar Berbicara :
Lainnya :
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawata
Mood dan Afek
Perilaku √ Jelaskan
Senang
Sedih √ Klien mengatakan merasa sedih dengan
kondisinya yang menurut penjelasan dokter
tidak bisa disembuhkan
Patah Hati
Putus Asa
Gembira
Euforia
Curiga
Lesu
Marah/Bermusuhan
Lain Lain
Halusinasi √ Jelaskan
Pendengaran Klien mengatakan tidak mendengarkan
atau tidak ada yang membisikinya
Penglihatan Klien mengatakan hanya melihat
keluarga dan tetangga yang klien kenal
Perabaan Klien mengatakan tidak merasakan
tidak ada yang meraba-rabanya dan
mengganggunya
Pengecapan Klien mengatakan tidak merasakan ada
yang aneh pada indera pengecapan
Penghidu Klien mengatakan tidak mencium bau
apa apa yang dapat mengganggunya
Lain Lain Tidak ada
2. Memori
Gangguan √ Jelaskan
Gangguan daya ingat jangka Klien masih dapat mengingat
panjang kenangan masa lalu saat anak
pertamanya lahir, klien dan
suami merasa bahagia
Gangguan daya ingat jangka Klien tidak ada gangguan daya
pendek ingat jangka pendek dimana
klien mengatakan terakhir
transfuse tanggal 9 September
2019
Gangguan daya ingat saat ini Klien tidak ada gangguan daya
ingat saat ini
Paramnesia Klien tidak mengalami
paramnesia karena klien masih
dapat mengingat semuanya
Hipermnesia Klien tidak mengalami
hipermnesia karena klien
masih dapat mengingat
semuanya
Amnesia Klien tidak mengalami
amnesia.
Tingkatan √ Jelaskan
Mudah beralih Klien hanya berfokus pada
dirinya sendiri
Tidak mampu berkonsentrasi Klien mampu berkonsentrasi
dan menjawab secara koheren
Tidak mampu berhitung sederhana Klien mampu berhitung dan
dapat menjawab 15+10=25
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Ide Ide Bunuh Diri
Ide ide merusak diri sendiri / orang lain
Ya Tidak
Jelaskan : Klien mengatakan tidak putus asa dan berusaha mencari
informasi dan pengobatan
Kultural dan spiritual
Agama Yang dianut
2. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaanya ?
Klien mengatakan melaksanakan sholat 5 waktu
3. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan
spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan ?
Tidak
4. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu ?
Klien mengatakan bila penyakitnya adalah ujian dari Allah dan harus sabar.
HDR Situasional
Disfungsi Peran
Ansietas
Kurangnya Pengetahuan
Penyakit Kronis
ANALISA DATA
Do :
2. klien sulit
berkonsentrasi
3. klien tampak
ketakutan saat ditanya
tentang penyakitnya
2. Klien mengatakan
masih aktif dalam
kader, namun ingin
mengundurkan diri
karena dengan
kondisinya saat ini
kerjanya menjadi tidak
maksimal.
Do:
1. Klien tampak bingung
2. Klien mengungkapkan
perasaan negative
tentang diri
SP Keluarga:
Pukul
1. Jumat, 4 Oktober Fase Orientasi 1. S:
2019 - Klien menjawab “Selamat pagi, Waalaikum Salam”
1. Membina hubungan saling percaya
- Klien mengatakan bisa ditemui/ mempunyai waktu
Pukul 16.00 WIB a. Mengucapkan salam terapeutik dan
longgar diatas jam 18.00
berjabat tangan
- Klien mengucapkan terimakasih sudah dibantu mengatasi
b. Menjelaskan tujuan interaksi
masalahnya
c. Membuat kontrak waktu, topik dan
tempat setiap kali bertemu klien O : Klien tampak sangat kooperatif
A : Masalah teratasi
O:
- Kognitif :
Klien tampak memahami bahwa dirinya mengalami
ansietas.
- Afektifr:
Klien sangat kooperatif dan antusias terhadap
intervensi yang diberikan
Klien aktif bertanya
- Psikomotor:
Klien mampu mengenal dan menyadari prilaku
akibat ansietas
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi SP 2 (Cara mengatasi
ansietas)
2. S:
- Klien mengatakan mampu mengambil keputusan
terhadap masalah yang dialaminya
- Klien mengatakan akan mencari “Second Opinion”
terhadap sakit yang dideritanya
- Klien mengatakan masih berusaha mencari informasi
sebanyak-banyaknya terkait kondisinya
- Klien mengatakan mampu mengatasi ansietas bila
sewaktu-waktu muncul, salah satunya teknik relaksasi nafas
2. Mengajarkan cara mengatasi dalam
ansietas
O:
a. Mengidentifikasi saat ansietas
berubah
- Kognitif :
b. Mengidentifikasi kemampuan klien
Klien tampak memahami tentang cara mengatasi
dalam mengambil keputusan
ansietas
c. Mendiskusikan perencanaan
Klien tampak memahami tentang informasi yang
realitas tentang peristiwa yang akan datang
diberikan
d. Menginformasikan tentang
- Afektifr:
penyakit dan penatalaksanaannya
Klien sangat kooperatif dan antusias terhadap
e. Melatih teknik relaksasi untuk intervensi yang diberikan
mengatasi ansietas Klien aktif bertanya
- Psikomotor:
Klien mampu melakukan teknik relaksasi
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Kontrak Waktu untuk pertemuan yang akan datang
dalam melakukan intervensi SP keluarga
Sabtu, 5 Oktober
2019
P: Intervensi dihentikan