Anda di halaman 1dari 4

Yustinus Erasi Rosario

17101070131

Masyarakat Umum
Pada hari Minggu tanggal 10 Desember 2017, saya mewawancarai seorang
narasumber bernama Clement Rangga Prakoso Sutijana biasa dipanggil Rangga. Lahir di
Yogyakarta, 23 November 1994. Ia merupakan alumni ISI Yogyakarta tahun 2013-2017, ia
mengambil prodi musikologi dengan minat komposisi.

Sebagai masyarakat umum, mas Rangga memberikan sedikit pendapatnya tentang


hak cipta. Menurutnya hak cipta atau hak paten adaah suatu karya, ciptaan, hasil pikiran
atau intelektualitas manusia. Setiap manusia memiliki hak untuk melindungi atas karya hasil
cipta, rada dan karsa setiap individu atau kelompok. Tujuan dari adanya itu sebagai jaminan
atas mutu barangnya, sebagai dasar penolakan terhadap ciptaan yang sama dengan orang
lain.

Pada zaman saat ini, ciptaan yang ada mudah sekali untuk disebar karna kemajuan
teknologi yang sangat pesat. Untuk itulah hak cipta ada sebagai dasar untuk melindungi
suatu ciptaan seseorang supaya tidak disalah gunakan oleh pihak lainnya. Hak cipta juga
memiliki nilai ekonomi, perlindungan atas hak cipta untuk melindungi batas antarpencipta.

Kesimpulan

Sebagai masyarakat umum, mas Rangga paham dan mengerti tentang hak cipta dan hak
paten, namun dia masih belum menggunakan nya karna dia belum menciptakan atau
mematenkan sesuatu. Dia mengerti untuk menghindari penyalahgunaan ciptaan atau
sesuatu yang dipatenkan, perlu adanya haki untuk melindunginya.
Hak Cipta
Pada hari Senin, 2 Desember 2017, saya mendatangi rumah salah seorang musikolog
bernama Erie Setiawan, ia adalah alumni ISI Yogyakarta tahun 2002-2008. Dia juga seorang
penulis buku, ia sudah lama sejak 2003. Dia sudah menulis lebih dari 20 buku, baik yang ia
ciptakan sendiri maupun membantu menulis buku orang lain.

Menurut mas Erie secara umum hak cipta adalah hak atau kesempatan orang untuk
mendapatkan atau menciptakan sesuatu. Dalam menciptakan sesuatu kita harus
mempunyai merek atau label untuk menghindari pembajakan. Hak cipta menurut mas Erie
penting tidak penting, bila ada yang membajak buku yang diciptakan mas Erie dia merasa
tidak kenapa-kenapa karena mas Erie tidak dalam suatu label, merek atau lembaga jadi tidak
dilindungi. Pada buku yang diciptakan mas Erie menulis “silahkan menggandakan, buku ini
tidak dilindungi hukum.

Di jogja terdapat lembaga yang mengurusi tentang hak cipta, sayangnya prosedurnya
rumit dan biayanya yang cenderung mahal yaitu 400 ribu per buku. Mas Erie sengaja tidak
mendaftakan bukunya ke hak cipta karena merasa tidak signifikan atau efeknya tidak besar,
karena merasa seperti susu yang mempunyai brand dan susu sapi yang dijual di pinggir
jalan, susu sapi yang dijual di pinggir jalan tidak perlu membayarkan apapun karena yang
dijual tidak dalam jumlah yang sangat banyak.

Hak cipta itu sebenarnya tidak penting, seperti yang tertera dalam buku “Dunia
Tanpa Hak Cipta”, hak cipta itu hanya permainan politik saja. Akhirnya pengusaha-
pengusaha kecil sampai menengah dikuasai oleh politik besar. Bisa dibilang hak cipta
berkaitan dengan ekonomi. Belum lagi seperti lagu yang dicover, dunia zaman sekarang
yang sudah maju teknologinya susah untuk dikontrol. Bila ada pembanjakan buku bila
bukunya sudah tidak diterbitkan lagi sebenarnya tidak masalah karena itu membantu si
pembeli, si penerbit pun tidak mendapatkan keuntungan yang banyak. Kenapa penerbit
buku tidak menerbitkan bukunya lagi? Karena penerbit mungkin merasa kalau konten pada
bukunya sudah usang dengan zaman yang makin maju.

Sebenarnya undang-undang tidak bersifat kebal, karena selalu ada hukum yang
alternatif. Zaman sekarang menghindari pembajakan sudah susah, karena di era serba
teknologi yang sudah sangat maju sangat susah untuk menghindari itu. Saat ini harus ada
kejujuran dari sejak dini, oleh karena itu mas Erie pernah memberikan kuliah umum di
UNNES tentang kejujuran intelektual atau integritas, ketika kita mengutip sumber dari buku
atau internet belum tentu itu merupakan sumber utama karena sekarang banyak sekali
plagiarism.
Kesimpulan

Mas Erie Setiawan adalah seorang penulis yang paham dan mengerti tentang hak cipta,
namun dia belum mendaftarkan buku-bukunya ke lembaga yang mengurusi tentang haki
karena proses pendaftaran yang rumit dan biayanya yang cukup mahal, dia jg tidak
mendaftarkan karena merasa kurang signifikan pada buku-buku yang ia terbitkan. Ia lebih
memilih menjadi penulis indie dari pada harus mendaftarkan buku-bukunya kepada
lembaga.

Pengguna Haki
Pada tanggal 1 Desember 2017, saya mewawancarai seorang gitaris dari band
FourTwnty yang bernama Vogie Josandre Putra, biasa dipanggil Vogie. Ia merupakan
pengguna haki dalam bidang hak cipta. Menurutnya haki itu sangat penting dalam
bidangnya, karena ia sangat membutuhkan perlindungan atas karya-karya yang ia ciptakan
berupa lagu-lagu. Saya menanyakan apakah dia pernah mengalami kasus haki. Ternyata, dia
sering mendapati lagu-lagunya dimainkan diacara yang cukup besar tanpa izin dari pemilik
lagu yaitu Vogie sendiri. Tidak jarang juga ada yang meniru lagunya tersebut dengan
mengganti liriknya. Ia juga bercerita tentang pendaftarkan karyanya ke kantor dirjen HKI di
Jakarta, untuk mendapat perlindungan atas karya-karyanya. Ia menjelaskan betapa
pentingnya haki di industri musik Indonesia karna sering terjadi pelanggaran-pelanggaran
atas karya orang lain.

Kesimpulan

Vogie merasa haki itu sangat penting karena sering sekali orang lain memainkan karyanya
tanpa seizinnya dalam acara yang cukup besar. Oleh karena itu sekarang orang lain harus
izin kepadanya untuk memainkan karya-karyanya karena karya-karyanya sudah dilindungi
oleh haki
Hak Merek
Pada hari Sabtu, 9 Desember 2017, saya mewawancarai seseorang yang berkaitan
dengan hak merek. Ia adalah Amanda Nibraska, ia mempunyai sebuah toko yang bernama
S3kun. Menurutnya haki itu penting karna untuk menghindari penyalahgunaan nama
merek/logo/produk tanpa izin dari pemilik merek tersebut dan untuk menghindari
plagiarism. Dia belum mendaftarkan mereknya pada lembaga hak cipta karena dia merasa
merek toko yang dipunya masih belum cukup besar sehingga masih menunda untuk
mendaftarkannya ke lembaga haki.

Pendaftaran haki sangat penting karena dia sendiri pernah mengalami masalah
dengan pengakuan merek yang dia punya, namun karena dia belum mendaftarkan ke
lembaga haki oleh karena itu dia tidak bisa melaporkannya. Dia merasa pada zaman
sekarang ini banyak sekali yang meniru ciptaan/merek/logo orang lain.

Kesimpulan

Pemilik merek merasa dia belum cukup besar untuk mendaftarkan mereknya. Tapi disisi lain
ia merasa harus mendaftarkan mereknya karena sudah ada orang lain yang memakai nama
mereknya untuk mengambil keuntungan pribadi dari nama merek itu.

Analisa undang-undang

 UU No. 28 tahun 2014 pasal 1 ayat 1


 UUD 1945 pasal 28c ayat 1
 UU No. 28 tahun 2014 pasal 8
 UU No. 28 tahun 2014 pasal 95
 UU No. 28 tahun 2014 pasal 9 ayat 1

Anda mungkin juga menyukai