Anda di halaman 1dari 18

INTEGRAL SIMPSON KUADRATURE

Disusun Oleh:
Amelia Suryaningsih
17030174003

Dosen Pengampu :
Dian Savitri, S.Si., M.Si.

Oleh:
Rima Maisyah Ridwanah
NIM 17030174070

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
A. Pendahuluan
Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan secara
numerik. Perhitungan secara analitik dilakukan untuk menyelesaikan integral pada fungsi
yang relatif mudah (Aditya, 2013). Karena terkadang fungsi tersebut kompleks atau sulit
dihitung nilai integralnya, perhitungan secara analitik ini tidak dapat menyelesaikan solusi
dari fungsi tersebut. Untuk itu, perhitungan integral secara numerik merupakan cara untuk
menyelesaikan solusi tersebut. Perhitungan integral secara numerik digunakan untuk
memperoleh nilai hampiran (aproksimasi) dari pengintegralan yang tidak dapat
diselesaikan secara analitik. Perhitungan integral secara numerik ini terdapat beberapa
metode, diantaranya metode trapesium, metode simpson, dan metode gauss. Metode
pengintegralan secara numerik yang digunakan pada skripsi ini adalah metode simpson.
Perumusan metode simpson diperoleh dari penurunan rumus interpolasi lagrange.
Perumusan metode simpson 1/3 diperoleh dari penurunan rumus interpolasi lagrange orde
2. Metode simpson 1/3 dilakukan dengan cara membagi interval menjadi dua subinterval,
sehingga menghubungkan tiga titik dan terbentuk kurva parabola polinom berderajat dua.
Metode simpson 1/3 ini diperluas agar galat yang diperoleh semakin kecil yaitu dengan
cara membagi interval menjadi beberapa subinterval. Karena metode simpson 1/3
inimenghubungkan 3 titik pada 2 subintervalnya, maka jumlah subinterval harus genap.
Keterbatasan metode simpson 1/3 yang diperluas tersebut diatasi oleh metode
simpson 3/8 untuk melengkapi simpson 1/3 yang diperluas dalam perhitungan integrasi
numerik untuk jumlah subinterval ganjil. Metode simpon 3/8 tersebut hanya digunakan
pada 3 subinterval awal atau akhir. Metode simpson 3/8 dapat diperluas untuk subinterval
kelipatan 3, baik ganjil maupun genap. Metode simpson 3/8 ini diperluas dengan cara
membagi interval pada suatu fungsi menjadi n subinterval kelipatan 3. Perumusan metode
simpson 3/8 dan perluasannya diperoleh dari penurunan rumus interpolasi lagrange orde 3.
Metode simpson 3/8 yang diperluas ini mungkin lebih baik daripada metode simpson 1/3
dan gabungan metode simpson 1/3 yang diperluas dengan metode simpson 3/8, tetapi
metode simpson 3/8 yang diperluas ini jarang digunakan atau metode simpson 1/3 yang
diperluas lebih banyak digunakan (Hendry, 2011: 8).
Karena pengintegralan secara numerik ini merupakan nilai hampiran, maka dari
penghampiran tersebut akan diperoleh galat didalamnya. Nilai galat pada metode simpson
ini akan semakin kecil bila: menaikkan orde pada interpolasi lagrange atau memperbanyak
subintervalnya. Pada penulisan ini akan dibahas memperkecil galat dengan jumlah
subinterval yang sangat besar.
Berdasarkan hal di atas, dapat diketahui bahwa dengan memperluas metode
simpson 3/8, maka terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam menghitung
integrasi secara numerik untuk subinterval kelipatan 3, yaitu metodesimpson 1/3 yang
diperluas dan metode 3/8 yang diperluas. Jumlah subinterval genap kelipatan 3 dapat
menggunakan metode simpson 1/3 yang diperluas dan metode simpson 3/8 yang diperluas,
sedangkan untuk jumlah subinterval ganjil kelipatan 3 dapat digunakan gabungan metode
simpson 1/3 yang diperluas dengan metode simpson 3/8 dan metode simpson 3/8 yang
diperluas. Dalam skripsi ini penulis akan menganalisis kompleksitas metode simpson 1/3
yang diperluas dan metode simpson 3/8 yang diperluas dan akan memperlihatkan
perilakunya serta memperlihatkan perbandingan metode yang digunakan pada subinterval
genap kelipatan 3 dan ganjil kelipatan 3 sehingga terlihat alasan mengapa metode simpson
3/8 yang diperluas tersebut jarang digunakan atau dapat terwakili.

B. Kajian Teori
Metode Newton-Cotes
Metode Newton-Cotes adalah metode yang umum untuk menurunkan kaidah integrasi
numerik. Polinom interpolasi menjadi dasar metode Newton-Cotes. Gagasannya adalah
menghampiri fungsi 𝑓(𝑥) dengan polinom interpolasi 𝑝𝑛 (𝑥)
𝑏 𝑏
𝐼 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∫𝑎 𝑝𝑛 (𝑥)𝑑𝑥 …(1)
yang dalam hal ini,
𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + . . . + 𝑎𝑛−1 𝑎𝑛−1 + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛
Mengapa polinom interpolasi? Karena suku-suku polinom mudah diintegralkan dengan
rumus integral yang sudah baku, yaitu
𝑎
∫ 𝑎𝑥 𝑛 𝑑𝑥 = 𝑛+1 𝑥 𝑛+1 + 𝐶
Polinom interpolasi yang kita pakai adalah polinom Newton-Gregory maju:
∆𝑓 ∆2 𝑓
𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑓0 + (𝑥 − 𝑥0 ) 1!ℎ0 + (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) 2!ℎ20 + ⋯ + (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥 −
∆2 𝑓
𝑥𝑛−1 ) 2!ℎ𝑛0

Dari beberapa kaidah integrasi numerik yang diturunkan dari metode Newton-Cotes, tiga
di antaranya yang terkenal adalah:
1. Kaidah trapesium (Trapezoidal rule)
2. Kaidah Simpson 1/3 (Simpson's 1/3 rule)
3. Kaidah Simpson 3/8 (Simpson's 3/8 rule)
Sebagai catatan, kaidah trapesium sudah kita turunkan dengan metode pias. Metode
Newton-Cotes memberikan pendekatan lain penurunan kaidah trapesium.
1. KAIDAH TRAPESIUM
Diberikan dua buah titik data (0, 𝑓(0)) dan (ℎ, 𝑓(ℎ)). Polinom interpolasi yang melalui
kedua buah titik itu adalah sebuah garis lurus. Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran
nilai integrasi adalah daerah di bawah garis lurus tersebut.

Gambar 1. Kaidah Trapesium


Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 1 yang melalui kedua buah titik itu adalah
∆𝑓(𝑥0 ) ∆𝑓0
𝑝1 (𝑥) = 𝑓 (𝑥0 ) + 𝑥 = 𝑓0 + 𝑥
ℎ ℎ

Integrasikan 𝑝1 (𝑥) di dalam selang [0,1]:


ℎ ℎ
𝐼 ≈ ∫0 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∫0 𝑝1 (𝑥)𝑑𝑥
ℎ ∆𝑓0
≈ ∫0 (𝑓0 + 𝑥 ) 𝑑𝑥

𝑥2 𝑥=ℎ
≈ 𝑥𝑓0 + 2ℎ ∆𝑓0
𝑥=0

≈ ℎ𝑓0 + 2 ∆𝑓0

≈ ℎ𝑓0 + 2 (𝑓1 −𝑓0 ), sebab ∆𝑓0 = 𝑓1 + 𝑓0
ℎ ℎ
≈ 2 𝑓0 + 2 𝑓1

≈ 2 (𝑓0 − 𝑓1 )

Jadi, kaidah trapezium adalah


ℎ ℎ
∫0 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ 2 (𝑓0 − 𝑓1 ) …(2)

Galat kaidah trapesium sudah diturunkan pada metode pias, yaitu:


1
𝐸 = − 12 ℎ3 𝑓 ′′ (𝑡) = 𝑂(ℎ3 ) ,0 < 𝑡 < ℎ

Jadi,
ℎ ℎ
∫0 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ 2 (𝑓0 − 𝑓1 ) + 𝑂(ℎ3 ) …(3)

Kaidah trapesium untuk integrasi dalam selang [0, h] kita perluas untuk menghitung

𝐼 ≈ ∫0 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
yang dalam hal ini, 𝐼 sama dengan luas daerah integrasi di dalam selang [𝑎, 𝑏]. Luas
daerahtersebut diperoleh dengan membagi selang [𝑎, 𝑏] menjadi n buah upaselang
(subinterval) dengan lebar tiap upaselang h, yaitu [𝑥0 , 𝑥1 ], [𝑥1 , 𝑥2 ], [𝑥2 , 𝑥3 ], … ,
[𝑥𝑛−1 , 𝑥𝑛 ], . Titik-titik ujung tiap upaselang diinterpolasi dengan polinom derajat 1. Jadi,
di dalam selang [𝑎, 𝑏] terdapat n buah polinom derajat satu yang terpotong-potong
(piecewise). Integrasi masing-masing polinom itu menghasilkan n buah kaidah trapesium
yang disebutkaidah trapesium gabungan. Luas daerah integrasi di dalam selang [a, b]
adalah jumlah seluruh luas trapesium, yaitu
𝑏 1 2 𝑥 𝑥 𝑛 𝑥
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∫𝑥 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫𝑥 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ⋯ + ∫𝑥 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
0 1 𝑛−1

ℎ ℎ ℎ
≈ 2 (𝑓0 − 𝑓1 ) + 2 (𝑓1 + 𝑓2 ) + ⋯ + 2 (𝑓𝑛−1 + 𝑓𝑛 )

≈ 2 (𝑓0 + 2𝑓1 +2𝑓2 + ⋯ + 2𝑓𝑛−1 + 𝑓𝑛 )

≈ 2 (𝑓0 + 2𝑓𝑖 + ∑𝑛−1
𝑖=1 𝑓𝑛 ) …(4)
Dengan 𝑓𝑟 = 𝑓(𝑥𝑟 ), 𝑟 = 0, 1, 2, … , 𝑛.
Galat kaidah trapesium sudah kita turunkan sebelumnya pada metode pias, yaitu
ℎ2
𝐸𝑡𝑜𝑡 ≈ − 12 (𝑏 − 𝑎)𝑓 ′′ (𝑡) = 𝑂(ℎ2 ), 𝑥0 < 𝑡 < 𝑥𝑛

Dengan demikian,
𝑏 ℎ
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 2 (𝑓0 + 2 ∑𝑛𝑖=1 𝑓𝑖 + 𝑓𝑛 ) + 𝑂(ℎ2 ) …(5)

Jadi, galat integrasi dengan kaidah trapezium sebanding dengan ℎ2 .

2. KAIDAH SIMPSON 1/3


Hampiran nilai integrasi yang lebih baik dapat ditingkatkan dengan
mengunakan polinom interpolasi berderajat yang lebih tinggi. Misalkan fungsi 𝑓(𝑥)
dihampiri dengan polinom interpolasi derajat 2 yang grafiknya berbentuk parabola.
Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai integrasi adalah daerah di bawah
parabola. Untuk itu, dibutuhkan 3 buah titik data, misalkan (0, 𝑓(0)), (ℎ, 𝑓(ℎ)), dan
(2ℎ, 𝑓(2ℎ)).

Gambar 2. Kaidah Simpson 1/3


Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 2 yang melalui ketiga buah titik tersebut
adalah
𝑥 𝑥(𝑥−ℎ) 𝑥(𝑥−ℎ)
𝑝2 (𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + ℎ ∆𝑓(𝑥0 ) ∆2 𝑓(𝑥0 ) = 𝑓0 + 𝑥∆𝑓0 + ∆2 𝑓0
2!ℎ2 2!ℎ2
Integrasikan 𝑝2 (𝑥) di dalam selang [0, 2ℎ]:
2ℎ 2ℎ
𝐼 ≈ ∫0 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∫0 𝑝2 (𝑥)𝑑𝑥
2ℎ 𝑥 𝑥(𝑥−ℎ)
≈ ∫0 (𝑓0 + ℎ ∆𝑓0 + ∆2 𝑓0 ) 𝑑𝑥
2!ℎ2
1 𝑥3 𝑥2 𝑥 = 2ℎ
≈ 𝑓0 𝑥 + 2ℎ 𝑥 2 ∆𝑓0 + (6ℎ2 − 4ℎ) ∆2 𝑓0
𝑥=0
4ℎ2 8ℎ3 4ℎ2
≈ 2ℎ𝑓0 + ∆𝑓0 + (6ℎ2 − ) ∆2 𝑓0
2ℎ 4ℎ
4ℎ
≈ 2ℎ𝑓0 + 2ℎ ∆𝑓0 + ( 3 − ℎ) ∆2 𝑓0

≈ 2ℎ𝑓0 + 2ℎ ∆𝑓0 + 3 ∆2 𝑓0

Mengingat
∆𝑓0 = 𝑓1 − 𝑓0
Dan
∆2 𝑓0 = ∆𝑓1 − ∆𝑓0 = (𝑓2 − 𝑓1 ) − (𝑓1 − 𝑓0 )= 𝑓2 − 2𝑓1 + 𝑓0
Maka, selanjutnya

𝐼 ≈ 2ℎ𝑓0 + 2ℎ (𝑓1 − 𝑓0 ) + 3 (𝑓2 − 2𝑓1 + 𝑓0 )
ℎ 2ℎ ℎ
≈ 2ℎ𝑓0 + 2ℎ𝑓1 − 2ℎ𝑓0 + 3 𝑓2 − 𝑓1 + 3 𝑓0
3
ℎ 4ℎ ℎ
≈ 3 𝑓0 + 𝑓1 + 3 𝑓2
3

≈ 3 (𝑓0 + 4𝑓1 + 𝑓2 ) …(6)

Persaman (6) ini dinamakan kaidah Simpson 1/3. Sebutan "1/3" muncul
karena di dalam persamaan (5) terdapat faktor "1/3" (sekaligus untuk
membedakannya dengan kaidah Smpson yang lain, yaitu Simpson 3/8).
Misalkan kurva fungsi sepanjang selang integrasi [𝑎, 𝑏] kita bagi menjadi
𝑛 + 1 buah titik diskrit 𝑥0, 𝑥1, 𝑥2, . . . , 𝑥𝑛, dengan n genap, dan setiap tiga buah
titik (atau 2 pasang upaselang) di kurva dihampiri dengan parabola (polinom
interpolasi derajat 2), maka kita akan mempunyai 𝑛/2 buah potongan parabola.
Bila masing-masing polinom derajat 2 tersebut kita integralkan di dalam
upaselang (sub-interval) integrasinya, maka jumlah seluruh integral tersebut
membentuk kaidah Simpson 1/3 gabungan:
𝑏 𝑥 𝑥 𝑥
𝐼𝑡𝑜𝑡 ≈ ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 » ∫𝑥 2 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫𝑥 4 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ⋯ + ∫𝑥 𝑛 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
0 2 𝑛−2

ℎ ℎ ℎ
≈ 3 (𝑓0 + 4𝑓1 + 𝑓2 ) + 3 (𝑓2 + 4𝑓3 + 𝑓4 ) + ⋯ + 3 (𝑓𝑛−2 + 4𝑓𝑛−1 + 𝑓𝑛 )

≈ 3 (𝑓0 + 4𝑓1 + 2𝑓2 + 4𝑓3 + 2𝑓4 + ⋯ + 2𝑓𝑛−2 + 4𝑓𝑛−1 + 𝑓𝑛 )

≈ 3 (𝑓0 + ∑𝑛−1 𝑛−2
𝑖=1,3,5 𝑓1 + 2 ∑𝑖=2,4,6 𝑓𝑖 + 𝑓𝑛 ) (7)

Persamaan (7) ini mudah dihafalkan dengan mengingat pola koefisien suku-
sukunya:
1, 4, 2, 4, 2, . . . ,2, 4, 1
Namun penggunaan kaidah 1/3 Simpson mensyaratkan jumlah
upaselang (n) harus genap, ini berbeda dengan kaidah trapesium yang tidak
mempunyai persyaratan mengenai jumlah selang.

Galat Kaidah Simpson 1/3


Galat kaidah Simpson 1/3 untuk dua pasang upaselang adalah

…(8)

Uraikan 𝑓(𝑥), 𝑓1, dan 𝑓2 masing-masing ke dalam deret Taylor di sekitar 𝑥0 = 0:


…(9)

…(10)

…(11)

Sulihkan persamaan (9), (10), (11) ke dalam persamaan (8):


…(12)
Jadi, kaidah Simpson 1/3 untuk sepasang upaselang ditambah dengan galatnya dapat
dinyatakan sebagai:

…(13)
Galat untuk n/2 pasang upaselang adalah

…(14)

Jadi, kaidah Simpson 1/3 gabungan ditambah dengan galatnya dapat dinyatakan sebagai,
dengan kata lain, kaidah Simpson 1/3 gabungan berorde 4. Dibandingkan dengan kaidah
trapesium gabungan, hasil integrasi dengan kaidah Simpson gabungan jauh lebih baik,
karena orde galatnya lebih tinggi. Tapi ada kelemahannya, yaitu kaidah Simpson 1/3 tidak
dapat diterapkan bila jumlah upaselang (n) ganjil.

3. KAIDAH SIMPSON 3/8


Seperti halnya pada kaidah Simpson 1/3, hampiran nilai integrasi yang lebih teliti dapat
ditingkatkan terus dengan mengunakan polinom interpolasi berderajat lebih tinggi pula.
Misalkan sekarang fungsi 𝑓(𝑥) kita hampiri dengan polinom interpolasi derajat 3. Luas
daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai integrasi adalah daerah di bawah kurva
polinom derajat 3 tersebut parabola. Untuk membentuk polinom interpolasi derajat 3,
dibutuhkan 4 buah titik data, misalkan titik-titk tersebut
(0, 𝑓(0)), (ℎ, 𝑓(ℎ)), (2ℎ, 𝑓(2ℎ)), 𝑑𝑎𝑛 (3ℎ, 𝑓(3ℎ)).

Gambar 3. Kaidah Simpson 3/8


Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 3 yang melalui keempat buah titik itu adalah

…(15)

Integrasi p3(x) di dalam selang [0,3h] adalah


Dengan cara penurunan yang sama seperti pada kaidah Simpson 1/3, diperoleh

…(16)
yang merupakan kaidah Simpson 3/8.
Galat kaidah Simpson 3/8 adalah

…(17)
Jadi, kaidah Simpson 3/8 ditambah dengan galatnya deapat dinyatakan sebagai

Sedangkan kaidah Simpson 3/8 gabungan adalah

…(18)
Persamaan (18) ini mudah dhafalkan dengan mengingat pola suku-sukunya:
1, 3, 3, 2, 3, 3, 2, 3, 3, 2, . . . , 2, 3, 3, 1
Namun penggunaan kaidah Simpson 3/8 mensyaratkan jumlah upaselang (n) harus
kelipatan tiga.
Galat kaidah 3/8 Simpson gabungan adalah

…(19)
Jadi, kaidah Simpson 3/8 ditambah dengan galatnya dapat dinyatakan sebagai

Kaidah Simpson 3/8 memiliki orde galat yang sama dengan orde galat kaidah Simpson 1/3.
Namun dalam praktek, kaidah Simpson 1/3 biasanya lebih disukai daripada kaidah
Simpson 3/8, karena dengan tiga titik (Simpson 1/3) sudah diperoleh orde ketelitian yang
sama dengan 4 titik (Simpson 3/8). Tetapi, untuk n kelipatan tiga, kita hanya dapat
menggunakan kaidah Simpson 3/8, dan bukan Simpson 1/3.

C. Contoh Penerapan
Contoh 1:
Hitung integral
1 1
∫0 𝑑𝑥
1+𝑥

Dengan menggunakan
(a) Kaidah trapesium
(b) Kaidah titik-tengah
(c) Kaidah Simpson 1/3
Gunakan jarak antar titik ℎ = 0,125
Penyelesaian:
Jumlah upaselang: n = (1 - 0)/0.125 = 8
Tabel titik-titik di dalam selang [0,1]: Tabel titik-titik di dalam selang [0, 1]:
(untuk kaidah trapesium dan Simpson 1/3) (untuk kaidah titik-tengah)
(a) dengan kaidah trapezium
1
1 ℎ
∫ 𝑑𝑥 =
1+𝑥 2(𝑓0 + 2𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 2𝑓4 + 2𝑓5 + 2𝑓6 + 2𝑓7 + 2𝑓8 )
0
» 0.125/2 [1 + 2(0.88889) + 2(0.80000) + . . . + 0.50000)
» 0.69412

(b) dengan Kaidah titik-tengah


1
1
∫ 𝑑𝑥 = ℎ(𝑓1/2 + 2𝑓3/2 + 2𝑓5/2 + 2𝑓7/2 + 2𝑓9/2 + 2𝑓11/2 + 2𝑓13/2 + 2𝑓15/2 )
1+𝑥
0
» 0.125 (5.54128)
(c) dengan Kaidah Simpson 1/3

1
1 ℎ
∫ 𝑑𝑥 =
1+𝑥 3(𝑓0 + 2𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 2𝑓4 + 2𝑓5 + 2𝑓6 + 2𝑓7 + 2𝑓8 )
0

» 0.125/3 (16.63568)
» 0.69315
Bandingkan solusi (a), (b), dan (c) dengan solusi sejatinya:
1
1 𝑥=1
∫ 𝑑𝑥 = 𝑙𝑛(1 + 𝑥) = 𝑙𝑛(2) − 𝑙𝑛(1) = 0.69314718
1+𝑥 𝑥=0
0

yang apabila dibulatkan ke dalam 5 angka bena, f(0.69314718) = 0.69315, hasilnya tepat
sama dengan nilai integrasi yang dihitung dengan kaidah Simpson 1/3. Jadi, kaidah
Simpson/3 memang unggul dalam hal ketelitian hasil dibandingkan dua kaidah
sebelumnya.

Contoh 2:
1
Hitunglah ∫0 𝑒𝑥𝑝(−𝑥 2 )𝑑𝑥 dengan menggunakan kaidah Simpson 1/3 dan jumlah
upaselang yang digunakan adalah n = 10, lalu taksirlah batas-batas galatnya.
Penyelesaian:
ℎ = (1 − 0)/10 = 0,1
Tabel titik-titik di dalam selang [0, 1] dengan ℎ = 0,1:
Nilai integasi f(x) di dalam selang [0, 1] adalah:
1

𝐼 = ∫ 𝑒𝑥𝑝(−𝑥 2 )𝑑𝑥
0

=
3(𝑓0 + 4𝑓1 + 2𝑓2 + 4𝑓3 + 2𝑓4 + 4𝑓5 + 2𝑓6 + 4𝑓7 + 2𝑓8 + 4𝑓9 + 𝑓10 )
» 0.1 (1.000000 + 4 ´ 0.990050 + 2 ´ 0.960789 + … + 4 ´ 0.444858
+ 0.367879)
» 0.746825
Taksiran gelatnya:

𝑓 (4) (𝑥) = 4(4𝑥 4 − 122 + 3)exp(−𝑥 2 )

Nilai minimum𝑓 (4) (𝑥) adalah pada 𝑥 = 2,5 + 0,5√10, dengan 𝑓 (4) ( 2,5 +
0,5√10) = −7.359, sedangkan nilai maksimum 𝑓 (4) (𝑥)adalah pada x = 0, dengan
𝑓 (4) (0) = 12, maka batas-batas galatnya adalah
ℎ4
𝐸𝑡𝑜𝑡 = − (𝑏 − 𝑎)𝑓 𝑖𝑣 (𝑡)
180
(0,1)4 −7.359 (𝑚𝑖𝑛) = −0.000004
=− (1 − 0) × {
180 12(𝑚𝑎𝑘𝑠) = 0,000006
Jadi, galat integrasinya, 𝐸𝑡𝑜𝑡 , terletak di dalam selang
−0.000004 < 𝐸𝑡𝑜𝑡 < 0.000006
Di sini nilai sejati I harus terletak di antara
0.746825 − 0.000004 = 0.746821 𝑑𝑎𝑛 0.746825 + 0.000006 = 0.746831
atau
0.746821 < 𝐼 < 0.746831

Contoh 3:
4

Hitung I   e dx , dengan
x
metode Simpson dengan x = 1.
0

Penyelesaian:

Dengan menggunakan persamaan 9 maka luas bidang adalah:

1
I [ e  e  4 ( e  e )  2 e ]  53 , 863846 .
0 4 1 3 2

Kesalahan terhadap nilai eksak:

53 , 598150  53 , 863846
t   100 %  0 , 5 % .
53 , 598150

Contoh 4:
4

  e
x
Dengan aturan Simpson 3/8 hitung I dx . Hitung pula integral tersebut dengan
0

menggunakan gabungan dari metode Simpson 1/3 dan 3/8, apabila digunakan 5 pias
dengan x = 0,8.

Penyelesaian:

a) Metode Simpson 3/8 dengan satu pias


Integral dihitung dengan menggunakan persamaan (11):
 f (x0 )  3 f ( x1 )  3 f ( x 2 )  f ( x 3 ) 
I  (b  a )
8

(e  3e  3e  e )
0 1 , 3333 2 , 6667 4

I  (4  0)  55 , 07798 .
8

Besar kesalahan adalah:

53 , 598150  55 , 07798
t   100 %   2 , 761 % .
53 , 59815

b) Apabila digunakan 5 pias, maka data untuk kelima pias tersebut adalah:
f (0) = e0 = 1 f (2,4) = e2,4 = 11,02318.

f (0,8) = e0,8 = 2,22554 f (3,2) = e3,2 = 24,53253.

f (1,6) = e1,6 = 4,9530 f (4) = e4 = 54,59815.

Integral untuk 2 pias pertama dihitung dengan metode Simpson 1/3 (persamaan 7):

ba
Ai   f (a )  4 f (c )  f ( b )
6

1, 6
I  ( 1  ( 4  2 , 22554 )  4 , 95303 )  3 , 96138 .
6

Tiga pias terakhir digunakan aturan Simpson 3/8:

 f (x0 )  3 f ( x1 )  3 f ( x 2 )  f ( x 3 ) 
I  (b  a )
8

( 4 , 95303  ( 3  11 , 02318 )  ( 3  24 , 53253 )  54 , 59815 )


I  2 ,4  49 , 86549 .
8

Integral total adalah jumlah dari kedua hasil diatas:

I  3 , 96138  49 , 86549  53 , 826873 .

Kesalahan terhadap nilai eksak:


53 , 598150  53 , 826873
 t
  100 %   0 , 427 %.
53 , 59815
Daftar Pustaka
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://informatika.stei.itb.ac.id/~rinal
di.munir/Buku/Metode%2520Numerik/BAb-
%252006%2520Integrasi%2520Numerik.pdf&ved=2ahUKEwiHyOLYuZbpAhUHcCsKHdcIC
YwQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw3OrzP4xaVQmRnXqN3_Seag
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://data.fmipa.unand.ac.id/matem
atika/file_bahankuliah/6.%2520Pengintegralan%2520Numerik.pdf&ved=2ahUKEwiHyOLYuZb
pAhUHcCsKHdcICYwQFjABegQIARAB&usg=AOvVaw0JCyQS40Bq4inbiEr4fWRl&cshid=1
588466254148

Anda mungkin juga menyukai