Penyakit kardiovaskuler merujuk pada sekumpulan penyakit yang melibatkan jantung dan atau pembuluh darah. Penyakit ini banyak berhubungan dengan aterosklerosis, yaitu bertumpuknya residu lemak atau plak di dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan lumen pembuluh darah dan bisa berujung pada penghambatan total aliran darah.1 Penyakit ini merupakan penyebab nomor satu dari kematian secara global. Secara epidemiologi, pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 17,5 juta orang yang meninggal karena penyakit kardiovaskuler, sekitar 31% dari keseluruhan kematian secara global. Dari angka kematian tersebut, diperkirakan sebanyak 7,4 juta orang meninggal akibat penyakit jantung koroner dan 6,7 juta orang meninggal akibat stroke berdasarkan data World Health Organization. Di Indonesia, kurang lebih sepertiga dari total kematian disebabkan karena penyakit kardiovaskuler, dengan stroke dan penyakit jantung koroner menjadi dua penyebab utamanya sekitar 30% atau lebih dari 470.000 ribu dari total kematian.Beberapa faktor resiko pada penyakit ini adalah peningkatan tekanan darah, kadar kolesterol, serta merokok.2 Salah satu penyakit kardiovaskuler yang cukup sering ditemui adalah Sindroma Koroner Akut (SKA) yang terjadi akibat adanya penyumbatan aliran arteri koroner yang dapat menyebabkan kurangnya asupan oksigen ke miokard bahkan dapat berujung pada kematian jaringan miokard atau nekrosis. Tampilan klinis yang paling khas dari SKA ini adalah nyeri dada yang dirasakan lebih dari 20 menit. SKA sendiri dapat dibagi menjadi tiga kelas berdasarkan tampilan klinis serta kadar marker di dalam tubuh, yaitu: 1) UAP (unstable angina pectoris); 2) NSTEMI (Non-ST segment Elevation Myocardial Infarction); dan 3 3) STEMI (ST Segment Elevation Myocardial Infarction). Makalah ini akan membahas mengenai NSTEMI. Diagnosis dari NSTEMI ditegakkan apabila pada anamnesis pasien mengeluhkan adanya nyeri dada khas infark4 dan tidak ada elevasi segmen ST yang persisten serta terdapat peningkatan marka jantung seperti troponin I/T dan CKMB.3, 4 Langkah awal untuk mengatasi masalah SKA adalah pemberian terapi inisial sedini mungkin untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan jantung yang lebih luas. Terapi awal yang dapat diberikan adalah MONA (morfin, oksigen, nitrat, dan aspirin)atau dikenal juga sebagai MONACO (dengan tambahan pemberian Clopidogrel, suatu inhibitor reseptor ADP).4
1.2. Batasan Masalah
Makalah ini membahas definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, faktor risiko, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis NSTEMI.
1.3 Tujuan penulisan
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang NSTEMI.
1.4 Metode penulisan
Makalah ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur.
1. Cardiovascular diseases. Baker IDI Heart and Diabetes Institute. 2011.
Available from: https://www.baker.edu.au/Assets/Files/CardiovascularDisease.pdf. Accessed on November 30th 2019. 2. Hussain M, Al Manun A, Peters S, Woodward M, Huxley R. The Burden of Cardiovascular Disease Altributable to Major Modifable Risk Factors in Indonesia. Journal of Epidemiology. 2016;26(10):515-521. 3. Roffi M, Patrono C, Collet J, Mueller C, Valgimigli M, Andreotti F et al. 2015 ESC Guidelines for the management of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment elevation. European Heart Journal. 2015;37(3):267-315. 4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indoneisa (PERKI). 2018. Pedoman Tatalaksana Sindroma Koroner Akut Edisi IV.