Dosen Pembimbing
Arizona Kano, M.Pd
Oleh :
Kelompok 2
Shinta Nuraini 1730201267
Siskamia 1730201268
Siti Fathonah 1730201269
Siti Noerbela 1730201270
Sonia Adiani 1730201271
Sri Rukmana S 1730201272
Sri Wahyuni 1730201273
Suci Lastari 1730201274
Suci Ramadhanty 1730201276
Sundari 1730201277
Susi Anggraini 1730201278
Tasya Clarisa 1730201279
Kelompok 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan................................................................................................... iii
Latar Belakang............................................................................................... iv
Rumusan Masalah.......................................................................................... v
Tujuan Masalah.............................................................................................. vi
BAB II Pembahasan
Sejarah Permaianan.........................................................................................1
Teknik Permaianan.........................................................................................4
Tolak peluru....................................................................................................10
Lempar Lembing.............................................................................................17
Lempar Cakram..............................................................................................24
Lompat Tinggi................................................................................................28
Lompat Galah..................................................................................................34
Lompat Jauh....................................................................................................40
Lari Jarak Jauh................................................................................................42
Lari Estafet......................................................................................................46
Lari Jarak Pendek ...........................................................................................49
BAB III Penutup
Kesimpulan......................................................................................................51
Saran................................................................................................................51
Daftar Pustaka............................................................................................................52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atletik merupakan kegiatan jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan yang
dinamis dan harmonis seperti: jalan, lari, lompat dan lempar. Atletik merupakan
aktivitas jasmani yang mendasar untuk cabang olah raga lainnya, juga merupakan
unsure olahgara yang amat penting dalam acara pesta olahraga seperti PON, SEA
GAMES, ASIAN GAME dan OLIMPIADE.
Atletik juga merupakan sarana untuk pendidikan jasmani dalam upaya
meningkatkan daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelincahan dan lain sebagainya,
selain untuk sarana pendidikan juga sebagai sarana penelitian bagi para ilmuan.
Atletik berasal dari bahasa Yunani Athlon atau Athlum yang berarti perlombaan,
pertandingan, pergulatan atau suatu perjuangan, orang yang melakukannya disebut
Athleta (atlet).Pembelajaran atletik di sekolah-sekolah tetap berpedoman pada
kurikulum pendidikan jasmani dan kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Namun bukan berarti bahwa semua nomor atletik yang tercantum dalam kurikulum
tersebut bisa dilaksanakan. Hal tersebut terkait erat dengan sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh sekolah yang bersangkutan. Banyak guru-guru pendidikan
jasmani yang hanya bisa mengajarkan satu dua nomor atletik saja dalam satu tahun
atau mungkin ada nomor-nomor yang tidak bisa diberikan sama sekali kepada
siswanya. Secara umum ruang lingkup pembelajaran atletik di sekolah-sekolah
meliputi nomor-nomor : jalan, lari, lompat dan lempar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Olahraga Atletik ?
2. Bagaimana Teknik Permainan Olahraga Atletik ?
3. Bagaimana Macam-macam Olahraga Atletik ?
C. Tujuaan
1. Untuk mengetahui Sejarah Olahraga Atletik.
2. Untuk Mengetahui Teknik Permainan Olahraga Atletik.
3. Untuk Menegetahui Macam-macam Olahraga Atletik.
BAB II
PEMBAHASAN
C. TOLAK PELURU
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga melempar dalam atletik dimana
sang atlet akan melemparkan sebuah bola besi sejauh mungkin dari titik lempar menuju
titik pendaratan dengan menggunakan teknik tertentu dan aturan main yang telah
ditetapkan. Atau mendorong peluru atau bola yang terbuat dari logam sejauh mungkin
dari titik lempar menuju titik pendaratan menggunakan teknik tertentu.
Tidak seperti olahraga cabang lempar lainnya, yaitu lempar cakram, lempar
lembing, dan lempar martil, tolak peluru dapat dilakukan di
lapangan indoor maupun outdoor. Hal ini disebabkan tolak peluru tidak membutuhkan
area pendaratan yang luas, tidak lebih dari 25 meter.
Atlet dengan postur tubuh besar cenderung memiliki energi yang lebih besar pula
sehingga cocok untuk olahraga ini. Baik laki-laki maupun perempuan, para atlet juara
dunia rata-rata memiliki postur tubuh besar dan energi yang kuat untuk melakukan
tolakan.
1. Olahraga tolak peluru bisa dilakukan di lapangan indoor ataupun outdoor.
Tolak peluru merupakan satu-satunya yang bisa dilakukan di lapangan indoor
karena tidak seperti lempar cakram misalnya, tolak peluru tak membutuhkan area
pendaratan peluru yang luas, karena sejauh ini belum ada atlet yang sanggup melempar
hingga melebihi jarak 25 mete. Tolak peluru merupakan salah satu olah raga berat yang
tidak bisa dilakuka sembarangan, meski olah raga ini terkesan sepele, yakni hanya
melakukan tolakan bola besi dan selesai.
2. Faktor penentu dalam tolak peluru secara umum ada 2, yakni teknik dan
postur tubuh atlet.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa atlet berbadan besar cenderung memiliki energi
besar dan cocok untuk olah raga ini, namun bukan berarti atlet bertubuh sedang atau
bertubuh kecil tidak bisa melakukannya, asalkan tolak peluru ini dilakukan dengan
teknik yang baik serta dilakukan dengan energi besar (soal energi bisa dilatih tanpa
harus selalu berkaitan dengan ukuran tubuh), maka hasil tolakan akan juga jauh.
3. Sejarah Tolak Peluru
Tolak peluru merupakan olah raga yang telah ada sejak zaman Yunani kuno, hanya
saja pada waktu itu bentuk dan tata cara olahraga ini tentu saja berbeda.
a. Menurut Homer, pada waktu itu olahraga tolak peluru bernama lempar beban
(weight trowing).
b. Hanya saja tak ada catatan sejarah mengenai bentuk atau bahkan jenis beban
persisnya (yang bisa ditelusuri dari data sejarah yang ada hanyalah lempar batu)
yang dipergunakan pada waktu itu.
c. Namun demikian, olah raga ini merupakan salah satu jenis latihan perang yang
dilakukan oleh para prajurit Troya yang kemudian dipertandingkan.
Pada abad ke 16 di Inggris, Raja Henry ke VIII juga menyelenggarakan
pertandingan yang serupa, yakni lempar beban dan lempar palu. Kompetisi pertama
yang bentuknya mendekati tolak peluru masa kini adalah kompetisi pada era
pertengahan di mana kompetisi yang diselenggarakan oleh kalangan militer ini diikuti
oleh para prajurit yang melemparkan bola besi sejauh mungkin dari titik tolak.
Kompetisi tolak peluru yang pertama kali terdokumentasikan adalah kompetisi di
Skotlandia sebagai salah satu bagian dari The British Amateur Championships pada
tahun 1866. Sejak saat itu olah raga ini mulai digemari khususnya di negara-negara
Eropa dan menjadi salah satu nomor atletik yang dipertandingkan dalam olimpiade
modern pertama di Yunani pada tahun 1896.
4. Gaya Tolak Peluru
1. Gaya Klasik (samping)
Pada gaya ini, peluru mula-mula dipegang dengan dua tangan, tangan kanan
menyangga peluru di atas bahu, dan tangan kiri memegang atau menjaga peluru bagian
atas. Namun peluru tersebut nantinya tetap akan dilempar dengan menggunakan satu
tangan, yakni tangan kanan.
2. Gaya Glide (meluncur)
Pada gaya ini, atlet akan menghadap ke belakang pada persiapan awalnya, lalu
mendorong tubuhnya ke arah belakang untuk kemudian segera menghadap depan dan
melontarkan peluru. Lemparan terjauh dengan menggunakan gaya ini adalah lemparan
milik Ulf Timmermann (Jerman Timur) dengan jarak lempar sejauh 23.06 meter.
3. Gaya Spin (berputar)
Gaya ini merupaka gaya yang paling sulit dalam tolak peluru karena atlet tak hanya
fokus pada kekuatan tolakan, namun juga harus menguasai teknik berputar dengan
baik. Jika sedikti saja atlet melakukan kesalahan dalam putaran, maka hasilkan akan
buruk dan bahkan bisa berujung pada kegagalan. Atlet terbaik dalam tolak peluru yang
memecahkan rekor baru dengan gaya ini adalah Randy Brandes yang berhasil
melempar dengan jarak 23.12 meter.
5. Teknik Tolak Peluru
Teknik terpenting dalam tolak peluru terletak dalam gaya untuk melakukan tolakan.
Posisi jari dalam memegang peluru tidaklah terlalu penting. Peluru bisa dipegang
dengan posisi jari senyaman mungkin agar bisa menahan bola saat tolakan. Sementara
itu, pada posisi awal peluru akan stabil karena selalu menempel pada leher.
Berikut ini uraian teknik mulai dari persiapan awal hingga melakukan tolakan
dengan menggunakan dua gaya, yakni gaya glide dan spin:
1) Teknik Tolak Peluru Gaya Glide (meluncur)
Posisi awal pada gaya ini adalah dengan menghadapkan tubuh ke arah belakang
membelakangi sektor pendaratan, memegang peluru dengan tangan kanan, lalu
menempelkan peluru tersebut dengan leher sehingga kepala menjadi miring ke kanan
menyesuaikan posisi peluru.
Teknik yang diperlukan menyesuaikan kenyamanan atlet dalam melakukan hal ini.
Setelah itu posisi badan agak menunduk ke bawah condong ke sisi kanan sehingga
posisi bahu kiri lebih tinggi. Kaki kanan di tekuk sedikit untuk memberikan daya
tolakan, dan kaki kiri di tempatkan ke belakang, bisa lurus atau sedikit tertekuk dengan
ujung kaki menyentuh lantai.
2) Teknik Tolak Peluru Gaya Spin (berputar)
Gaya ini sangat mirip dengan gaya berputar pada lempar cakram dalam hal
melakukan putaran.
1. Awalan dilakukan sebagaimana gaya glide, yakni atlet menghadap ke belakang,
tangan kanan memegang peluru dan menempelkannya di leher. Tubuh tegak
dengan kepala miring.
2. Posisi kedua kaki mula-mula di tempatkan sejajar. Lalu pada gerakan pertama,
kaki kiri menjadi tumpuan agar kaki kanan bisa diayunkan menuju tengah
lingkaran.
3. Ayunkan kaki kanan menuju area tengah lingkaran dengan hasil akhir posisi
kaki kanan masih membelakangi area pendaratan dan bersiap menjadi poros.
4. Sebelum kaki kanan menapak tengah lingkaran, kaki kiri yang semula menjadi
poros kini diangkat dan diayunkan dengan gerakan melingkar sehingga
nantinya kaki kananlah yang berperan menjadi poros akhir bagi putaran tubuh.
5. Kaki kiri akan di tapakkan di belakan kaki kanan sejajar dengan jarak sebahu
lebih sedikit dan posisi tubuh berubah menjadi agak serong mengarah ke
samping-belakang.
6. Seketika setelah kaki kiri jatuh, tubuh dihadapkan ke depan bersamaan dengan
tangan kanan melakukan tolakan peluru dengan kekuatan penuh ke arah depan
dengan diikuti putaran tumit, lutut, pinggul dan dada ke arah depan untuk
memberikan tambahan daya dorong.
3) Teknik Tolak Peluru
Teknik dasar tolak peluru sangat penting dikuasai para atlet tidak hanya agar bisa
menghasilkan lemparan yang jauh, tetapi juga untuk keselamatan atlet sendiri. Perlu
diingat bahwa kesalahan saat memegang dan melempar peluru besi yang berat dapat
mengakibatkan cedera serius.
Ada tiga teknik dasar tolak peluru yang harus Anda kuasai sebelum melakukan
olahraga yang satu ini, yaitu teknik memegang peluru, teknik meletakkan peluru di
leher, dan teknik melakukan tolakan. Penjelasan masing-masing teknik tersebut :
1. Teknik Memegang Peluru
Peluru besi yang digunakan dalam olahraga tolak peluru memiliki bobot cukup
berat, yaitu antara 3 kg hingga 7 kg lebih. Karena itu, Anda harus menguasai cara
memegang peluru dengan benar agar jari tidak terluka atau bahkan patah. Teknik
memegang peluru yang aman dapat dilakukan dengan 3 cara berikut:
a. Letakkan peluru di telapak tangan. Pegang peluru dengan erat menggunakaan jari-
jari tangan dengan posisi jari-jari dikembangkan. Gunakan jari telunjuk, jari tengah,
dan jari manis untuk meletakkan peluru. Letakkan jari kelingking di bagian samping
peluru dalam posisi menekuk, sementara ibu jari berada pada posisi biasa untuk
menjaga keseimbangan peluru.
b. Rapatkan jari-jemari, termasuk kelingking, dan tempelkan pada bagian belakang
peluru. Letakkan ibu jari di bagian samping peluru agar seimbang.
c. rapatkan jari-jari, tetapi dengan posisi sedikit lebih renggang.
2. Teknik Meletakkan Peluru di Leher
tempelkan peluru pada leher samping kanan. Ibu jari menempel di atas tulang yang
ada di bagian bahu atau tulang selangka. Posisikan siku lurus dan sejajar dengan bahu
dan miringkan kepala ke arah peluru supaya kedudukan peluru lebih stabil dan mantap.
1) Teknik Menolak Peluru
teknik melempar atau menolak peluru juga perlu diperhatikan agar menghasilkan
lemparan sejauh mungkin. Berikut penjelasannya.
a. Persiapan Tolak Peluru
Untuk memudahkan menolak, kaki direnggangkan selebar bahu dengan kaki kanan
sedikit ditekuk dan berat badan menumpu di kaki kanan. Tangan kanan yang
memegang peluru diletakkan menempel di bahu, tepat di bawah rahang dengan siku
membentuk sudut 900 dan tangan kiri ditekuk dengan siku menghadap arah tolakan.
b. Gerakan Tubuh
gerakkan dengan cara diayun sebagai persiapan untuk menolak peluru. Sementara
itu, pinggang diputar ke sisi sektor lemparan sehingga pinggul membantu mendorong,
tubuh condong ke depan, dan pandangan fokus ke arah lemparan.
c. Akhir Tolak Peluru
posisi tubuh harus siap dengan kaki kanan yang akan digerakkan ke depan sebagai
tumpuan, menggantikan kaki kiri yang digunakan untuk berisiap. Kaki kiri lurus ke
belakang dan tidak tegang, lutut kanan sedikit ditekuk agar lebih kuat mendorong
lemparan, dan pandangan tetap fokus.
Pada saat melakukan tolakan, putar badan ke arah sektor pendaratan. Kaki kanan
menolak dan melonjak agar tenaga yang cukup besar untuk mendorong peluru
seluruhnya berada di tangan kanan yang memegang peluru. Setelah itu, lontarkan
peluru dengan sudut dolakan 40 derajat ke arah atas. Setelah peluru dilontarkan, kaki
mendarat kembali ke tanah dengan posisi sedikit menekuk. Sementara itu, posisi badan
adalah ke arah depan dengan pandangan melihat ke posisi jatuhnya peluru.
4) Peraturan Tolak Peluru
Dalam olahraga tolak peluru, ada beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar oleh
peserta. Berikut ini merupakan 9 point peraturan tolak peluru:
1. Atlet boleh memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja.
2. Atlet tolak peluru hanya memiliki waktu 60 detik untuk menyelesaikan
pertandingan setelah namanya dipanggil.
3. Atlet tidak diperkenankan menggunakan sarung tangan.
4. Atlet harus menahan peluru dengan menggunakan lehernya selama ia melakukan
gerakan untuk tolakan.
5. Peluru harus dilontarkan hanya dengan menggunakan satu tangan dengan posisi
lebih tinggi dari bahu.
6. Atlet hanya boleh melakukan gerakan tolakan di dalam lingkaran saja.
7. Peluru harus mendarat pada sektor area pendaratan yang disediakan (34.92 dejarad).
8. Atlet harus meninggalkan lingkaran setelah melakukan lemparan hanya dengan
melewati sisi lingkaran bagian belakang.
9. Atlet hanya boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.
5) Lapangan Tolak Peluru
Lapangan tolak peluru sangat mirip dengan lapangan lempar cakram, namun bisa
dibedakan dari adanya papan batas tolakan yang terdapat pada lingkaran tolak peluru.
Bentuk utuh dari lapangan tolak peluru bisa dilihat pada gambar yang paling kanan,
sementara detail ukuran lapangan bisa dilihat pada gambar tengah sebagaimana akan
diperjelas pada poin-poin berikut ini:
1. Lapangan tolak peluru terbagi menjadi dua, yakni sektor pendaratan dan lingkaran
tolakan.
2. Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai dengan garis batas (sector line)
sekaligus garis ukur standard yang berada di tengah area sektor pendaratan.
Panjang dari sektor ini minimal 25 meter dengan sudut 40 derajad.
3. Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter yang dikelilingi dengan ring
besi dengan ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm yang berfungsi sebagai batas
lingkaran. Pada bagian depan lingkaran ini dipasang balok batas tolakan dengan
ukuran panjang 1,22 meter setinggi 10 cm dengan ketebalan11,4 cm.
6) Peralatan Tolak Peluru
Selain lapangan tolak peluru seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,
peralatan lain yang dipergunakan dalam pertandingan tolak peluru adalah:
1. Alat pengukur
2. Bendera
3. Peluit
4. Bola besi/peluru
7) Atlet Tolak Peluru
D. LEMPAR LEMBING
Lembing adalah olahraga yang merupakan keturunan dari banyak bentuk kompetisi
diperebutkan di berbagai bagian dunia kuno yang melibatkan melemparkan dari peluru.
Lembing adalah salah satu peristiwa yang membentuk bagian dari Olimpiade kuno, dan
itu termasuk dalam perdana Olimpiade modern pada tahun 1896. Lembing akhirnya
diatur oleh lintasan dan lapangan payung tubuh, Federasi Atletik Amatir Internasional
(IAAF).
Beruang lembing sejumlah kesamaan teknis ke lapangan olahraga tradisional
lainnya yang mengharuskan atlet untuk melempar peluru sejauh mungkin. Yang
menembak, melempar palu, dan cakram semua memerlukan atlet untuk
mempertimbangkan berbagai faktor fisik, termasuk efek angin, sudut di mana objek
dilepaskan, ketinggian di mana objek dilepaskan, dan kecepatan objek pada rilis.
Berbeda dengan gerak kaki dan tubuh resultan posisi yang dicari oleh seorang atlet
untuk menghasilkan peluru yang sukses melempar atau rilis cakram, lembing aturan
melarang spin atau memutar dari tubuh pelempar sebelum pelepasan lembing (bagian
belakang pesaing mungkin tidak menghadapi garis melemparkan setiap saat sebelum
pelepasan lembing).
Pada American style, cara memegang lembing adalah dengan menempatkan ibu
jari sekaligus telunjuk untuk saling bertemu pada lilitan lembing atau di belakang
balutan lembing. Untuk yang baru menekuni lempar lembing, cara memegang
lembing satu ini lebih sesuai.
b. Finlandia Style (Cara Finlandia)
Untuk cara memegang lembing satu ini, pegangan berfokus pada jari telunjuk
serta jari tengah yang bertugas menjepit lembing tepat di belakang bagian
pegangan. Tentunya pada setiap pegangan memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing, dan untuk teknik pegangan ini pun sama baiknya dengan yang lain
hanya memang tak sepopuler American style.
2. Teknik Membawa Lembing
seseorang bisa melakukan cara apapun, hanya saja pastikan untuk tidak sampai
membuat kecepatan berlari terhambat. Intinya di sini adalah bahwa membawa
lembing bisa dilakukan senyaman atlet tersebut, seperti:
1 Membawanya di atas pundak di mana mata lembing posisinya serong ke atas.
2 Bahkan atlet pun sah-sah saja kalau ingin membawa lembing di atas bahu
dengan posisi mata lembing sering ke bawah maupun juga mendatar.
3 Tangan akan menjadi rileks ketika membawa lembing dalam posisi mendatar;
tak hanya tangan, tapi bagian bahu pun otot menjadi lebih nyaman serta tak
begitu tertekan sehingga memang banyak juga atlet yang menggunakannya.
4 tangan ke belakang supaya menjadi jauh lebih gampang dalam mengambil
sejumlah sikap lanjutan. Hanya saja, pada cara membawa lembing sepertiini
akan ada sedikit hambatan untuk berlari dengan kecepatan optimal.
3. Teknik Awal Berlari Lempar Lembing
Teknik lainnya yang sangat perlu diperhatikan adalah awalannya. Awalan ini
merupakan gerakan mula-mula dalam proses melempar lembing dan perlu atlet
lakukan dengan melangkah serta berlari ke batas tolakan
a. Pada awalan lari lempar lembing, pelempar lembing bakal perlu berlari
seraya membawa lembing tepat di atas kepala sambil menekuk bagian
lengan. Hadapkan siku ke depan dan telapak mengarah ke atas.
b. pastikan posisinya sejajar dan letaknya di atas garis paralel dengan tanah.
c. Cross steps adalah istilah untuk bagian terakhir dari teknik awalan lari
lempar lembing dan istilah lain untuk itu adalah langkah silang. Pada
langkah ini akan meliputi adanya hop-steps atau dengan jingkat, cross-steps
atau dengan langkah silang di bagian depan, serta rear cross-steps atau
langkah silang di belakang.
d. Untuk aturan panjang awalan lari, menurut Ballesteros, wajib untuk tak
lebih dari 36.50 m bagi panjang lintasan awalan dan juga tak boleh pula
kurang dari 30 m. Perlu ada pemberian tanda menggunakan 2 garis paralel
(4 meter) secara terpisah dengan 5 cm untuk lebar garisnya.
e. memutar kedua bahu secara perlahan ke arah kanan ketika menurunkan
kaki kiri. Sementara itu, lengan kanan harus mulai digerakkan atau
diluruskan ke belakang. Dari situ, titik pusat gravitasi bisa turun perlahan
dari yang tadinya meningkat ketika melakukan awalan lari.
f. Teruskan perputaran bahu sekaligus juga pelurusan lengan pembawa
lembing ke belakang dan lanjutkan tanpa terputus. Bergeraklah terus
sampai atas sampai melampaui kaki kiri atas. Dengan gerakan ini biasanya
akan membuat tubuh bagian atas condong ke belakang.
g. Kedua bahu yang mengalami perputaran ke kanan akan membuat pilinan
antara tubuh bagian bawah dan atas dan ini sekaligus juga membuat
lembing tertinggal dengan baik di belakang tubuh atlet.
h. Sementara itu, fokuskan pandangan tetap selalu ke arah depan.
i. Tumit kanan perlu diangkat ketika terjadi pendaratan oleh tungkai kanan
dalam posisi setengah ditekuk pada akhir cross steps sewaktu
menggerakkan lutut maju. Dalam waktu yang sama, kedua tungkai perlu
dibuka dengan melangkahkan kaki kiri selebar-lebarnya ke depan dan
injakkan pula sedikit ke kiri.
j. Tetaplah jaga kedua bahu untuk menghadap ke samping dan lembing perlu
untuk tetap dalam posisi dipegang di belakang. Tangan yang membawa
lembing pun harus tetap setinggi pundak.
k. Jaga pergelangan tangan supaya tetap dalam kondisi ditekuk dan hadapkan
telapak tangan ke atas supaya bagian ekor lembing tak menyentuh
permukaan tanah. Saat melakuakn pergerakan ini, lipat lengan kiri
menyilang di dada.
l. menurunkan kaki kiri pada posisi akhir lemparan, mulailah untuk
pemutaran kedua pinggul ke depan. Gerakan ini bisa diawali dengan
sebuah putaran ke dalam oleh lutut dan kaki kanan dan lanjutkan dengan
meluruskan tungkai.
m. bahu kiri bisa dibuka, dan putarlah siku kanan ke arah luar atas sementara
lembing diluruskan di atas bahu dan lengan.
n. Tekanlah kaki kiri ke tanah dan langsung lanjutkan dengan memutar kaki
kanan ke dalam lalu diluruskan seraya meluruskan juga lutut kanan.
Tujuannya adalah supaya sebuah posisi membusur dapat tercipta dari tubuh
atlet dan otot depan bisa meregang kuat.
4. Teknik Melempar Lembing
Setelah teknik memegang, membawa dan bahkan awalan lari, maka seseorang
yang ingin bermain lempar lembing dan menjadi atlet profesional memerlukan
teknik untuk melempar lembing secara tepat juga.
a. Ketika hendak melemparkan lembing dari atas kepala, pastikan bawa
lembing ke belakang dnegan tangan lurus yang diputar ke arah dalam,
sementara itu rebahkan badan ke belakang dengan lutut kaki kanan di saat
yang sama dengan pembengkokan siku.
b. Bawa lembing secepat kilat ke atas kepala sambil mendorong pinggul ke
depan, barulah kemudian lembing dilemparkan sekuat tenaga ke depan dari
atas kepala. Dalam posisi ini, tangan lurus dan dibantu dengan kaki kanan
ditolakkan sekuatnya dan badan dilonjakkan ke depan.
c. Lepaskan lembing di saat lurus dan pangkal lilitan tali lembing dapat
didorong dengan jari-jari tangan.
5. Teknik Melepaskan Lembing
teknik untuk melepaskan lembing di mana gerakan ini sangat vital untuk
menciptakan lemparan yang baik. Untuk melepaskan lembing, penting untuk
mengurutkan dari bahu, lengan atas dan tangan dalam pergerakannya secara
sempurna.
a. Awalnya, bahu dipakai untuk melempar secara aktif dengan dibawa ke depan
sambil memutar lengan yang akan melempar, sementara siku mendorong ke
arah atas.
b. Pastikan lembing dilempar di atas kaki kiri dan lembing juga lepas dari tangan
dengan 45 derajat sudut lemparan. Pergerakannya mirip ketapel dari lengan
bawah tangan kanan.
c. luncurkan kaki kanan di tanah dan saat pelepasan lembing maka terjadilah pada
satu garis lurus yang berasal dari pinggang ke tangan pelempar sementara tubuh
serta kepala condong ke sisi kiri.
d. Selama pelepasan lembing, tekuk lengan kiri dengan tujuan memblok dan
pastikan tubuh seimbang dan mempertahankan posisi yang sudah diciptakan
saat melempar supaya tak makin condong ke depan.
e. Penting untuk tubuh menjaga keseimbangan supaya tak berakibat pada
diskualifikasi. Pada proses penyeimbangan tubuh, pusatkan pada satu kaki
tumpuan.
6. Posisi Tubuh Pasca Pelemparan
Sesudah menolakkan kaki kanan ke atas dan juga ke depan mendarat, angkat
kaki ke belakang dan agak miringkan bagian tubuh sambil agak condong ke depan.
Kaki kiri tetap mengarah ke belakang secara rileks sementara tekukkan siku tangan
kanan yang berada di bawah supaya lebih dekat ke perut.
Untuk posisi tangan kiri, pastikan untuk tetap rileks dan lemas ke belakang.
Pandangan harus tetap fokus ke depan mengikuti arah jalannya lembing sekaligus
di tempat jatuhnya. Ketika posisi salah baik dalam melempar dan melepas, maka
hasil lempar lembing pun kemungkinan akan kurang memuaskan.
7. Peraturan Lempar Lembing
Berikut ini adalah beberapa aturan dalam bermain lempar lembing paling tepat:
1 Pemain harus memegang lembing pada tempat pegangan.
2 Sebuah lemparan akan dianggap sah apabila mata lembing menancap atau
menggores tanah pada bagian sektor lemparan.
3 Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah ketika tongkat lembing dilempar
kaki peserta menyentuh lengkungan lemparan atau garis 1,5 meter.
4 Sebuah lemparan lembing dianggap tidak sah ketika tongkat lembing dilempar
dan kaki peserta menyentuh tanah di depan lengkungan lemparan.
5 Ketika sudah mulai melempar, peserta yang melempar tak diperkenankan
memutar badannya sepenuhnya sehingga punggung mengarah pada lengkungan
lemparan.
6 Lemparan dianggap sah dan benar apabila lemparan yang dilakukan melewati
atas bahu.
7 Seperti pada peraturan tolak peluru dan lempar cakram, jumlah lemparan yang
berlaku dan memang diperbolehkan dalam lempar lembing sama dengan kedua
cabang olahraga atletik tersebut, yakni 3 kali.
8 Pemain/peserta hanya boleh melakukan lemparan 3 kali saja dan proses
penilaian adalah dengan mengambil jarak paling jauh dari lemparan.
9 Peserta tak diperbolehkan meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang
sudah ia lemparkan jatuh ke tanah.
Seperti pada jenis olahraga lain, selalu ada peraturan pelanggaran dan begitu
juga pada olahraga lempar lembing ini. Ada beberapa larangan yang jelas perlu
diketahui dan sebisa mungkin dihindari oleh peserta lempar lembing. Pelanggaran
atau larangan yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:
1 Peserta tidak memegang tongkat lembing pada lilitannya atau bagian pegangan
yang sudah seharusnya.
2 Peserta tidak juga memulai atau melakukan lemparan padahal sudah dipanggil
selama 2 menit. Biasanya kasus seperti ini terjadi ketika pelempar ragu-ragu
atau terlalu lama bersiap-siap, atau bisa jadi karena tak mendengar panggilan.
3 Peserta menyentuh besi yang menjadi batas lemparan bagian atas.
4 Peserta sesudah melempar kakinya keluar garis yang ada di bagian depan sektor
lempar.
5 Peserta sesudah melempar kemudian malah meninggalkan jalur lari awalan
sebelum lembing jatuh ke tanah.
6 Tongkat lembing yang dilempar jatuh tapi sampai pada luar garis sektor
lemparan.
E. LEMPAR CAKRAM
Lempar Cakram merupakan salah satu cabang olahraga atletik pada nomor lempar
dimana sang atlet harus melempar cakram sebanyak maksimal 3 kali pada setiap
pertandingan untuk memperoleh jarak lempar yang terjauh pada lapangan khusus
lempar cakram dengan aturan yang berlaku. Sedangkan cakram adalah sebuah benda
kayu yang berbentuk piring berbingkai sabuk besi, Jadi lempar cakram merupakan
salah satu nomor lomba dalam atletik yang dapat menggunakan sebuah benda kayu
yang berbentuk piring bersabuk besi, atau bahan lain yang bulat pipih yang
dilemparkan.
1. UKURAN CAKRAM DAN LAPANGAN LEMPAR CAKRAM
a. Ukuran Cakram
Pada umumnya, cakram yang dilempar memiliki garis tengah sepanjang 220
serta berat dua kg untuk pira. Serta seberat 1 kg untuk wanita. Berikut lebih
jelasnya:
1. Berat cakram untuk putra 2 kg dengan garis tengah 219 – 221 mm.
2. Berat cakram untuk putri 1 kg menggunakan garis tengah 180 – 182 mm.
Cakram ini dapat terbuat dari bahan dasar kayu yang dibentuk menyerupai
piring berbingkai sabuk besi. Namun, adapula cakram yang berbahan dasar karet
padat, dan biasanya cakram seperti ini hanya digunakan pada saat latihan saja.
b. Ukuran Lapangan Lempar Cakram
Gaya Menyamping pada lempar cakram saat ini sudah jarang sekali dilakukan
oleh pelempar cakram kelas dunia. Adapun cara melempar cakram (untuk pelempar
yang tidak kidal) dengan gaya menyamping.
a. Berdiri di belakang dalam lingkaran menyamping ke arah lemparan.
b. Saat cakram diayun ke belakang yang terakhir, kepala menengok ke kanan dan
cakram akan berada di belakang kanan di bawah bahu dengan lengan lurus.
c. Saat kaki kanan menginjak tanah, kaki kiri segera menyusul diluruskan ke
depan ke arah lemparan.
d. Cakram dilepaskan pada saat lengan lurus di depan badan serong ke atas,
dengan pergelangan tangan diputar ke luar, dan jari – jari tangan memutar
pinggiran cakram ke dalam.
e. Sikap akhir mendarat dengan kaki kanan, kaki kiri ke belakang, dan lengan
kiri ke belakang. Lengan kanan dengan siku ditekuk berada di depan badan
dan badan membungkuk ke depan untuk menjaga keseimbangan.
2. Gaya Belakang
F. LOMPAT TINGGI
Lompat tinggi merupakan olahraga yang menguji ketrampilan meompat dengan
melewat tiang mistar. Lompat tinggi adalah salah satu cabang dari atletik. Tujuan
olahraga ini untuk memperoleh lompatan setinggi-tingginya saat melewati mistar
tersebut dengan ketinggian tertentu.Tinggi tiang mistar yang harus dilewati atlet
minimal 2,5 meter, sedangkan panjang mistar minimal 3,15 meter. Lompat tinggi
dilakukan di arena lapangan atletik. Lompat tinggi
Peserta yang gagal melompat melintasi palang sebanyak tiga kali bertutrut-turut
(tanpa di ambil kira di aras mana kegagalan itu berlaku) akan terkeluar daripada
pertandinga Seseorang peserta berhak meneruskan lompatan (walaupun semua peserta
lain gagal) sehingga dia tidak dapat menuruskannya lagi mengikut peraturan
Ketinggian lompatan di ukur secara menegak dari aras tanah hingga bahagian tengah
disebelah atas padang.Setiap peserta akan diberi peluang sebanyak tiga kali untuk
melakukan lompatan. Jika peserta tidak berhasil melewati mistar sebanyak tiga kali
berturut-turut, dia dinyatakan gagal. Untuk menentukan kemenangan, para peserta
harus berusaha melompat setinggi mungkin yang dapat dilakukan. Pemenang
ditentukan dengan lompatan tertinggi yang dilewati.
1. Sejarah LompatTinggi
Meskipun event lompat tinggi diikut sertakan dalam kompetisi pada ollmpiade
kuno, kompetisi lompat tinggi tercatat berlangsung pada awal abad ke-19 tepatnya di
Skotlandia dengan ketinggian 1,68 meter. Pada masa itu peserta menggunakan metode
pendekatan langsung atau teknik gunting.Lompat tinggi tidak dilakukan secara
sembarangan. Ada gaya-gaya tertentu yang harus dikuasai agar peserta terhindar dari
kecelakaan.
Pada abad ke -19 peserta lompat tinggi mendarat dan jatuh diatas tanah yang
berumput dengan gaya gunting, yaitu dengan cara membelakangi . Gaya ini ternyata
banyak mengakibatkan cedera bagi para peserta.Sementara kini, lompat tinggi
dilakukan dengan mendarat di atas matras sehingga kecelakaan dapat di minimalisir.
Atlet lompat tinggi sekarang banyak menggunakan teknik fosbury flop.
2. Sarana dan Prasarana
1) Untuk Awalan
a. Daerah awalan panjangnya tidak terbatas minimum 15 m
b. Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100
2) Tiang Lompat
Tiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja asal kuat dan
kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 – 4,02 m.
3) Bilah Lompat
Terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan :
a. Panjang mistar lompat 3,98 – 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00
kg
b. Garis tengah mistar antara 2,50 – 3,00 m, dengan penampang mistar
terbentuk bulat dan permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x
20 cm
c. Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm
4. Tempat Pendaratan
Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa
dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 – 20
cm.
3. Macam-Macam Gaya Dalam Lompat Tinggi
1 Gaya Gunting (Scissors)
2 gaya guling sisi (WesternRoll)
3 Gaya Straddle
4 .Gaya Fosbury Flop
Hal – hal yang perlu diperhatikan :
1 Lari awalan yang terlalu cepat
2 Meluruskan kaki penolak terlalu jauh kedepan.
3 Gerak kombinasi kaki yang tidak sempurna.
4 Badan condong mendekati mistar.
5 Posisi tangan pada mistar terlalu tinggi.
6 Melewati mistar dalam posisi duduk.
7 Membuat lengkung badan terlalu awal.
8 Gerak terlambat dari gaerk angkat kaki akhir.
Hal – hal yang harus di utamakan :
1. Lari awalan dengan kecepatan yang terkontrol.
2. Hindari kecondongan tubuh kebelakang terlalu banyak.
3. Capailah gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar.
4. Usahakan angkat vertikan pada saat takeoff/pada saat kaki bertolak
meninggalkan tanah.
5. Doronnglah bahu dan lengan keatas pada saat takeoff.
6. Lengkungkan punggung di atas mistar.
7. Usahakan mengangkat yang sempurna dengan putaran kedalm dari lutut kaki
ayun (bebas).
8. Angkat kemudian luruskan kaki segera sesudah membuat lengkung.
4. Peralatan
Tiang lompat. Semua bentuk dan model tiang lompat dapat digunakan, asalkan
mereka itu kaku dan kekar. Tiang itu mempunyai penopang yang kokoh untuk mistar
lompat. Tiang lompat ini haruslah cukup tinggi untuk melebihi tinggi sebenarnya
terhadap mana kistar lompat dinaikkan dengan minimum 10 cm. Jarak antara tiang
lompat harus tidak kurang dari 4 meter juga tidak melebihi dari 4,04 meter.
setelah satu ronde atau babak setelah lengkap selesai dilakukan.Penopang dan
mistar. Penopang ini harus datar dan segi empat, 4 cm lebar x 6 cm panjang. Ini harus
terpasang kokoh pada tiang lompat dan diletakkan saling berhadapan. Ujung mistar
lompat harus duduk atau terletak diatas penopang sedemikian rupa, sehingga bila
mistar disentuh oleh pelompat ini dengan mudah akan jatuh ketanah baik kedepan
maupun kebelakang.
G. LOMPAT GALAH
adalah sebuah lomba trek dan lapangan dimana orang memakai sebuah galah
panjang dan fleksibel (sekarang biasanya terbuat dari fiberglass atau serat karbon)
sebagai alat untuk melompati sebuah pembatas. Kompetisi lompat galah dikenal
bangsa Yunani kuno, Kreta dan Keltik. Ini telah menjadi lomba medali penuh di
Permainan Olimpiade sejak 1896 untuk putra dan tahun 2000 untuk putri.
Tujuan dari lompat ini adalah memenangkan pertandingan dengan melewati mistar
atau pembatas dengan cara melakukan lompatan. Pengertian lain mengatakan, lompat
galah adalah suatu event dimana seseorang melakukan lompat tinggi yang dibantu
menggunakan galah atau tongkat yang panjang dan fleksibel.
1. Teknik Dasar Lompat Galah
teknik dasar yang perlu diketahui dalam melakukan lompat galah adalah sebagai
berikut :
1) Teknik Memegang Galah
a. Peganglah galah dengan meletakkan tangan kiri di depan, genggamlah galah
dengan punggung tangan berada diatas, posisikan jari-jari berada di sisi kanan
kecuali jempol yang menggenggam di bawah galah.
b. Tekuklah tangan kanan dengan sudut kira-kira 90 derajat dan letakkan tangan
kanan di belakang badan.
c. Pegang dengan erat namun tetap diusahakan rileks. jangan sampai menjadi kaku
sehingga susah untuk mengayunkannya, ketika mau menolakkan badan nantinya.
d. Tangan kanan yang ada di belakang menekan galah hingga posisinya lebih
rendah dibandingkan dengan tangan yang ada di sebelah kiri.
e. Pegang galah setinggi pinggang, yaitu posisikan di antara pegangan tangan kiri
dan tangan kanan.
f. Condongkan badan ke arah depan dengan sikap bahu datar.
2) Teknik Awalan
a. Dalam melakukan awalan, jarak yang ideal adalah 25 meter hingga 30 meter,
namun jika anda adalah seorang pemula, jangan terlalu memaksakan diri,
lakukanlah dengan santai.
b. Dalam melakukan awalan, jangan terlalu tergesa-gesa, lakukanlah secara
bertahap dengan diikuti gerakan free wheeling sebelum menancapkan galah.
c. Pegang erat galah dengan menghadap ke depan namun jangan sampai goyang
kesana kemari ketika anda sedang berlari.
d. Pandangan harus tetap fokus ke mistar dan galah harus diposisikan lurus dengan
ujung depan galah diangkat tinggi melebihi kepala.
e. Rendahkan galah secara bertahap hingga dekat dengan lubang yang telah
disediakan oleh juri dan tusuklah menggunakan ujung galah bagian depan.
2. Gerakan Menancapkan Galah
a. Galah ditancapkan dengan cara mejulurkan kedua tangan ke depan bawah.
b. langsung menancapkannya secara tegak lurus. Ketika ujung galah telah
menyentuh lubang, maka geser posisi tangan kiri agak ke arah tangan kanan
dengan terus menggenggamnya.
c. Selanjutnya angkat kedua lengan ke atas bersamaan dengan kaki kanan,
khususnya untuk bagian paha, angkat ke depan arah atas. Tekuklah tungkai
bawah secara rileks. kaki kiri yang digunakan sebagai titik tumpu haruslah
kuat, cepat dan menghentak penuh energi, hingga lutut posisinya menjadi
lurus.
d. Perlu diketahui menggeser genggaman tangan kiri menuju tangan kanan
memiliki tujuan agar kekuatan kedua tangan sinergi dan seirama, sehingga
memudahkan ketika memposisikan atau memutar badan saat anda akan
melewati mistar. Namun terdapat cara lain yaitu dengan tidak perlu
menggeser tangan, apalagi jika menggunkan galah yang terbuat dari bahan
fiber glass.
e. Ketika kaki yang menjadi tumpuan (kaki kiri) sudah tidak menyentuh tanah
lagi dan kedua lengan dalam keadaan lurus, sehingga posisi tubuh hanya
bergelantung dengan galah saja, maka tetap fokuskan pandangan ke atas,
hanya pada mistar saja.
1. Berayun dan Menggelantung
a. Setelah semua kaki tidak lagi memijak di tanah maka luruskan kedua
lengan di atas kepala dan angkatlah paha pada kaki kanan ke atas depan
dan kaki kiri menyusul mengikuti kaki kanan.
b. Dorong badan ke arah atas, di ikuti dengan memutar badan ke arah kiri
dengan tumpuan tangan yang tetap berada di galah pada saat kaki benar-
benar sudah terayun dengan benar ke atas mistar.
2. Tarikan dan Putaran (pull & turn)
Gerakan menarik atau pulling dimulai ketika pusat dari gaya berat tubuh si
pelompat berada dekat galah. Pada tahap ini, energi mulai dilepaskan yaitu
dengan meluruskan kembali. Gerakan ini dilakukan mengikuti fase pasif yaitu
ketika tubuh menggelantung, yaitu ketika pelompat menunggu terlepasnya
tubuh. Tarikan dilakukan searah dengan sumbu galah.
1) Push –off dan Melintasi Mistar
Gerakan melentigkan diri (push off) adalah gerakan lanjutan dari gerakan
menarik tadi. Pada gerakan melenting ini galah harus membentuk sudut 85-90
derajat. Sebelum pelompat melepaskan pegangannya dari galah, lakukanlah
putaran melingkar mistar dengan cara menjatuhkan kedua kaki sedikit, dan
dengan reaksi dari gaya dorong tubuh terhadap galah. Jika gaya dorong
melampui tarikan ke bawah oleh kedua kaki..
2) Teknik Pendaratan
Prinsip pendaratan pada lompat galah dengan lompat tinggi adalah sama,
yaitu bertujuan agar badan tidak merasa sakit atau cedera. Cara yang baik
ketika melakukan pendaratan yaitu dengan memposisikan kaki tetap lurus.
3. Ukuran Lapangan Lompat Galah
Lapangan lompat galah sendiri terdiri dari beberapa bagian yaitu lintasan lari,
kotak tancap galah, tiang penyangga palang, serta bantalan untuk melakukan
pendaratan. Untuk lebih detailnya berikut ukuran masing-masing bagian tersebut :
a. Lintasan lari, lintasan lari pada lompat galah memiliki ukuran panjang 45 meter –
147 meter ft 7 in dari titik awal sampai ke kotak tancap galah.
b. Kotak tancap galah, untuk kotak tancap galah memiliki ukuran panjang 1 meter
hingga 1,084 meter dan lebarnya 60 cm. panjang daerah miring pada kotak tancap
memiliki ukuran 80 cm. untuk kedalamannya sendiri 20 cm atau 8 in.
c. Tiang penyangga palang, tiang penyangga palang memiliki panjang 4,5 meter./
d. Bantalan untuk mendarat, bantalan ini memiliki bahan yang terbuat dari
spon/busa yang memiliki ukuran 5 meter x 5 meter.
4. Ukuran Tongkat Galah
Tongkat galah merupakan peralatan terpenting dalam lompat galah, kualitas
tongkat dapat mempengaruhi kemampuan lentingan atau tinggi lompatan ketika pelari
sudah menancapkan galahnya pada kotak tancap galah. Tongkat galah yang bahan
baku pembuatannya menggunakan fiber harus disesuaikan dengan berat badan atlet
lompat galah.
Atlet yang memiliki berat sebesar 60 kg, maka galah yang digunakan harus sesuai
dengan berat 60 kg. jika galah yang digunakan tidak dikhususkan dikhawatirkan bisa
patah atau lentingan tidak sempurna. Standar panjang lompat galah adalah 3,86 meter
hingga 4,52 meter, sedangkan untuk beratnya adalah 2,26 kg.
5. Peraturan Lompat Galah
Lompat galah secara garis besar memiliki 9 peraturan dasar yang harus diketahui,
berikut peraturan tersebut :
1. Berat Badan
Berat badan dari setiap peserta atau atlet, diverifikasi oleh pelatih, selanjutnya
dicatat dalam bentuk penilaian di samping nama peserta.
2. Aturan Percobaan
Setiap peserta boleh melakukan percobaan sebanyak tiga kali dengan ketinggian
yang berbeda.
3. Sistem Eliminasi
Peserta yang mengalami kegagalan sebanyak tiga kali pada tiga percobaan seperti
yang dijelaskan sebelumnya, maka peserta tersebut dinyatakan tereliminasi.
4. Ketinggian pada Setiap Percobaan
peserta atau atlet lompat galah harus mengambil percobaan kedua dengan
ketinggian yang sama, apabila percobaan pertama gagal, pengulangan percobaan
dilakukan secepatnya setelah percobaan pertama
5. Aturan Pemanasan
melakukan pemanasan tanpa menggunakan bar mistar. Pemanasan boleh
dilakukan sebelum pertandingan dimulai dengan ketinggian yang telah
ditetapkan.
6. Batas Waktu Percobaan
Peserta atau atlet harus tampil dalam waktu dua menit setelah namanya
dipanggil. Jika terdapat tiga peserta maka diperbolehkan jeda empat menit, dan
jika tersisa satu peserta saja maka dapat dialokasikan enam menit jeda sebelum
melakukan pertandingan.
7. Peraturan Peserta dalam Kompetisi Lompat Galah
Setiap peserta atau atlet lompat galah memiliki kewajiban untuk mematuhi
aturan khusus, adapun aturan tersebut adalah :
a. Dalam melakukan pertandingan lompat galah peserta dilarang menggunakan
alat bantuan apapun.
b. Peserta dilarang menggunakan sepatu yang mengandung suatu perangkat yang
dapat memberikan keuntungan sehingga menjadi tidak adil bagi peserta
lainnya.
c. Dilarang memplester bagian tangan atau jari, kecuali peserte tersebut
mengalami luka terbuka pada bagian tangan atau jari, baru diperbolehkan.
d. Khusus untuk membalut pergelangan tangan diijinkan.
e. Dilarang menggunakan sarung tangan.
8. Aturan Galah dalam Pertandingan Lompat Galah
9. Foul pada Lompat Galah
H. LOMPAT JAUH
Lompat jauh adalah jenis olahraga atletik yang membutuhkan kecepatan,
ketangkasan dan kekuatan seorang atlet untuk melompat sejauh mungkin dari titik
lepas landas atau garis lompat kemudian melayang di udara dan mendarat sejauh-
jauhnya dalam bak pasir. Jumper atau pelompat biasanya akan mengambil ancang-
ancang sejauh 30 meter (100 kaki) dari garis lompat, kemudian mempercepat langkah
kakinya sampai kecepatan maksimum sebelum melakukan tolakan (meloncat) dengan
satu kaki sedekat mungkin dari tepian garis lompat.
1. Teknik Dasar Lompat Jauh
Lompat jauh mempunyai teknik-teknik dasar. Teknik-teknik yang harus dipejari
ketika akan melakukan olahraga lompat jauh diantaranya adalah:
a. Teknik awalan
b. Teknik tumpuan
c. Teknik melayang dan
d. Teknikmendarat
a. Teknik Awalan
Jumper melakukan ancang-ancang sekitar 20-30 meter dari garis lompat kemudian
mendekati garis tersebut sambil meningkatkan kecepatan lari. Namun jumper harus
bisa mengendalikan kecepatan lari, terutama di 3-5 akhir sebelum garis lompat dan
mempersiapkan untuk melakukan pengalihan dari kecepatan lari awalan (gerak
horizontal) menuju tolakan/loncatan (gerek vertikal).
b. Teknik Tolakan atau Loncatan
Tolakan adalah tahap dimana kaki melakukan lompatan di garis lompat untuk
mengangkat tubuh ke atas dan melayang di udara sebelum nanti mendarat.
Ketika melakukan tolakan, kaki sedikit dibengkokan, kaki ditapakan dan tungkai
diluruskan. Gerakan tolakan ini memerlukan kekuatan, kecepatan dan konsentrasi agar
kaki tidak melewati batas garis loncat.
c. Teknik Melayang
Gerakan kaki seperti berjalan ketika posisi tubuh melayang, itu akan memudahkan
dan memperluas jarak pendaratan anda. Selain itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan ketika tubuh jumper berada dalam posisi melayang. diantaranya:
1 Menjaga keseimbangan badan.
2 Berusaha melayang diudara selama mungkin
3 Mempersiapkan kaki untuk Melakukan pendaratan.
d. Teknik Pendaratan
Pendaratan dilakukan dengan cara menundukan kepala, mengayunkan lengan dan
menggerakan pinggang ke arah depan. Hal ini dilakukan agar ketika proses pendaratan,
Anggota badan lain tidak menyentuh pasir lebih belakang daripada kaki.
Untuk mengasah 4 teknik lompat jauh diatas, ada beberapa hal yang perlu anda
perhatikan, diantaranya:
1. Mementukan jarak ancang-ancang yang tepat
2. Menentukan irama lari awalan
3. Mengasah dan mencoba beragam teknik tolakan, melayang dan juga pendaratan.
2. Macam-Macam Gaya Lompat Jauh
a. Gaya Jongkok / Gaya Mengambang
Gaya ini merupakan gaya lompat jauh tertua, gaya jongkok mudah dilakukan
karena jumper hanya harus menekuk kedua kaki mirip seperti posisi jongkok ketika
melayang di udara.
b. Gaya berjalan di udara
Bila gaya jongkok adalah gaya lompat jauh tertua. Gaya berjalan di udara atau
walking in the air adalah gaya terpopuler para pelompat jauh Profesional, karena, gaya
ini sangat efektif untuk menghasilkan lompatan terjauh dibandingkan gaya lainnya.
c. Gaya Menggantung
Teknik lompat jauh menggantung adalah teknik dimana ketika tubuh melayang
posisi dada dibusungkan ke depan. kedua tangan diangkat keatas sedangkan kedua kaki
ditekuk kebelakang. Hal ini untuk membuat tubuh selama mungkin berada di udara.
3. Sistem dan Peraturan Lompat Jauh
Seorang jumper atau pelompat dari olahraga lompat jauh lompatannya dinyatakan
tidak sah atau gagal apabila:
a. Menyentuh tanah dibelakang garis loncatan dengan bagian tubuh manapun baik itu
ketika melakukan tolakan atau berlari tanpa membuat tolakan.
b. Ketika melakukan pendaratan, pelompat menyentuh bagian lain di luar area
pendaratan.
c. Mendarat dengan gerakan salto.
4. Ukuran Lapangan Lompat Jauh
Untuk membuat arena olahraga lompat jauh, ada ukuran dan standar sendiri dalam
olahraga ini.
1. Lintasan Lari Awalan
2. Papan Tolak
3. Tempat Pendaratan
5. Sejarah Singkat Lompat Jauh
teknik permainan lompat jauh berbeda dengan yang kita kenal sekarang, para
jumper harus berlari dengan mengangkat beban di kedua tangannya. ini dibuktikan
berdasarkan lukisan- lukisan kuno yang telah ditemukan. Lompat jauh pertama kali
dipertandingkan pada Olimpiade 1896. dan telah menorehkan rekor- rekor jarak
lompatan, Pada tahun 1935 Jesse Owen mencatatkan loncatan 8,13 meter sebelum
dipecahkan oleh Bob Beamon pada 1968 dan dipecahkan kembali oleh Mike Powell
pada 1991 dengan rekor lompatan 8.95 meter.
b) Posisi tubuh condong ke depan dengan lengan tangan kanan ke arah dagu dan
siku tangan ditekuk.
c) Gerakan awal, posisi tubuh berdiri di belakang garis start. Kemudian, lakukan
sikap start jongkok.
d) Selepas melakukan start jongkok, larilah dengan langkah lebar dan cepat.
Pendaratan pada ujung telapak kaki dengan lutut dibengkokkan, tangan diayun
ke depan terarah dagu dan badan condong ke depan.
e) Setelah berlari kurang lebih berjarak 20 meter, langkah lari diperlebar dan
kecepatan ditingkatkan sehingga memasuki garis fnish.
2. Langkah-Langkah Lari Jarak Pendek
Langkah-langkah lari jarak pendek adalah sebagai berikut.
a) Gerakan Start
Macam-macam start lari jarak pendek adalah sebagai berikut.
1) Start Pendek (Bunch Start)
Kaki kiri di depan dan lutut kaki kanan diletakkan di sebelah kaki kiri
sekitar satu kepal. Kedua tangan diletakkan di belakang garis start dengan jari-
jari rapat dan ibu jari terpisah.
2) Start Menengah (Medium Start)
Kaki kiri di depan, lutut kaki kanan diletakkan di sebelah kanan tumit kaki kiri
jaraknya sekitar satu kepal. Kedua tangan diletakkan diletakkan di belakang
garis start dengan empat jari-jari rapat. Ibu jari terpisah.
b) Start Panjang (Long Start)
Kaki kiri diletakkan di depan lutut kaki kanan di belakang kaki kiri, jaraknya
sekitar satu kepal. Kedua tangan diletakkan di belakang garis start dengan jari-jari
rapat dan ibu jari terpisah.
3. Sikap Tubuh Saat Berlari
Sikap tubuh saat berlari adalah sebagai berikut.
a. Sikap tubuh condong ke depan dengan tolakan kaki yang sekuat tenaga.
b. Langkah kaki yang lebar dengan lenggang tangan ke arah dagu.
c. Tubuh dalam keadaan rileks, pandangan mata ke depan.
d. Gerakan kaki dengan secepat-cepatnya.
Saat melakukan start jongkok harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Perlengkapan, seperti sepatu. Talinya harus diikatkan dengan kuat agar tidak
mengganggu selama berlari.
2) Semua organ tubuh seperti kaki harus dalam kondisi fit sehingga akan siap
melakukan lari
4. Peraturan Perlombaan
Peraturan perlombaan yang ditetapkan oleh induk organisasi atletik internasional
IAAF ( International Amateur Atloetik Federation ) atau tingkat nasional PASI
( Persatuan Atletik Seluruh Indonesia ) tentang perlombaan lari jarak pendek yaitu :
1) Peraturan Perlombaan
a) Garis start dan finish dalam lintasan lari ditunjukan dengan sebuah garis
selebar 5 cm siku-siku dengan batas tepi dalam lintasan. Jarak
perlombaan harus diukur dari tepi garis start ke tepi garis fnish terdekat
dengan garis start
b) Aba-aba yang digunakan dalam lomba lari jarak pendek adalah : “
bersedia”, “siap” dan “ ya” atau bunyi pistol.
c) Semua peserta lomba lari mulai berlari pada saat aba-aba “ ya” atau
bunyi pistol yang ditembakkan ke udara.
d) Peserta yang membuat kesalahan pada saat start harus diperingatkan
(maksimal 3 kali kesalahan )
e) Lomba lari jarak pendek pada perlombaan besar dilakukan 4 tahap,
yaitu babak pertama, babak kedua, babak semi final, dan babak final.
5. Sarana dan Peralatan dalam Lari Jarak Pendek
1. Lintasan Lari Jarak Pendek
Perlombaan lari jarak pendek dilakukan di lapangan yang dibuat lintasan atau
ban. Lintasan atau ban perlombaan jumlahnya ada 8 buah. Lebar setiap
lintasan berukuran 1,22 meter.
2. Peralatan
Alat yang digunakan dalam perlombaan lari jarak pendek, misalnya sepatu
spikes, start block, tiang finish, stopwatch, dan bendera start atau pistol.
3. Teknik Melakukan Lari Jarak Pendek
Pelaksanaan teknik lari jarak pendek.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Atletik merupakan suatu kegiatan atau event perlombaan lari berupa
olimpiade pertama yang diadakan oleh bangsa Yunani pada tahun 776 atau abad ke
6 sebelum Masehi. Olahraga tersebut dikenal dengan istilah pentahlon atau panca
lomba. Dalam sebuah buku karya Hemerun dijelaskan bahwa sejarah tersebut
diawali oleh petuangan Odysus yang mengunjungi kepulauan selatan Yunani.
Saat Odysus mengunjungi pulau tersebut, mendapatkan sambutan oleh
kepala suku setempat. Dalam sambutan tersebut diadakan sebuah lomba, yaitu
lempar cakram, lari, gulat dan tinju. Setelah itu, orang-orang Yunani mengabadikan
momen tersebut menjadi suatu perlombaan atau olimpiade, yang didalamnya
terdapat pemenangnya yang dinyatakan juara olimpiade.
Pada tahun 490 sebelum Masehi, ditetapkan nomor lari marathon. Nomor
tersebut merupakan perlombaan lari yang diadakan di kota bernama Marathon.
Pada tahun 1908, marathon mulai dibakukan menjadi perlombaan lari dengan jarak
42,195 km. Dari sejarah tersebut hingga akhirnya olahraga marathon menjadi
puncak dan juga penutup dari kegiatan olimpiade atletik.
Atletik mengalami banyak perkembangan termasuk di Indonesia. Indonesia
mengenal atletik melalui bangsa Belanda yang pernah menjajah Indonesia selama
3,5 abad. Namun, pada saat itu atletik belum dikenal secara keseluruhan karena
masyarakat belum dapat sekolah atau mengikuti berbagai kegiatan besar.
Pada zaman Belanda, sudah didirikan organisasi atletik yang pertama di
Indonesia. Organisasi tersebut bernama NIAU atau dalam bahasa Indonesia
mempunyai arti Perserikatan Atletik Hindia Belanda. Organisasi atletik tersebut
diadakan pada tahun 1917 di Indonesia. CABANG-CABANG ALTETIK DI
INDONESIA SEBAGAI BERIKUT:
1. ATLETIK LARI
2. ATLETIK LOMPAT JAUH
3. ATLETIK JALAN CEPAT
4. ATLETIK LOMPAT JUNGKIT
DAFTAR PUSTAKA