Anda di halaman 1dari 16

Nama : khaura tsabitha baraba

NPM : 1102019107
Kelas : FK-A
Scenario 4 langkah 2

1. Memahami dan menjelaskan zoonosis


1.1 Definisi
penyakit yang penularannya terjadi anatara manusia dan hewan. Dapat berarti
di tularkan dari manusia ke hewan atau sebalikknya, dari hewan ke manusia.

1.2 etiologi dan penularan


1.2.1 virus
Flu Burung
Flu burung (AI) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus AI jenis H5N1. Sumber virus diduga berasal dari migrasi
burung dan transportasi unggas yang terinfeksi. Virus menular
melalui cairan/lendir yang berasal dari hidung, mulut, mata
(konjuntiva), dan kotoran (feses) dari unggas yang sakit ke
ling- kungan; kontak langsung dengan ternak sakit; melalui
aerosol (udara) berupa percikan cairan/lendir dan mun- tahan
cairan/lendir, air, dan peralatan yang terkontaminasi virus AI.
Virus tahan hidup dalam air selama 4 hari pada suhu 22°C dan
30 hari pada 0°C. Virus mati dengan desinfektan amonium
kuatener, formalin 2,5%, iodoform kompleks (iodin), senyawa
fenol, dan natrium/kalium hipoklorit. Pada kandang ayam, virus
AI tahan hingga 2 minggu setelah pemusnahan ayam. Virus
berada pada feses yang basah dan bertahan se- lama 32 hari.
Gejala klinis flu burung pada unggas yaitu jengger, pial, dan
kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan
(sianosis), borok pada kaki, kadang-kadang terdapat cairan dari
mata dan hidung, pembengkakan pada muka dan kepala,
pendarahan di bawah kulit (subkutan), pendarahan titik
(ptechie) pada daerah dada, kaki dan telapak kaki, batuk,
bersin, ngorok, diare, dan akhirnya menyebabkan kematian.
Gejala klinis pada manusia ditandai dengan demam suhu 38°C,
batuk, nyeri tenggorokan, radang saluran pernapasan atas,
pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. Masa inku- basi pada
unggas berlangsung 1 minggu, sedangkan pada manusia 13
hari setelah timbul gejala sampai 21 hari.

Flu babi (swine flu)


Penyebab flu babi adalah virus H3N1, termasuk virus influenza
tipe A subtipe H1N1, H1N2, H3N1, H3N2, yang meru- pakan
satu genus dengan virus flu burung H5N1. Influenza babi
biasanya muncul ketika babi yang berasal dari kawasan
terinfeksi dimasukkan ke kawasan yang peka. Penyakit ini
sering muncul secara bersamaan pada bebe- rapa peternakan di
suatu daerah dan menyebabkan terjadinya wabah. Virus keluar
melalui ingus dan menular dari babi ke babi lain melalui kontak
langsung atau mengirup partikel-partikel kecil da- lam air yang
mengandung virus. Virus influenza babi dapat menginfeksi
manu- sia, terutama yang kontak atau dekat dengan babi,
seperti jagal dan peternak. Gejala utama flu babi mirip gejala
influenza pada umumnya, seperti demam, batuk, pilek, lesu,
letih, nyeri tenggorokan, penurunan nafsu makan dan mungkin
diikuti mual, muntah, dan diare. Gejala klinis masa inkubasi
13 hari. Gejala klinis yang utama terbatas pada saluran perna-
pasan, dan mendadak timbul pada sebagi- an besar babi dalam
kelompok. Babi yang terinfeksi tidak mampu berjalan bebas
dan cenderung bergerombol, terjadi radang hidung,
pengeluaran ingus, bersin-bersin, dan konjungtiva. Babi yang
terinfeksi menderita batuk paroksismal (serangan batuk yang
berselang) disertai punggung melengkung, pernapasan cepat,
sesak, apatis, anoreksia, rebah, tengkurap, dan suhu tubuh
meningkat 41,5°C. Setelah 36 hari, babi biasanya sembuh,
makan secara normal setelah 7 hari. Babi yang sakit diusahakan
tetap hangat dan tidak menderita cekaman. Penyakit ini tidak
berbahaya dan komplikasi sangat kecil serta tingkat kematian
kurang dari 1%, tetapi babi yang menderita bronkopneu- monia
dapat berakhir dengan kematian (Mathari 2009).

Rabies
Rabies (penyakit anjing gila) adalah pe- nyakit infeksi yang
menyerang susunan syaraf pusat, terutama menular melalui
gigitan anjing dan kucing. Penyakit ini bersifat zoonosik,
disebabkan oleh virus Lyssa dari famili Rhabdoviridae. Infeksi
pada manusia biasanya bersi- fat fatal (mengakibatkan
kematian). Gejala dan tanda klinis utama meliputi: 1) nyeri dan
panas (demam) disertai kesemutan pada bekas luka gigitan, 2)
tonus otot aktivitas simpatik meninggi dengan gejala
hiperhidrosis (keluar banyak air liur), hipersalivasi,
hiperlakrimasi, dan dilatasi pupil, dan 3) hidrofobia. Sekali
gejala klinis timbul biasanya diakhiri dengan kematian. Masa
inkubasi pada manusia bervari- asi dari beberapa hari sampai
bertahun- tahun, bergantung pada jauh dekatnya tempat gigitan
dengan otak. Makin dekat tempat gigitan dengan otak, masa
inku- basinya semakin cepat (Bell et al. 1988). Bila infeksi
pada manusia telah memper- lihatkan gejala klinis, umumnya
akan berakhir dengan kematian. Untuk men- cegah infeksi
rabies pada suatu daerah, perlu dilakukan penangkapan dan
vaksi- nasi anjing liar serta anjing peliharaan.

Nama Virus Hewan yg dapat Cara penularan


penya penyebab terinfeksi
kit
Flu H5N1 Ayam,burung,itik, Melalui aerosol.
burung babi Percikan cairan
dan lender
hewan yang
sakit.
Flu H3N1 babi Kontak
babi subtipe langsung,mengh
H1N1,H1N irup partikel
2, kecil diudara
H3N1, yang
H3N2 mengandung
virus
Rabies Rhabdoviri Kelelawar, semua Melalui gigitan
dae (F), hewan berdarah anjing, kucing,
panas kelinci, marmut
Lyssa virus
(G)

1.2.2 bakteri
Tuberkulosis (TBC)
Penyakit tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dengan pan- jang
14 m. Spesies yang dapat menim- bulkan infeksi pada
manusia adalah M. bovis dan M. kansasi. Gejala yang di-
timbulkan berupa gangguan pernapasan, batuk berdarah, badan
menjadi kurus dan lemah. Bakteri ini berpindah dari saluran
pernapasan melalui percikan dahak, bersin, tertawa atau
berbicara, kontak langsung, atau dari bahan pangan dan air
minum yang tercemar.

Leptospirosis
Penyebab leptospirosis adalah bakteri Leptospira sp. yang
berbentuk spiral dan mempunyai 170 serotipe. Sebagian nama
serotipe diambil dari nama penderita, misalnya L. pomona, L.
harjo, L. earick. Leptospira dikeluarkan melalui air seni
reservoir utama, seperti sapi, anjing, dan tikus yang kemudian
mencemari ling- kungan terutama air. Manusia tertular
leptospira melalui kontak langsung de- ngan hewan atau
lingkungan yang ter- cemar. Leptospira masuk ke dalam tubuh
melalui kulit yang lecet, luka atau selaput mukosa. Pada hewan,
Leptospira menye- babkan ikteus (kekuningan) ringan sampai
berat dan anemia, hepar membesar dan mudah rusak, serta
ginjal membengkak. Pada manusia terjadi hepatomegali de-
ngan degenerasi hepar serta nefritis anemia, ikteus hemolitik,
meningitis, dan pneumonia (Widarso dan Wilfried 2002 ).

Salmonelosis
Penyebab salmonelosis adalah bakteri Salmonella serovar
typhi. Bakteri ini berkembang biak dalam makanan yang
terbuat dari daging, susu, atau telur da- lam kondisi suhu dan
kelembapan yang cocok sehingga menimbulkan sakit bila
dikonsumsi manusia (Purnomo 1992). Gejala yang ditimbulkan
setelah infeksi adalah demam, diare disertai lendir, kadang
berdarah. Hewan yang terkena salmonela tidak boleh dipotong.

Antraks
Penyebab antraks adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini
berbentuk batang dan termasuk kelompok gram positif dan
bersifat patogenik. Di alam, bakteri mem- bentuk spora yang
sulit dimusnahkan dan dapat bertahan hingga puluhan tahun di
dalam tanah sehingga bisa menjadi sum- ber penularan pada
hewan dan manusia.
Penyakit antraks atau radang limpa bersifat akut dan dapat
menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia.
Penyakit antraks dapat menular ke manusia, terutama para
pekerja yang berhubungan atau berdekatan dengan ternak.
Serangan antraks pada manusia umumnya terma- nifestasi pada
kulit, berupa ulkus borok yang sulit sembuh. Ada pula
penderita yang mengalami gangguan pencernaan berupa diare
(Harjoutomo dan Poerwa- dikarta 1996). Pada manusia dikenal
tiga bentuk pe- nyakit antraks berdasarkan cara penu- larannya,
yaitu: 1) melalui kulit atau kon- tak langsung dengan bakteri
antraks, terutama pada kulit yang terluka, 2) mela- lui inhalasi,
yaitu terisapnya spora antraks sebagai aerosol, dan 3) melalui
intestinal atau usus yang terjadi karena penularan secara oral
melalui konsumsi daging mentah atau daging yang
mengandung antraks yang dimasak kurang matang. Hewan
yang dicurigai terserang antraks dilarang untuk dibuka karkas
atau bangkainya, bahkan untuk alasan pemeriksaan. Hewan
yang terkena antraks dilarang untuk dipotong.

Nama Bakteri Hewan yang Cara


penyakit penyebab dapat terinfeksi penularan
Tuberkulosi Mycobacteriu Sapi, kambing, Melalui
s m hewan liar saluran
tuberculosis pencernaa
M. bovis, M. n,
kansasi pernapasan
penderita
Bruselosis Brucella Sapi, kerbau, Melalui
abortus, domba, susu,
B. melitensis, kambing, kuda daging
B. suis, B. mentah,
canis aerosol
Salmonelosi Salmonella Sapi, unggas, Melalui
s sp., S. typhi kucing, kuda daging,
susu, telur
Antraks Bacillus Ruminansia Melalui
anthracis makanan,
pernapasan
, dan
kontak
kulit
penderita
Q. fever Coxiella Semua hewan Kontak
burnetii (liar, langsung
peliharaan, dengan
ternak sumber
ruminansia) penularan,
partikel
debu,
urine,
feses, susu,
transfusi
darah, luka
pada kulit
Leptospirosi Leptospira sp. Sapi,anjing,tiku Melalui air
s s seni, kulit
terluka

1.2.3 parasit
a. Fasciola hepatica
 Hospes definitifnhya adalah terutama parasit ruminansia
domestik dan liar (paling umum, domba, sapi, dan
kambing; juga, unta, cervid, dan kerbau).
 Hospes perantaranya adalah keong air dan tumbuhan air
 Bentuk Infeksi
Infeksi yang ditularkan melalui makanan, melalui konsumsi
tahap infektif (metacercaria) yang dikode pada tanaman air.
 Zoonosis
Ini menginfeksi babi dan manusia menyebabkan penyakit
yang dikenal sebagai Fasciolopsiasis.
 Penvgobatan mengunakan albendazole dan praziquantel.
 Siklus hidup
Di dalam tubuh hospes yaitu ternak, ikan, dan manusia,
cacing dewasa hidup di dalam hati dan bertelur di usus,
kemudian telur keluar bersama dengan feses. Telur menetas
menjadi larva dengan cilia (rambut getar) di seluruh
permukaan tubuhnya yang disebut mirasidium. Larva
mirasidium kemudian berenang mencari siput Lymnea.
Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam siput air
tawar (Lymnea rubiginosa). Setelah berada dalam tubuh
siput selama 2 minggu, mirasidium akan berubah menjadi
sporosis. Larva tersebut mempunyai kemampuan
reproduksi secara aseksual dengan cara paedogenesis di
dalam tubuh siput, sehingga terbentuk larva yang banyak.
Selanjutnya sporosis melakukan paedogenesis menjadi
beberapa redia, kemudian redia melakukan paedogenesis
menjadi serkaria. Larva serkaria kemudian berekor menjadi
metaserkaria, dan segera keluar dari siput dan berenang
mencari tanaman yang ada di pinggir perairan misalnya
rumput, tanaman padi atau tumbuhan air lainnya. Setelah
menempel, metaserkaria akan membungkus diri dan
menjadi kista yang dapat bertahan lama pada rumput,
tanaman padi, atau tumbuhan air. Apabila tumbuhan
tersebut termakan oleh hewan ruminansia maka kista
tersebut dapat menembus dinding usus, kemudian masuk ke
dalam hati, lalu ke saluran empedu dan menjadi dewasa
selama beberapa bulan sampai bertelur dan siklus ini
terulang kembali.

 Pathogenesis
Fasciolosis pada sapi, kerbau, domba, dan kambing dapat
berlangsung akut maupun kronis. Kasus akut umumnya
terjadi karena invasi cacing muda berlangsung secara masif
dalam waktu singkat dan merusak parenkim hati sehingga
fungsi hati sangat terganggu serta menimbulkan perdarahan
pada rongga peritoneum. Meskipun cacing muda hidup
dalam parenkim hati, parasit tersebut juga dapat menghisap
darah, seperti cacing dewasa dan menyebabkan anemia
pada minggu ke-4 atau ke-5 fase migrasi cacing muda.
Diperkirakan 10 ekor cacing dewasa dapat menyebabkan
kehilangan darah sebanyak 2 ml/hari. Fasciolosis kronis
berlangsung lambat dan disebabkan oleh aktivitas cacing
dewasa di dalam saluran empedu, baik di dalam hati
maupun di luar hati. Fasciolosis menyebabkan cholangitis,
obstruksi saluran empedu, kerusakan jaringan hati disertai
fibrosis dan anemia. Anemia terjadi karena cacing dewasa
mengisap darah serta kehilangan persediaan zat besi
(Subronto, 2007). Lesi yang disebabkan oleh infeksi
Fasciola sp. pada semua ternak hampir sama bergantung
pada tingkat infeksinya. Kerusakan hati paling banyak
terjadi antara minggu ke 12-15 pasca infeksi. Kerusakan
jaringan mulai terjadi pada waktu cacing muda mulai
menembus dinding usus tetapi kerusakan yang berat dan
peradangan mulai terjadi sewaktu cacing bermigrasi dalam
parenkim hati dan ketika berada dalam saluran empedu dan
kantong empedu Pada pemeriksaan darah akibat fasciolosis
akut ditemukan perubahan berupa anemia normokromik,
eosinophilia, dan hipoalbuminemia. Pada penyakit yang
berlangsung akut, daur hidup cacing belum sempurna dan
telur cacing belum dihasilkan sehingga dalam pemeriksaan
feses tidak terlihat adanya telur Fasciola sp. Pada
fasciolosis subakut dan kronis anemia yang ditemukan
bersifat hipokromik, makrositik dan hipoproteinemia. Pada
penyakit yang berlangsung subakut maupun kronis, feses
selalu mengandung telur Fasciola sp. Penemuan telur
cacing tidak selalu dapat dikaitkan pada beratnya kerusakan
hati.

b. Taenia solium
 Hospes defenitif T. solium adalah manusia
 hospes perantaranya adalah manusia dan babi.
 Nama penyakitnya teniasis solium.
 Bentuk infektif
Manusia terinfeksi dengan cara makan daging babi mentah
atau kurang masak, yang mengandung larva sistiserkus.
Infeksi jaringan oleh laerva taenia (sistiserkus) akibat
termakan telur cacing taenia solium.

 Zoonosis pada hewan


Larva dari cacing taenia disebut metacestoda yang
menyebabkan penyakit sistiserkosis pada hewan
 Siklus hidup
1)Cacing dewasa melepaskan proglotid gravid paling ujung
yang akan pecah di dalam usus sehingga telur cacing dapat
dijumpai pada feses penderita. 2) Apabila telur cacing yang
matur mengkontaminasi tanaman rumput ataupun
peternakan dan termakan oleh ternak seperti babi, telur
akan pecah di dalam usus hospes perantara dan
mengakibatkan lepasnya onkosfer. 3) Onkosfer akan
menembus dinding usus, masuk ke dalam aliran darah,
kemudian menyebar ke organ-organ tubuh babi, terutama
otot lidah, leher, otot jantung, dan otot gerak. 4) Manusia
terinfeksi dengan cara makan daging babi mentah atau
kurang masak, yang mengandung larva sistiserkus. 5) & 6)
Di dalam usus manusia, skoleks akan melekatkan diri
dengan alat isapnya pada dinding usus, lalu tumbuh
menjadi cacing dewasa dan kemudian membentuk strobila.
Dalam waktu 5-12 minggu atau 3 bulan, cacing T. solium
menjadi dewasa dan mampu memproduksi telur.
 Pathogenesis

c. Teania sagita

 Hospes definitivenya adalah manusia

 Hospes perantara sapi atau kerbau

 Bentuk infektif telur yang tertelan oleh manusia

 Zoonosis nama penyakitnya adalah teaniasis saginata

 Siklus hidup

1.Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak


yakni yang mengandung sel telur yang telah dibuahi
(embrio). 2.Telur yang berisi embrio ini keluar bersama
feses. Bila telur ini termakan sapi, dan sampai pada usus
akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster. 
3. Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam
pembuluh darah atau pembuluh limpa, kemudian sampai ke
otot lurik dan membentuk kista yang disebut Cysticercus
bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk
gelembung yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia
akan tertular cacing ini apabila memakan daging sapi
mentah atau setengah matang. 4.Dinding Cysticercus akan
dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks
menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan
tumbuh membentuk proglotid yang dapat menghasilkan
telur.  5. Bila proglotid masak akan keluar bersama feses,
kemudian termakan oleh sapi. Selanjutnya telur yang berisi
embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva
onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan
berkembang mengikuti siklus hidup seperti di atas. 
 Pathogenesis

1.3 cara pencegahan


Upaya untuk mencegah penularan penyakit zoonosis pada manusia meliputi:

a. Mengendalikan zoonosis pada hewan dengan eradikasi atau eliminasi hewan yang
positif secara serologis dan melalui vaksinasi.

b. Memantau kesehatan ternak dan tata laksana peternakan di tingkat peternak.


Mensosialisasikan gejala klinis awal penyakit zoonosis di peternakan atau rumah
potong hewan dan sesegera mungkin melaporkan dan mengambil tindakan terhadap
ternak maupun pekerja yang tertular penyakit.

c. Memperketat pengawasan lalu lintas ternak dengan menerapkan sistem karantina


yang ketat, terutama dari negara tertular.

d. Melarang impor sapi dan produknya, pakan ternak, hormon, tepung tulang, dan
gelatin yang berasal dari sapi dari negara yang belum bebas penyakit menular.
e. Menjaga kebersihan kandang dengan menyemprotkan desinfektan.
f. Menggunakan alat pelindung seperti sarung tangan, masker hidung, kaca mata
pelindung, sepatu boot yang dapat didesinfeksi, dan penutup kepala bila mengurus
hewan yang sakit.
g. Menjaga kebersihan dengan mencuci tangan sebelum mengolah pangan setelah
memegang daging mentah, menangani karkas atau mengurus ternak.

h. Memasak dengan benar daging sapi, daging unggas, dan makanan laut serta
menghindari mengonsumsi makanan mentah atau daging yang kurang masak.

i. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi hewan piaraan atau serangga.

j. Menggunakan sarung tangan bila ber- kebun, menghindari feses kucing saat
menyingkirkan bak pasir yang tidak terpakai.

k. Memantau nyamuk dan lalat di daerah endemis dan mengawasi lalu lintas ternak.

l. Jika tergigit anjing atau kucing, segera mencuci luka bekas gigitan dengan sabun di
bawah kucuran air mengalir selama 1015 menit agar dinding virus yang terbuat dari
lemak rusak oleh sabun.

m. Segera ke dokter atau ke rumah sakit untuk mendapat vaksinasi.

2. Memahami dan menjelaskan antraks


2.1 definisi
penyakit menular pada ternak yang disebabkan oleh kuman Bacillus anthracis, dapat
juga menyerang manusia dengan menimbulkan bisul bernanah.

2.2 etiologi
Penyebab antraks adalah bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini berbentuk batang dan
termasuk kelompok gram positif dan bersifat patogenik. Di alam, bakteri membentuk
spora yang sulit dimusnahkan dan dapat bertahan hingga puluhan tahun di dalam
tanah sehingga bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia.

2.3 patogenesis dan virulensi


Infeksi dimulai dengan masuknya endospora ke dalam tubuh. Endospora dapat masuk
melalui abrasi kulit, tertelan atau terhirup udara pernapasan. Pada antraks kulit dan
saluran cerna, sebagian kecil spora berubah menjadi bentuk vegetatif di jaringan
subkutan dan mukosa usus. Bentuk vegetatif selanjutnya membelah, mengeluarkan
toksin yang menyebabkan terjadinya edema dan nekrosis setempat. Endospora yang
di fagositosis makrofag, akan berubah jadi bentuk vegetatif dan dibawa ke kelenjar
getah bening regional tempat kuman akan membelah, memproduksi toksin, dan
menimbulkan limfadenitis hemorhagik,Kuman selanjutnya menyebar secara
hematogen dan limfogen dan menyebabkan septikemia dan toksemia. Dalam darah,
kuman dapat mencapai sepuluh sampai seratus juta per millimeter darah. Sebagian
kecil bisa mencapai selaput otak menyebabkan meningitis. Pada antraks pulmonal,
terjadi edema paru akibat terhalangnya aliran limfe pulmonal karena terjadinya
limfadenitis hemorhagik peribronkhial. Kematian biasanya akibat septikemia,
toksemia, dan komplikasi paru dan umumnya terjadi dalam kurun waktu satu sampai
sepuluh hari pasca paparan. Reaksi peradangan hebat terjadi terutama akibat toksin
letal. Toksin letal kuman menyebabkan pelepasan oksigen antara reaktif (reactive
oxygen intermediates) dan pelepasan tumor necrosis factor (TNF) dan interleukin- 1
(Jawetz,2010).
........
2.4 diagnosis
Diagnosis antraks yaitu dengan deskripsi klinis dan melihat hubungan epidemiologis
dengan kasus atau diduga kasus hewan atau produk hewani yang terkontaminasi.
Diagnosis retrospektif yaitu tes hipersensitivitas kulit menggunakan AnthraxinT yang
menghasilkan reaksi positif terhadap tes kulit alergi (tidak divaksinasi
individu).Pemeriksaan laboratorium dengan pengecatan langsung atau kultur terhadap
spesimen yang diambil dari malignant pustule, sputum, darah atau discharge
penderita. Hal ini tergantung dari manifestasi klinis yang terjadi pada penderita
tersebut. Uji serologis hanya digunakan secara retrospektif pada infeksi akut. Serologi
positif (ELISA, Western blot, toxin detection, chromatographic assay, FAT) yaitu
terdapat reaksi antibodi terhadap kapsul maupun toksin dari B. anthracis yaitu
Protective Antigen (PA).
Pada pemeriksaan langsung pewarnaan Gram dari lesi kulit, cairan serospinal atau
darah yang mengandung kuman antraks akan menunjukkan basil besar, encapsulated,
dan Gram positif. Pada kultur darah tampak pertumbuhan pada agar darah domba
berupa koloni nonhemolitik, besar, nonmotil, Gram positif, berbentuk spora, dan tidak
tumbuh pada agar Mac Conkey. Tes serologis berguna secara retrospektif dan mem-
butuhkan dua kali pengambilan yaitu pada fase akut dan penyembuhan. Pemeriksaan
dengan menggunakan cara ELISA untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen
protektif dan antigen kapsul

2.5 tatalaksana
Terapi dari penyakit antraks yaitu dengan mengonsumsi antibiotik, yaitu penisilin.
Untuk kasus kutaneus antraks, pengobatan dengan Procain penisilin 2 x 1,2 juta IU
diberikan secara IM selama 5 - 7 hari atau dapat juga dengan menggunakan benzil
penicillin 2500 IU secara IM setiap 6 jam. Antibiotic lain yang dapat digunakan yaitu
ciprofloxacillin (500 mg dua kali sehari), doxycyklin (100 mg dua kali sehari), atau
amoksisilin (500 mg tiga kali sehari). Dalam konteks serangan bioteroris, pengobatan
harus dilanjutkan selama 60 hari dibandingkan dengan tujuh sampai 10 hari untuk
penyakit yang didapat secara alami.
Begitu pasien telah stabil secara klinis, perawatan IV dapat beralih ke oral dan
monoterapi dapat digunakan untuk menyelesaikan pengobatan 60 hari. Antibiotik lain
yang aktif secara in vitro melawan strain B.anthracis adalah: ampisilin, penisilin,
klaritromisin, imipenem vankomisin, rifampisin,
klindamisin,meropenem,kloramfenikol.

2.6 pencegahan
Pencegahan lain yaitu dengan menghindari mengonsumsi daging ternak yang kurang
matang dan pada peternak untuk melakukan pengecekan berkala kepada hewan
ternak. Obati hewan yang terkontaminasi menggunakan penisilin, tetrasiklin, dan
preparat sulfa. Apabila pengaruh obat sudah hilang, lakukan vaksinasi sebab
pengobatan dapat mematikan endospora yang terkandung dalam vaksin selain itu untu
memutus rantai penularan , bangkai ternak tersangka antrax dan semua material yang
di duga tercemar misalnya karena bersinggungan dengan hewan penderita harus
dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur dalam dalam serta bagian atas dari
lubang kubur dilapisi batu kapur secukupnya. Area penguburan hendaknya diberi
tanda supaya semua penggembala hewan diarea sekitar menjauhi lokasi penguburan.

3. Memahami dan menjelaskan konsep one health


3.1 Definisi
Konsep One Health adalah strategi di seluruh dunia untuk memperluas kolaborasi
interdisipliner dan komunikasi dalam semua aspek pelayanan kesehatan bagi manusia,
hewan dan lingkungan.
Menurut (Barrett and Osofsky. 2013) bahwa one health merupakan upaya kolaboratif
dari berbagai disiplin yang bekerja di tingkat lokal, nasional, dan global untuk
mencapai kesehatan yang optimal untuk manusia, hewan, dan lingkungan kita.
Sedangkan menurut (American Veterinary Medical Association. 2008) one health
merupakan upaya integratif dari berbagai disiplin yang bekerja di tingkat lokal,
nasional, dan global untuk mencapai kesehatan optimal untuk manusia, hewan, dan
lingkungan.

3.2 Sejarah
Walaupun istilah “One Health” tergolong baru, konsepnya telah lama dikenal baik
secara nasional maupun global. Sejak tahun 1800-an, para ilmuwan telah
menemukan kesamaan dalam proses kejadian penyakit antara hewan dan manusia,
tetapi kedokteran manusia dan kedokteran hewan dipraktikkan secara terpisah
hingga abad ke-20. Beberapa tahun terakhir, melalui dukungan individu-individu
kunci dan peristiwa-peristiwa penting, konsep One Health telah mendapat
pengakuan lebih di komunitas kesehatan masyarakat dan kesehatan hewan
(SEAOHUN. 2014). Sejarah one healthdalam (SEAOHUN. 2014), yaituterdapat
tokoh dan peristiwa penting yaitu pada tahun 1821-1902: Virchow menemukan
hubungan antara kesehatan manusia dan hewan. Rudolf Virchow, MD, adalah
salah seorang dokter paling terkemuka pada abad ke-19. Dr. Virchow merupakan
seorang ahli patologi asal Jerman yang tertarik dengan hubungan antara
kedokteran manusia dan kedokteran hewan ketika mempelajari cacing gelang,
Trichinella spiralis, pada babi. Dia menciptakan istilah “zoonosis” untuk
mengindikasikan sebuah penyakit infeksius yang ditulakan antara manusia dan
hewan. Pada karir di bidang medis, Dr. Virchow bekerja di beberapa posisi
parlementer dan mengadvokasi pentingnya peningkatan pendidikan kedokteran
hewan. Dia menekankan, “Di antara pengobatan hewan dan manusia tidak
terdapat garis pemisah dan seharusnya memang tidak ada. Objeknya berbeda
tetapi pengalaman yang diperoleh merupakan dasar dari seluruh pengobatan.”
Selanjutnya pada tahun 1849-1919: William Osler, bapak patologi kedokteran
hewan. Tahun 1947 : Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner didirikan di CDC.
Tahun 1927-2006 : Calvin Schwabe menciptakan istilah “One Medicine” dan
menyerukan pendekatan terpaduuntuk mengatasi zoonosis melalui pemanfaatan
kedokteran manusia dan kedokteran hewan. Tahun 2004: The Wildlife
Conservation Society menerbitkan 12 Prinsip Manhattan yang telah
dikembangkan. Pada Tahun 2007, American Medical Association menyampaikan
resolusi One Health untuk mempromosikan kemitraanantara kedokteran manusia
dan kedokteran hewan, selain itu terdapat Pendekatan One Health
direkomendasikan untuk kesiapsigaan pandemik. Tahun 2008: FAO, OIE dan
WHO berkolaborasi dengan UNICEF, UNSIC dan Bank Dunia untuk
mengembangkankerangka kerja strategi bersama dalam merespon munculnya
risiko kemunculan dan kemunculan kembali penyakit infeksius, dan One Health
menjadi pendekatan yang direkomendasikan dan terealisasi secara politis.
Tahun 2009 terbentuk kantor One Health yang dibuka di CDC, USAID membuat
program Emerging Pandemic Threats, Rekomendasi utama untuk One World, One
Health dikembangkan. Tahun 2010: Deklarasi Hanoi, yang merekomendasikan
implementasi One Health lebih luas, disepakati bersama, Para ahli
mengidentifikasi aksi yang jelas dan nyata untuk menggerakkan konsep One
Health darivisi menjadi implementasi, Perserikatan Bangsa- Bangsa dan Bank
Dunia mengusulkan adopsi pendekatan One Health, dan Uni Eropa menegaskan
kembali komitmennya untuk bekerja di bawah payung One Health.
Tahun 2011 : Kongres Internasional One Health Pertama diselenggarakan di
Melbourne, Australia, Konferensi One Health Pertama diselenggarakandi Afrika,
dan Pertemuan Teknis Tingkat Tinggi untuk Mengatasi Risiko Kesehatan pada
Hubungan Manusia-Hewan-Ekosistem membangun kemauan politik untuk
gerakan One Health. Tahun 2012 : Global Risk Forum mensponsori Pertemuan
Puncak One Health Pertama. Terakhir pada tahun 2013 Kongres One Health
Kedua diselenggarakan sebagai bagian Konferensi Prince Mahidol Award.

1)Kebutuhan dasar manusia menyebabkan adanya interaksi antara hewan dan


manusia semakin intens;
2)Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pengalihfungsian lahan, limbah
(rumah tangga dan industri) dan bencana alam menjadi faktor kerentanan
munculnya penyakit;
3)Dunia mengalami peningkatan ancaman penyakit menular baru atau dikenal
dengan emerging infectious diseases (EID) yang 70% bersifat zoonosis atau
menular dari hewan ke manusia;
4)Wabah dari EID menimbulkan dampak multi aspek dan banyak korban jiwa
akibat ketidaksiapan sistem untuk bersinergi;
5)Para pakar dunia merekomendasikan “ONE HEALTH” sebagai konsep yang
digunakan untuk menjawab ancaman zoonosis.

3.3 tujuan
Tujuan dari one health yaitu untuk mengurangi risiko dampak tinggi penyakit
pada antarmuka ekosistem hewan-manusia. Ini adalah sebuah pendekatan untuk
menghadapi tantangan yang kompleks pada titik pertemuan antara hewan,
manusia, dan kesehatan lingkungan termasuk penyakit darurat pandemi, krisis
pangan global, dan perubahan iklim; koordinasi yang terpadu dan diperluas
bekerja pada berbagai sektor dan secara profesional untuk meningkatkan jangka
panjang pada kesehatan dan kesejahteraan. Pendekatan satu kesehatan membawa
pada kesempatan untuk berinovasi dan mengumpulkan pengalaman dari fakultas
dan lembaga lainnya. Kesadaran dalam akademik yang berasal dari kolaborasi
multidisiplin sangat penting untuk mengenali dan menanggapi diversifikasi risiko
kesehatan (SEAOHUN, 2014).

3.4 Konsep
Konsep One Health merupakan satu kesehatan, satu ilmu kedokteran, dan satu
dunia. Konsep One Health ini termasuk strategi di seluruh dunia untuk
memperluas kolaborasi dan komunikasi interdisipliner di semua aspek perawatan
kesehatan untuk manusia, hewan dan lingkungan. Sinergi yang dicapai akan
memajukan perawatan kesehatan untuk abad ke-21 dan selanjutnya dengan
mempercepat penemuan penelitian biomedis, meningkatkan khasiat kesehatan
masyarakat, dengan cepat memperluas basis pengetahuan ilmiah, dan
memperbaiki pendidikan medis dan perawatan klinis. Bila diterapkan dengan
benar, ini akan membantu melindungi dan menyelamatkan jutaan kehidupan di
generasi sekarang dan masa depan kita (SEAOHUN, 2014). Konsep One Health
mengetahui bahwa kesehatan manusia berhubungan dengan kesehatan hewan dan
lingkungan. CDC menggunakan pendekatan One Health dengan bekerja bersama
dokter, ahli lingkungan, dan dokter hewan untuk memonitor dan mengawasi
ancaman kesehatan masyarakat. Kami melaksanakan hal tersebut dengan
mempelajari bagaimana penyakit menyebar di antara orang, hewan, dan
lingkungan (SEAOHUN, 2014).

3.5 ruanglingkup
Ruang lingkup dari One Health dapat digambarkan oleh Gibbs dengan sebuah
payung, dimana pada payung ini terdapat cakupan yang sangat luas dan
dibawahnya berisikan berbagai disiplin ilmu yang dapat berkontribusi dalam teori
One Health. One Health dengan bekerja bersama dokter, ahli lingkungan, dan
dokter hewan untuk memonitor dan mengawasi ancaman kesehatan masyarakat.
Kami melaksanakan hal tersebut dengan mempelajari bagaimana penyakit
menyebar di antara orang, hewan, dan lingkungan (SEAOHUN, 2014).
Ruang lingkup dari One Health dapat digambarkan oleh Gibbs dengan sebuah
payung, dimana pada payung ini terdapat cakupan yang sangat luas dan
dibawahnya berisikan berbagai disiplin ilmu yang dapat berkontribusi dalam teori
One Health.
Comparative medicine, Translational medicine, Zoobiquity, Evolutionary
medicine. sesuai
1. Dokter hewan : Untuk isu kesehatan hewan dan keamanan pangan,
epidemiologi penyakit pada hewan
2. Dokter : Untuk isu kesehatan manusia, epidemiologi penyakit pada manusia
3. Perawat : Untuk isu kesehatan manusia/komunitas
4. Ahli kesehatan masyarakat : Untuk isu kesehatan komunitas, strategi
pencegahan penyakit, epidemiologi, pengetahuan tentang penyakit menular
5. Ahli epidemiologi : Epidemiologi, pengontrolan penyakit, surveilans, desain
kuesioner
6. Ilmuwan kemargasatwaan : Ekologi kemargasatwaan, zoology
7. Pengobat tradisional : isu kesehatan komunitas, memahami metode pengobatan
tradisional
8. Pemimpin/politisi local : Penting untuk aksi dan dukungan dalam komunitas
local
9. Ahli kesehatan lingkungan : menilai kontaminasi lingkungan, sumber penyakit,
perubahan factor-faktor lingkungan
10. Ahli ekologi : hubungan antar organism dan komponen yang berhubungan di
lingkungan
11. Ahli ekonomi : Menilai dampak financial dari penyakit dan biaya dari
rekomendasi pengontrolan atau pemberantasan ; uang dan jumlah sering menjadi
sesuatu yang penting bagi politisi
12. Ahli komunikasi : komunikasi resiko, interaksi dengan media, keterlibatan
dengan komunitas
13. Pekerja layanan darurat : untuk kejadian luar biasa atau bencana akut
14. Teknisi laboratorium : untuk konfirmasi organism yang menyebabkan
penyakit
15. Ahli farmasi : untuk pengobatan penyakit
16. Ahli logistic : logistic dalam merespon kejadian luar biasa
17. Hubungan masyarakat/pemasaran : untuk interaksi media dan public
18. Spesialis bidang teknologi informasi : untuk teknologi informasi, analisis data,
penyimpanan data dan penyebaran data
19.Ilmuwan social : untuk dinamika budaya dan kelompok yang mempengaruhi
risiko, penularan atau pencegahan.

3.6 inidkator keberhasilan


Faktor penilaian percontohan tingkat nasional ini, berdasarkan beberapa faktor.
Diantaranya, terjadi penurunan penularan rabies/tidak terjadi lysa pada manusia.
penurunan pengunaan vaksin anti rabies (VAR) untuk manusia. 

Faktor lain yang menjadi penilaian, terjalin komunikasi, koordinasi dan


kolaborasidari tiga sektor dalam penangan penyakit zoonosis tertarget dan
Penyakit Infeksi Baru (PIB) secara terpadu lintas sektor dan lintas program seperti
Dinas Kesehatan(Dinkes), Dinas Pertanian (Distan), dan Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Kabupaten Bengkalis. 

4. Memahami dan menjelaskan hewan kurban


4.1 definisi
Qurban adalah kata qurban berasal dari bahasa Arab qariba,yang artinya dekat.
Secara istilah artinya mendekatkan diri kepada allah.
Dalil tentang berqurban
ْ‫صلِّ لِ َربِّكَ َوا ْن َحر‬
َ َ‫ف‬
“Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah
untuk mendekatkan diri kepada Allah).”

4.2 syarat sah kurban


Kurban memiliki beberapa syarat yang tidak sah kecuali jika telah memenuhinya,
yaitu.
1. Hewan kurbannya berupa binatang ternak, yaitu unta, sapi dan kambing, baik
domba atau kambing biasa.
2. Telah sampai usia yang dituntut syari’at berupa jaza’ah (berusia setengah tahun)
dari domba atau tsaniyyah (berusia setahun penuh) dari yang lainnya.
‫ ويجزئ فيها الجذع من الضأن والثني من المعز والثني من اإلبل والثني من البقر‬Umur hewan kurban adalah Al-
Jadza’u (Domba yang berumur 6 bulan-1 tahun), dan Al-Ma’iz (Kambing jawa yang
berumur 1-2 tahun), dan Al-Ibil (Unta yang berumur 5-6 tahun), dan Al-Baqar (Sapi yang
berumur 2-3 tahun).
a. Ats-Tsaniy dari unta adalah yang telah sempurna berusia lima tahun
b. Ats-Tsaniy dari sapi adalah yang telah sempurna berusia dua tahun
c. Ats-Tsaniy dari kambing adalah yang telah sempurna berusia setahun
d. Al-Jadza’ adalah yang telah sempurna berusia enam bulan
3. Bebas dari aib (cacat) yang mencegah keabsahannya, yaitu apa yang telah dijelaskan
dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‫ال ْال َعوْ َرا ُء بَي ٌِّن َع َو ُرهَا‬ َ َ ‫أَرْ بَ ٌع اَل تَجُو ُز فِي اأْل‬
َ َ‫ضا ِح ِّي فَق‬
َّ ْ ْ ْ
‫ضهَا َوال َعرْ َجا ُء بَي ٌِّن ظَل ُعهَا َوال َك ِسي ُر التِي اَل تَ ْنقَى‬ ُ
ُ ‫يضة بَي ٌِّن َم َر‬ ْ
َ ‫“ َوال َم ِر‬Ada empat macam hewan yang tidak sah
dijadikan hewan kurban, “(1) yang (matanya) jelas-jelas buta (picek), (2) yang (fisiknya)
jelas-jelas dalam keadaan sakit, (3) yang (kakinya) jelas-jelas pincang, dan (4) yang
(badannya) kurus lagi tak berlemak.” (Hadits Hasan Shahih, riwayat al-Tirmidzi: 1417 dan
Abu Dawud: 2420

a. Buta sebelah yang jelas/tampak


b. Sakit yang jelas.
c. Pincang yang jelas
d. Sangat kurus, tidak mempunyai sumsum tulang
Dan hal yang serupa atau lebih dari yang disebutkan di atas dimasukkan ke dalam aib-aib
(cacat) ini, sehingga tidak sah berkurban dengannya, seperti buta kedua matanya, kedua
tangan dan kakinya putus, ataupun lumpuh.
4. Hewan kurban tersebut milik orang yang berkurban atau diperbolehkan (di izinkan)
baginya untuk berkurban dengannya. Maka tidak sah berkurban dengan hewan hasil
merampok dan mencuri, atau hewan tersebut milik dua orang yang beserikat kecuali dengan
izin teman serikatnya tersebut.
5. Tidak ada hubungan dengan hak orang lain. Maka tidak sah berkurban dengan hewan
gadai dan hewan warisan sebelum warisannya di bagi. 6. Penyembelihan kurbannya harus
terjadi pada waktu yang telah ditentukan syariat. Maka jika disembelih sebelum atau sesudah
waktu tersebut, maka sembelihan kurbannya tidak sah. [1]

Referensi: https://almanhaj.or.id/1711-syarat-syarat-hewan-kurban.html

Anda mungkin juga menyukai