I. PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAJAR 1
Konflik dan Perselilsihan di Tempat Kerja
Menurut Katz et al. (1985), terdapat dua kunci sistem hubungan industrial,
yaitu manajemen konflik dan sikap dan perilaku individual. Aspek terpenting
dalam kedua dimensi tersebut adalah kesepakatan bersama yang meliputi
negosiasi dan administrasi kontrak serta hubungannya terhadap sikap dan
perilaku individual karyawan. Berbagai argumen teoritis menyatakan bahwa
kemampuan,motivasi dan partisipasi dalam pengambilan keputusan tentang
pekerjaan jaryawan individual mempengaruhi keefektifan organisasional dan
kepuasan karyawan individual. Penigkatan dalam kepercayaan, keterlibatan
karyawan, dan penyelesaian masalah merupakan perbaikan dalam keputusan
karyawan dan keefetifan organisasional. Dengan adanya perbaikan
kepercayaan, penyelesaian masalah dan manajemen partisipatif, maka tingkat
keluhan menurun, yang berarti bahwa prosedur penanganan keluhan lebih
baik. Menurut Katz et al., (1985), ukuran kerja hubungan industrial meliputi:
Ada dua jenis konflik karyawan, yaitu secara bersama-sama, yaitu konflik
mengenai hak dan konflik kepentingan (Martinez-Pecino et al., 2008). Konflik
kepentingan merupakan konflik yang berkaitan dengan kondisi
ketenagakerjaan, sedangkan konflik mengenai hak menunjukan aplikasi dan
interpretasi norma atau hukum yang telah mapan sebelumnya. Menurut
Greenberg dan Baron (2008), ada tiga jenis konfflik, yaitu koflik subtantif,
konflik afektif, dan konflik proses. Konflik subtantif merupakan bentuk
konflik yang terjadi ketika orang mengalami ketidak sesuaian dalam
kepribadian atau tekanan interpersonal, sehingga mengalami frustasi dan
marah. Konflik proses merupakan konflik yang terjadi karena perbedaan
dalam pendapat mengenai bagaimana kerja kelompok dilakukan dan
bagaimana sumber daya di alokasikan, serta kepada siapa tanggung jawab di
letakkan.
Sementara itu, Casier dan Ruble (1985) menyatakan bahwa ada dua
dimensi konflik, yaitu ketegasan yang merupakan perilaku untuk memuaskan
satu pihak dan kerja sama yang merupakan perilaku untuk memuaskan pihak
lain. Kedua dimensi ini membentuk kombinasi yang berupa cara model konfli.
Hal tersebut di gambarkan sebagai berikut.
Assertiveness
Tinggi Bersaing Berkolaborasi
(Competing) (Collaborating)
Berkompromi
(Compromising)
Rendah Tinggi
Cooperativeness
Gambar 5. 1.
Model Konflik
KEGIATAN BELAJAR 2
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
1. Perselisihan hak,
2. Perselisihan kepentingan,
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan
4. Perselisihan antar serikat pekerja
Konsiliator adalah satu atau beberapa orang yang di anggap ahli di bidang
hubungan industrial dan hukum ketenagakerjaan, di beri kewenangan
mengkonsiliasi pihak yang berselisih karena perselisihan kepentingan,
perselisihan hak dan perselisihan antar serikat pekerja. Konsiliator bertugas
melakukan konsiliasi kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan
perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan.
Konsiliator memiliki kewenangan:
Arbitrase adalah seseorang atau lebih yang di pilih oleh para pihak yang
berselisih dari daftar arbiter yang di tetapkan oleh menteri untuk memberikan
putusan mengenai perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja, dan perselisihan antar serikat kerja dalam satu perusahaan yang di
serahkan penyelesaiannya melalui arbitrase yang putusannya mengikat para
pihak dan bersifat final. Menurut Chelius dan Dworkin (1980), arbitor
memilih fleksibilitas dengan arbitrase konvensional, hal ini menimbulkan dua
masalah, yaitu:
b. Perjanjian kerja
d. Peraturan perusahaan
Daftar Pustaka
Burchielly, R,; Bartram, T. Dan Thanacoddy, R. (2008). Work-Family Balance on
Greedey Organization. Laboratory and Field Studies. Journal of
Organizational Behavior, 11: 105-118.
Casier, R.A. dan Ruble, T.H. (1985). Research on conflict handling behavior.
Academy of Management Journal, 24 (4): 816-83.
Carter, D.D. (1997). The Duty of Accomodate: It’s Growing Impact on the
Grievance arbitration process. Relations Industrielle, 62 (1): 108-162.
Chelius, J.R. dan Dworkin, J.B. (1980) An Economic Analysis of Final offer
arbitration as a conflict Resolution Device. Journal of Conflict Resolution, 24
(2), June: 293-310.
Hebdon, R.P. dan Stern, R.N. (1998). Trade offs among Exprssions of Industrial
conflict: public sector strike bans and Grievance Arbitrations. Industrial and
Labor Relations Review, 51 (2): 204-221.
Izquierdo, C.C. dan Cillan, J.G. (2004). The Interaction of Dependence and Trust
in Long-Term Industrial Relationships. Europan Journal of Marketing, 38(8):
974-994.
Katz, H.C.; Kochan, T.A.; dan webwer, M.R. (1985). Assesing the effects of
Industrial Relations system and effort to improve the quality of working life in
organizational effectivencess. Academy of Management Journal, 28 (3): 509-
526.
Kozina, L.M. (2009). Social Labor Relations in Small and Medium Size Business.
Sociological Research, 47 (6): 76-90.
Lewicki, R.J.; Weiss, S.E.; dan Lewdin, D. (1992). Models of Conflict dalam
Negotiation, and third party Intervention: A review & synthesis. Journal of
Organitational Behavior, 13:209-252.
Robbins, S.P. dan Judge, T.A. (2011). Organitational Behavior 14th edition). New
Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Smith, S.W. dan daunit, A.P. (2002). Conflict Resolution and Peer mediation in
meddle schools: Extending the process and outcome Knowledge Base. The
Journal of Soccial Psychology, 142 (5): 467-586.
Zubeck , J.M.; Pruitt, D.G.; dan peites, R.S. (1992). Disputant and Mediator
Behaviors Affecting Short-Term Success in Mediation. The Journal of
Conflict Resolution, 36(3): 546-572.