I. PENDAHULUAN
KEGIATAN BELAJAR 1
Pemberian Penghargaan pada Karyawan
Upah adalah imbalan yang di terima pekerja atas pekerjaan yang di berikannya
dalam proses produksi barang atau memberi layanan di perusahaan. Berdasar UU
No.13 Tahun 2003, upah merupakan hak pekerja yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja yang di tetapkan dan di bayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan untuk
pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/jasa yang telah atau akan di
lakukan. Pemerintah juga mempunyai kepentingan dengan penetapan upah pekerja
karena ingin tetap dapat menjamin standar kehidupan yang layak untuk pekerja dan
keluarganya, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan daya beli masyarakat.
1. Upah minimum;
2. Upah kerja lembur;
3. Upah masuk kerja karena berhalangan;
4. Upah tidak masuk kerja karena malkukan kegiatan lain di luar pekerjaannya;
5. Upah karena menjalankan hak waktu istrirahat kerjanya;
6. Bentuk dan cara pembayaran upah;
7. Denda dan potongan upah;
8. Hal-hal yang dapat di perhitungkan dengan upah;
9. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;
10. Upah untuk pembayaran pesangon;
11. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
1. Penetuan Upah
Penentuan upah pokok dapat di tentukan menurut satuan waktu atau menurut
satuan produk yang di hasilkan. Selain upah, pada umumnya perusahaan juga
memberikan tunjangan, seperti tunjangan istri, anak dan keahlian dan lain-lain.
Penetapan upah setiap satu atau dua tahun sekali de setiap kabupaten/kota di sebut
dengan upah minimum. Upah minimum ini di tetapkan untuk:
a. Tunjangan kemahalan yang di berikan untuk kompensasi laju inflasi dan atau
tingkat biaya hidup yang relatif tinggi di beberapa daerah tertentu;
b. Tunjangan jabatan, baik tunjangan jabatan struktural maupun tunjangan
jabatan funsional;
c. Tunjangan transportasi;
d. Tunjangan perumahan;
e. Tunjangan istri atau tunjangan suami;
f. Tunjangan anak;
g. Tunjangan pemeliharaan atau asuransi kesehatan;
h. Tunjangan hari tua atau dana pensiun;
i. Tunjangan cuti;
j. Tunjangan hari keagamaan; dan lain-lain.
a. Harus mencerminkan keadilan, yaitu sesuai atau sebanding dengan jasa kerja
yang di berikan oleh masing-masing pekerja
b. Harus berimbang, yaitu pada jabatan yang sama pekerja akan menerima upah
yang sama.
c. Harus dapat di gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan
keluarganya.
d. Harus memuat sistem insentif untuk menarik tenaga berkualitas, mendorong
peningkatan prestasi dan produktivitas kerja, menumbuhkan inovasi dan
kreativitas, dan menurunkan perpidahan kerja karyawan.
e. Harus mampu menjamin kelansungan perusahaan.
f. Harus di susun setara dengan struktur jabatan dan struktur kepangkatan.
g. Harus ada keseimbangan antara gaji pokok, tunjangan dan jaminan sosial.
a. Mempertahankan pekerja;
b. Menjamin perusahaan tetap mempunyai daya saing dengan secara fleksibel;
c. Menyesuaikan diri dengan kondisi bisnis yang selalu berubah;
d. Menjamin keseimbangan biaya dan pendapatan perusahaan degan mengaitkan
pengeluaran dengan keuntungan perusahaan;
e. Meningkatkan motivasi kerja dengan mengaitkan penghargaan yang telah di
terima dengan kinerja setiap pekerja.
Keamanan kerja adalah keamanan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan. UU No. 1 Tahun 1970, tanggal 12 Januari
1970, dapat di katakan yang mengatur keamanan kerja yang berlaku untuk semua
tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun
di udara yang berada di wilayah kekuasaan hukum Indonesia. Sasaran keamanan
kerja adalah keamanan di segala tempat kerja, baik darat, dalam tanah, permukaan
air, dalam air maupun di udara.
Jaminan sosial tenaga kerja di atur dalam UU No. 3 Tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER/04/MEN/1993 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja, Intruksi Menteri Tenga
Kerja No. Ins.02/MEN/1995 tentang Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja Asing di Perusahaan, dan Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 1995 tentang
Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
a. Prinsip kegotoroyongan
b. Prinsip nirlaba
c. Prinsip keterbukaan
d. Prinsi portabilitas
e. Prinsip kepesertaan bersifat wajib
f. Prinsi dana amanat
g. Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial nasional dalam undan-undang
ini adalah hasil berupa dividen dari pemegang saham yang di kembalikan
untuk kepentingan peserta jaminan sosial.
a. Magang dan murid yang bekerja pada perusahaan, baik yang menerima upah
maupun tidak,
b. Mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika ang memborong adalah
perusahaan,
c. Narapidana yang di pekerjakan di perusahaan.
2. Jaminan Kematian
Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja,
keluarganya berhak atas jaminan kematian. Jaminan kematian tersebut meliputi
biaya pemakaman dan santunan berupa uang. Urutan penerimaan yang di utamakan
dalam pembayaran santunan kematian dan jaminan kematian tersebut ialah janda
atau duda, anak, orang tua, cucu, dan kakek atau nenek, saudara kandung, mertua.
Jaminan hari tua di bayarkan secara sekaligus, atau berkala, atau sebagian
berkala, kepada tenaga kerja karena telah mencapai usia 55 tahun atau cacat total
tetap setelah di tetapkan oleh doker. Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia.
Jaminan haritua di bayarkan kepada janda atau duda atau anak yatim piatu.
Jaminan hari tua tersebut, dapat di bayarkan sebelum tenaga kerja berusia 55 tahun,
setelah mencapai masa kepesertaan tertentu, yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Tabel 4. 1.
UMP Tahun 2010 di 33 Provinsi di Indonesia Terhadap UMP Tahun 2009 serta
Persentase Kenaikan
Masalah khusus adalah masalah yang perlu di tangani secara cepat dan tuntas,
karena masalah tersebut memiliki potensi menimbulkan masalah lain yang lebih
serius. Masalah khusus tersebut adalah:
1. Pengupahan
2. Pemogokan
Secara umum PHK merupakan kejadian yang tidak di inginkan oleh semua
pihak karena merugikan pekerja, pengusaha atau keduanya, dan masyarakat.
Apabila keadaan perusahaan benar-benar menurun, maka sebelum sampai kepada
keputusan PHK, perlu di ambil langkah secara bertahap, yaitu (a) mengurangi
giliran kerja; (b) membatasi atau menghapus kerja lembur; (c) mengurangi jam
kerja atau hari kerja; (d) mengadakan penghematan atau meningkatkan efisiensi;
(e) melaksanakan percepatan pensiun; (f) meliburkan karyawan secara bergilir atau
merumahkan karyawan untuk sementara.
4. Pengawasan Ketenagakerjaan
Agar ketentuan yang berlaku dapat di terapkan dengan baik, pengawasan perlu
mendapatkan dukungan dari semua pihak, khususnya dari karywan dan serikat
pekeja dengan cara memberikan informasi tentang pelanggaran yang terjadi di
perusahaan.
5. Kesejahteraan Karyawan
3. Biaya Hidup
Biaya hidup suatu daerah akan menentukan besarnya tingkat upah yang
berlaku di daerah tersebut. Hal ini terjadi untuk tetap mempertahankan
kesejahteraan karyawan/pekerja.
4. Kemampuan Perusahaan
6. Produktivitas Kerja
7. Kebijakan Pemerintah
ILO mengeluarkan konvensi No. 131 dan rekomendasi No. 135 mengenai
penetapan upah minimum di berkembang. Standar ini di gunakan sebagai pedoman
dalam penetapan upah minimum selain kebijakan nasional yang di berlakukan di
negara tersebut. Permasalahan utama mengenai pentapan upah minimum adalah
kesalahan dalam penafsiran arti upah minimum, upah minimum adalah upah
terendah bagi karyawan tingkat terendah dalam masa kerja kurang dari satu tahun.
Karyawan yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dengan masa kerja yang
lebih lama tentu akan mempunyai upah yang lebih besar daripada upah minimum.
Permasalahan kedua dalam upah minimum adalah penetepan standar kebutuhan
fisik minimum, kebutuhan hidup minimum, dan kebutuhan hidup layak di dasarkan
pada pekerja yang masih lajang. Hal inilah yang menyebabkan karyawan tidak
setuju dengan standar tersebut terutama karyawan yang telah berkeluarga.
Yang merupakan hak para pihak yang terlibat dalam terlibat dalam hubungan
industrial ini adalah semua yang harus di terima, baik di terima oleh karyawan
dan/atau serikat pekerja dan pengusaha, atau pihak lain seperti pengusaha dan
pemerintah. Salah satu hak karyawan yang sangat sensitf adalah masalah
pengupahan.
Daftar Pustaka
Azfar, O. Dan Danninger, S. (2001). Profit Sharing, Employment Stabling, and
Wage Growth. Industrial and Labor Relations Review, 54 (3): 619-630.