Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya khususnya bagi Kami yang telah menyelesaikan makalah.

          Dalam menulis karya ilmiah ini, alhamdulillah Kami tidak mendapatkan kendala –
kendala, sehingga penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu Kami jika
seandainya dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan harapan,
untuk itu kami dengan senang hati menerima masukan, kritikan dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga apa yang di harapkan kami
semua dapat di capai dengan sempurna. Amin.

Pekanbaru, 26 Oktober 2019

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ...................................................................................................... i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang ......................................................................................................1


Rumusan Masalah ......................................................................................................1
Tujuan Penulisan ......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
Ilmu dakwah perspektif ontologis

Iman Kepada Kitab-Kita Allah ....................................................................................... 2

Iman Kepada Rasul-Rasul Allah ..................................................................................... 4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan...................................................................................................................... 8
Saran ............................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk mengabdikan diri kepada-Nya, Allah
menyatakan  dalam beberapa firmannya bahwa manusia dikirim ke bumi ini dengan tujuan
untuk menjadi khalifah-Nya, untuk mengemban amanat-Nya, dan untuk memenuhi janji
dengan-Nya. Maka haruslah ada aturan untuk mengabdikan diri. Tanpa aturan mustahil
pengabdian diri dapat dilaksanakan.
Dalam aturan ini haruslah datangnya dari Allah sendiri. Sebab manusia mustahil
manusia tidak akan dapat membuat aturan tersebut yang sesuai dengan keinginan Allah.
Karena manusia tidaklah mungkin dapat mengetahui apa yang diinginkan Allah. Jangankan
keinginan Allah, keinginan manusia yang lain saja tidak dapat diketahui oleh manusia.
Karena itulah Allah yang Maha Tahu mengirimkan aturan kepada manusia dalam bentuk
kitab suci dengan perantara rasul-Nya. Oleh karenanya, manusia harus beriman kepada
kitab suci dan juga kepada Rasul Allah. Maka dalam makalah ini akan mencoba
menyajikan dan menjelaskan beberapa hal yang berkaitan tentang ilmu dakwah perspektif
ontologis

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perspektif ontologis ?
2. Bagaimana ilmu dakwah perspektif ontologis ?
3. Bagaimana objek kajian ilmu dakwah ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian perspektif ontologis
2. Dapat memahami tentang ilmu dakwah perspektif ontologis
3. Dapat mengetahui objek ilmu dakwah
BAB II
PEMBAHASAN

ILMU DAKWAH PERSPEKTIF ONTOLOGIS

Ontologis menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara-cara yang

berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan (seperti objek-objek

fisis,hal universal,abstraksi,bilangan dan lain-lain) dapat dikatakan ada . Dalam kerangka

tradisional, ontologi dianggap sebagai teori mengenai primsip-prinsip umum mengenai hal “ada”

, sedangkan dalam pemakaian nya pada akhir-akhir ini ontologi dipandang sebagai teori

mengenai “apa yang ada”. Ontologi berusaha mengungkap kan makna eksistensi , tidak termasuk

mengenai persoalan asal mula perkembangan dan struktur kosmos (atau alam semesta)

Filsafat dakwah menurut sistematika filsafat yang dibuat the liang gie termasuk dalam filsafat

khusus masalah ontologi dari filsafat dakwah berkaitan dengan pandangan tentang hakikat ilmu

atau pengetahuan ilmiah di sekitar persoalan dakwah. Dengan demikian , aspek ontology dalam

tulisan ini dibatasi maksud nya ada eksistensi dakwah apa yang nyata secara fundamental dalam

dakwah. 1

A. Objek kajian ilmu dakwah

Sebelum mendiskusikan objek kajian ilmu dakwah, terlebih dahulu akan dikemukakan

pendapat al-faruqi tentang dakwah. Dalam salah satu karya nya, ismail al-faruqi mengemukakan,

dakwah berhubungan dengan islam. Islam menempatkan yang benar dan yang salah dengan

sangat jelas. Kebenaran menjadi nyata karna disisi lain nya kesalahan menjadi tampak nyata.

1
Bustanuddin Agus, Pengembangan ilmu-ilmu sosial, Studi Banding Antara Ilmiah dan Ajaran
Islam, (Jakarta: Gema Insani Press 1999), hlm 23.
Dakwah berpihak pada kebenaran yang dalam mencapai tujuan nya tidak lebih dari sekedar

menemumbuhkan pembenaran atas kebenaran yang timbul secara sadar sukarela tanpa paksaan.

Dakwah bukanlah suatu perkejaan magis, ilusi atau usaha menumbuhkan kesenangan

Sumber ajaran islam membuat pembedaan secara tegas antara kebenaran dan kesalahan, al-haq

dan al-bathil, antara ma’ruf dan mungkar dakwah islam memihak pada kebenaran,al-haq dan

ma’ruf karna kebenaran, al-haq dan ma’ruf lah yang sesuai dengan fitrah manusia dengan

demikian, ada hubungan antara islam, dakwah,fitrah manusia dan kebenaran maka dalam

dakwah tidak ada paksaan, tidak ada tipu muslihat, tidak ada pendangkalan fungsi akal, tidak ada

pengkaburan kesadaran dan penciptaan prokondisi negative lain yang akan mendorong pada

penerimaan dakwah secara paksa. Oleh karna itu, kita mungkin dapat dengan mudah memahami

pemikiran bahwa hakikat dakwah adalah mengajak manusia kembali kepada hakikat fitri yang

tidak lain adalah jalan allah swt.

Merujuk pada pengertian dakwah itu, dapat dibangun beberapa hubungan, yaitu variable iman

dan amal saleh di satu pihak dan hubungan Khairu al-bariah dan khairu al-ummah dipihak lain.

Hubungan-hubungan antar kategori itu dapat di terangkan sebagai berikut :

tujuan akhir dakwah islam adalah terwujud nya khairu al-ummah, yang basis nya didukung

oleh muslim yang berkualitas khairu al-bariah (QS al-bayyinnah [98] :7-8).

Khairu al-bariah dapat terwujud, jika iman dapat ditransformasikan menjadi perilaku saleh

(amal saleh dalam semua segi kehidupan), nilai-nilai islam ditransfarmasikan menjadi realitas

islam, ideal-ideal islam di transfarmasikan menjadi tatanan islam, konsep-konsep islam

ditranfarmasikan menjadi lembaga-lembaga islam dan sebagainya. 2

2
Amrullah Achmad, “Dakwah Islam Sebagai Ilmu “, Makalah, hlm. 25-26.
Objek material ilmu dakwah, menurut penjelasan cik hasan bisri adalah unsur substantial ilmu

dakwah yang terdiri dari enam komponen , yaitu da’i mad’u , metode , materi , media , dan

dakwah. Sedangkan objek formal dakwah adalah sudut pandang tertentu yang dikaji dalam

disiplin utama ilmu dakwah. Objek formal ilmu dakwah itu berfungsi untuk mengembalikan

manusia kedalam garis fitrah mereka yaitu kesucian.

Perilaku keagamaan adalah ruang terjadinya persentuhan antara objek material ilmu dakwah

dengan ilmu – ilmu sosial. Sedangkan perilaku teknologis adalah ruang persentuhan objek

material ilmu dakwah dengan penerapan ilmu teknologi untuk kesejahteraan manusia. Bentu-

bentuk empiris dari apa yang menjadi objek formal kajian ilmu dakwah meliputi ajakan untuk

membela dan menerapkan kebenaran melalui media lisan, tulisan, perbuatan nyata.

B. Karakteristik manusia

Manusia adalah sesuatu yang nyata ada , oleh karena itu dapat di pahami adanya eksistensi

manusiawi disamping sisi organik dari segi materialnya. Maka, konsepsi tentang manusia dalam

filsafat merupakan suatu problem yang sangat rumit. Manusia dalam kenyataanya bukan sekedar

suatu materi yang kompleks, tetapi realotas non material.

Sisi material manusia memiliki kualitas – kualitas seperti berat , masa, bentuk , dan volume.

Sisi material manusia ini tunduk kepada hokum-hukum fisika. 3 Eksistensitas itu disebut

eksistensi manusiawi, dalam arti cara berada yang khas dari manusia terdiri dari interaksi –

interaksi dari suatu kumpulan unsur-unsur. Ada empat filosof yaitu seni , kepercayaan , filsafat ,

dan ilmu.

3
Muhammad Baqir al-Shadr, Falsafatuna, terj. Mufid Bin Ali, (Bandung: Mijan, 1995).
Keempat unsur itu saling berinteraksi , antara unsur -unsur eksistensi manusiawi itu telah

melahirkan cara berada manusia yang unik. Jika interaksi itu terjadi secara stabil untuk rentan

waktu tertentu maka akan dapat di jelaskan suatu lapisan dari kompleksitas eksistensi

manusiawi. Teologi muncul pada diri manusia ketika ada hubungan antara unsur kepercayaan

dan filsafat. Hubunghan antara unsur ilmu dan seni akan mewujudkan teknologi . arsitektur,

perancangan industri.

C. Interaksi tuhan , manusia ,dan alam

Menurut al-quran , keberadaan alam semesta diciptakan oleh allah swt. Seperti dapat di pahami

dari ayat-ayat berikut:

1. Tidaklah kamu perhatikan bagaimana allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat

-tingkat ? ( QS Nuh [71] : 15 )

2. Dan alah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari

sebagai pelita ? ( QS Nuh [71] : 16 )

Dalam kaitan itu , allah swt. Selau menetapkan ketentuan -ketentuan bagi setiap

ciptaanya, sesuai dengan ayat -ayat berikut :

1. Matahari dan bulan ( beredar ) menurut perhitungan ( QS Ar-rahman [55] : 5 )

2. Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung -gunung dan

kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran ( QS Al – hijr [15] : 19 )

Ketentuan -ketentua allah swt. Untuk setiap ciptaanya itu dikenal sebagai istilah sunnahtullah,

yaitu suatu konsep yang di kembangkan aliran teologi mu’ tazila ketika menjelaskan kekuasaan

allah swt yang di batasi oleh kebebasan manusia. Ciptaan allah swt itu tidak terhitung jumlah dan

jenisnya. Namun terhadap ciptaan allah swt itu dapat di kelompokkan kedalam dua macam .
yaitu , ciptaan allah swt yang dapat di tangkap oleh indra dan instrumen yang di miliki manusia.

Ciptaan jenis ini dikenal dengan dunia empiris . dan lainnya adalah ciptaan allah swt . yang tidak

akan ditangkap oleh kemampuan manusia. Ciptaan jenis ini dikenal dengan dunia non empiris.

Manusia menduduki tempat amat khusus. Manusia adalah satu satu nya ciptaan allah swt. Yang

memiliki dua potensi sekaligus potensi untuk mengelola dan merusak alam semesta hal itu secara

normatif ditunjukkan oleh sejumlah ayat-ayat al-quran yang sebagian diantara nya memuji dan

sebagian Yang lain mencela manusia.4

Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik baik nya (QS at-tin [95] :4). Disamping itu

Digambar kan pula dalam al-quran hal-hal negatif mengenai manusia, seperti ayat-ayat berikut :

1. Dan sesungguhnya kami telah mengulang-ulang bagi manusia dalam al-quran ini

bermacam-macam perumpamaan dan manusia yang paling banyak membantah (QS

al-kahfi [18] : 54)

2. Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagai mana ia mendoa untuk kebaikan. Dan

adalah manusia bersifat tergea-gesa (QS al-isra [17] : 11).

Manusia cenderung melakukan ketundukkan kepada allah swt. Secara sungguh sungguh ketika

tertimpa musibah dan sebaliknya dan ketika manusia mendapat kenikmatan atau anugrah,

mereka cenderung melupakan allah swt.

D. Pengertian Islam

Secara harfiyah, islam bentuk lain dari terma asmala merujuk pada sebuah ayat berikut, berarti

"menyerahkan jiwa/ diri kepada... " Yakni QS al-baqarah 2:112 yang artinya :

4
Fuad Amsyari, Islam Kaffah, Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1995), hlm. 57-59.
(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat

kebajikan, maka baginya pahala disisi Tuhan nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka

dan tidak (pula) mereka bersedih.

Atau berarti "menaati dengan tulus hati/mengikhlaskan kepada kebenaran" Sesuai dengan QS

Al-Jinn yang berarti: "Dan sesungguhnya diantar kami ada orang orang yang taat dan ada (pula)

orang orang yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang taat. Maka mereka itu benar-

benar telah memilih jalan yang lurus. "

Dengan memerhatikan beberapa makna nya itu, maka dapat di kemukakan bahwa,

Islam menuntut penyerahan diri kepada Allah SWT. Dengan menyerah diri kepada Allah,

seseorang akan mampu mengembangkan seluruh kepribadian nya secara menyeluruh dan oleh

karena nya, ia akan dapat meraih keselamatan, kesejahteraan, kedamaiann.

Pengertian islam tersebut dapat di pikiran kan sebagai pemaknaan islam sebagai sikap

jiwa. Di samping itu, islam juga merupakan nama dari suata agama, sebagai mana tersirat dalam

ayat ayat berikut: "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah agama Islam.

"(QS Ali-imran 3:19) "Pada hari ini telah kesempurnaankan untuk kamu agamaMu, dan telah

kucukupkan kepadamu nikmatku, dan telah ku ridhai islam itu jadi agamamu bagimu (QS Al-

maidah 5:3)

Pada umumnya islam dimengerti hanya sebagai nama dari sebuah agama, yaitu agama yang

telah " Terorganisasikan", agama formal, agama mapan. Sebagai nama agama, islam

menunjukkan kepada ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Untuk membimbing umat

manusia, bukan cuma untuk umat tertentu. Hal ini dikarenakan nabi Muhammad SAW adalah

utusan Allah yang paling akhir, yang setelah kewafatannya, Tuhan tidak pernah mengutus siapa
pun untuk membawa risalah-nya. Kecuali penerus risalah nabi Muhammad SAW. Sebelum

menjadi nama untuk keyakinan dan ajaran yang dibawa nabi Muhammad Saw, islam diyakini

oleh umat islam sebagai keyakinan dan ajaran yang dibawa oleh nabi Ibrahim a.s. Nabi

Muhammad SAW. Diyakini tidak membawa agama baru, karena pada dasar nya agama Islam

yang dibawanya adalah juga ajaran yang diwahyukan Allah SWT, kepada nabi Ibrahim a.s. dan

juga kepada nabi sebelum nya. Ajaran yang dibawa nabi Ibrahim a.s pada mulanya hanya suatu

keyakinan yang memenuhi dan mengisi sebagian dari unsur esensial yang utama dari eksistensi

manusiawi. Hal itu ditandai dengan sikap nabi Ibrahim a.s yang hanif, yaitu sifat tulus dan sikap

selalu cenderung pada kebenaran. Dalam Al-quran tergambar bahwa nabi Ibrahim a.s adalah

seorang yang lurus pemikiran dan seluruh hidupnya, yang disucikan dan terpilih. Ketika Alquran

menyebutkan "agama Ibrahim" Maka kurang lebih maksudnya adalah agama yang mengajarkan

"tunduk secara tulus dan lurus kepada Allah Swt, penguasa alam semesta.5

Sebagaimana dapat dipahami dari ayat berikut: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu

kepada anak anak nya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata) "Hai anak anakku

sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu maka janganlah kamu mati kecuali dalam

keadaan memeluk agama Islam. (QS Al-baqarah 2:132)

Agama Ibrahim yang tanpa nama itu memiliki nilai penting untuk tiga agama besar: Yahudi,

Kristen dan Islam. Islam terbagi dua yaitu: islam predikatif dan islam esensial. Keduanya secara

analisis dapat dibedakan tetapi. Dikalangan pengkaji islam, pada umumnya ada dua

kecenderungan yang berbeda. Umat islam cenderung mengkaji islam dalam pengertian yang

ideal, islam konsep atau islam interpretasi. Sementara kalangan lain yang kebetulan bukan

5
M. Dawam Rahardjo, “Ensiklopedia Al-quran: Ibrahim”. Dalam Ulumul Quran ,Nomor 4, vol
IV Th 1993,hlm. 57.
pengikut Nabi Muhammad SAW.6 Cenderung mengkaji islam sebagai mana tampil dalam

pernyataan hidup manusia seperti islam historis.

E. Nubuwah dan Risalah

Nubuwwah atau Risalah adalah konsep sebagai hasil pemikiran yang berusaha memahami

kemungkinan adanya kontak antara yang supranatural dan natural. Filsafat kenabian dianggap

sebagai produk pemikiran spesifik dan orisinal dari filosof muslim. Filsafat kenabian tidak

dijumpai dalam khazanah pemikiran Filsafat Yunani. Dalam konteks pembahasan ini, kontak

antara supranatural dan natural menunjukkan pada kemungkinan dan ke tak mustahil adanya

petunjuk Allah SWT. Manusia amat membutuhkan bimbang Allah SWT dalam bentuk agama,

dengan penjelasan misalnya sebagai berikut bahwa sebagian dari unsur eksistensi manusiawi

adalah kepercayaan. Kepercayaan adalah pembeda yang khas antara manusia dan makhluk hidup

lainnya. Maka, manusia pada dasarnya memiliki fitrah keagamaan.

Dalam penyataan, memang ditemukan pada diri manusia untuk beragama. Potensi beragama

ditemukan ada pada diri manusia dalam pengertian bahwa secara eksistensial memiliki sifat sifat

yang dapat mendorong. Ketidak sanggupan dalam mengendalikan diri, dan keterbatasan nya

dalam memahami hal hal ghoib (misalnya sifat dasarnya cenderung mengingkari adanya hari

kiamat. Telah mendorong manusia terlalu spekulatif dalam memahami yang supranatural natural

sebagai fitrah nya untuk berterima kasih kepada yang lain.

Tantangan yang dihadapi manusia juga termasuk faktor pendorong manusia memerlukan

agama, baik tantangan dari luar maupun dari dalam. Tantangan manusia dari dalam misalnya

pada situasi konflik yang ditimbulkan oleh tarik menarik antar sifat sifat positif. Tantangan dari

6
Roger Graudy, Janji – janji islam, terj H.M. Rasyidi, ( Jakarta: Bulan Bintang 1982), hlm 167.
luar misalnya berupa tipu daya orang orang kafir atau rekayasa negatif yang dilakukan oleh

orang orang yang tidak mendekatkan diri sebagai khalifah Allah.


BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Ontologis menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara-cara

yang berbeda dalam mana entitas dari kategori-kategori logis yang berlainan (seperti

objek-objek fisis,hal universal,abstraksi,bilangan dan lain-lain) dapat dikatakan ada.

Sumber ajaran islam membuat pembedaan secara tegas antara kebenaran dan kesalahan,

al-haq dan al-bathil, antara ma’ruf dan mungkar dakwah islam memihak pada

kebenaran,al-haq dan ma’ruf karna kebenaran, al-haq dan ma’ruf lah yang sesuai dengan

fitrah manusia dengan demikian, ada hubungan antara islam, dakwah,fitrah manusia dan

kebenaran maka dalam dakwah tidak ada paksaan, tidak ada tipu muslihat, tidak ada

pendangkalan fungsi akal, tidak ada pengkaburan kesadaran dan penciptaan prokondisi

negative lain yang akan mendorong pada penerimaan dakwah secara paksa.

Ketentuan -ketentua allah swt. Untuk setiap ciptaanya itu dikenal sebagai istilah

sunnahtullah, yaitu suatu konsep yang di kembangkan aliran teologi mu’ tazila ketika

menjelaskan kekuasaan allah swt yang di batasi oleh kebebasan manusia.

2. SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam perbuatan makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan ataupun kesalahan , baik dari penyajian materi maupun penulisan makalah .

hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Tentunya untuk lebih

meningkatkan kualitas makalah berikutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Fuad Amsyari, Islam Kaffah, Tantangan Sosial dan Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1995)

Roger Graudy, Janji – janji islam, terj H.M. Rasyidi, ( Jakarta: Bulan Bintang 1982)

Bustanuddin Agus, Pengembangan ilmu-ilmu sosial, Studi Banding Antara Ilmiah dan Ajaran

Islam, (Jakarta: Gema Insani Press 1999),

Amrullah Achmad, “Dakwah Islam Sebagai Ilmu “.

Muhammad Baqir al-Shadr, Falsafatuna, terj. Mufid Bin Ali, (Bandung: Mijan, 1995).

Anda mungkin juga menyukai