Anda di halaman 1dari 17

PROBLEM SOLVING CYCLE

TENTANG KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS


KASUS OBSTETRI PADA LEMBAR MASUK DAN KELUAR
(RM 1A) PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. SAYIDIMAN MAGETAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 KELAS 2D

NAMA NIM

1. ARIE SEMBIRING (1813462123)


2. ANISA FITRI DAULAY (1813462125)
3. DESI MILNASARI PURBA (1813462128)
4. ENDANG FLORENTINA LAHAGU (1813462131)
5. LETYA FITRI MINERVA TELAUMBANUA (1813462140)
6. LISA MELVICA GIRSANG (1813462141)
7. MILEN PUTRI JUWITA WARURU (1813462142)
8. NURUL RAHMAYENI (1813462148)
9. RATNA SANTI HALAWA (1813462152)

PROGRAM STUDI D-III PEREKAM DAN INFORMASI KESEHATAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan kasih-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Problem Solving Cycle Tentang Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri
Pada Lembar Masuk Dan Keluar (Rm 1a) Pasien Rawat Inap Di Rsud Dr.
Sayidiman Magetan”
Makalah ini telah kami susun dari awal penulisan hingga selesai dengan
semaksimal mungkin. Dalam pembuatan makalah ini, banyak pihak yang telah
membantu kami sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah ini. Untuk
itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dan membantu kami.

Kami menyadari, bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari tata dan susunan dari
kata ataupun kalimatnya. Untuk itu, kami memohon maaf atas ketidaksempurnaan
makalah ini dan mengharapkan banyak kritik dan saran dari para pembaca sebagai
bahan referensi dan perbaikan kami kedepannya.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang problem solving cycle
tentang keakuratan kode diagnosis kasus obstetri pada lembar masuk dan keluar
(RM 1a) pasien rawat inap di Rsud dr. Sayidiman Magetan ini dapat memberikan
manfaat, memperluas wawasan maupun inspirasi kepada para pembaca.

Medan, 14 April 2020

Hormat kami,

Penyusun
Kelompok 2

i
DAFTAR PUSTAKA

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Manfaat................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Analisis Situasi……………………………………………………….3
2.2 Identifikasi Masalah dan Penentuan Prioritas Masalah………….3
2.3 Pemecahan Masalah ………………………………………………...6
2.4 Analisis Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri dengan
Problem Solution Cycle SWOT……………………………………..8
2.5 Perencanaan Pelaksanaan (Plan On Action)………………………10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan...........................................................................................13
3.2 Saran.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program solution cycle merupakan langkah-langkah yang sistematis yang
terdiri dari analisa situasi, perumusan masalah secara spesifik, penentuan
prioritas masalah, penentuan tujuan, memilih alternatif terbaik, menguraikan
alternative terbaik menjadi rencana operasional dan melaksanakan rencana
kegiatan serta mengevaluasi hasil kegiatan. Problem solution cycle terdiri dari
proses penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah untuk mengatasi
kendala dan mencari solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah.
Manajemen kesehatan merupakan salah bentuk problem solution cycle
dalam dunia kesehatan. Manajemen kesehatan merupakan proses dan upaya
untuk mengoptialkan sumber daya melalui pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan
penilaian agar kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang
menjadi kenyataan di bidang Kesehatan dapat teratasi untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan klien sehingga tujuan organisasi layanan Kesehatan
tercapai.
Siklus manajemen manajemen masalah Kesehatan terdiri dari berbagai
tahap siklus yang meliputi analisis situasi, identifikasi masalah dan
penyebabnya, penentuan prioritas masalah, penetapan tujuan, alternatif
pemecahan masalah, pembuatan rencana operasional, penggerakan dan
pelaksanaan (aktuasi), serta pemantauan, pengendalian dan penilaian.
Berdassarkan Analisa situasi di Rsud dr. Sayidiman Magetan tahun 2014
terdapat maslah khusunya dibagian rekam medis bagian koding diagnosis
kasus obstetri pada lembar masuk dan keluar (RM 1a) pasien rawat inap yang
tidak akurat, tidak lengkap dan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan maslah yang akan dibahas yaitu bagaimana problem
solving cycle terhadap keakuratan kode diagnosis kasus obstetri pada lembar
masuk dan keluar (RM 1a) pasien rawat inap di Rsud dr. Sayidiman
Magetan?”
1.3 Manfaat
Dari makalah ini, diharapkan para pembaca dan mengetahui problem
solving cycle (proses penemuan masalah, analisis dan pemecahan masalah)
terhadap keakuratan kode diagnosis kasus obstetri pada lembar masuk dan
keluar (RM 1a) pasien rawat inap di Rsud dr. Sayidiman Magetan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Situasi


Rumah Sakit Umum Dareah (Rsud) dr. Syidiman Magetan terletak di
Jalan Pahlawan No.2 Magetan, Jawa Timur. Pada tahun 2014, Rsud dr.
Sayidiman Magetan memiliki 254 tenaga kesehatan, termasuk tenaga
keteknisian medis sebanyak 18 orang yang didalamnya petugas bagian rekam
medis berjumlah 8 orang dengan petugas koding sebanyak 2 orang. Jumlah
pasien rawat inap sebanyak 1.812 pada tahun 2014 dengan jumlah pasien
kasus obsetri berjumlah 223 orang.

2.2 Identifikasi Masalah dan Penentuan Prioritas Masalah


a) Identifikasi Masalah
Melalui analisis situasi akan dihasilkan berbagai macam masalah.
Masalah adalah kesenjangan yang dapat diamati antara situasi dan kondisi
yang terjadi dengan situasi dan kondisi yang diharapkan, atau kesenjangan
yang dapat diukur antara hasil yang mampu dicapai dengan tujuan dan target
yang ingin dicapai.
Berdasarkan analisis situasi di Rsud dr. Sayidiman Magenta tahun 2014
dapat ditemukan masalah diantaranya adanya kesenjangan antara jumlah
tenaga kesehatan dengan jumlah pasien khusunya rawat inap, minimnya
petugas rekam medis jika dilihat dari banyaknya pasien sekaligus dokumen
yang harus dikerjakan, kurangnya petugas koding yang mengkoding padahal
koding sangat menentukan diagnose dan administrasi pasien.

3
b) Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah ditemukan beberapa masalah antara
lain kesenjangan antara jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah pasien
khusunya rawat inap, minimnya petugas rekam medis jika dilihat dari
banyaknya pasien sekaligus dokumen yang harus dikerjakan, kurangnya
petugas koding yang mengkoding yang berpengaruh pada keakuratan kode
diagnosis kasus obsetri padahal koding sangat menentukan diagnose dan
administrasi pasien. Dari data tersebut, yang menjadi prioritas masalah dan
berdasrkan data yang ingin kami analisis maka masalah keakuratan kode
diagnosis kasus obstetri pada lembar masuk dan keluar (RM 1a) pasien rawat
inap di Rsud dr. Sayidiman Magetan.
Standart dan etik pengodean (coding) yang dikembangkan AHIMA,
meliputi beberapa standar yang harus dipenuhi oleh seorang pengode (coder)
profesional, salah satunya adalah akurat, komplet, dan konsisten untuk
menghasilkan data yang berkualitas. Untuk pengodean yang akurat
diperlukan rekam medis pasien yang lengkap. Rekam medis harus memuat
dokumen yang akan dikode seperti pada lembar depan, antara lain RM 1,
lembaran operasi dan laporan tindakan, laporan patologi dan resume pasien
keluar. (Fitriati Kasim dan Erkadius, 2010)

 Analisis SWOT
Populasi dalam kasus obsetri ini adalah 223 dokumen pasien rawat Inap
di RSUD dr. Sayidiman Magetan periode triwulan 1 tahun 2014. Sampel
penelitian ini 45 dokumen yang diambil dari 20% total populasi. Berdasarkan
observasi yang dilakukan peneliti terhadap 45 dokumen rekam medis kasus
obstetri pasien rawat inap di RSUD dr. Sayidiman Magetan periode triwulan I
tahun 2014 (Lampiran 2) didapatkan dokumen dengan diagnosis kasus
obstetri yang akurat sebanyak 12 (27%) dan yang tidak akurat sebanyak 33
dokumen (73%).

4
S (Strenght) W (Weakness)
a. Ada SOP pemmberian kode a) SOP pemberian kode penyakit
penyakit yang kurang tepat
b) Petugas koding kedua bukan
b. Ada dua orang petugas koding merupakan lulusan D3 Rekam
Medis
c) Hanya membuka ICD-10
c. Petugas koding pertama lulusan
volume 3 tanpa cek pada
D3 Rekam Medis
volume 1
d) Mengggunakan ICD-10 edisi
d. Menggunakan ICD-10 edisi 2010
1994
e. Ada informasi penunjang dalan e) Tidak ada audit kodibg secara
penetuan kode kasus obsetri periodic
f. Ada fasilitas internet untuk
mengakses informasi pengodean f) Petugas tidak diikutkan dalam
jika kesulitan memahami pelatihan pengodean
diagnose
g) Tidak ada aturan penulisan
g. Dokter bisa dikonfirmasi
diagnose
h. Perawat obsetri membantu
h) Beban kerja tinggi
petugas koding

O (opportunity) T (Threat)
a. Adanya pelatihann untuk petugas
a) Kode tidak akurat
koding
b. ICD-10 edisi ter-update b) Besar pembiayaan tidak sesuai
c. Rotasi petugas c) Salah pelaporan rumah sakit
d) Pengambilan keputusan yang
d. Revisi SOP
tidak tepat

5
Deskripsi ketidakakuratan kode diagnosis kasus obsetri pada
dokumen rekam medis pasien rawat inap di RSUD dr.Sayidiman Magetan
terjadi karena beberapa sebab kesalahan.yaitu :
N
Penyebab Ketidakakuratan Jumlah Presentase
o.
1. Salah karakter ke-tiga 1 3
2. Salah karakter ke-empat 27 82
3. Diagnosis tidak terkode 5 15
Jumlah 33 100
Dari table diatas dapat diketahui bahwa ketidakakuratan kode diagnosis
kasus Obstetri pada dokumen rekam medis pasien rawat inap di RSUD dr.
Sayidiman Magetan periode triwulan I tahun 2014 yang terjadi pada 33
dokumen paling banyak dikarenakan petugas koding melakukan kesalahan
dalam memberikan kode pada karakter ke-empat yaitu pada 27 dokumen atau
82%. Sedangkan diagnosis tidak terkode terjadi pada 5 dokumen (15%) serta
1 dokumen (3%) terjadi kesalahan pemberian kode karakter ke-tiga.

2.3 Pemecahan Masalah


Berdasarkan observasi yang dilakukan, dalam melakukan pengodean
petugas koding hanya membuka ICD-10 volume 3 tanpa membuka volume
1. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab ketidakakuratan kode.
Menurut (Kasim dan Erkadius, 2013) dalam memberikan kode agar kode
yang dipilih akurat maka harus mencari leadterm pada volume 3 dan
membaca secara seksama serta mengikuti petunjuk dan catatan yang muncul,
kemudian setelah mendapatkan kode dari volume 3 harus melihat daftar
tabulasi pada volume 1 untuk mencari kode yang paling tepat, mengikuti
pedoman inclusion dan exclusion, kemudian langkah terakhir yaitu
menentukan kode.

Di dalam SOP Pemberian Kode Penyakit di RSUD dr. Sayidiman


Magetan (Lampiran 1) ada hal yang tidak tepat terkait langkahlangkah
pengodean khususnya pada poin ke 2 “membaca dan memberi kode penyakit
sesuai dalam buku ICD-10 volume III” dan poin ke-3 yaitu “agar pemberian
kode penyakit lebih tepat, dapat juga membuka ICD-10 volume 1” hal ini
terkesan langkah membuka volume 1 hanyalah langkah opsional, bukan
keharusan sehingga petugas tidak harus melakukannya.
Berdasarkan observasi terhadap 45 dokumen rekam medis kasus obstetri
khususnya pada Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) pasien rawat inap di
RSUD dr. Sayidiman Magetan periode triwulan I tahun 2014 didapatkan hasil
tingkat keakuratan kode diagnosis kasus Obstetri sebesar 27% (12 dokumen),
sedangkan ketidakakuratan kodesebesar 73% (33 dokumen).
Penyebab ketidakakuratan kode paling banyak dikarenakan petugas
koding melakukan kesalahan dalam memberikan kode pada karakter ke-
empat yaitu pada 27 dokumen (82%) dan terdapat 5 dokumen (15%) yang
diagnosisnya tidak terkode, serta 1 dokumen (3%) yang terjadi kesalahan
pemberian kode karakter ke-tiga.
Berikut penyebab ketidakakuratan kode diagnosis kasus Obstetri pada
Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) pasien rawat inap di RSUD dr.
Sayidiman Magetan periode triwulan I tahun 2014:
a. Kesalahan pemberian karakter ke-tiga Kesalahan pemberian karakter ke-
tiga yang menyebabkan kode tidak akurat terjadi pada 1 dokumen yaitu
pada dokumen pasien dengan kasus Obstetri yang didiagnosa oleh dokter
Late HPP danoleh petugas koding dikode O73 (Retained placenta and
membranes, without haemorrhage) yang seharusnya kodenya adalah
O72.3
b. Kesalahan pemberian karakter ke-empat Kesalahan pemberian karakter
keempatpada metode persalinan pada diagnosis kasus obstetri terjadi
dikarenakan petugas koding kurang teliti dalam membaca dan
memperhatikan informasi penunjang yang terdapat pada hasil
pemeriksaan anamnesa dan laporann persalinan Kala II.
7
c. Diagnosa tidak terkode terjadi pada 5 dokumen rekam medis pasien rawat
inap kasus Obstretri di RSUD dr. Sayidiman Magetan periode triwulan I
tahun 2014. Berdasarkan hasil wawancara, petugas koding mengakui hal
tersebut dikarenakan petugas tidak bisa membaca diagnosa dan terkadang
tidak tahu kodenya. Salah satunya ditemukan pada Lembar Masuk dan
Keluar (RM 1a)
2.4 Analisis Keakuratan Kode Diagnosis Kasus Obstetri dengan Problem
Solution Cycle SWOT
No. S (Strenght) W (Weakness)
Ada SOP Pemberian Kode Petugas koding II berpendidikan
1.
Penyakit SMA
Ada dua orang petugas koding,
2. petugas I D3 RM, petugas II Menggunakan ICD-10 Edisi 1994
SMA
Menggunakan ICD-10 Edisi Hanya membuka ICD-10 volume
3.
2010 3 tanpa memeriksa volume 1
Ada informasi penunjang dalam Tidak ada aturan penulisan
4.
penentuan kode kasus obsetri diagnosis
Ada fasilitas iinternet untuk
mengakses informasi pengodean
5. Tidak ada pelatihan pengodean
jika kesulitan memahami
diagnose
Tidak ada audit koding secara
6. Dokter bisa dikonfirmasi
periodik

8
No. O (Oppurtunities) Strategi SO Strategi W
Adanya pelatihan Mengikutkan
Adanya pelatihan
1. untuk petugas petugas koding
untuk petugas koding
koding dalam pelatihan
2. ICD-20 edisi ter- Penggunaan SDM Memberikan
update koding yang optimal pelatihan/review
singkat mengenai
cara penentuan kode
yang benar dengan
ICD-10 terbaru
Menerapkan ICD-10
edisi terbaru kepada Membuat aturan
3. Rotasi petugas dekua petugas koding tentang penulisan
supaya seragam dan diagnosis
akurat
Segera melakukan
konfirmasi kepada Membuat analisis
4. Revisi SOP medis dan paramedis beban kerj apetugas
apabila petugas koding
kesulitan
Dokter bisa
5.
dikonfirmasi
Perawat obsetri
6. membantu petugas
koding

9
No. T (Threats) Strategi SO Strategi W
Kurangnya Pemberian punish- Merevisi SOP sesuai
pengetahuan petugas ment kepada petugas dengan tata cara
1.
koding terhadap koding yang pengodean yang
pembahaaruan ICD melakukan kesalahan besar
2. Besar pembiayaan Melakukan Melakukan analisis
tidak sesuai komunikasi dengan terhadap hasil output
verfikator BPJS laporan
tentang penentuan
kode yang
mempengaruhi
pembiayaan
Melakukan audit
Salah pelaporan koding secara
3.
rumah sakit periodik dengan
komite medis.
Pengambilan
4. keputusan yang tidak
tepat

2.5 Perencanaan Pelaksanaan (Plan On Action)


Perencaan pelaksaan dilakukan berdasarkan pemecahan masalah dan analisis
SWOT. Berdasarkan hal tersebut maka penyelesaian yang dilakukan dalam
perencanaan pelaksanaan diantaranya:
1. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa hal yang
paling dominan menyebabkan kode diagnosis kasus obstetri tidak akurat
berasal dari factor sumber daya manusia dan Standard Operating
Procedure (SOP).
2. Dari segi sumber daya manusia yakni 2 orang petugas koding keduanya
belum mempunyai pengetahuan tentang tata cara pengodean yang benar.
Menurut Hutapea dan Thoha (2008) pengetahuan merupakan komponen
utama kompetensi. Sebagai perekam medis yang mempunyai kompetensi,
petugas koding harus memiliki pengetahuan tentang penggunaan ICD-10
dan cara menentukan kode yang benar. Dalam melakukan kegiatan
pengodean petugas tidak selalu mereview berkas rekam medis yang yang
akan dikode, hal ini menunjukkan bahwa petugas tidak konsisten dalam
10
menemukan informasi penunjang diagnosis yang dapat mempengaruhi
keakuratan kode.Pengetahuan tersebut diperoleh dari jalur pendidikan dan
pelatihan.Berdasarkan hasil observasi, petugas koding II tidak mempunyai
latar pendidikan D3 Rekam Medis dan keduanya belum mendapatkan
pelatihan.Menurut Hutapea dan Thoha (2008) sumber daya manusia harus
mendapatkan pendididikan dan latihan dalam rangka memperbaiki
kemampuan kerja.Lebih lanjut dikatakan Heidjrachman (2008)
kompetensi seseorang dapat ditingkatkan melalui pelatihan.
3. Agar penentuankode diagnosis akurat diperlukan suatu perangkatin
struksi atau langkah-langkah yang dibakukan dalam bentuk Standart
Operating Procedure (SOP). SOP merupakan tata cara atau tahapan yang
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerjatertentu. Tujuanumum SOP
adalah untuk mengarahkan kegiatan agar tercapai tujuan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku
(Depkes, 2006).
4. Di RSUD dr. Sayidiman Magetan sudah terdapat SOP tentang pemberian
kode penyakit dengan ICD10 dengannomor 445/68/403.211/2009 akan
tetapi dalam SOP tersebut masih belum memuat
langkahlangkahpengodean yang benar menurut ICD-10. Hal tersebut
ditunjukkan padapoinke-tigayakni “agar pemberian kode penyakit lebih
tepat, dapat juga membuka buku ICD-10 volume 1”.Menurut (WHO,
2010) langkah pengodean membuka volume 1 adalah langkah yang harus
dilakukan mengingat semua keterangan terdapat pada volume 1.
5. Menurut (WHO, 2010) pengodean dengan menggunakan ICD-10
berfungsi sebagai klasifikasi statistik morbiditas dan mortalitas. Kode
yang dihasilkan oleh petugas koding menjadi sumber data yang akan
diolah dan digunakan sebagai bahan pelaporan dan pengambilan
keputusan. Apabila kode yang dihasilkan menggunakan (.9 atau
unspecified) maka menunjukkan mutu pelayanan Rumah Sakit buruk.

11
6. Ketidak akuratan kode yang terjadi dikhawatirkan akan menimbulkan
dampak yang dapat mengancam bahkan mengganggu jalannya kegiatan di
RS terutama pada kegiatan pengodean dan kegiatan lain yang terkait,
antara lain: terjadi ketidaksesuaian besar pembiayaan atas pengobatan dan
tindakan yang dilakukan terhadap pasien. Baik up code maupun down
code sehingga sangat berpotensi menimbulkan fraude and abuse. Hal lain
yang terkait dengan keakuratan kode tentu saja pelaporan rumah sakit.
Menurut (Wittayawarawat dkk, 2007) Ringkasan diagnosis yang benar
dan pengodean untuk keadaan (pasien) Obstetri sangat penting bagi
sistem pelaporan rumah sakit karena dapat membantu mengidentifikasi
keakuratan masalah Obstetri dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan, perencanaan kesehatan dan keamanan, keuangan pelayanan
kesehatan dan penelitian. Jika kode yang dihasilkan tidak akurat, maka
akan menghasilkan pelaporan yang tidak baik pula sehingga bahkan dapat
menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan dan penelitian.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahsan diatas tentang bagaimana problem solving cycle
terhadap keakuratan kode diagnosis kasus obstetri pada lembar masuk dan keluar
(RM 1a) pasien rawat inap di Rsud dr. Sayidiman Magetan, maka dapat
disimpulkan:
1. Obstetri pada Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) pasien rawat inap di
RSUD dr. Sayidiman Magetan triwulan I tahun 2014 adalah 27% (12
dokumen). Sedangkan, tingkat ketidakakuratan kode diagnosis kasus
Obstetri sebesar 73% (33 dokumen)
2. Berdasarkan interpretasi SWOT terhadap keakuratan kode diagnosis kasus
Obstetri pada Lembar Masuk dan Keluar (RM 1a) di RSUD dr. Sayi
diman Magetan menunjukkan bahwa factor kekuatan dan peluang yang
dimiliki adalah mengenai SDM, tetapi factor kelemahan dan ancaman
terdapat pada SOP yang belum sesuai dengan tatacara pengodean yang
benar menurut ICD-10

3.2 Saran
Pihak rumah sakit lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas petugas
rekam medis serta manajemen dalam rumah sakit seperti memberikan pelatihan-
pelatihan kepada tenaga kesehatan terutama petugas rekam medis, membuat SOP
yang sesuai dengan aturan dasar dari pemerintah, tetap melakukan pengawasan
dan evaluasi terhadap setiap hasil kerja tenaga kesehatan agar dapat mengurangi
kemungkinan dan potensi terjadi kesalahan yang dapat merugikan pihak rumah
sakit maupun pasien.

13
DAFTAR PUSTKA

Hera. (2016, Juni 21). problem solving cycle. Retrieved from SCRIBD:
https://id.scribd.com/doc/316378750/problem-solving-cycle
Indonesia, K. K. (2014). Badan PPSDM Kesehatan Informasi SDM Kesehatan
versi 4.0.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/info/distribusi_sdmk_rs.
Mahendrani, R. (2017 ). HUBUNGAN PERSEPSI PASIEN. 2-TRIK: Tunas-
Tunas Riset Kesehatan Volume VII Nomor 1, ISSN: 2089-4686 .
Seruni, F. D., & Sugiarsi, S. (2015). PROBLEM SOLVING CYCLE SWOT
KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI PADA
LEMBAR MASUK DAN KELUAR (RM 1a) PASIEN RAWAT INAP DI
RSUD dr. SAYIDIMAN MAGETAN. Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia Vol. 3 No.2 ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X
(Printed).

14

Anda mungkin juga menyukai