Anda di halaman 1dari 30

8

Sifat-Sifat Permukaan Koloid

1. SIFAT-SIFAT PERMUKAAN

1.1 Adsorpsi Gas oleh Zat Padat

Molekul –molekul pada permukaan zat padat atau zat, mempunyai gaya tarik kea rah
dalam, karena tidak adanya gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini
menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya asborpsi. Adsorpsi berbed a dengan
absorpsi . Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam ansorben sedangkan absorpsi zat
yang diserap hanya terdapat pada permukaannya
Daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis adsorbens, jenis gas, luas
permukaa adsorbens, temperature gas, dan tekanan gas.
Untuk suatu adsorbens tertentu, banyaknya gas yang dapat diserap makin besar bila
temperature kritis semakin tinggi atau gas makin mudah dicairkan (Tabel 8.1)
Makin luas permukaan adsorbens, makin banyak gas yang dapat diserap. Luas
permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya serap dihitung tiap satuan massa
adsorbens
Pada adsorpsi gas di permukaan zat padat, terjadi kesetimbangan antara gas yang
diserap dengan gas sisa. Karena itu, daya serap dipengaruhi tekanan, dan temperature.
Makin besar tekanan, makain besar daya serap gas. Sebaliknya, makin tinggi temperature
makin kecil daya serap gas.

190 Kimia Fisika


Tabel 8.1 Adsorpsi gas oleh 1 gram charcoal pada 15 ͦC

Gas Volume Tc ( ͦK)


H2 4,7 33
N2 8,0 126
CO 9,3 134
CH4 16,2 190
CO2 48 304
HCl 72 324
H2S 99 373
NH2 181 406
Cl2 235 417
SO2 380 130

Jenis adsorpsi ada dua macam


a) Adsorpsi fisik atau Van der Waals
 Panas adsorpsi rendah (~10.000 𝑘𝑎𝑙/𝑚𝑜𝑙𝑒)
 Kesetimbangan adsorpsi reversible dan cepat
Misal: adsorpsi gas pada charcoal
b) Adsorpsi kimia adsorpsi aktivasi
 Panas adsorpsi tinggi (20.00-100.000 kal/mole)
 Adsorpsi di sini terjadi dengan pembentukan senyawa kimia, hingga
ikatannya lebih kuat
Misal: adsorpsi CO pada W
O2 pada Ag, Au, Pt, C
H2 pada Ni
c) Bentuk-bentuk campuran
Hubungan antara jumlah zat a=diadsorpsi dan tekanan kesetimbngan atau
konsentrasi kesetimbangan pada temperature tertentu, disebut adsorpsi
isoterm. Ada 5 bentuk adsorpsi isotherm (Gb 8.1)

191 Kimia Fisika


Gb 8.1 Jenis Adsorpsi Isoterm

Adsorpsi Jenis I
Daya adsorpsi di sini naik dengan cepat dengan bertambahnya tekanan. Menurut
Freundiich jumlah zat yang diserap per satuan luas/berat adsorbens, dinyatakan
sebagai berikut:
1
𝑦 = 𝑘. 𝑃 𝑛

y = berat atau volume gas diserap per satuan luas atau berat adsorbens
P = tekanan kesetimbangan
k, n = tetapan, tergantung jenis adsorbens atau jenis gas dan temperature

Rumus dapat ditulis


1
log 𝑦 = log 𝑘 + log 𝑃
𝑛
Grafik log y terhadap P berupa garis lurus. Persamaan yang lebih baik, didapatkan
oleh lrving Langmuir ia mendasari 2 anggapan:
a. Lapisan molekul gas pada zat padat hanya 1 molekul
b. Proses adsorpsi terjadi dari dua proses, yaitu kondensasi dan desorpsi

192 Kimia Fisika


Kecepatan kondensasi :: (1 − 𝜃 )(𝑃)

= 𝑘1 (1 − 𝜃 )(𝑃)

Kecepatan desorpsi :: 𝜃

= 𝑘2 . 𝜃

𝜃 = 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑡𝑢𝑝𝑖 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑘𝑢𝑙


(1 − 𝜃 ) = 𝑏𝑎𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

Gb 8.2 Bagian Permukaan yang Dilapisi Molekul Gas.

Pada kesetimbangan:

Kecepatan adsorpsi = kecepatan desorpsi

𝑘1 (𝑖 − 𝜃 ) = 𝑘2 . 𝜃
𝑘1 𝑃
𝜃=
𝑘2 + 𝑘1 𝑃
𝑏𝑃
=
1 + 𝑏𝑃
𝑘𝑞
𝑏=
𝑘2

𝑦∷𝜃 y=jumlah gas diserap / unit area/ unit massa


𝑘. 𝑏𝑃
𝑦 = 𝑘. 𝜃 =
1 + 𝑏𝑃
𝑎𝑃
=
1 + 𝑏𝑃
a=k b

Persamaan dapat ditulis:


𝑃 1 𝑏
= + ( )𝑃
𝑦 𝑎 𝑎
𝑃
Grafik 𝑦 terhadap P merupakan garis lurus, ini telah dibuktikan untuk adsorpsi N 2 di
atas maka pada 90 ͦC. Demikian pada untuk persamaan Freundiich

193 Kimia Fisika


Adsorpsi jenis II s.d V

Pada jenis II dan III dianggap terjadi multi molecular. Brunauer, Emmet, dan Teller
memberikan persamaan untuk ini:

𝑃 1 𝐶−1 𝑝
= +
𝑉(𝑃° − 𝑃) 𝑉𝑚. 𝐶 𝑉𝑚𝐶 𝑃°

V= volume gas diserap (0℃, 76 cm Hg)

P= tekanan

T= temperature

P°= tetapan uap jenuh gas diserap pada temperature T

Vm= volume gas diserap (0℃, 76 cm Hg), bila lapisan 1 molekul

C=tetapan

𝐶 = 𝑒(𝐸1 − 𝐸𝐿 )/𝑅𝑇

𝐸1 = Panas adsorpsi untuk lapisan pertama

𝐸𝐿 =Panas pencairan gas

Bila 𝐸1 > 𝐸𝐿 diperoleh jenis II 𝐸1 < 𝐸𝐿 diperoleh jenis III

Pada jenis IV dan V kecuali lapisan multi molecular juga terjadi kondensasi gas
pada pori-pori adsorben Bila 𝐸1 > 𝐸𝐿 diperoleh jenis IV 𝐸1 < 𝐸𝐿 diperoleh jenis V

Luas adsorben tiap satuan massa, ditentukan oleh rumus Brunauer, Emmet, dan
Teller:

𝑃𝑂 𝑉𝐵
𝑌΄ = ( ) 𝑁. 𝑆
𝑅𝑇𝑂

Y΄= luas dalam A°2 N= bilangan Avogadro

𝑃𝑂 = 1 atm R= tetapan gas

𝑇𝑂 = 273,2°𝐾 S= luas permukaan yang ditutup 1 molekul

𝑉𝐵 = volume gas diserap untuk membentuk 1 lapisan molekul

194 Kimia Fisika


Untuk N2 pada titik didih (-195,8°𝐶) atau pada udara caiar (-183°𝐶) S=16,2 A°2

1.2 Adsorpsi ZatTerlarut oleh Zat Padat


Zat-zat yang terlarut dapat diadsorpsi oleh zat padat misalnya:
 CH3COOH oleh karbon aktif
 NH3 oleh karbon aktif
 Fenolftalein dari larutan asam atau basa oleh karbon aktif
 Ag+ atau Cl- oleh Ag Cl
 S- oleh As2 S3

C lebih baik menyerap non elekrolit dan makin besar BM makin baik. Zat organic
lebih baik menyerap elektrolit. Adanya pemilihan zat yang diserap menyebabkan
timbulnya adsorpsi negative. Dalam larutan KCl makan H2O diserap ole arang darah,
hingga konsentrasi naik

Menurut Freundiich:

𝑦 = 𝑘. 𝐶

y= massa zat diadsorpsi per massa adsorbens

k= tetapan

C= konsentrasi pafa saat kesetimbangan

n= tetapan

1
log 𝑦 = log 𝑘 + log 𝐶
𝑘

1.3 Adsorpsi pada Permukaan Larutan


Sabun mempunyai daya menurunkan tegangan muka air, tegangan muka air= 72
dyne/cm, adanya 0,0035 molar. Na oleat, menyebabkan tegangan muka air ± 30
dyne/cm pada 25°𝐶. Zat-zat seperti sabun, asam sulfonat tertentu dan zat-zat organic
tertentu yang dapat menurunkan tegangan muka disebut surface active agent.

195 Kimia Fisika


Beberapa elektrolit menyebabkan kenaikan tegangan muka. Zat ini disebut
negative surface activity.
Menurut Gibbs (1878) adanya surface active agent, karena distribusi molekul di
permukaan larutan dan di dalam larutan tidak sama. Menurut Gibbs, besarnya beda
jumlah molekul zat terlarut/unit di permukaan dan di dalam larutan q, ditunjukan oleh
rumus
𝐶 𝑑𝛾
𝑞=−
𝑅𝑇 𝑑𝑐

C= konsentrasi larutan

R= konstante gas
𝑑𝛾
T= temperature absolute = kecepatan perubahan terhadap C
𝑑𝑐

𝑑𝛾
Bila 𝑑 = ϴ maka q positif (permukaan berisi lebih sedikit zat terlarut)
𝑐

𝑑𝛾
= ϴ maka q negative (permukaan berisi lebih sedikit zat terlarut)
𝑑𝑐

Karena bila q positif dipermukaan larutan terdapat lebih banyak zaat terlarut
maka dapay dikatakan bahwa disini terjadi adsorpsi permukaan. Sebaliknya negatif
surface activity merupakan pengurangan zat terlarut dari permukaan.

1.4 Tegangan Permukaan Antara dan Penyebaran Cairan

Gb 8.3 Teganggan Permukaan Antara

Bila 2 cairan A dan B yang tidak bercampur atau bercampur sebgaian pada satu
bejana, pada batas antara keduanya terjadi tegangan permukaan antara yaitu 𝛾𝐴𝐵 yang:

196 Kimia Fisika


 Mempunyai harga antara 𝛾𝐴 dan gB kadang-kadang
 Mempunyai harga yang lebih kecil dari pada𝛾𝐴 dan 𝛾𝐵

𝛾𝐴𝐵 sangat sensitive terhadap impurities dapat diturunkan dengan surface active agent,
tetapi tidakdapat dinaikan oleh elektrolit

Bila cairan murni dengan panjang 1 cm2 dipisahkan mka kerja yang harus
dilakukan:

𝑤𝑐 = 2𝛾 𝑤𝑐 = 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑘𝑜ℎ𝑒𝑠𝑖

Untuk 2 cairan tidak bercampur ata =u bercampur sebagian.

𝑤𝑎 = 𝛾𝐴 + 𝛾𝐵 − 𝛾𝐴𝐵 𝑤𝑐 = 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑎𝑑𝑒𝑠𝑖

Spreading koefisien:

𝑆𝐴 𝐵 = 𝑤𝑎 − 𝑤𝐶𝐵

= 𝛾𝐴 + 𝛾𝐵 − 𝛾𝐴𝐵 − 2𝛾𝐵

= 𝛾𝐴 − 𝛾𝐵 − 𝛾𝐴𝐵

𝑆𝐴𝐵 = koefisien untuk penyebaran cairan B pada permukaan A, 𝑤𝐶𝐵 kerja kohesi B

𝑆𝐵𝐴 = postif, maka B, menyebar pada permukaan

𝑆𝐵𝐴 = negatif, maka B tetap sebagai titik di permukaan A

1.5 Pengunaan Adsorpsi;


Sifat-sifat permukaan dipakai di laboratorium dari industry seperti:
1. Penyebaran gas oleh zat padat
a. C aktif pada tabung Dewar
b. Katalisator pada reaksi gas
c. Gas masker

197 Kimia Fisika


2. Penyerapan zat terlarut dari larutan
a. Menghilangkan zat warna dalam larutan C
b. Konsentasi vitamin-vitamin
c. Analisis kromatografi
d. Analisis
3. Surface active agent dan sebagainya
a. Detergen
b. Water prooting
c. Lubrication

2. KOLOID
Macam-macam koloid
Diameter dari partikel dalam larutan sejati. Selalu lebih kecil dari 1 m𝜇. Bila
diameter partikel-partikel dalam larutan terletak diantara 1 − 100𝑚𝜇, sistem disebut
koloid, dan bila lebih besar dari 100𝑚𝜇 disebut campuran kasar atau dispers kasar. Jadi:
Larutan sejati mempunyai ∅ partikel > 1 m𝜇
Larutan koloid mempunyai 1 m𝜇 < ∅ partikel < 100 m𝜇
Campuran kasar mempunyai ∅ partikel > 100 m𝜇

Koloid ada 3 jenis tergantung dari jenis partikelnya, yaitu:


 Dispres koloid
 Larutan makromolekul
 Koloid asosiasi

Dispers koloid, terdiri dari zat-zat yang tidak larut dengan partikel-partikel yang
terdiri dari gabungan banyak molekul, misalnya dispres koloid Au, As 2, S2 , minyak dalam
air, dan sebagainya

Larutan makromolekul: berupa larutan dari zat-zat dengan molekul yang besar,
hingga mempunyai ukuran koloid, misalnya protein, polivinil alcohol, larutan karet,
atau polimer-polimer lain dalam pelarut dalam pelarut organik.

198 Kimia Fisika


Asosiasi koloid, terdiri atas larutan zat-zat yang larut dengan BM rendah, tetapi
membentuk agregat-agregat misalnya larutan sabun.

2.1 Dispersi Koloid

Dispersi koloid bersidat heterogen, terdiri atas dispers fase dan dispers medium. Baik
dispres fase maupun ataupun dispres medium dapat berupa zat padat, cair, dan gas,
hingga ada 9 bentuk system dispres. Dari ini direduksi menjadi 8, karena gas dan gas
selalu bercampur sempurna. Dari kedelapan jenis ini yang penting ialah: sol, emulsi,
dan gel.

Table 8.2 Jenis Dispers Koloid

Dispers fase Dispers medium Nama Contoh

Padat Gas Aerosol Asap

Padat Cair Sol atau suspensoid AgCl, Al, As2, S3, S dalam
H2O

Padat Padat - Gelas berwarna

Cair Gas Aerosol Kabut

Cair Cair Emulsi atau H2O dalam minyak atau


emulsoid sebaliknya

Cair Padat Geis Opal

Gas Gas - -

Gas Cair Foam Buih sabun

Gas Padat - Batu apung

199 Kimia Fisika


2.1.1 Sol

Sol ialah dispresi koloid zat padat dalam zat cair. Sol dibagi menjadi sol liobik dan
liotik

Pada sol liofobik: butir-butir koloid tidak suka pelarur, misalnya sol logan-logam dan
garam garam dalam air
Pada sol liofilik : butir-butir koloid suka terhadap pelarut, misalnya koloid liofib
yang telah diberi gelatin, kanji, atau kasein.
Bila pelarutnya air disebut soal hidrofob dan sol hidrofil. Sol dapat dibuat dengan
dua cara:
 Kondensasi dari larutan sejati
 Despersi dari dispers kasar

Pada pembuatan sol, sol yang diperoleh biasanya tidak murni tercampur dengan
elekrolit. Zat ini dapat dihilangkan dengan jalan dialysis, elektrodialisis, atau ultrafiltrasi.

Dialisis berdasarkan kenyataan, bahwa elektrolit dapat melewati membrane yang


porous, seperti kertas, perkamen, selofan, atau koludion sedangkan butir-butir koloid
tidak. Dialisis memerlukan waktu lama, karena merupakan proses yang lambat.

Elektro dialisi memperlukan perbedaan potensial di antara membrane-


membrannya, hingga kecepatan elektrolit besar

Ultra filtrasi sama dengan filtrasi biasa, hanya sebagai penyaring dipakai kertas
saring yang dilapisi kolodion, atau memperlukan porselin yang porous atau gelas sinter.
Untuk mempercepat perlu diberi tekanan atau dihisap.

Sifat-sifat sol dapat dibagi:

 Sifat fisika
 Sifat koligatif
 Sifat optis

200 Kimia Fisika


 Sifat kinetic
 Sifat listrik

a. Sifat fisika
Sifa-sifat fisika tergnatung jenis koloidnya. Untuk koloid hidrofob, sifat-sifat seperti
rapat, tegangan muka, dan viskositas hampir sama dengan mediumnya. Pada koloid
liofilik, karena terjadi salvation, sifat-sifat fisiknya sangat berbeda dengan mediumnya.
Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.

b. Sifat koligatif
Sol juga menunjukan sifat koligatif, tetapi lebih rendah daripada sifat koligatif
larutan biasa. Kecuali tekanan osmose, efek ini dapat diabaikan. Ini disebabkan karena
butir-butir koloid terdiri dari beribu-ribu molekul, sedang pengaruh terhadap sifat
koligatif hanya ditemukan oleh jumlah molekul.

c. Sifat optis
Bila seberkas sinar dilewatka larutan sejati sebagian sinar diteruskan dan diserap,
sedikitn sekali yang diserakkan. Sebaliknya bila seberkas cahaya dilewatkan larutan
koloid, sebagain besar sinar diserakkan. Peristiwa ini disebut peristiwa Tyndall . Daya
koloid untuk menyerakkan sinar ini dasar dari ultramikroskop yang ditemukan oleh
Seidenfolf dan Zsgmondy (1903). Dengan mikroskop ini dapat dilihat adanya butir-butir
koloid sebagai butir-butir bercahaya di atas dasar hitam.
Besarmya butir-butir juga dapat dihitung. Massa dari butir-butir koloid ditentukan
dengan penguapan dan penimbangan. Jumlah partikel dihitung di bawah mikroskop
(n). volume masing-masing partikel:

𝑚
𝑉𝑚 = 𝑛.𝑑

d = rapat

4
volume 1 butir = 3 𝜋 𝑟 3 , hingga:

201 Kimia Fisika


4 3 𝑚
𝜋𝑟 = = 𝑉𝑚
3 𝑛. 𝑑
3𝑉𝑚 3 𝑚
𝑟3 = =
4𝜋 4 𝜋𝑛𝑑

3 3𝑉𝑚 3 3𝑚
𝑟= √ =√
4𝜋 4𝜋𝑛𝑑

∅ = 1 = 2𝑟

3 3𝑚 3 3𝑉
𝑚
1 = 2√ = 2√
4𝜋𝑛. 𝑑 4𝜋

∅ logam-logam mulia dalam air 0.2 − 0,6𝜇

d. Sifat kinetic
Menurut Graham, butir-butir koloid berdifusi sangat lambat. Besarnya koefisien
difusi D dinyatakan oleh:
𝑅𝑇 1
𝐷= ( )
𝑁 6𝜋ɳ𝑟

D= jumlah mole koloid berdifusi melewati satuan luas per satuan waktu pada
konsentrasi gradian satu
R= 8.34.107 erg mole-1 det-1
ɳ= viskositas medium dalam poise

butir-butir koloid selalu bergerak menjalani jalan-jalan zig-zag, gerakan ini disebut
gerakan brown. Gerakan ini disebabkan karena benturam molekul-molekul pelarut
terhadap butir-butir koloid. Menurut Einsten, ada hubungan antara koefisien difusi
dengan ∆, yaitu jarak rata-rata pindahnya butir-butir koloid sepanjang sumbu X pada
waktu t

Gb 8.4. Butir-butir Koloid

202 Kimia Fisika


∆2 𝑅𝑇 1
𝐷= 𝑑= ( )
2𝑡 𝑁 6𝜋ɳ𝑟

∆2 𝑅𝑇 1
= ( )
2𝑡 𝑁 6𝜋ɳ𝑟
𝑅𝑇 1
∆2 = ( ) 𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢, 𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙𝑛𝑦𝑎 1 𝑗𝑎𝑚
𝑁 3𝜋ɳ𝑟

Sedimentasi
Karena pengaruh gravitasi dispers koloid akan mengendap. Kalau rapat
butir0butor=dm, dan viskositas medium =ɳ, maka:
d>dm, butir-butir akan mengendap
d<dm, butir-butir akan mengapung
menurut Stokes:
2𝑟 2 𝑔(𝑑 − 𝑑𝑚)
𝑉=

V= kecepatan mengendap
g= percepatan gravitasi
r= jari-jari koloid

Gb. 8.5. Pengendapan Karena Gravitasi

203 Kimia Fisika


𝑑𝑥 2𝑟 2 𝑔(𝑑 − 𝑑𝑚)
=
𝑑𝑡 9ɳ
𝑥2
2𝑟 2 𝑔(𝑑 − 𝑑𝑚) 𝑡2
∫ 𝑑𝑥 = ∫ 𝑑𝑡
𝑥1 9ɳ 𝑡1

2𝑟 2 𝑔(𝑑 − 𝑑𝑚)
(𝑥2 − 𝑥1 ) = (𝑡2 − 𝑡1 )

𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑥 = (𝑥2 − 𝑥1 ) = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
Dari persamaan ini dapat diperoleh r, yaitu jari-jari butir-butir
4 3
𝑚= 𝜋𝑟 𝑑 𝑚 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
3
𝑀 = 𝑁. 𝑚 𝑁 = 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑣𝑜𝑔𝑎𝑟𝑑𝑜

Untuk memperbesar g dapat dipergunakan centrifuge. Dengan ultra centrifuge


g~1.000.000 kali lebih besar. Pengamatan kecepatan ditentukan tanpa menghentikan
centrifuge.

𝑎𝜔2 𝑥 𝜔 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑢𝑡 (𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑙 )𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘


𝑑𝑥 2𝑟 2 𝑔(𝑑 − 𝑑𝑚)
=
𝑑𝑡 9ɳ
𝑔 = 𝜔2 𝑥
𝑑𝑥 2𝑟 2 𝜔2 𝑥(𝑑 − 𝑑𝑚)
=
𝑑𝑡 9ɳ
𝑑𝑥 2𝑟 2 𝜔2 (𝑑 − 𝑑𝑚)
= 𝑑𝑡
𝑥 9ɳ
𝑥2 2𝑟 2 𝜔2 (𝑑 − 𝑑𝑚)
ln = (𝑡2 − 𝑡1 )
𝑥1 9ɳ

Dari harga r dapat diperoleh massa dari BM. Butir-butir car ini disebut cara
kecepatan sedimentadi. Cara ini baik untuk butir-butir yang bentuknya bulat dan sama.

204 Kimia Fisika


Untuk butir yang sama besar, jika tidak perlu bulat, dipakai kesetimbangan
sedimentasi. Bila centrifuge dilakukan lama ,terjadi kesetimbangan, kecepatan
sedimentasi=kecepatan difusi ke larutan ke larutan kembali.

𝑐2 𝑀. 𝜔2 (𝑑 − 𝑑𝑚)(𝑥22 − 𝑥11 )
ln =
𝑐1 2 𝑅𝑇 𝑑

C1 dan C2 konsentrasi x1 dan x2


4
𝑀 = 𝜋𝑟 3 𝑁𝑑
3
M=berat molekul butir-butir

Cara ini telah dipakai untuk menentukan berat molekul protein-proteinyang


mempunyai ukuran koloid

Table III BM Protein dan ultra centrifuge

205 Kimia Fisika


e. Sifat listrik
Butir-butir koloid mempunysi sifat listrik, karena menyerap ion atau molekul medium
dari larutan. Butir-butir koloid liofob menarik ion-ion eletrolit, sedang butir koloid
liofil menarik molekul-molekul medium, dan ini menarik atau tidak menarik ion.
Adanya muatan listrik pada butir-butir koloid menyebabkan terjadinya beda potensial
antara permukaan zat padat dan larutan.
Teori mengenal hal ini ada dua macam
a.Menurut Helmolz
Di sini terjadi lapisan listrik rangkap. Karena ion-ion yang mengimbangi selalu
bergerak, maka ada beda potensial antara permukaan zat padat dan larutan (Gb.
8.6 a)

Gb. 8.6 a. Lapisan Listrik Rangkap Helmolz

b. Menurut Debye-Huckel
Di sini ada beda potensial
-zat padat - ion diserap
-ion-ion diserap - larutan

Yang disebut zeta potensial. Zeta potensial ini mempunyai arti penting, karena
sifat listrik butir-butir koloid ditentukan olehnya (Gb. 8.6b)

206 Kimia Fisika


Gb. 8.6 b Lapisan Listrik Rangkap Debye-Huckel

Karena butir-butir koloidmempunyai muatan positif, maka butir-butir ini dapat


bergerak dalam media lisrik. Gerakan butir-butir koliod oleh pengaruh medan
listrik, disebut elektroforese. Sebaliknya gerakan pelarut dalam larutan koloid
oleh pengaruh medan lisrik, disebut elektro osmose
Dari gerakannya, dapat ditentukan muatan butir koloid S. sulfide-sulfida logam
dan sol logam mulia bermuatan negatif. Sol oksida logam seperti Al 2O3 , Fe2O3
bermuatan positif.

Gb. 8.7 Alat Elektroforese Burton

207 Kimia Fisika


Sol-sol tertentu terutama protein, muatan listriknya tergantung pH. Diatas pH
tertentu bermuatan negatif, di bawahnya bermuatan positif. pH pada saat butir-
butir tidak bermuatan listrik, jika pada saat butir-butir tidak bergerak ke anode
atau katode pada elektroforese, disebut titik isolektris (t.i.e)

Misal: Kasein mempunyai t.i.e : pH 4.1-4.7


Haemoflobin mempunyai t.i.e : pH 4.3-5.3

Kecepatan gerak rata-rata : 10-60X10-5 cm/det/volt. Karena adanya beda


kecepatan gerak ini, elektroforese dapat digunakan untuk analisis protein, asa
nukleat, polisakarida dan senyawa-senyawa kompleks yang lain.

Gb. 8.8 Elekro Osmose.

A berisi koloid, dipisah dari B dan C oleh membrane D 1D1= membrane. Dalam
elektroomose yang bergerak pelarutnya, gerakan dapat kekiri atau ke kanan (pipa
kapiler) tergantung dari muatan sol.

Butir-butir koloid liofob stabil karena bermuatan listrik dan diselubungi pelarut.
Dengan penambahan elektrolit, muatan pada butir-butir koloid liofob dapat
dinetralkan hingga terjadi endapan. Untuk koloid liofil, perlu penetralan muatan
dan penghilangan muatan tidak cukup, misalnya protein-protein pada titik
isoelektris belum mengendap kecuali bila ditambah elektrolit untuk
menghilangkan pelarut.

208 Kimia Fisika


Koloid liofob menjadi lebih stabil bila didalamnya ditambahkan koliod liofil.
Koloid liofil demikian disebut koloid pelindung.

Untuk mengendapkan butir-butir koloid, dapat digunakan medan listrik seperti


elektroforese atau dengan penambahan elektrolit. Hal kedua lebih umum. Jumlah
elektrolit yang diperlukan tergantung jenis elektrolit dan jenis koloid. Makin besar
muatan ion yang bermuatan lawan, makin sedit elektrolit yang diperlukan untuk
mengendapkan. Table 8.4 menunjukan konsentrasi garam untuk pengendapan
selama 2 jam.
Cara lain untuk pengendapan koloid ialah:
 Dengan penambahan sol bermuatan lawan
 Pendidihan, dalam hal ini elektrolit yang diserap berkurang.
 Pembekuan, dalam hal ini pelarutnya berkurang

Table 8.4. Pengendapan Sel oleh elektrolit

209 Kimia Fisika


Untuk koloid liofil, dapat ditempuh 2 jalan:

 Dengan menghilangkan pelarut, kemudian penambahan elektrolit


sedikit, sol hidrofil dapat diendapkan dengan penambahan aseton
atau alcohol kemudian elektrolit
 Dengan penambahan elektrolit yang banyak dalam hal ini terjadi
solvatasi ion-ion yang bersangkutan dan juga netralisasi

Daya pengendapan elektrolit ini diberikan sebagai seri Hofmeister atau seri
liotrofik

Untuk anion

Sitrat3- > tartrat2- > SO24- > PO33- >asetat- >Cl- >NO3- > J- > CNS-

Untuk kation:

Mg2+ > Ca2+ > Sr2+ > Ba2+ > Li+ > Na+ > K+ > Cs+

2.1.2 Emulsi
Emulsi ialah disperse koloid zat cair dalam zat cair lain yang tidak bercampur. Koloid
ini dapat dibuat dibuat dengan mengaduk campuran dua zatcair tersebut. Agar stabil,
perlu diberikan ke dalamnya emulgator, seperti macam-macam sabun, alkana sulfonat
atau sulfat yang panjang atau koloid liofil
Emulsi dibagi menjadi dua
 Minyak dalam air
 Air dalam minyak

(minyak= zat cair yangtidak bercampur dengan air). Jenis emulsi tergantung dari
zatnya sendiri dan juga emulgator yang dipaki. Sabun-sabun, larutan dari logam alkali
atau alkali sulfat basa merupakan elmugator baik minyak dalam air. Sabun-sabun, tidak
larut, seperti seng, aluminum, besi dan alkali tanah, merupakan elmugator baik air
dalam minyak. Penambahan ion-ion logam berat mengubah emulsi jenis pertama ke
jenis kedua.

210 Kimia Fisika


Keduanya dapat dibedakan dengan dua cara:

 Penambahan air atau minyak, bila air segera bercampur emulsinya


adalah minyak dala air. Bila tidak emulsinya adalah air dalam minyak
 Penambahan elektrolit, bila menambah daya hantar, emulsinya adalah
minyak dalam air, bila tidak emulsinya adalah air dalam minyak

Besarnya butir-butir lebih besar daripada suspensoid, biasanya ∅ 100 − 1000𝑚𝜇.


Sifat-sifat tidak banyak berbeda dengan sol liofop
 Menunjukan efek Tyndall
 Menunjukan gerak Brown
 Biasanya bermuatan negatif
 Sensitive terhadap elektrolit

Emulsi dapat dirusak dengan:

 Pemanasan
 Pembekuan
 Penggolongan
 Centrifuge ( cream dan milk)
 Penambahan elektrolit
 Destruksi emulgator dengan zat-zat kimia (HCl + air sabun)

2.1.3 Gel
Koagulasi sel liofil atau liofop, menghasilkan endapan. Bila keadanya dibuat
tepat, dapat terjadi zat cair yang ada diserap oleh zat padatnya. Proses ini disebut
gelasi dan zat yang terjadi disebut gel.
Gel dapat dibuat dengan tiga cara:
A. Pendinginan
Misal: agar-agar, gelatin dan sebagainya dapat dibuat dari pendinginan
larutan yang tidak terlalu encer.

211 Kimia Fisika


B. Metatesa
Misal: pembuatan silica-gel

Na2SiO3 + 2Cl → 2NaCl + H2SiO3



SiO2.nH2O
Gel
C. Perubahan pelarut
Misal: larutan Ca asetat dalam air ditambah alcohol, terjadi gel Ca asetat

Gel ada yang bersifat elastic dan non elastic. Pada dehidrasi gel elastic dan
penambahan air, dapat dehidrasi gel elastic dan penambahan kembali air, dapat
terbentuk gel kembali. Hal ini tidak terjadi pada gel non elastic
Gel elastic yang sebagin didehidrasi dapat menyerap pelarut, dan bila pelarut
yang menyerap pelarut, dan bila pelarut yang diserap banyak, terjadi
penggelembungan. Sebaliknya gel elastic dan non elastic dapat mengalami peristiwa
pengkerutan atau .
Beberapa gel, terutama gelatin dan oksida-oksida terhidrat, bila dogojog dapat
mencair membentuk sol, tetapi bila didinginkan membentuk gel. Peristiwa perubahan
gel-sol dan sebaliknya, seperti ini disebut tiksotropi.

2.2 Larutan Makromolekul


Molekul-molekul yang mempunyai BM sangat tinggi dapat dibuat secara sintesis,
seperti karet sintesis, seperti karet sintesis, polistirena, polietilena, Lucite, nylon dan
sebagainya, tetapi banyak juga yang terdapat di alam seperti protein, polisakarina,
gum, serta macam-macam resin. Umumnya zat-zat ini bersifat amorf, tetapi ada pula
yang kristalin
Polimer-polimer dapat membentuk larutan sejati seperti zat-zat yang BM nya
rendah, larutan ini juga bersifat stabil. Polimer yang diendapkan dari larutannya, dapat
dilarutkan kembali, hal ini tidak dapat terjadi pada dispresi koloid. Hanya karena
ukuran molekul-molekul ini sebesr butir-butir koloid, makro molekul dimasukkan
bagian ini.

212 Kimia Fisika


Larutan polimer-polimer tinggi mempunyai sifat-sifat mirip sel liofil, sifat-sifat
fisikanya berbeda dengan medium dan terdapat interaksi antara butir-butir dengan
medium.
Sifat-sifat koligatiflarutan juga seperti pada dispresi koloid artinya sangat rendah.
Tekanan osmose relative tinggi, hingga dapat dipaki untuk menentukan BM zat
tersebut, juga dapat ditentukan dengan cara sedimentasi. Larutan di sini juga
menunjukan peristiwa Tyndall
Larutan makromolekul tidak dapat dipengaruhi medan listrik kecuali bila
molekulnya sendiri bemuatan. Adanya gugus-gugus karnoksil, sulfonat amino dan
sebagainya menyebabkan molekul-molekul yang bermuatan dan dengan sendirinya
dipengaruhi oleh medan listrik. Makromolekul yang membentuk ion dalam larutan
disebut elektrolit polimer atau elektrolit koloid.
Larutan makromolekul dapat diendapkan dengan penguapan atau menambah
pelarut, di mana makromolekul tidak larut. Dalam hal kedua terjadi pengendapan
bertingkat, artinya yang BM nya tinggi mengendap dahulubaru yg BMnya rendah. Hal
ini dapat dipakai untuk pemisahan campuran polimer. Penetapan berat molekul
makromolekul dapat dilakukan dengan menentukan:
 Tekanan osmose larutan
 Ligh scattering
 Viskositas
 Sedimentasi

Cara terakhir sama dengan pada dispresi koloid

i. Cara osmometri
Untuk larutan encer polimer tinggi berlaku
𝜋 𝑅𝑇
= + 𝐴𝐶 + 𝐵𝐶 2 + ⋯ … … … … ….
𝐶 𝑀

C= konsentrasi
R= tetapan gas
M= BM zat terlarut
AB= tetapam

213 Kimia Fisika


𝜋
Grafik terhadap c dapat diektrapolasikan untuk c=0 (Gb 8.9)
𝐶
𝜋 𝑅𝑇
( )° =
𝐶 𝑀
𝑅𝑇
𝑀= 𝜋
𝐶

Gb. 8.9. Tekanan Osmose Polistirena dalam Toluna pada 25°𝑪

Besarnya 𝜋 untuk tiap-tiap konsentrasi ditentukan dengan Osmometer. Untuk


politirena dalam toluene pada 25°𝐶 diperoleh
𝑀 = 166.000

Bila polimer berisi molekul dengan BM berbeda-beda,berat molekul rata rata:


∑ 𝑛𝑖 . 𝑀𝑖
𝑀𝑛 =
∑ 𝑛𝑖

ni= jumlah molekul dengan berat molekul Mi


Mn= berat molekul rata-rat polimer

ii. Cara ligh scattering


Penentapan BM ini berdasarkan pengamatan dari sinar yang terserak dan
berdasarkan rumus Dedye:

214 Kimia Fisika


𝐻𝐶 1
= 1 + 𝐴1𝐶 + 𝐵1 𝐶+..
𝜏 𝑀
𝑔𝑟
𝐶 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ( )
𝑐𝑐
𝐴1 𝑀1 = 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛
𝜏 = turbidity (= bagian dari sinar dating yang diserakkan oleh zat terlarut ke
segala arah, tiap 1 cm panjang jalan)
𝑑
32𝜋 3 𝑛02 ( 𝑛 )2
𝑑𝑐
𝐻= 4
3𝑁𝜆

no= indeks refraksi pelarut


N= bilangan Avogardo
𝑑𝑛
= variasi indeks larutan terhadap konsentrasi
𝑑𝑐
𝜆= panjang gelombang dalam vakum (cm)

𝑀 = 𝑀1 . 𝛼𝛽

M= berat molekul
𝑀1 = berat molekul terbaca

𝑑
Dalam percobaan perlu ditetapkan turbidity pada beberapa larutan encer n o, 𝑑𝑛 ,
𝑐

dan factor koreksi α dan β (koreksi desimetri dan depolarisasi)

𝑯𝑪
Gb. 8.10. Grafik Polistirena dalam metal-keton pada 25 ͦC
𝝉

215 Kimia Fisika


Dari:
𝐻𝐶 1
( )ͦ = 1
𝜏 𝑀
𝜏ͦ
𝑀1 =
𝐻𝐶
𝑀 = 𝑀1 𝛼𝛽

Cara ini lebih baik, karena dapat dipakai pada interval besar (M, kecil – M~ 5.000).
cara pertama hanya baik untuk BM 20.000~600.000.

iii. Pengukuran viskositas

Viskositas relative dari larutan:


ɳ
ɳ𝑖 =
ɳ0
ɳ = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
ɳ0 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖 (𝑝𝑎𝑑𝑎 1 𝑠𝑎𝑚𝑎)

Viskositas spesifik larutan


ɳ𝛼𝛽 = ɳ1 − 1
ɳ𝑠𝑝
Intrisik viskositas: (ɳ) = lim ( )
𝑐→0 𝐶
ln ɳ𝑖
(ɳ) = lim ( )
𝑐→0 𝐶
C=konsentrasi (gr/100 c larutan)
Hubungan antara viskositas intrinsic dan BM dinyatakan:
(ɳ) = 𝐾. 𝑀1
𝐾, 𝑎 = 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑎𝑛

(ɳ) ditentukan dengan mengukur ɳ larutan encer dan ɳ0 dengan kemudian


ɳ𝑠𝑝 ln ɳ𝑖
menggambarkan grafik atau terhadap C dan mengekstrapolasikan pada
𝐶 𝐶
C=0

216 Kimia Fisika


ɳ𝒔𝒑 𝒍𝒏 ɳ𝒊
Gb. 8.11 Grafik dengan terhadap C untuk polivinilklorida dalam
𝑪 𝑪
Sikloheksana pada 25 ͦC gr/100 cc Larutan.

Cara diatas tidak dapat dipakai untuk polimer elektrolit. Agar dapat digunakan
perlu adanya kondisi tertentu seperti adanya elektrolit netral dan control pH untuk
mencegah pengaruh muatan dan ionisasi.

2.3 Asosiasi Koloid


Penambahan koloid ke dalam air, pada 50℃ akan menurunkan tegangan muka air.
Bila penambahan dilakukan terus, maka pada konsentrasi 0,0035 molar 𝛾 air tidak turun
lagi dan berharga 20 dyne cm-1. Hal ini juga terlihat pada sifat-sifat fisika lainnya, yaitu:
 Tekanan osmose
 Daya hantar
 Turbiaity
 Volume larutan spesifik

Hal di atas disebabkan karena ion oleat membentuk cluser (gumpalan) yang disebut
micelles. Konsentrasi pada saat mulainya terjadi micelles disebut critical micellization
(c.m.c) di bawah c.m.c oleat berbentuk ion, di atas c.m.c berbentuk micelles, yang
mempunyai ukuran koloid. Perubahan ini bersifat reversible.

217 Kimia Fisika


Ion → micelles

(sejati) (koloid)

Koloid seperti di atas disebut asosiasi koloid, ini meliputi:

 Sabun-sabun
 Alkil sulfat tinggi
 Alkil sulfonat tinggi
 Garam amina tinggi
 Zat-zat warna tertentu
 Ester gliserol tinggi
 Polietilena oksida

Sabun, alkil sulfat,dan alkil sulfonat termaksud micelles, anion, garam amina
termaksud micceles kation sedang polietilena oksida termaksud micceles non ionik.

Kenaikan temperature, menaikan c.m.c dan pada tinggi tidak terjadi lagi micelles.
Adanya elektrolit, merendahkan c.m.c

BM asosiasi koloid padat c.m.c dapat ditentukan dengan cara light scattering dan
berharga 10.000-30.000 gram/mole.

Banyak koloid anionic, kationik, dan non ionic merupakan emulgator, detergen dan
stabilizer disperse koloid yang baik. Beberapa merupakan stabilizer zat organic dalam
air.

Koloid banyak kita jumpai dalam kehidupa sehari-hari seperti:

 Berbagai makanan yang berbentuk koloid seperti milk, soup, jelly dsb
 Obar-obatan banyak yang berbentuk emulsi atau suspense
 Sabun, merupakan elektrolit koloid dan banyak digunakan sebagai
detergent
 Lateks, cat, lak, pernis, enamels, juga merupakan larutan-larutan koloid

218 Kimia Fisika


 Silica dan alumina gel merupakan pengering gas-gas
 Asap,debu, mendung, kabut dan sebagainya semua merupakan koloid
juga

219 Kimia Fisika

Anda mungkin juga menyukai