1. SIFAT-SIFAT PERMUKAAN
Molekul –molekul pada permukaan zat padat atau zat, mempunyai gaya tarik kea rah
dalam, karena tidak adanya gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini
menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya asborpsi. Adsorpsi berbed a dengan
absorpsi . Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam ansorben sedangkan absorpsi zat
yang diserap hanya terdapat pada permukaannya
Daya serap zat padat terhadap gas tergantung dari jenis adsorbens, jenis gas, luas
permukaa adsorbens, temperature gas, dan tekanan gas.
Untuk suatu adsorbens tertentu, banyaknya gas yang dapat diserap makin besar bila
temperature kritis semakin tinggi atau gas makin mudah dicairkan (Tabel 8.1)
Makin luas permukaan adsorbens, makin banyak gas yang dapat diserap. Luas
permukaan sukar ditentukan, hingga biasanya daya serap dihitung tiap satuan massa
adsorbens
Pada adsorpsi gas di permukaan zat padat, terjadi kesetimbangan antara gas yang
diserap dengan gas sisa. Karena itu, daya serap dipengaruhi tekanan, dan temperature.
Makin besar tekanan, makain besar daya serap gas. Sebaliknya, makin tinggi temperature
makin kecil daya serap gas.
Adsorpsi Jenis I
Daya adsorpsi di sini naik dengan cepat dengan bertambahnya tekanan. Menurut
Freundiich jumlah zat yang diserap per satuan luas/berat adsorbens, dinyatakan
sebagai berikut:
1
𝑦 = 𝑘. 𝑃 𝑛
y = berat atau volume gas diserap per satuan luas atau berat adsorbens
P = tekanan kesetimbangan
k, n = tetapan, tergantung jenis adsorbens atau jenis gas dan temperature
= 𝑘1 (1 − 𝜃 )(𝑃)
Kecepatan desorpsi :: 𝜃
= 𝑘2 . 𝜃
Pada kesetimbangan:
𝑘1 (𝑖 − 𝜃 ) = 𝑘2 . 𝜃
𝑘1 𝑃
𝜃=
𝑘2 + 𝑘1 𝑃
𝑏𝑃
=
1 + 𝑏𝑃
𝑘𝑞
𝑏=
𝑘2
Pada jenis II dan III dianggap terjadi multi molecular. Brunauer, Emmet, dan Teller
memberikan persamaan untuk ini:
𝑃 1 𝐶−1 𝑝
= +
𝑉(𝑃° − 𝑃) 𝑉𝑚. 𝐶 𝑉𝑚𝐶 𝑃°
P= tekanan
T= temperature
C=tetapan
𝐶 = 𝑒(𝐸1 − 𝐸𝐿 )/𝑅𝑇
Pada jenis IV dan V kecuali lapisan multi molecular juga terjadi kondensasi gas
pada pori-pori adsorben Bila 𝐸1 > 𝐸𝐿 diperoleh jenis IV 𝐸1 < 𝐸𝐿 diperoleh jenis V
Luas adsorben tiap satuan massa, ditentukan oleh rumus Brunauer, Emmet, dan
Teller:
𝑃𝑂 𝑉𝐵
𝑌΄ = ( ) 𝑁. 𝑆
𝑅𝑇𝑂
C lebih baik menyerap non elekrolit dan makin besar BM makin baik. Zat organic
lebih baik menyerap elektrolit. Adanya pemilihan zat yang diserap menyebabkan
timbulnya adsorpsi negative. Dalam larutan KCl makan H2O diserap ole arang darah,
hingga konsentrasi naik
Menurut Freundiich:
𝑦 = 𝑘. 𝐶
k= tetapan
n= tetapan
1
log 𝑦 = log 𝑘 + log 𝐶
𝑘
C= konsentrasi larutan
R= konstante gas
𝑑𝛾
T= temperature absolute = kecepatan perubahan terhadap C
𝑑𝑐
𝑑𝛾
Bila 𝑑 = ϴ maka q positif (permukaan berisi lebih sedikit zat terlarut)
𝑐
𝑑𝛾
= ϴ maka q negative (permukaan berisi lebih sedikit zat terlarut)
𝑑𝑐
Karena bila q positif dipermukaan larutan terdapat lebih banyak zaat terlarut
maka dapay dikatakan bahwa disini terjadi adsorpsi permukaan. Sebaliknya negatif
surface activity merupakan pengurangan zat terlarut dari permukaan.
Bila 2 cairan A dan B yang tidak bercampur atau bercampur sebgaian pada satu
bejana, pada batas antara keduanya terjadi tegangan permukaan antara yaitu 𝛾𝐴𝐵 yang:
𝛾𝐴𝐵 sangat sensitive terhadap impurities dapat diturunkan dengan surface active agent,
tetapi tidakdapat dinaikan oleh elektrolit
Bila cairan murni dengan panjang 1 cm2 dipisahkan mka kerja yang harus
dilakukan:
𝑤𝑐 = 2𝛾 𝑤𝑐 = 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑘𝑜ℎ𝑒𝑠𝑖
Spreading koefisien:
𝑆𝐴 𝐵 = 𝑤𝑎 − 𝑤𝐶𝐵
= 𝛾𝐴 + 𝛾𝐵 − 𝛾𝐴𝐵 − 2𝛾𝐵
= 𝛾𝐴 − 𝛾𝐵 − 𝛾𝐴𝐵
𝑆𝐴𝐵 = koefisien untuk penyebaran cairan B pada permukaan A, 𝑤𝐶𝐵 kerja kohesi B
2. KOLOID
Macam-macam koloid
Diameter dari partikel dalam larutan sejati. Selalu lebih kecil dari 1 m𝜇. Bila
diameter partikel-partikel dalam larutan terletak diantara 1 − 100𝑚𝜇, sistem disebut
koloid, dan bila lebih besar dari 100𝑚𝜇 disebut campuran kasar atau dispers kasar. Jadi:
Larutan sejati mempunyai ∅ partikel > 1 m𝜇
Larutan koloid mempunyai 1 m𝜇 < ∅ partikel < 100 m𝜇
Campuran kasar mempunyai ∅ partikel > 100 m𝜇
Dispers koloid, terdiri dari zat-zat yang tidak larut dengan partikel-partikel yang
terdiri dari gabungan banyak molekul, misalnya dispres koloid Au, As 2, S2 , minyak dalam
air, dan sebagainya
Larutan makromolekul: berupa larutan dari zat-zat dengan molekul yang besar,
hingga mempunyai ukuran koloid, misalnya protein, polivinil alcohol, larutan karet,
atau polimer-polimer lain dalam pelarut dalam pelarut organik.
Dispersi koloid bersidat heterogen, terdiri atas dispers fase dan dispers medium. Baik
dispres fase maupun ataupun dispres medium dapat berupa zat padat, cair, dan gas,
hingga ada 9 bentuk system dispres. Dari ini direduksi menjadi 8, karena gas dan gas
selalu bercampur sempurna. Dari kedelapan jenis ini yang penting ialah: sol, emulsi,
dan gel.
Padat Cair Sol atau suspensoid AgCl, Al, As2, S3, S dalam
H2O
Gas Gas - -
Sol ialah dispresi koloid zat padat dalam zat cair. Sol dibagi menjadi sol liobik dan
liotik
Pada sol liofobik: butir-butir koloid tidak suka pelarur, misalnya sol logan-logam dan
garam garam dalam air
Pada sol liofilik : butir-butir koloid suka terhadap pelarut, misalnya koloid liofib
yang telah diberi gelatin, kanji, atau kasein.
Bila pelarutnya air disebut soal hidrofob dan sol hidrofil. Sol dapat dibuat dengan
dua cara:
Kondensasi dari larutan sejati
Despersi dari dispers kasar
Pada pembuatan sol, sol yang diperoleh biasanya tidak murni tercampur dengan
elekrolit. Zat ini dapat dihilangkan dengan jalan dialysis, elektrodialisis, atau ultrafiltrasi.
Ultra filtrasi sama dengan filtrasi biasa, hanya sebagai penyaring dipakai kertas
saring yang dilapisi kolodion, atau memperlukan porselin yang porous atau gelas sinter.
Untuk mempercepat perlu diberi tekanan atau dihisap.
Sifat fisika
Sifat koligatif
Sifat optis
a. Sifat fisika
Sifa-sifat fisika tergnatung jenis koloidnya. Untuk koloid hidrofob, sifat-sifat seperti
rapat, tegangan muka, dan viskositas hampir sama dengan mediumnya. Pada koloid
liofilik, karena terjadi salvation, sifat-sifat fisiknya sangat berbeda dengan mediumnya.
Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
b. Sifat koligatif
Sol juga menunjukan sifat koligatif, tetapi lebih rendah daripada sifat koligatif
larutan biasa. Kecuali tekanan osmose, efek ini dapat diabaikan. Ini disebabkan karena
butir-butir koloid terdiri dari beribu-ribu molekul, sedang pengaruh terhadap sifat
koligatif hanya ditemukan oleh jumlah molekul.
c. Sifat optis
Bila seberkas sinar dilewatka larutan sejati sebagian sinar diteruskan dan diserap,
sedikitn sekali yang diserakkan. Sebaliknya bila seberkas cahaya dilewatkan larutan
koloid, sebagain besar sinar diserakkan. Peristiwa ini disebut peristiwa Tyndall . Daya
koloid untuk menyerakkan sinar ini dasar dari ultramikroskop yang ditemukan oleh
Seidenfolf dan Zsgmondy (1903). Dengan mikroskop ini dapat dilihat adanya butir-butir
koloid sebagai butir-butir bercahaya di atas dasar hitam.
Besarmya butir-butir juga dapat dihitung. Massa dari butir-butir koloid ditentukan
dengan penguapan dan penimbangan. Jumlah partikel dihitung di bawah mikroskop
(n). volume masing-masing partikel:
𝑚
𝑉𝑚 = 𝑛.𝑑
d = rapat
4
volume 1 butir = 3 𝜋 𝑟 3 , hingga:
3 3𝑉𝑚 3 3𝑚
𝑟= √ =√
4𝜋 4𝜋𝑛𝑑
∅ = 1 = 2𝑟
3 3𝑚 3 3𝑉
𝑚
1 = 2√ = 2√
4𝜋𝑛. 𝑑 4𝜋
d. Sifat kinetic
Menurut Graham, butir-butir koloid berdifusi sangat lambat. Besarnya koefisien
difusi D dinyatakan oleh:
𝑅𝑇 1
𝐷= ( )
𝑁 6𝜋ɳ𝑟
D= jumlah mole koloid berdifusi melewati satuan luas per satuan waktu pada
konsentrasi gradian satu
R= 8.34.107 erg mole-1 det-1
ɳ= viskositas medium dalam poise
butir-butir koloid selalu bergerak menjalani jalan-jalan zig-zag, gerakan ini disebut
gerakan brown. Gerakan ini disebabkan karena benturam molekul-molekul pelarut
terhadap butir-butir koloid. Menurut Einsten, ada hubungan antara koefisien difusi
dengan ∆, yaitu jarak rata-rata pindahnya butir-butir koloid sepanjang sumbu X pada
waktu t
∆2 𝑅𝑇 1
= ( )
2𝑡 𝑁 6𝜋ɳ𝑟
𝑅𝑇 1
∆2 = ( ) 𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢, 𝑚𝑖𝑠𝑎𝑙𝑛𝑦𝑎 1 𝑗𝑎𝑚
𝑁 3𝜋ɳ𝑟
Sedimentasi
Karena pengaruh gravitasi dispers koloid akan mengendap. Kalau rapat
butir0butor=dm, dan viskositas medium =ɳ, maka:
d>dm, butir-butir akan mengendap
d<dm, butir-butir akan mengapung
menurut Stokes:
2𝑟 2 𝑔(𝑑 − 𝑑𝑚)
𝑉=
9ɳ
V= kecepatan mengendap
g= percepatan gravitasi
r= jari-jari koloid
2𝑟 2 𝑔(𝑑 − 𝑑𝑚)
(𝑥2 − 𝑥1 ) = (𝑡2 − 𝑡1 )
9ɳ
𝑡 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑥 = (𝑥2 − 𝑥1 ) = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘
Dari persamaan ini dapat diperoleh r, yaitu jari-jari butir-butir
4 3
𝑚= 𝜋𝑟 𝑑 𝑚 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟
3
𝑀 = 𝑁. 𝑚 𝑁 = 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐴𝑣𝑜𝑔𝑎𝑟𝑑𝑜
Dari harga r dapat diperoleh massa dari BM. Butir-butir car ini disebut cara
kecepatan sedimentadi. Cara ini baik untuk butir-butir yang bentuknya bulat dan sama.
𝑐2 𝑀. 𝜔2 (𝑑 − 𝑑𝑚)(𝑥22 − 𝑥11 )
ln =
𝑐1 2 𝑅𝑇 𝑑
b. Menurut Debye-Huckel
Di sini ada beda potensial
-zat padat - ion diserap
-ion-ion diserap - larutan
Yang disebut zeta potensial. Zeta potensial ini mempunyai arti penting, karena
sifat listrik butir-butir koloid ditentukan olehnya (Gb. 8.6b)
A berisi koloid, dipisah dari B dan C oleh membrane D 1D1= membrane. Dalam
elektroomose yang bergerak pelarutnya, gerakan dapat kekiri atau ke kanan (pipa
kapiler) tergantung dari muatan sol.
Butir-butir koloid liofob stabil karena bermuatan listrik dan diselubungi pelarut.
Dengan penambahan elektrolit, muatan pada butir-butir koloid liofob dapat
dinetralkan hingga terjadi endapan. Untuk koloid liofil, perlu penetralan muatan
dan penghilangan muatan tidak cukup, misalnya protein-protein pada titik
isoelektris belum mengendap kecuali bila ditambah elektrolit untuk
menghilangkan pelarut.
Daya pengendapan elektrolit ini diberikan sebagai seri Hofmeister atau seri
liotrofik
Untuk anion
Sitrat3- > tartrat2- > SO24- > PO33- >asetat- >Cl- >NO3- > J- > CNS-
Untuk kation:
Mg2+ > Ca2+ > Sr2+ > Ba2+ > Li+ > Na+ > K+ > Cs+
2.1.2 Emulsi
Emulsi ialah disperse koloid zat cair dalam zat cair lain yang tidak bercampur. Koloid
ini dapat dibuat dibuat dengan mengaduk campuran dua zatcair tersebut. Agar stabil,
perlu diberikan ke dalamnya emulgator, seperti macam-macam sabun, alkana sulfonat
atau sulfat yang panjang atau koloid liofil
Emulsi dibagi menjadi dua
Minyak dalam air
Air dalam minyak
(minyak= zat cair yangtidak bercampur dengan air). Jenis emulsi tergantung dari
zatnya sendiri dan juga emulgator yang dipaki. Sabun-sabun, larutan dari logam alkali
atau alkali sulfat basa merupakan elmugator baik minyak dalam air. Sabun-sabun, tidak
larut, seperti seng, aluminum, besi dan alkali tanah, merupakan elmugator baik air
dalam minyak. Penambahan ion-ion logam berat mengubah emulsi jenis pertama ke
jenis kedua.
Pemanasan
Pembekuan
Penggolongan
Centrifuge ( cream dan milk)
Penambahan elektrolit
Destruksi emulgator dengan zat-zat kimia (HCl + air sabun)
2.1.3 Gel
Koagulasi sel liofil atau liofop, menghasilkan endapan. Bila keadanya dibuat
tepat, dapat terjadi zat cair yang ada diserap oleh zat padatnya. Proses ini disebut
gelasi dan zat yang terjadi disebut gel.
Gel dapat dibuat dengan tiga cara:
A. Pendinginan
Misal: agar-agar, gelatin dan sebagainya dapat dibuat dari pendinginan
larutan yang tidak terlalu encer.
Gel ada yang bersifat elastic dan non elastic. Pada dehidrasi gel elastic dan
penambahan air, dapat dehidrasi gel elastic dan penambahan kembali air, dapat
terbentuk gel kembali. Hal ini tidak terjadi pada gel non elastic
Gel elastic yang sebagin didehidrasi dapat menyerap pelarut, dan bila pelarut
yang menyerap pelarut, dan bila pelarut yang diserap banyak, terjadi
penggelembungan. Sebaliknya gel elastic dan non elastic dapat mengalami peristiwa
pengkerutan atau .
Beberapa gel, terutama gelatin dan oksida-oksida terhidrat, bila dogojog dapat
mencair membentuk sol, tetapi bila didinginkan membentuk gel. Peristiwa perubahan
gel-sol dan sebaliknya, seperti ini disebut tiksotropi.
i. Cara osmometri
Untuk larutan encer polimer tinggi berlaku
𝜋 𝑅𝑇
= + 𝐴𝐶 + 𝐵𝐶 2 + ⋯ … … … … ….
𝐶 𝑀
C= konsentrasi
R= tetapan gas
M= BM zat terlarut
AB= tetapam
𝑀 = 𝑀1 . 𝛼𝛽
M= berat molekul
𝑀1 = berat molekul terbaca
𝑑
Dalam percobaan perlu ditetapkan turbidity pada beberapa larutan encer n o, 𝑑𝑛 ,
𝑐
𝑯𝑪
Gb. 8.10. Grafik Polistirena dalam metal-keton pada 25 ͦC
𝝉
Cara ini lebih baik, karena dapat dipakai pada interval besar (M, kecil – M~ 5.000).
cara pertama hanya baik untuk BM 20.000~600.000.
Cara diatas tidak dapat dipakai untuk polimer elektrolit. Agar dapat digunakan
perlu adanya kondisi tertentu seperti adanya elektrolit netral dan control pH untuk
mencegah pengaruh muatan dan ionisasi.
Hal di atas disebabkan karena ion oleat membentuk cluser (gumpalan) yang disebut
micelles. Konsentrasi pada saat mulainya terjadi micelles disebut critical micellization
(c.m.c) di bawah c.m.c oleat berbentuk ion, di atas c.m.c berbentuk micelles, yang
mempunyai ukuran koloid. Perubahan ini bersifat reversible.
(sejati) (koloid)
Sabun-sabun
Alkil sulfat tinggi
Alkil sulfonat tinggi
Garam amina tinggi
Zat-zat warna tertentu
Ester gliserol tinggi
Polietilena oksida
Sabun, alkil sulfat,dan alkil sulfonat termaksud micelles, anion, garam amina
termaksud micceles kation sedang polietilena oksida termaksud micceles non ionik.
Kenaikan temperature, menaikan c.m.c dan pada tinggi tidak terjadi lagi micelles.
Adanya elektrolit, merendahkan c.m.c
BM asosiasi koloid padat c.m.c dapat ditentukan dengan cara light scattering dan
berharga 10.000-30.000 gram/mole.
Banyak koloid anionic, kationik, dan non ionic merupakan emulgator, detergen dan
stabilizer disperse koloid yang baik. Beberapa merupakan stabilizer zat organic dalam
air.
Berbagai makanan yang berbentuk koloid seperti milk, soup, jelly dsb
Obar-obatan banyak yang berbentuk emulsi atau suspense
Sabun, merupakan elektrolit koloid dan banyak digunakan sebagai
detergent
Lateks, cat, lak, pernis, enamels, juga merupakan larutan-larutan koloid