Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“Penggunaan Gaya Bahasa dalam Teks Debat “

Disusun

oleh

ALHARANY R. EDDA HAWUR

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN

SMA NEGERI 2 WAINGAPU

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmat, nikmat dan anugerah-Nya sehingga makalah tentang
penggunaan gaya bahasa ini dapat terselesaikan dengan baik, meski jauh dari
kata sempurna.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak.
Daftar isi

1) Kata pengantar
2) Daftar isi
3) Bab 1: Pendahuluan
 Latar belakang
 Rumusan masalah
 Tujuan dan Manfaat pembahasan
4) Bab 2: Pembahasan
5) Bab 3: Penutup
6) Simpulan
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Debat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembahasan dan


pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk
mempertahankan pendapat masing-masing. Kegiatan debat biasanya
melibatkan beberapa tim. Satu tim biasanya berperan sebagai tim “afirmatif”
atau pihak yang menentang, sementara tim lainnya sebagai tim netral atau
pihak yang berada di tengah-tengah, yakni mendukung dan tidak menentang.
Tim yang setuju dengan topik disebut tim afirmatif, sedangkan tim yang tidak
setuju dengan topik disebut tim negatif. Tim yang tidak memihak disebut tim
netral.

Dalam debat terdapat beberapa bagian, seperti isu, argumen, sudut pandang,
dan bagian simpulan. Isu merupakan permasalahan yang diperdebatkan.
Argumen merupakan alasan-alasan yang mendukung pendapat atas
permasalahan berdasarkan penggunaan gaya bahasa yang baik dan benar,
Sudut pandang merupakan cara pandang dari sudur mana permasalahan itu
dilihat. Simpulan merupakan suatu rumusan pendapat dari tim debat.
Lazimnya dalam perdebatan, argumen itu didasarkan atas himpunan fakta-
fakta, data, teori, regulasi, norma, dan sebagainya. Semakin banyak fakta yang
bisa dihimpun disertai data yang akurat dan dilengkapi teori, regulasi, norma
yang relefan akan semakin kuat dasar argumen sehingga pendapat yang
disampikan sulit dibantah. Debat pada hakikatnya adalah adu argumentasi
atau mengadu gagasan bukan adu fisik juga bukan adu mulut untuk
menjatuhkan lawan dengan menyinggung latar belakang pribadi/personal.
Setelah mengkaji persoalan dari sudut pandang tertentu berdasarkan argumen

Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan gaya bahasa?
 Bagaimana penggunaan ragam gaya bahasa yang ada pada teks debat?

Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui :
 Pengertian gaya bahasa
 Syarat syarat penggunaan gaya bahasa
Manfaat
Adapun manfaat penullisan makalah ini untuk :
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami penggunaan gaya
bahasa dalam teks debat.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Gaya Bahasa


Menurut Keraf (1988 : 112-113)  gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal
dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin yaitu
stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian
menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian
untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan
keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.

Karena perkembangan itu gaya bahasa meliputi semua yang berhubungan


dengan kebahasaan. Walaupun style berasal dari bahasa Latin, orang Yunani
sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran
yang terkenal, yaitu :

(a)   Platonik     : menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan;  menurut


mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada yang tidak memiliki style.

(b)   Aristoteles : menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren,


yang ada dalam setiap ungkapan.

            Tarigan (1985:5) mengemukakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa


indah yang digunakan untuk meningkatkan efek pembicaraan dengan jalan
memperbandingkan sesuatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal
lain yang lebih umum.

            Gaya bahasa adalah bahasa yang indah yang dipergunakan untuk
meningkatkab efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan
suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu Dale[et al] (dikutip Tarigan, 1986 : 5).

           

Syarat syarat Penggunaan Gaya Bahasa

Syarat-syarat manakah yang diperlukan untuk membedakan suatu gaya bahasa


Indonesia yang baik dari gaya bahasa yang buruk? Sebuah gaya bahasa yang
baik harus mengandung tiga unsur: kejujuran, sopan-santun, dan menarik. 

1. Kejujuran

Kejujuran dalam bahasa berarti: kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah


yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan
tidak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit, adalah jalan untuk
mengundang ketidakjujuran. Pembicara atau penulis tidak menyampaikan isi
pikirannya secara terus terang; ia seolah-olah menyembunyikan pikirannya itu
di balik rangkaian kata-kata yang kabur dan jaringan kalimat yang berbelit-belit
tak menentu. Ia hanya mengelabui pendengar atau pembaca dengan
mempergunakan kata-kata yang kabur dan “hebat” hanya agar bisa tampak
lebih intelek atau lebih dalam pengetahuannya.  Di pihak lain, pemakaian
bahasa Indonesia yang berbelit-belit menandakan bahwa pembicara atau
penulis tidak tahu apa yang dikatakannya. Ia mencoba menyembunyikan
kekurangannya di balik berondongan kata-kata hampa.

Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan bergaul. Sebab itu, ia harus
digunakan pula secara tepat dengan memperhatikan sendi kejujuran.
2. Sopan-santun

Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan atau


menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca.
Rasa hormat di sini tidak berarti memberikan penghargaan atau menciptakan
kenikmatan  melalui kata-kata, atau mempergunakan kata-kata yang manis
sesuai dengan basa-basi dalam pergaulan masyarakat beradab. Bukan itu! Rasa
hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan
kesingkatan.

Menyampaikan sesuatu secara jelas berarti tidak membuat pembaca atau


pendengar memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau
dikatakan. Dismaping itu, pembaca atau pendengar tidak perlu membuang-
buang waktu untuk mendengar ataujmembaca sesuatu secara panjang lebar,
kalau hal itu bisa diungkapkan dalam beberapa rangkaian kata. Kejelasan
dengan demikian akan diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu :

 Kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat;


 Kejelasan dalam korespodensi dengan fakta yang diungkapkan melalui
kata-kata atau kalimat tadi;
 Kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;
 Kejelasan dalam menggunakan kiasan dan perbandingan. 

Kesingkatan sering jauh lebih efektif daripada jalinan kalimat yang berliku-liku.
Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha untuk mempergunakan kata-kata
secara efisien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim
secara longgar, menghindari tautologi, atau meniadakan repetisi yang tidak
perlu.Di antara kejelasan dan kesingkatan sebagai ukuran sopan-santun, syarat
kejelasan masih jauh lebih penting daripada syarat kesingkatan.
3. Menarik

Kejujuran, kejelasan, serta kesingkatan harus merupakan langkah dasar dan


langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya mengandalkan kedua (atau
ketiga) kaidah tersebut di atas, maka bahasa yang digunakan masih terasa
tawar, tidak menarik. Sebab itu, sebuah gaya bahasa harus pula menarik.
Sebuah gaya  yang menarik dapat diukur melalui beberapa komponen: variasi,
humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup atau vitalitas, penuh
daya khayal (imajinasi).

Penggunaan variasi akan menghindari monotoni dalam nada, struktur, dan


piliham kata. Untuk itu, seorang penulis harus memiliki kekayaan dalam kosa
kata, memiliki kemauan untuk mengubah panjang-pendeknya kalimat, dan
struktur-struktur morfologis. Humor yang sehat berarti: gaya bahasa itu
mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat. Vitalitas
dan daya khayal adalah pembawaan yang berangsur-angsur dikembangkan
melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman (Keraf, 1988 : 113-115).

 Penggunaan Gaya Bahasa dalam teks Debat

Debat yang dipelajari di sini adalah debat ilmiah, bukan debat kusir seperti
yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Debat kusir bertujuan
untuk mengalahkan pendapat pihak lain seringkali dilakukan tanpa
memedulikan kesahihan argumen yang disampaikan.

Sebagai sebuah kegiatan ilmiah, debat dilakukan dengan menggunakan ragam


bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk
menghindari salah tafsir, baik dalam ragam bahasa tulis maupun lisan,
kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus
diperhatikan.

Berikut ini adalah ciri ragam bahasa ilmiah.

1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah
bahasa baku, baik kaidah tata ejaan mapun tata bahasa (pembentukan kata,
frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).

2. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima
akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung
menuju sasaran, runtun dan sistematis. Hal ini tergantung pada ketepatan
pemilihan kata (diksi) dan penyusunan struktur kalimat sehingga kalimat yang
digunakan efektif.

3. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif).

Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan sebagai ragam yang
dapat diterima dan berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Jadi, ada
tiga aspek dalam bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi,
keberterimaan, dan difungsikan sebagai model.

Selain itu, dalam debat sebaiknya penggunaan kata-kata berbahasa daerah


atau asing, baha prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini
bertujuan agar terhindar dari ketersinggungan dan mengakibatkan acara debat
karena antarpihak tidak saling memahami kata yang digunakan.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.

1. Pemerintah seharusnya tidak menutup mata pada fakta bahwa UN telah


memakan banyak korban.
2. Banyak banget siswa jatuh bergelimpangan karena takut gagal dalam Ujian
Nasional

Kalimat (1) dan kalimat (2) di atas merupakan contoh kalimat tidak baku.
Ketidak bakuan keduanya karena menggunakan frasa bermakna konotatif yaitu
frasa menutup mata dan jatuh bergelimpangan. Pada kalimat kedua,
ketikdakefisienan kalimatnya juga disebabkan penggunaan kata-kata dari
bahasa daerah yaitu kata banget.

Pembenahan kedua kalimat di atas agar menjadi kalimat ragam ilmiah yang
baku dapat kamu lihat pada bagian berikut.

1. Pemerintah seharusnya peduli pada fakta bahwa UN telah memakan


banyak korban.
2. Banyak sekali siswa frustrasi karena takut atau gagal dalam Ujian Nasional.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek
pembicaraan dengan jalan memperbandingkan sesuatu benda atau hal
tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Penggunaan gaya
bahasa harus sesuai dengan syarat penggunaan gaya bahasa yaitu
kejujuran,sopan santun dan menarik.

Penggunaan gaya bahasa dalam teks debat harus berdasarkan penulisan


kaidah kebahasaan Indonesia dengan benar,harus sesuai fakta yang ada, dan
pemilihan kata denotatif. Selain itu dalam berdebat penggunaan bahasa asing
atau bahasa gaul dihindari agar sesuai dengan kaidah kebahasaan bahasa
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai