Anda di halaman 1dari 28

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dalam

Pemilihan Metode Penanganan Risiko


Agustin W, S.T., M.M.
Universitas
Islam Jakarta

Pendekatan Kualitatif
dalam Pemilihan Metode Penanganan Risiko
Universitas
Islam Jakarta

Pendekatan Dua Langkah


Salah satu pendekatan terhadap perencanaan total risiko adalah suatu prosedur
dua langkah yang sering pula disebut sebagai metode asuransi. Sesudah manajer
risiko mengidentifikasikan dan mengukur kerugian potensial maka ia harus
menyiapkan suatu daftar perlindungan asuransi (insurance coverage) yang dirasa
paling jitu menutup kerugian ini.
Perlindungan dalam daftar itu dibagi dalam tiga golongan utama berdasarkan
keparahan kerugian yang dilindungi. Kemudian manajer risiko meninjau kembali
kontrak asuransi dalam setiap golongan, lalu menetapkan yang mana diantara
kerugian-kerugian ini yang mungkin lebih memuaskan ditangani dengan cara-cara
lain dari asuransi. Masing-masing dari kedua langkah adalah Pendaftaran
Sementara dan Membuat Daftar yang Telah Diperbaiki.
Universitas
Islam Jakarta
Pendaftaran Sementara
Dalam langkah pertama, manajer risiko harus menetapkan : pertama, kombinasi perlindungan
asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap risiko yang dihadapi perusahaan
yang bersangkutan. Dengan asumsi bahwa setiap perusahaan lebih suka membeli pertanggungan
asuransi sepanjang jasa asuransi yang diinginkan tersedia.
Untuk penetapan ini, pihak manajer risiko harus mengerti kontrak asuransi dan penetapan harga
asuransi. Tujuannya untuk mengadakan perlindungan yang paling lengkap dengan biaya yang
paling murah. Karena itu, tidak semua risiko bisa diasuransikan maka dengan membuat daftar ini,
manajer risiko lebih waspada bahwa risiko seperti ini harus ditangani dengan cara lain bukan
asuransi.
Manajer risiko harus memilih limit dari kebijaksanaan yang memberi perlindungan, selengkap
mungkin. Umumnya, limit kebijaksanaan dalam daftar sementara ini seharusnya sama dengan
kerugian maksimum yang mungkin (maximum possible loss), tetapi terkadang kerugian ini
melebihi perlindungan maksimum yang tersedia. Selanjutnya, ia membagi kontrak asuransi ke
dalam tiga golongan, yaitu perlindungan yang esensial, perlindungan yang diinginkan, dan
perlindungan yang tersedia.
Lanjutan…
Universitas
Islam Jakarta
Perlindungan yang esensial ialah perlindungan yang diwajibkan oleh undang-undang (misalnya
asuransi kompensasi tenaga kerja, ASTEK), atau yang diwajibkan oleh perjanjian (seperti
perjanjian dengan akan bahaya keuangan perusahaan, seperti kerugian karena tanggung jawab
pada pihak ketiga atau liability losses, misalnya serikat buruh, perjanjian dengan pemberi hipotik,
dan sebagainya). Termasuk pula ke dalam golongan ini adalah perlindungan asuransi terhadap
kerugian yang sangat parah yang bisa menyebabkan perusahaan ditutup.
Perlindungan yang diinginkan ialah memberikan perlindungan terhadap kerugian-kerugian
yang menghalangi operasi perusahaan, tetapi tidak akan sampai perusahaan ditutup.
Perlindungan yang tersedia ialah kontrak yang belum termasuk ke dalam kedua golongan
terdahulu. Kontrak ini meliputi perlindungan terhadap kerugian-kerugian ringan.
Universitas
Islam Jakarta
Membuat Daftar yang Telah Diperbaiki

Setelah daftar sementara itu lengkap, manajer risiko lalu meninjau kontrak dalam
masing-masing golongan untuk menetapkan di antara kerugian itu yang mungkin bisa
ditangani lebih memuaskan dengan cara lain. Misalnya, kontrak-kontrak yang dikeluarkan
dari golongan yang esensial mungkin meliputi perlindungan terhadap :
a. Kerugian yang bisa dipindahkan kepada pihak lain (bukan perusahaan asuransi) dengan
biaya yang lebih murah dari premi asuransi;
b. Kerugian yang bisa dicegah atau dikurangi sedemikian rupa sehingga tidak lagi
merupakan kerugian yang parah;
c. Kerugian yang terjadi demikian seringnya sehingga kerugian itu dapat diperkirakan
dengan saksama. Dalam hal ini, asuransi mandiri lebih menarik karena menghemat
pengeluaran.
Universitas
Pembahasan diatas berdasarkan jenis kerugian, tetatpi seperti yang telah dikemukakan pada
Islam Jakarta

pembicaraan “pengukuran risiko”, mungkin pula membagi sesuatu jenis kerugian tertentu ke dalam
dua (lebih) sub jenis, bergantung atas besarnya kerugian potensial itu. Misalnya, kerugian maksimum
yang mungkin (the maximum possible loss) yang ditetapkan dari jenis tertentu Rp 10 miliar dan
perlindungan atas kerugian ini merupakan perlindungan esensial maka kerugian Rp 500.000.000,00
atau kurang dapat diramalkan atau mungkin tidak penting sehingga manajer risiko akan memandang
jenis asuransi ini pada kerugian Rp 500.000.000,00 yang pertama, sebagai asuransi terbaik tersedia
dengan hanya di atas jumlah itu yang dipandang sebagai esensial. Jenis asuransi yang dapat
dikurangi (deductible) dan excess insurance yang tersedia pada perusahaan asuransi akan membatasi
apa yang bisa dilakukan sepanjang lini ini.
Manajer risiko cenderung pada perlindungan yang diinginkan terhadap jenis analisis yang sama.
Kasus bagi metode non insurance lebih kuat dengan penghargaan pada perlindungan-perlindungan
ini. Selagi asuransi merupakan yang diinginkan dan jika metode lain penanganan risiko tidak
menarik maka asuransi sebaiknya dibeli. Sebagai yang berkenaan dengan perlindungan yang
esensial, dengan ketentuan dapat dirabat (deductible provision).
Universitas
Islam Jakarta

Kontrak-kontrak asuransi yang esensial dan


diinginkan, tetapi belum dihapuskan dalam pendaftaran
kedua ini, seharusnya dibeli jika kebutuhan dari dana
premi tidak lebih penting. Asuransi yang menjadi isi
kedua kelas ini, bergantung pada faktor pendukung :
a. Status ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan.
b. Objektif manajemen risiko perusahaan yang
bersangkutan.
c. Sifat daripada exposure.
d. Sikap penolakannya terhadap risiko.
e. Ketepatan pengukuran kerugian potensial.
Selanjutnya, manajer risiko seharusnya mempertimbangkan tentang apa yang harus dilakukan
Universitas
Islam Jakarta
terhadap risiko-risiko yang tidak tertulis dalam daftar yang pertama, disebabkan oleh tidak
tersedianya jasa asuransi terhadap kerugian semacam itu. Berikut contoh daftar yang sudah
dipersingkat :

a. Penghindaran (tidak mungkin).


b. Pencegahan dan pengurangan kerugian :
1) Inspeksi keselamatan harta benda, dan
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pegawai yang penting.
c. Penaggungan sendiri :
1) Kerugian sampai dengan Rp 1 miliar bagi jenis mana saja, dan
2) Kerugian yang bersifat tanggung gugat (liability) yang melebihi

batas yang ditentukan, diperoleh dari asuransi.


Real Estate
d. Pemindahan risiko yang bukan kepada asuransi, misalnya persetujuan leasing bagi peralatan
Universitas
Islam Jakarta

dan gedung.
e. Asuransi (dengan Rp 1 miliar yang bersifat deductible sepanjang jasa itu tersedia):
1) Prioritas pertama (esensial) :
a) Asuransi kompensasi pekerja,
b) Asuransi tanggung gugat (liability) bagi pekerja, dan
c) Asuransi harta milik atas gedung
2) Prioritas kedua (bersifat diinginkan) :
a) Asuransi kerusakan kendaraan bermotor, dan
b) Asuransi ketidakmampuan bagi personal penting.
3) Prioritas ketiga (bila tersedia) :
a) Asuransi kaca jendela dan dinding kaca, dan
b) Asuransi leasing.
Universitas
Islam Jakarta

Walaupun metode asuransi yang telah dijelaskan diatas ditujukan pada pendekatan
perencanaan total risiko, tetapi bisa dimanfaatkan untuk program manajemen risiko yang
berkenaan dengan sesuatu risiko saja. Misalnya, seorang manajer risiko ingin membeli asuransi
maka berfaedah untuk mengelompokkan asuransi itu atas esensial, diinginkan, dan tersedia.
Universitas
Islam Jakarta

Pendekatan Kuantitatif
dalam Pemilihan Metode Penanganan Risiko
Universitas
Islam Jakarta
Matrik Kerugian

Matriks ini merupakan suatu pendekatan terstruktur untuk mengetahui outcome.


Untuk menggambarkan konsep matriks kerugian diibaratkan sebagai sebuah gedung
yang dimiliki perusahaan. Perusahaan dihadapkan pada kerugian karena kebakaran dan
yang akan terjadi adalah kemungkinan kerugian total atau sama sekali tidak ada
kerugian.
Selanjutnya, manajer risiko harus memutuskan antara tiga perangkat tindakan berikut :
1. Untuk menanggung (retain) risiko.
2. Untuk menanggung (retain) risiko, serta menambah beberapa usaha pengamanan
sehingga mengurangi kans suatu kebakaran.
3. Untuk membeli perlindungan asuransi.
Universitas
Islam Jakarta

Contoh ini masih sangat sederhana, situasi dalam kehidupan nyata, tentu saja jauh lebih
kompleks. Artinya, manajer risiko biasanya mesti memilih antara banyak perangkat tindakan. Lagi
pula, gedung yang bahaya kebakaran, mungkin dapat menderita kerugian dari sebab lain.

Matriks kerugian di bawah ini memperlihatkan kerugian bagi setiap keputusan dari ketiga
kemungkinan tindakan dalam contoh ini, sebelum mempertimbangkan pengaruh pajak pendapatan.
Kerugian itu jatuh ke dalam dua kategori berikut :

1. Kerugian secara kebetulan yang akan terjadi hanya jika ada suatu kebakaran.
2. Biaya yang akan timbul baik ada kebakaran maupun tidak ada kebakaran.
Universitas
Islam Jakarta
Kerugian secara kebetulan (accidental losses) ini dapat dibagi lagi ke dalam :

1. Yang dapat diasuransikan, dan


2. Yang tidak dapat diasuransikan.
Misalnya, dianggap bahwa kontrak asuransi yang dipertimbangkan merupakan paket
melindungi perusahaan terhadap kerugian kebetulan (accidental losses), seoerti biaya
mengganti bangunan, kerugian penggunaan gedung yang bersangkutan, biaya memindahkan
puing dan tanggung jawab terhadap orang lain. Seandainya, manajer memutuskan untuk
menanggung sendiri risiko, dan secara kebetulan terjadi kebakaran maka perusahaan yang
bersangkutan akan menanggung kerugian itu, yang diperkirakan meliputi total Rp
200.000.000,00.
Universitas
Islam Jakarta

Apabila perusahaan yang bersangkutan menanggung sendiri risiko, maka perusahaan akan
menderita kerugian kebetulan. Artinya, kerugian ini tidak aka nada bila perusahaan itu membeli
asuransi. Kerugian ekstra ini merupakan jenis “kerugian kebetulan yang tidak diasuransikan”. Jenis
yang terjadi baik perusahaan menanggung sendiri risiko maupun membeli asuransi. Jenis pertama saja
yang dianggap akan terjadi dalam contoh dan terbatas pada pertambahan biaya kredit. Pertambahan
biaya kredit disebabkan tekanan lembaga pemberi peminjaman, bila perusahaan ini akan menanggung
kerugian kebakaran sebesar Rp 200.000.000,00. Biaya tambahan kredit diperkirakan Rp
12.000.000,00.
Untuk menyederhanakan penyajian konstruksi matriks kerugian ini, cadangan tidak diadakan
karena dalam suatu program penanggungan sendiri sebagian kerugian dan biaya tidak akan timbul
segera. Kegagalan mengetahui adanya opportunity cost daripada asuransi terlihat bahwa pembelian
asuransi lebih menguntungkan. Untuk memperbaiki kekurangan, disarankan manajer risiko
menggunakan “nilai sekarang yang diharapkan” (expected present value) baik untuk kerugian maupun
biaya.
Universitas
Islam Jakarta
Sebaliknya, daftar itu menganggap manajer risiko tidak menilai jasa loss-adjusment, yang
diberikan perusahaan asuransi. Apabila perusahaan yang bersangkutan akan mengeluarkan
biaya untuk memperoleh jasa baik dari dalam maupun luar perusahaan maka pembiayaan
ekstra ini seharusnya ditambahkan ketika diperlukan. Apabila perusahaan memikul risiko yang
bersangkutan, tetapi tidak terjadi kebakaran, maka perusahaan tidak akan menderita kerugian.
Apabila perusahaan memilih memikul risiko ditambah peralatan pengaman baru, dan apabila
terjadi kebakaran maka pengaruh atas kerugian kebetulan yang dapat diasuransikan maupun
yang tidak dapat diasuransikan tergantung sifat tindakan pengamanan. Dalam contoh, dianggap
yang akan dikurangi adalah probabilitas kebakaran, bukan keparahannya. Akibat kerugian
kebetulan yang dapat diasuransikan dan tidak dapat diasuransikan dalam matriks terlihat sama
besar baik poin 1 maupun 2. Tetapi, biaya usaha pengamanan harus diketahui. Misalnya, biaya
itu dianggap Rp 6.000.000,00 per tahun dianggap tidak ada dilakukan perbaikan secara fisik.
Jika perbaikan fisik ada dilakukan maka pajak bangunan akan bertambah, dan perbaikan dapat
juga ikut terbakar.
Apabila usaha pengamanan dilakukan dan ternyata dibelakang tidak terjadi kebakaran maka
Universitas
Islam Jakarta

kerugian yang timbul hanya berupa biaya usaha pengaman. Apabila perusahaan yang bersangkutan
membeli asuransi dan terjadi kebakaran, premi Rp 10.000.000,00 disubstitusikan bagi kerugian
yang dapat diasuransikan dan dapat dikendalikan. Biasanya sebagian kerugian kebetulan yang
tidak dapat diasuransikan, seperti berkurang kenyamanan atau kerugian, penggunaan harta milik
pribadi, akan tetap ada. Dalam contoh, kerugian kebetulan yang tak dapat diasuransikan diketahui
hanya pertambahan biaya kredit yang tidak akan terjadi bila perusahaan yang bersangkutan
membeli asuransi. Karena itu, kerugian hanya berupa premi asuransi sebesar Rp 10.000.000,00.
Jika asuransi dibeli dan tidak ada kebakaran terjadi maka kerugian berupa premi asuransi Rp
10.000.000,00.
Universitas
Islam Jakarta Pengaruh Pajak Terhadap Keputusan

Misalkan, tarif pajak rata-rata 50%, kerugian sebesar Rp 200.000.000,00 sesudah


pajak menjadi 50% × Rp 200.000.000,00 = Rp 100.000.000,00, biaya kredit
menjadi 50% × Rp 12.000.000,00 = Rp 6.000.000,00. Total kerugian sesudah pajak
adalah Rp 106.000.000,00. Tabel 9.1 dan Tabel 9.2 memperlihatkan biaya dan
kerugian yang dihitung sebelum dan sesudah pajak.
Universitas
Islam Jakarta
Pengaruh Kecemasan dalam Menetapkan Keputusan
Kecemasan kemungkinan terjadi kerugian diatas belum diperhitungkan sebagai biaya. Memang sulit
menerjemahkan kecemasan ke dalam nilai sejumlah uang, tetapi mengabaikan biaya, keputusan kurang
tepat. Nilai kecemasan merupakan faktor sangat subjektif. Nilai itu tergantung distribusi probabilitas
dari :

1. Ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi menurut perasaan pribadi manajer risiko bersangkutan,
2. Risiko lain yang dihadapi perusahaan bersangkutan, dan
3. Tujuan manajemen risiko perusahaan bersangkutan.

Tujuan manajemen risiko akan memengaruhi faktor kecemasan sebab :

1. Tujuan manajemen risiko menentukan seberapa penting faktor kecemasan seharusnya ditempatkan
pada kerugian potensial;
2. Tujuan manajemen risiko mencerminkan sikap perusahaan yang bersangkutan terhadap risiko.
Universitas
Islam Jakarta
Misalnya, kerugian potensial akan menyebabkan turunnya laba per saham 20% adalah penting
jika batas turunnya laba per saham masih bisa ditolerir adalah 10%, tetapi tidak mencemaskan
jika tujuan perusahaan mempertahankan keberadaannya. Begitu pula jika tujuannya kestabilan
laba dengan target fluktuasi turunnya laba harus kurang dari 30% maka kemungkinan turunnya
laba 20% tidak merisaukan. Kuatnya keinginan mencapai kedamaian pikiran, atau bebas dari
rasa takut dan cemas mencerminkan sikap perusahaan terhadap risiko. Perusahaan ini biasanya
mengambil keputusan secara konservatif. Tujuan ekonomi perusahaan dicerminkan dengan
usaha meminimumkan biaya rata-rata dalam long run (jangka panjang). Apabila biaya metode
penaganan risiko yang terpilih sudah ditetapkan maka perusahaan meninjau kembali tujuannya
yang lain sehingga dapat mengubah nilai kecemasan.
Apabila biaya terlalu tinggi maka post-loss objective bisa menjadi kurang mendesak
Universitas
Islam Jakarta

atau keinginan untuk kedamaian pikiran atau pandangan pree-loss yang baik kemungkinan
dikurangi. Tujuan post-loss growth bisa menyebabkan beberapa kerugian potensial perlu lebih
penting, tetapi tujuan pree-loss growth mungkin memperkuat keinginan untuk post-loss
economy. Hal ini membebaskan lebih banyak dana untuk membelanjai (finance) pree-loss
growth. Akhirnya, kendala yang berasal dari luar bisa dipandang dalam kebanyakan kasus
sebagai mendiktekan nilai kecemasan yang tinggi untuk semua kombinasi metode (tools) yang
tidak bisa menghilangkan kendala luar itu. Misalnya, atas desakan peraturan pemerintah maka
perusahaan kecil memaksakan diri membeli asuransi kompensasi tenaga kerja (ASTEK).

Real Estate
Universitas
Islam Jakarta

Contoh lainnya adalah perusahaan ingin memperoleh pinjaman hipotik terpaksa membeli
asuransi kerugian karena peraturan mengharuskan harta yang dijaminkan (hipotik) harus
dilindungi asuransi dalam beberapa kasus. Perusahaan mungkin memilih “tidak merisaukan”
untuk memenuhi kendala luar, sebagai gantinya memilih risiko dari tidak memenuhi peraturan
bersangkutan. Misalnya, sanksi bagi yang tidak memenuhi standar keselamatan (safety)
dianggap lebih rendah dari biaya ekstra untuk memenuhi standar itu, tetapi tentu kasus seperti
itu jarang. Selanjutnya, pertimbangan etika, masyarakat, dan ekonomi lebih mempersempit
focus perhitungan keuangan. Contoh pada tabel 9.2 matriks keugian.
Universitas
Islam Jakarta
Dalam contoh, apabila kecemasan yang timbul karena keputusan menanggung sendiri risiko dinilai
Rp 4.000.000,00, kerugian potensial adalah Rp 106.000.000,00. Karena nilai kecemasan sama, baik
pada “outcome kebakaran” maupun pada “outcome tidak ada kebakaran” maka Rp 4.000.000,00
mesti ditambahkan kepada kedua outcome “kebakaran” dan “tidak ada kebakaran”. Kerugian total,
termasuk nilai kecemasan dalam tabel 9.3.

Pada keputusan (2), nilai kecemasan berkurang menjadi Rp 3.000.000,00, karena dengan anggapan
kecemasan berkurang dengan adanya tambahan pengamanan. Akhirnya, kerugian per tahun tidak
berubah pada keputusan (3) maka nilai kecemasan pada keputusan membeli asuransi adalah nol.
Karena itu, nilai kerugian bagi keputusan membeli asuransi adalah sama dalam tabel 9.2 dan tabel
9.3.
Universitas
Islam Jakarta
Universitas
Islam Jakarta
Universitas
Islam Jakarta
Universitas
Islam Jakarta

Thank you

Anda mungkin juga menyukai