Anda di halaman 1dari 19

DASAR TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Dasar Teknik Elektro
semester 4

PEMBIMBING :
M. Taufik, ST, MT

Penyusun:
JTD 2C
Kelompok 4

NO NAMA NIM
1. Amartya Salsabiila Putri Wicaksono 1841160053
2. Anggraeni Dwi Lestariningsih 1841160079
3. Elvira Rahayu 1841160003
4. Hillyatul Aulia 1841160062

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya,
sehingga Makalah berjudul Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) ini dapat
diselesaikan dengan baik. Adapun makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Dasar Teknik Elektro I, serta bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah bagi para pembaca dan juga kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Taufik, ST, MT, selaku dosen
pengajar mata kuliah Dasar Teknik Elektro I yang telah memberikan tugas ini kepada kami
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami sangat terbuka dalam menerima kritik dan
saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Malang, 21 Februari 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Biomassa...........................................................................................................................2
2.2 PLTSA..............................................................................................................................2
2.3 Konsep Perencanaan.........................................................................................................3
2.4 Prinsip Kerja.....................................................................................................................4
1. Penanganan Bahan Bakar Sampah..............................................................................4
2. Pembakaran.................................................................................................................5
3. Boiler...........................................................................................................................7
4. Pembangkitan Listrik dalam Steam Turbin & Generator............................................8
5. Pengendalian Pencemaran Udara................................................................................9
6. Peralatan Pendukung.................................................................................................10
2.5 Alur Konversi Energi...................................................................................................111
BAB III PENUTUP................................................................................................................133
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................133
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Pengolahan Sampah Proses Termal (PLTSa)........................................................................2


Gambar 2 Gambar konsep perencanaan PLTSa.....................................................................................3
Gambar 3 Grapple Crane.......................................................................................................................4
Gambar 4 Tungku Pembakaran (Incenerator)..........................................................................................5
Gambar 5 Water Tube Boiler...................................................................................................................7
Gambar 6 Rangkaian Komponen Boiler..................................................................................................7
Gambar 7 Prinsip Kerja Turbin Uap........................................................................................................8
Gambar 8 Diagram Alur Konversi Energi.............................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota besar dan metropolitan di Indonesia saat ini mengalami krisis sampah karena
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah sudah penuh. Sejalan dengan pertambahan
penduduk dan peningkatan gaya hidup yang semakin konsumtif, timbunan sampah
semakin besar dan beragam. Sementara itu, sampai saat ini, perkembangan
penanganan sampah di Indonesia masih kurang optimal, sehingga sebagian besar
sampah masih tertimbun di TPA. Pencarian lahan TPA yang baru pun sangat sulit
dilakukan, sedangkan jumlah sampah terus meningkat. Konsep pengelolaan sampah
seperti yang tercantum dalam UU no. 18 tahun 2008 yaitu pengurangan sampah di
level produsen dan konsumen, serta penanganan sampah yang meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir belum mampu menyelesaikan
permasalahan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk dapat menyelesaikan
masalah sampah secara cepat, signifikan dan ramah lingkungan. Satu satu solusi yang
dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi termal.
Bentuk penerapan teknologi termal dalam pengolahan sampah yaitu berupa
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah yang termasuk dalam jenis Pembangkit Listrik
Tenaga Biomassa. Selain mampu mengatasi jumlah sampah yang semakin besar,
teknologi termal ini juga dapat memproduksi energi listrik.
Di Kota Singkawang, sampah selalu menjadi permasalahan. Volume sampah yang
kian meningkat namun tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang terbatas
menjadi suatu persoalan jika tidak ditangani dengan seksama. Berdasarkan latar
belakang di atas, makalah ini akan menguraikan mekanisme pengelolaan sampah
menjadi listrik berdasarkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Kota
Singkawang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme pengolahan sampah menjadi energi listrik di PLTSa?
2. Apa manfaat dan dampak dari pembangunan PLTSa?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan mekanisme pengolahan sampah menjadi energi listrik di PLTSa
2. Menjelaskan manfaat dan dampak dari pembangunan PLTSa
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biomassa (Elvira Rahayu)


Biomassa dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan biologis yang hidup
atau baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi
industrial. Energi biomassa adalah jenis bahan bakar yang dibuat dengan
mengkonversi bahan biologis seperti tanaman. Bahan organik juga dapat diperoleh dari
hewan dan mikroorganisme.
Seperti diketahui, tumbuhan memproduksi makanan dengan bantuan sinar matahari
melalui proses fotosintesis. Energi ini lantas ditransfer ke hewan dan manusia saat
mereka mengkonsumsi tumbuhan. Biomassa, yang terutama terdiri dari tumbuhan,
mampu memberikan sejumlah besar energi yang digunakan untuk berbagai keperluan.
Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk
digunakan sebagai biofuel, tetapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan
yang digunakan untuk produksi serat, bahan kimia, atau panas. Biomassa dapat pula
meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat dibakar sebagai bahan bakar. Biomassa
tidak mencakup materi organik yang telah tertransformasi oleh proses geologis
menjadi zat seperti batu.

2.2 PLTSA (Anggraeni Dwi L.)

Gambar 1 Pengolahan Sampah Proses Termal (PLTSa)


Pembangkit listrik tenaga sampah atau Pembangkit listrik sampah atau Pembangkit
listrik tenaga biomasa sampah merupakan pembangkit listrik thermal dengan uap
supercritical steam dan berbahan bakar sampah atau gas sampah methan. Pembangkit
listrik tenaga Biomassa menggunakan dua metode yaitu insenerasi (pembakaran) atau
fermentasi (sanitary landfill).
Gambar di atas merupakan sistem kerja pembangkit listrik tenaga sampah dengan
metode pembakaran secara garis besar. Pertama-tama, sampah dibawa ke bunker oleh
truk sampah sebelum menuju proses pembakaran. Selanjutnya, sampah diangkut
dengan Grapple Crane (alat pengangkut) menuju tungku pembakaran melalui hopper
(corong). Sampah dibakar selama kurang lebih 7800 jam dengan suhu 850ºC - 900ºC.
Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran digunakan untuk memanaskan air pada
boiler. Tekanan uap dari boiler selanjutnya digunakan untuk menggerakan turbin yang
terhubung dengan generator listrik.
Abu dan gas buang yang terbentuk sebagai hasil sampingan dari pembangkit listrik
tenaga sampah, kemudian diolah sedemikian rupa sehingga tidak mencemari
lingkungan.

2.3 Konsep Perencanaan (Elvira Rahayu)

Gambar 2 Gambar konsep perencanaan PLTSa

Gambar di atas merupakan konsep perencanaan dari pengadaan pembangkit


listrik tenaga biomassa, maupun pembangkit listrik tenaga sampah. Panas yang
dihasilkan dari pembakaran sampah selanjutnya digunakan untuk memanaskan air
pada boiler atau ketel uap. Uap bertekanan tinggi yang terbentuk dari boiler tersebut
digunakan untuk menggerakan turbin yang terhubung dengan generator listrik. Sisa
uap akan diolah di kondensor untuk disalurkan kembali ke boiler.

2.4 Prinsip Kerja


1. Penanganan Bahan Bakar Sampah (Hillyatul Aulia)

Gambar 3 Grapple Crane


Tahap penangganan bahan bakar sampah dilakukan di dalam bunker
sampah. Bunker sampah terbuat dari concrete, yaitu ruangan untuk menyimpan
sampah dengan desain tertutup dan kedap udara, supaya bau yang dihasilkan
oleh sampah tidak keluar ke masyarakat sekitar. Bunker dapat menampung
sampah sebanyak 500 ton selama 5 hari untuk penyimpanan sampah sebelum
diumpankan ke dalam insinerator. Bunker dilengkapi dengan Grapple Crane
yang diletakkan di atas bunker. Alat ini digunakan untuk memasukkan sampah
ke dalam tungku pembakaran melalui hopper. Seperti gambar di atas, Grapple
crane juga berfungsi untuk mengangkut sampah dari satu sisi ke sisi lain di
dalam bunker untuk memisahkan sampah berdasarkan hari sampah masuk ke
dalam bunker (prinsip first in first out). Selain itu juga digunakan untuk
mengaduk-aduk sampah supaya sampah lebih homogen dan kadar air lebih
rendah. Sampah dengan kadar air lebih rendah akan memiliki kalori yang lebih
tinggi sehingga lebih mudah diproses dan dibakar di dalam insinerator.
Grapple crane dilengkapi dengan magnet pemisah untuk memisahkan logam
yang masih tercampur di dalam sampah.
Pada dasar bunker dilengkapi dengan saluran untuk mengalirkan air lindi
yang ada di dalam sampah ke dalam tempat penampungan air lindi, yang
selanjutnya dipompakan untuk diolah dalam alat pengolah air lindi.

2. Pembakaran (Hillyatul Aulia)

Gambar 4 Tungku Pembakaran (Incinerator)

Gambar di atas merupakan bagian proses pembakaran dalam pembangkit


listrik tenaga sampah. Sampah dari bunker dimasukkan ke dalam tungku
bakar/furnace (waste incinerator) mengunakan Grapple Crane melalui Hopper
yang dilengkapi dengan Pusher untuk mendorong sampah ke dalam ruang
bakar. Di dalam ruang bakar terdapat reciprocating grate yang berfungsi
sebagai lantai pembakaran bergerak, yang terdiri dari 3 zona, yaitu zona
pengeringan, zona pembakaran, dan zona pasca pembakaran. Grate dipasang
dengan kemiringan 14 derajat. Pergerakan dan kecepatan masing-masing zona
dari Grate dirancang dengan kecepatan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan
dan jenis sampah yang dibakar. Grate menggunakan bahan khusus yang tahan
panas hingga suhu 1200ºC.
Sampah yang masuk ke dalam insinerator selanjutnya akan membentuk
lapisan (bed) di atas grate, dimana dihembuskan udara pembakaran primer
melalui lubang-lubang kecil yang ada di bawah grate oleh primary air fan.
Udara primer yang dihembuskan harus mencukupi untuk kebutuhan
pendinginan grate dan proses pembakaran. Udara primer diambil dari bunker
dengan tujuan untuk menjaga tekanan negatif di dalam bunker sekaligus
menghilangkan bau yang ditimbulkan oleh sampah di dalam bunker. Sebelum
masuk ke bawah grate, udara primer dipanaskan di dalam air pre-heater
dengan bantuan steam bertekanan 10 bar. Penggunaan udara primer yang telah
dipanaskan dapat membantu mempercepat pengeringan sampah di atas grate,
terutama untuk sampah dengan tingkat kelembaban tinggi.
Pada titik ini, sampah dibakar dalam keadaan sub-stoikiometri, dimana
oksigen yang disuplai sekitar 30% hingga 80% dari jumlah yang dibutuhkan
untuk proses pembakaran sempurna. Gas yang dihasilkan dari pembakaran
sampah menggunakan udara primer tersebut akan mengalir keatas didalam
ruang pembakaran, dimana kemudian akan disemprotkan udara sekunder ke
dalam ruang bakar melalui nozzle tekanan tinggi yang dipasang pada dinding
ruang bakar. Penyemprotan udara sekunder dimaksudkan untuk
menyempurnakan proses pembakaran. Penyemprotan dilakukan pada bagian
dinding tungku bakar yang menyempit, supaya terjadi turbulensi sehingga
proses pencampuran udara sekunder dan gas hasil pembakaran lebih sempurna.
Sama dengan udara primer, udara sekunder yang digunakan merupakan udara
yang diambil dari dalam bunker sampah dan telah dipanaskan di dalam air pre-
heater dengan bantuan steam bertekanan 10 bar. Jumlah udara yang
dihembuskan dibuat berlebih untuk menjamin kesempurnaan pembakaran.
Ruang bakar didesain untuk tahan pada suhu ideal pembakaran, yaitu
sekitar 850 ºC dan dilengkapi dengan water wall. Selain itu, desain ruang bakar
juga harus mengakomodasi waktu tinggal yang dibutuhkan oleh gas hasil
pembakaran. Waktu tinggal gas hasil pembakaran didesain minimum selama 2
detik didalam ruang pembakaran. Pengaturan suhu dan waktu tinggal di dalam
ruang bakar tersebut bertujuan agar seluruh senyawa organik berbahaya yang
terdapat di dalam sampah maupun gas hasil pembakaran, seperti dioksin dan
furan, dapat dimusnahkan.
3. Boiler (Amartya Salsabilla P. W.)

Gambar 5 Water Tube Boiler

Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk
mengubah air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan
memanaskan air yang berada di dalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas
dari hasil pembakaran bahan bakar. Uap yang dihasilkan boiler adalah uap
superheat dengan tekanan dan temperatur yang tinggi.

Gambar di atas merupakan water tube boiler yang biasa digunakan pada
pembangkit. Di dalam water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui
pipa-pipa masuk ke dalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas
pembakar membentuk steam pada daerah uap dalam drum. Water tube boiler
memiliki kapasitas steam antara 4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat
tinggi.

Gambar 6 Rangkaian Komponen Boiler

Prinsip kerja dari boiler yaitu, air make up water (air yang dimurnikan)
yang sudah dipanaskan, selanjutnya masuk ke dearator untuk dihilangkan
kandungan oksigennya. Kemudian, air tersebut akan dipompa oleh boiler feed
water pump masuk ke economizer. Dari economizer, suhu air yang sudah
ditingkatkan selanjutnya dialirkan ke pipa untuk dipanaskan pada tube boiler.
Tiga komponen tersebut termasuk dalam komponen pre-boiler yang berfungsi
untuk menghasilkan air umpan boiler yang aman sehingga tidak mengakibatkan
korosi pada mesin.

Pada tube yang terdiri atas boiler steam dan mud drum seperti pada
gambar di atas, air dipanasi hingga membentuk uap air. Uap air ini
dikumpulkan kembali pada steam drum, kemudian dipanaskan lebih lanjut pada
superheater sampai menjadi uap kering yang mempunyai tekanan dan
temperatur tinggi, untuk digunakan sebagai penggerak poros turbin.

4. Pembangkitan Listrik dalam Steam Turbin & Generator (Amartya


Salsabilla P. W.)

Gambar 7 Prinsip Kerja Turbin Uap


Umumnya PLTU menggunakan turbin uap tipe multistage, yakni turbin
uap yang terdiri atas lebih dari 1 stage turbin (Turbin High Pressure,
Intermediate Pressure, dan Low Pressure). Uap air superheater yang dihasilkan
oleh boiler masuk ke turbin High Pressure (HP), dan keluar pada sisi exhaust
menuju ke boiler lagi untuk proses reheater. Uap air yang dipanaskan kembali
ini dimasukkan kembali ke turbin uap sisi Intermediate Pressure (IP), dan uap
yang keluar dari turbin IP akan langsung masuk ke Turbin Low Pressure (LP).
Selanjutnya uap air yang keluar dari turbin LP masuk ke dalam kondensor
untuk mengalami proses kondensasi.

Turbin uap sendiri berfungsi untuk mengubah energi panas yang


terkandung dalam uap menjadi gerakan memutar (putaran). Berdasarkan
gambar di atas, uap dengan tekanan dan temperatur tinggi dari boiler
selanjutnya diarahkan untuk mendorong sudu-sudu turbin yang dipasang pada
poros sehingga poros turbin berputar. Hasil dari putaran poros turbin kemudian
memutar poros generator yang dihubungkan dengan coupling, dari putaran ini
dihasilkan energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan dari generator akan
disalurkan dan didistribusikan lebih lanjut ke pelanggan.

Uap bebas dari turbin selanjutnya dikondensasikan dari kondensor dan air
dari make up water pump dipompa lagi oleh pompa kondensat masuk ke
pemanas tekanan rendah, daerator, boiler feed water pump, pemanas tekanan
tinggi, economizer, dan akhirnya menuju boiler untuk dipanaskan kembali
menjadi uap. Proses ini terjadi berulang-ulang.

5. Pengendalian Pencemaran Udara (Anggraeni Dwi L.)


Gas buang yang keluar dari economizer akan masuk ke tahap terakhir
sebelum dilepaskan ke atmosfer melalui cerobong asap, yaitu unit pengendalian
gas buang. Sistem ini terdiri dari peralatan Quencher, Dry Scrubber dan Bag
filter.
Quencher berfungsi untuk menurunkan suhu gas buang secara tiba-tiba
dari suhu di atas 200ºC hasil keluaran dari economizer menjadi minimal 180ºC.
Penurunan suhu secara tiba-tiba berfungsi untuk menekan laju pembentukan
kembali dioksin dan furan setelah proses pembakaran. Penurunan suhu dijaga
minimum hingga 180ºC, untuk mencegah terjadinya korosi karena terlalu dekat
dengan dew point gas sulfur. Cara kerja quencher adalah dengan
mengkontakkan gas buang yang masuk melalui bagian atas quencher dengan
partikel air yang disemprotkan menggunakan atomizer. Kontak antara gas
buang dan air akan menurunkan suhu gas buang secara tiba-tiba, sedangkan
partikel air yang berkontak dengan gas buang dengan suhu yang jauh lebih
tinggi daripada titik didih air akan menguap dan ikut dalam aliran gas buang.
Gas buang yang keluar dari quencher dengan suhu sekitar 180ºC dialirkan
ke bag filter untuk proses lebih lanjut. Sebelum masuk ke bag filter, terlebih
dahulu gas buang diinjeksi dengan karbon aktif dan slaked lime di dalam
ducting. Injeksi tersebut berfungsi untuk mengurangi kadar gas asam, logam
berat, serta komponen organik berbahaya. Proses injeksi kapur dan karbon aktif
ini disebut sebagai proses Dry Scrubber, karena penyerapan bahan berbahaya
dilakukan pada kondisi kering. Proses dry scrubber dipilih, supaya tidak
terbentuk limbah cair dalam proses ini, yang akan memerlukan penanganan
lebih lanjut. Proses dry scrubber ini merupakan proses yang lebih ramah
lingkungan. Injeksi dilakukan pada ducting yang memiliki kondisi turbulensi
yang cukup besar, supaya pencampuran gas buang dengan karbon aktif dan
slaked lime sempurna. Reaksi kimia pada proses gas buang dengan slaked lime
dapat dijelaskan sebagai berikut:
2 Hcl+Ca (OH )2 → CaCl 2 +2 H 2 O
2 HF +Ca(OH )2 → CaF 2 +2 H 2 O
1 3
Ca (OH )2 +SO 2 + H 2 O→ CaSO3 . H 2 O+ H 2 O
2 2
1 1 3
CaSO 3 . H 2 O+ O 2+ H 2 O →CaSO 4 2 H 2 O
2 2 2
Di dalam bag filter, proses utama yang terjadi adalah pemisahan gas buang
dengan partikulat yang terikut, dan menambah kontak antara gas buang dengan
karbon aktif dan slaked lime. Bag filter terdiri atas sejumlah kantong filter.
Ketika gas buang mengalir melalui kantong filter, partikulat dengan ukuran
yang lebih besar dari 1 µm akan tertahan pada filter, sedangkan gas buang yang
telah bersih dari partikulat akan mengalir terus dan keluar melalui bagian atas
filter. Partikel yang menempel pada kantong filter dibersihkan secara berkala
menggunakan udara bertekanan yang ditiupkan (pulse jet) dengan arah yang
berlawanan, sehingga partikel abu jatuh ke tempat pengumpulan.
Keunggulan utama dari penggunaan bag filter adalah efisiensi pemisahan
partikulat yang tinggi, dan performa yang baik untuk menghilangkan partikulat
dengan ukuran lebih kecil dari 1 µm. Selain itu, bag filter juga memberikan
permukaan yang luas untuk reaksi netralisasi gas asam jika dibutuhkan.
6. Peralatan Pendukung (Anggraeni Dwi L.)
a. Pengolahan Air Limbah
Air limbah yang keluar dari unit Pilot Project PLTSa terdiri atas air lindi,
air limbah blowdown dan air limbah domestik. Air limbah domestik berasal
dari perkantoran, air sisa cucian peralatan, grey water dan blackwater.
Pengolahan limbah air lindi dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),
akan dilakukan terpisah dari air limbah lainnya karena jenis limbah air lindi
mempunyai standar baku mutu keluar ke lingkungan yang berbeda dengan jenis
air limbah lainnya
b. Pengelolaan Abu
Proses operasi PLTSa juga akan menghasilkan limbah padat berupa abu
yaitu bottom ash dan fly ash. Bottom ash merupakan limbah padat yang keluar
dari sistem pembakaran dan keluar dari bagian bawah tungku pembakaran.
Sedangkan fly ash keluar dari bagian bawah beberapa peralatan seperti boiler,
superheater, economizer, quencher dan bag filter.
Bottom ash dan fly ash akan dikelola sesuai persyaratan yang ditentukan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
c. Sistem Instrumentasi dan Kontrol
Unit PLTSa juga akan dilengkapi dengan sistem instrumentasi dan control
menggunakan otomatisasi Process Control System (PCS) atau Distributed
Control System (DCS). Seluruh aliran proses pada Pilot Project PLTSa ini
dimonitor secara otomatis langsung dari control room dan juga dimonitor
secara manual dari lapangan. Penggunaan otomatisasi instrumentasi akan
mempermudah teknis pelaksanaan operasi proses unit PLTSa ini dan menjamin
kinerja yang lebih terkontrol dengan baik.
2.5 Alur Konversi Energi (Elvira Rahayu)
Gambar 8 Diagram Alur Konversi Energi

Diagram di atas menunjukkan alur konversi energi pada pembangkit listrik


tenaga sampah di Kota Singkawang. Jumlah presentase volume sampah organik di
Kota Singkawang adalah 55% dari rata rata sebesar 193,54 m3/hari. Di perkotaan
besar, sampah organik memiliki presentase sebesar 50-60% dari total sampah
homogen. Setelah didapat jumlah sampah organik sebesar 104.784,3 kg/hari
dengan nilai kalor 1135,05 kkal/kg. Dari situ diperoleh energi termal yang masuk
ke boiler sebesar 118.935.419,72 kkal/hari.
Untuk mendapatkan jumlah energi (kWh) digunakan rumus: jumlah kalori
(kkl) x 0.00116 (KWh/kkl), maka didapatkan jumlah energi sebesar 137.965,09
kWh/hari. Kemudian untuk mencari kapasitas daya digunakan rumus: jumlah
energi (kWh) perhari dibagi jumlah jam perhari yaitu 24 jam. Maka kapasitas
daya pembangkit sebesar 5.748,55 kW (belum termasuk efisiensi boiler, turbin
dan generator).
Kemudian asumsi boiler diambil berdasarkan tipikal / jenis boiler sampah
yang beroperasi dengan efisiensi rata-rata 80% maka daya keluaran boiler sebesar
5.748,55 kW x 80%.
Untuk efisiensi turbin uap diambil berdasarkan efisiensi siklus rankine yang
berkisar antara 25-30%. Maka dipilih angka 25% untuk faktor keamanannya
dalam perhitungan. Sehingga keluaran daya bersihnya sebesar 4.598,84 kW x
25% = 1.149,71 kW yang digunakan untuk menggerakkan generator.
Kemudian untuk efisiensi generator dipilih angka 90%, hasil keluaran daya
bersih dikali dengan faktor efisinsi generator 1.149,71 kW x 90% =1.034,74 kW.
Pemanfaatan sampah dengan menggunakan teknologi pembakaran atau insenerasi
mampu menghasilkan daya keluaran generator sebesar 1.034,74 kW, setelah itu
untuk mendapatkan energi listrik perhari maka dikali dengan 24 jam. Sehingga
didapat daya sebesar 24.833,76 kW/hari, jika beroperasi selama satu tahun maka
didapat daya sebesar 9.064.322,4 kW/tahun.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembangkit listrik tenaga sampah dapat menjadi alternatif pengolahan sampah
sekaligus mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil yang terbatas.
Pemrosesan sampah dapat dilakukan dengan dua metode yaitu insenerasi dan fermentasi.
Pembakaran atau insenerasi dilakukan untuk menguapkan air dalam boiler sehingga
menghasilkan uap sebagai penggerak turbin yang tersambung pada generator. Dengan
menggunakan metode pembakaran ini, PLTSa di Kota Singkawang dapat menghasilkan
daya keluaran generator sebesar 24.833,76 kW/hari atau 9.064.322,4 kW/tahun.

Anda mungkin juga menyukai