Anda di halaman 1dari 36

POLITEKNIK NEGERI MALANG

BAB I

MENENTUKAN LETAK TITIK KOORDINAT

1.1 Capaian Pembelajaran


Setelah melaksanakan praktikum Bab I, mahasiswa akan mampu:
 Melakukan penitikan lokasi koordinat.

 Mengetahui alternative pemilihan lokasi

 Menggunakan perangkat survey radio

1.2 Tujuan
 Menentukan lokasi BTS baru di daerah seputar dari tower existing di
Polinema
 Menitik koordinat lokasi tower existing Polinema dan lokasi BTS baru
(New Site)

1.3 Alat dan bahan


 GPS
 Kompas
 Kamera
 Software google earth

1.4 Dasar teori


1.4.1 Global Positioning Sistem
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan
penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem
ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi serta
informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa
bergantung waktu dan cuaca, bagi banyak orang secara simultan.
Saat ini GPS sudah banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam
berbagai bidang aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi,
kecepatan, percepatan ataupun waktu yang teliti. GPS dapat memberikan
informasi posisi dengan ketelitian bervariasi dari beberapa millimeter
(orde nol) sampai dengan puluhan meter. GPS didesain untuk memberikan
PRAKTIKUM JARINGAN TRANSMISI RADIO 1
POLITEKNIK NEGERI MALANG

informasi posisi, Kecepatan dan waktu.

Gambar 1.1. GPS

Pada dasarnya GPS terdiri atas 3 segme utama, yaitu:


1. Segmen angkasa (space segment)
Terdiri dari 24 satelit yang terbagi dalam 6 orbit dengan inklinasi
55° dan ketinggian 20200 km dan periode orbit 11 jam 58 menit.
2. Segmen sistem control (control system segment)
Mempunyai tanggung jawab untuk memantau satelit GPS supaya
satelit GPS dapat tetap berfungsi dengan tepat. Misalnya untuk
sinkronisasi waktu, prediksi orbit dan monitoring “kesehatan” satelit.
3. Segmen pemakai (user segment)
Segmen pemakai merupakan pengguna, baik di darat, laut maupun
udara, yang menggunakan receiver GPS untuk mendapatkan sinyal GPS
sehingga dapat menghitung posisi, kecepatan, waktu dan parameter
lainnya.
Kemampuan GPS

Beberapa kemampuan GPS antara lain dapat memberikan informasi


tentang posisi, kecepatan, dan waktu secara cepat, akurat, murah, dimana
saja di bumi ini tanpa tergantung cuaca. Hal yang perlu dicatat bahwa GPS
adalah satu-satunya sistem navigasi ataupun sistem penentuan posisi dalam
beberapa abad ini yang memiliki kemampuan handal seperti itu. Ketelitian
dari GPS dapat mencapai beberapa mm untuk ketelitian posisinya,
beberapa cm/s untuk ketelitian kecepatannya dan beberapa nanodetik untuk
ketelitian waktunya. Ketelitian posisi yang diperoleh akan tergantung pada
beberapa faktor yaitu metode penentuan posisi, geometri satelit, tingkat
PRAKTIKUM JARINGAN TRANSMISI RADIO 2
POLITEKNIK NEGERI MALANG

ketelitian data, dan metode pengolahan datanya.


Metode Penentuan Posisi dengan GPS

Pada dasarnya konsep penentuan posisi dengan GPS adalah reseksi


(pengikatan ke belakang) dengan jarak, yaitu dengan pengukuran jarak
secara simultan ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui.
Posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi 3 dimensi (x,y,z atau j,l,h)
yang dinyatakan dalam datum WGS (World Geodetic System) 1984,
sedangkan inggi yang diperoleh adalah tinggi ellipsoid.
Adapun pengelompokan metode penentuan posisi dengan GPS
berdasarkan mekanisme pengaplikasiannya dapat dilihat pada tabel berikut
(Tabel 1.1).
Tabel 1.1 Metode Penentuan Posisi dengan GPS

1.4.2 Kompas
Kompas adalah alat navigasi untuk menentukan arah berupa sebuah
panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan
medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah
tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arah mata
angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur, dan barat. Apabila
digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan
lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu perkembangan
perdagangan maritim dengan membuat perjalanan jauh lebih aman dan
PRAKTIKUM JARINGAN TRANSMISI RADIO 3
POLITEKNIK NEGERI MALANG

efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan


bintang untuk menentukan arah.
Penemuan bahwa jarum magnetik selalu mengarah ke utara dan selatan
terjadi di Cina dan diuraikan dalam buku Loven Heng. Di abad
kesembilan, orang Cina telah mengembangkan kompas berupa jarum yang
mengambang dan jarum yang berputar.Pelaut Persia memperoleh kompas
dari orang Cina dan kemudian memperdagangkannya. Tetapi baru pada
tahun 1877 orang Inggris, William Thomson, 1st Baron Kelvin(Lord
Kelvin) membuat kompas yang dapat diterima oleh semua negara. Dengan
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang timbul dari deviasi magnetik
karena meningkatnya penggunaan besi dalam arsitektur kapal.
Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas
bergerak menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet
sudah bisa dianggap sebagai kompas. Kompas jam adalah kompas yang
dilengkapi dengan jam matahari. Kompas variasi adalah alat khusus
berstruktur rapuh yang digunakan dengan cara mengamati variasi
pergerakan jarum. Girokompas digunakan untuk menentukan utara sejati.
Lokasi magnet di Kutub Utara selalu bergeser dari masa ke masa.
Penelitian terakhir yang dilakukan oleh The Geological Survey of Canada
melaporkan bahwa posisi magnet ini bergerak kira-kira 40 km per tahun ke
arah barat laut.

Gambar 1.2. Kompas

PRAKTIKUM JARINGAN TRANSMISI RADIO 4


POLITEKNIK NEGERI MALANG

Jenis kompas
Kompas dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kompas analog dan
kompas digital.
1. Kompas analog

Kompas analog adalah kompas yang biasa kita lihat dalam


kehidupan sehari- hari. Misalnya saja kompas yang dipakai ketika
acara pramuka. Sedangkan kompas digital merupakan kompas yang
telah menggunakan proses digitalisasi. Dengan kata lain cara kerja
kompas ini menggunakan komputerisasi.
2. Kompas digital

Diciptakannya kompas digital bertujuan untuk melengkapi


kebutuhan robotika yang semakin canggih. Dunia robotika ini sangat
membutuhkan alat navigasi yang efektif dan efisien. Sementara itu
alat sistem navigasi yang tersedia di pasaran harganya mahal.
Sedangkan kompas sendiri merupakan sebuah alat sistem navigasi
yang efektif dengan harga lebih murah. oleh karena itu kompas digital
diharapkan bisa mensubstitusi alat sistem navigasi pada robot.

Google Earth

Gambar 1.3. Tampilan Google Earth


Google Earth adalah sebuah aplikasi peta online yang dapat
didownload yang terdiri dari citra satelit dan peta yang memungkinkan
kita untuk melihat lokasi di seluruh dunia ini,selain itu memberikan kita
kekuatan untuk menelusuri semua lokasi dibumi ini langsung dari
desktop.
Semua hal-hal yang luar biasa disajikan kepada pengguna dalam
PRAKTIKUM JARINGAN TRANSMISI RADIO 5
POLITEKNIK NEGERI MALANG

antarmuka yang sederhana dan bersih, dengan bumi tepat di


tengah.Pengguna dengan mudah dapat memperbesar, memperkecil atau
bergerak di sekitar hanya menggunakan mouse, tapi juga dapat
memasukkan lokasi tertentu di kotak pencarian di sebelah kiri untuk
melompat langsung ke sana.
Ini hanya masalah waktu sampai kita terbiasa dengan Google Earth
dan semakin kita menemukan, semakin mudah untuk menikmati fungsi
yang kuat dari software ini.
Selain citra ini mengesankan, aplikasi ini juga dilengkapi dengan
video Flash dalam balon tanda letak dan juga dengan alat-alat khusus
untuk mencari restoran, taman dan lainnya kepentingan cepat dan mudah.
Kita selalu dapat menikmati pemandangan 3D yang besar dengan
bantuan terutama bangunan yang dibuat di beberapa kota yang paling
populer di dunia, sementara pada saat yang sama kita dapat menyimpan
dan berbagi lokasi favorit kita hanya dengan satu klik. Google Earth
tetap menjadi salah satu aplikasi yang paling menarik yang pernah dibuat.

1.5 Langkah Survey


1. Mencari nilai koordinat site lama/tower existing (Lab TT Polinema).
2. Menentukan arah lokasi BTS baru/new site menuju tower existing
3. Mencari lokasi yang berkembang sehingga membutuhkan catuan
telepon (berdasarkan kebutuhan demand) untuk masing-masing
kelompok dengan lokasi yang berbeda.
4. Tentukan titik dimana BTS baru akan dibangun dengan pertimbangan :
 Berdekatan dengan catu daya.
 Akses jalan ke lokasi tidak sulit
 Pilih tempat yang lebih tinggi
 Ada legalisasi tempat dan lingkungan
 Mengecek frekuensi yang ada di lokasi baru
 Space tower dan shelter

5. Ambil foto panorama pada BTS existing 3600 masing-masing per 300.
6. Menghitung jarak lokasi BTS existing ke lokasi BTS baru dan catat
koordinatnya.
PRAKTIKUM JARINGAN TRANSMISI RADIO 6
POLITEKNIK NEGERI MALANG

7. Ambil foto paronama pada BTS baru (New Site).


8. Mendata antenna yang terpasang di lokasi existing/tower di Polinema
9. Menggambar guide map dan site map masing-masing lokasi.
10. Menentukan titik far end lokasi tujuan baik lokasi lama maupun lokasi
baru.
11. Menggambar sketsa penempatan kabel yang terdiri dari kabel feeder dan
kabel grounding.
12. Mengestimasi panjang kabel feeder dan grounding yang dibutihkan pada
proses instalasi alat.
13. Membuat sketsa penempatan alat di ruang telah ditentukan.

14. Jika terdapat tower existing di masing-masing tempat perlu didata


antenna yang telah terpasang di tower beserta frekuensi kerjanya.

1.6 Hasil Survey


1.5.1 Lokasi Existing
Gambar Panorama
Gambar Panorama
No Koordinat Lokasi existing
Lokasi Baru/New Site
Customer Rumah Reza
1
0o

2 30o

3 60o

4 900

PRAKTIKUM JARINGAN TRANSMISI RADIO 7


POLITEKNIK NEGERI MALANG

Gambar Panorama
Gambar Panorama
No Koordinat Lokasi existing
Lokasi Baru/New Site
Customer Rumah Reza
5 1200

PRAKTIKUM JARINGAN TRANSMISI RADIO 8


6 1500

7 1800

8 2100

9 2400

10 2700

11 3000

12 3300

13 3600
Analisa Hasil Survey:
Tampak Tower di Customer dari lokasi SITE baru (far end)
Peta dari google earth

Jarak = 4.88 km

 Jarak antara Tower Provider dan Tower Customer adalah 4.88 km

 Azimuth A (Tower Provider) ke B (Tower Customer): 196o

 Azimuth B (Tower Customer) ke A (Tower Provider): 19o


 Tabel Data antena pada tower existing Customer dan Site tujuan :
Customer:

Existing and Proposed Antenna


*) Fill in Pole Number KETERANGA N

Position
No. Type Azimuth Remark
In Pole *) Height (Degree)
1 Sectoral 1 36 60 MENYETUJUI
Proposed 2 Sectoral 1 36 120
Antenna 3 Solid 2 30 160
4 Sectoral 2 36 160
MITRA
5 Sectoral 2 36 210
6 Radom 3 30 260 HILLYATUL AULIA /
7 Sectoral 3 36 260 JTD 2C / 1841160062

8 Sectoral 3 36 330 PERENCANA DIPERIKSA DISETUJUI

9 Proposed Antenna 2 50 160 Hillyatul M. Nanak M. Nanak


70000

Aulia Zakaria Zakaria


PROYEK
Tower Height : 70 meters
50000

0 (o)
SURVEY LINE OF SIGHT
FOR TRANSMISSION
RADIO LINK
1 2

NAMA G AMBAR

EXISTING TOWER

LO KASI

4 3
Denanyar, Jombang
Top View
SKALA NO. GAMBAR

NOT SCALE

 Provider

Existing and Proposed Antenna


*) Fill in Pole Number KETERANGAN

Position
No. Type Azimuth Remark
In Pole *) Height (Degree)
1 Grid 1 30 220 MENYETUJUI
2 Gird 3 35 60
3
Proposed 4
Antenna MITRA
5
6 HILLYATUL AULIA /
7 JTD 2C / 1841160062
8 PERENCANA DIPERIKSA DISETUJUI

9
10
11 Proposed Antenna 3 35 60 M. Nanak
Hillyatul M. Nanak
42000

Aulia Zakaria Zakaria


PROYEK
35000

Tower Height : 40 meters


0 (o)
SURVEY LINE OF SIGHT
FOR TRANSMISSION
RADIO LINK
4 3

NAMA G AMBAR

EXISTING TOWER

LO KASI

1 2
Tembelang, Jombang
Top View
SKALA NO. GAMBAR

NOT SCALE
1.6. Kesimpulan
Berdasarkan data antena pada tower customer antena yang mengarah ke
site baru di Customer tersedia/tidak tersedia *) sehingga membutuhkan
penambahan antena baru mengarah ke Tower existing di tower provider.
BAB II
PERHITUNGAN LINTASAN (PATH PROFILE)

2.1 Capaian Pembelajaran


Setelah melaksanakan praktikum Bab II, mahasiswa akan mampu
 Menjelaskan proses perhitungan lintasan.

 Menghitung besarnya daerah Fresnel zone

 Menghitung tinggi antenna yang terpasang di lokasi baru


2.2 Tujuan :
 Mengetahui halangan sepanjang LOS (Line Of Sight) dan mengetahui
tinggi tower serta antenna pada new site.
 Menghitung besaran Fresnel Zone.
 Menghitung tinggi antenna yang dibutuhkan di masing-masing lokasi.
 Menentukan tinggi tower yang diperlukan.

2.3 Alat dan Bahan :


 Software Google Earth
 Laptop
 Path Profile

2.4 Dasar Teori


Pada teknik gelombang mikro, suatu hubungan komunikasi disebut Line of
Sight (LOS), jika antara antena pengirim dan penerima dapat saling “melihat”
tanpa adanya penghalang pada lintasan pada batas-batas tertentu. Parameter-
parameter dalam propagasi line of sight antara lain: panjang lintasan, faktor k,
tinggi tonjolan bumi, daerah Fresnel, tinggi penghalang dan tinggi penghalang
tambahan.
POLITEKNIK NEGERI MALANG

Gambar 2.1 Komunikasi Line Of Sight (LOS)


Dimana:
Ta1 = tinggi antena stasiun pemancar (m)
Ta2 = tinggi antena stasiun penerima (m)
Ap1 = altitude stasiun pemancar (m)
Ap2 = altitude stasiun penerima (m)
C = clearance (m)
P1 = tinggi penghalang (m)
k = faktor kelengkungan bumi
d1 = jarak penghalang ke pemancar (m)
d2 = jarak penghalang ke penerima (m)
Panjang lintasan
Panjang lintasan merupakan jarak antara antenna pemancar dengan
antenna penerima yang dapat ditentukan dengan pengukuran pada peta
topografi.
Faktor ”k”
Dalam propagasi, sebuah sinyal dari pengirim ke penerima tidak
selamanya merupakan suatu lintasan yang lurus. Pada kondisi atmosfer
tertentu kurva sinyal dapat mengalami refraksi melengkung menjauhi atau
mendekati permukaan bumi yang terjadi karena adanya perubahan indeks bias
udara sesuai dengan ketinggiannya. Hal ini perlu diantisipasi dengan
mengunakan suatu faktor pengali jari-jari bumi yang disebut faktor “k’.
Faktor kelengkungan bumi dirumuskan dengan:
POLITEKNIK NEGERI MALANG

Dimana:
Reff = jari-jari kelengkungan bumi hasil transformasi
k = faktor kelengkungan bumi (dipengaruhi
atmosfer) R = jari-jari bumi sebenarnya
Untuk atmosfer standar, R = 6370 km dan ρ = 25.000 km sehingga
didapatkan:

Kemudian,

Kasus-kasus faktor kelengkungan bumi

Gambar 2.2 Penentuan factor k


A. Daerah Fresnel
Daerah Fresnel atau Fresnel zone adalah tempat kedudukan titik
sinyal tidak langsung yang berbentuk elips dalam lintasan propagasi
gelombang radio dimana daerah tersebut dibatasi oleh gelombang tak
langsung (indirect signal) dan memunyai beda panjang lintasan dengan
sinyal langsung sebesar kelipatan ½λ atau 2 kali ½λ. Jika sinyal langsung
dan tak langsung berbeda panjang lintasan sebesar ½λ, maka kedua sinyal
tersebut akan berbeda fase 180º, artinya kedua sinyal tersebut akan saling
melemahkan. Fresnel pertama merupakan daerah yang memunyai fading
multipath terbesar, sehingga diusahakan untuk daerah Fresnel pertama
dijaga agar tidak dihalangi oleh obstacle. Secara matematis daerah
Fresnel didekati dengan rumus sebagai berikut:

dimana:
Fn = jarak lintasan tertentu terhadap lintasan
LOS (m) n = daerah Fresnel ke n
d1 = jarak ujung lintasan (pemancar/penerima) ke penghalang (km)
d2 = jarak ujung lintasan lain (pemancar.penerima ke
penghalang (km) f = frekuensi (Ghz)
D = d1 + d2 (km)
Rumus praktis untuk menghitung jari-jari Fresnel I (dalam meter)

R1 = jari-jari Fresnel I (meter)


d1, d2, d = jarak (km)
f = frekuensi (GHz)
Rumus praktis untuk menghitung jari-jari Fresnel I (dalam feet)
R1 = jari-jari
Fresnel I (feet) d1, d2, d = jarak (statute mile)
f = frekuensi (GHz)

B. Jenis Tower yang digunakan , antara lain :


 Self supporting tower
Tower dengan rangka kaki 4 (empat) dengan kisaran ketinggian
antara 20 – 100 meter dan cocok untuk digunakan di site Greenfield
atau Roof Top.

Gambar 2.3 Self Supporting Tower


 Monopole Tower
Tower dengan tiang tunggal dengan ketinggian berkisar 6 – 36
meter. Jenis tower ini umumnya digunakan di kota-kota yang
memberlakukan aturan batas tinggi maksimal tower atau karena
keterbatasan lahan dan kondisi lainnya seperti persyaratan estetika.

Gambar 2.4 Monopole Tower


Apabila terdapat persyaratan estetika, maka kami dapat
mengimplementasikan solusi rancangan dengan teknik tower
camouflage (kamuflase).
 Minipole/Standard Tripod
Tower dengan tiang tunggal yang diterapkan di atas Roof Top
dimana kebutuhan tinggi tiang tidak lebih dari 6 meter.
 Tower Guyed Mast
Jenis tower yang berupa tiang pancang tunggal yang dikaitkan
dengan tali- tali baja yang membentang dari tower sampai tanah
dengan jarak ± 0.5 m dari tower dan sudut ± 600. Jenis tower ini
memiliki ketinggian antara 50 m sampai dengan 70 m. Penggunaan
guyed mast sebagai tower telekomunikasi masih jarang di Indonesia.
Biasanya tower jenis ini dipakai untuk pemancar radio.
Guyed mast sering digunakan untuk tiang-tiang radio struktur
vertikal tipis tinggi . Tiang dapat mendukung antena ( untuk VHF dan
UHF ) dipasang di atasnya , atau seluruh struktur itu sendiri bisa
berfungsi sebagai antena (untuk VLF , LF , MF dan HF ) , ini disebut
mast radiator . pada mast radiator ini, harus terisolasi dari tanah . dan
juga dapat digunakan untuk mendukung semua jenis kawat antena
(untuk VLF , LF , MF dan HF ) .
Tiang guyed kadang-kadang juga digunakan untuk pengukuran
meteorologi pada ketinggian tertentu di atas permukaan tanah.

Gambar 2.5 Guyed Mast


C. Perhitungan Tinggi Antenna
Diket ahui profil lintasan ( path profile) seperti pada Gambar 6-12. Jarak antara
Tx (pada titik A) Tower Customer dan Rx (pada titik B) Tower Provider adalah
4.88 Km. Pada jarak 460 m dari A, terdapat gedung dengan ketinggian tertentu.
Rancanglah ketinggian antena pada Tx dan Rx, agar lintasan tersebut bisa
digunakan untuk mentransmisikan gelombang pada frekuensi 5.8 GHz secara line
of sight .

Gambar 2.6 Path Profile


Penyelesaian: Evaluasi dari profil lintasan pada Gambar 6 -12, menunjukkan
bahwa halangan pandangan atau ( sight obstruction) harus kita antisipasi adalah
100
pohon yang berjarak 970 m dari A atau 300 m dari B. Perlu dicari radius Fresnel
90

pertama dari persamaan berikut : 80

70
d 1=0.46 km
60

d 2=4.42 km 50

40
d=4.88 km 30

f =5.8 GHz 20

10
5 6 7
d1 . d 2

4 8
F 1=17.3 3 9

1 f GHz
2
.d 10
20
30

0.46 × 4.42
F 1=17.3
√ 5.8 ×4.88

F 1 ≈ 3.44 m

Harga F1 ini merupakan daerah Fresnel pertama ini dipetakan di atas pohon
tersebut.
Setelah garis line of sight geometris di atas F1 dibuat, maka ketinggian antena
di titik A dan B dapat ditentukan (Gambar 2.7). Dari profil lintasan tersebut,
ketinggian antena di titik A: hA = ± 40 m, dan di titik B: hB = ± 31 m.
Gambar 2.7 Hasil Perhitungan dari Path Profil

D. Menentukan Tinggi Antenna


Untuk menetapkan tinggi antenna kita dapat menentukannya dengan
menggunakan software PLW 40 dengan cara memasukkan data-data yang
didapatkan dari survey sebelumnya.
Gambar 2.8 Hasil gambar path profile dengan PLW 40

2.5 Prosedur Kerja


a. Menentukan dua lokasi yang akan dihitung ketinggian tower masing-
masing.
b. Diketahui tinggi tower A (Tower Customer/Rumah Reza Cekok Babadan)
= 44,4 m, temukan pada mana space atau ruang antenna bisa di install
(gambar tower existing) pada contoh dilihat pada kaki no 1 dan no 4.
c. Sehingga tinggi di A dapat diketahui.
d. Membuat tabel lintasan.
e. Menghitung Fresnel Zone dengan cara manual menggunakan gambar
profile k = 4/3.
f. Menghitung Fresnel Zone dengan menggunakan software PLW 40.
g. Menentukan tinggi antenna di lokasi B.
h. Menentukan tinggi tower di lokasi B.
2.6 Hasil Survey
2.6.1. Lokasi yang Akan Dihitung Ketinggian Tower
LOKASI A LOKASI B
Tempat : Jl. Melati Ds. Tempat : Denanyar, Jombang
Pesantren
Kec.Tembelang
Jombang
Koordinat : 07 29 43.00 S Koordinat : 07 32 14.00 S

112 14 01.00 E 112 13 10.00 E

Elevasi : 435.64 m Elevasi : 431 m


Tinggi : 40 Tinggi : 70
tower Tower

2.5.2 Data Obstacle

Jarak dari Jenis


No 𝑡𝑀𝑆𝐿 (m) 𝑡𝐴𝐺𝐿 (m) Keterangan
Tower Provider Obstacle
1 460 Gedung

2.5.3 Menentukan Space Antenna


Diketahui tower A 48 meter, jadi space di intall di pole 2.
4 1

2 3
2.5.4 Gambar lokasi yang akan ditentukan ketinggian Tower

2.7 Analisa Data


Pada lintasan terdapat 1 obstacle yang paling berpengaruh yaitu gedung
setinggi 500 m dan dengan frekuensi center 5,8 GHz dapat dihitung
Fresnel Zone:
Dengan : d1 = 0.46 km, d2 = 4.42 km, maka:

n d1 x d2
Fn=17.3
√ F (d 1+d 2)
1 0.46 x 4.42
F 1=17.3
√ 5.8 (0.46+ 4.42)
F 1 ≈ 4.6 m

2.8 Kesimpulan
Berdasarkan data path profile dengan ketinggian obstacle pepohonan ± 5
m dan fresnel zone (F1) ± 4.6 m diperoleh hasil ketinggian antena Provider
(hA) ± 50 m dan ketinggian antena Customer (hB) ± 35 m.
BAB III
PERHITUNGAN LEVEL DAYA PENERIMA

3.1. Capaian Pembelajaran


Setelah melaksanakan praktikum Bab III, mahasiswa akan mampu
 Menentukan rugi-rugi pada sisi pemancar.

 Menentukan rugi-rugi pada sisi penerima.

 Menghitung link budget pada transmisi radio.

3.2. Tujuan
 Dapat menentukan rugi-rugi transmisi di sisi pemancar dan penerima

 Dapat menghitung nilai EIRP, FSL, IRL dan RSL

 Menghitung Link Budget antara Lokasi A dan Lokasi B

3.3. Alat dan Bahan


 Software PLW 40

 Microwave Calculator Online

 Kompas

 GPS

3.4. Dasar Teori


3.4.1 Link Budget
Link budget merupakan sebuah cara untuk menghitung mengenai
semua parameter dalam transmisi sinyal, mulai dari gain dan losses dari Tx
sampai Rx melalui media transmisi. Dalam hal ini perhitungan dengan
media transmisi Wifi.
Link budget merupakan parameter dalam merencanakan suatu jaringan
yang menggunakan media transmisi berbagai macam. Link budget ini
dihitung berdasarkan jarak antara transmitter (Tx) dan receiver (Rx). Link
budget juga dihitung karena adanya penghalang antara Tx dan Rx misal
gedung atau pepohonan. Link budget juga dihitung dengan melihat
spesifikasi yang ada pada antenna.
Pada penentuan serta perhitungan link budget yang akan dihitung
adalah
 Free Space Loss
 Fresnel Zone Clearance
 RX Signal Level
 Fade Margin
Untuk lebih jelasnya pada bab ini juga akan disertakan contoh
parameter antenna yang dibutuhkan dalam perhitungan tersebut. Parameter
tersebut antara lain :

 Jarak (d) terjauh antara antenna pemancar (Tx) dengan antenna


penerima (Rx). Misal jarak tersebut sekitar beberapa Km, dan jarak
ini harus kita konversi ke mil.

 Frekuensi BS dan Antena penerima, ini merupakan frekuensi


standart yang telah ditentukan.

 TX Power merupakan daya dari AP (Access Point) yang akan kita


gunakan.. Tidak menggunakan satuan watt, harus ke dBm. Untuk
konversi dari waat ke dBm akan disampaikan di bawah.

 TX Cable Loss ini merupakan loss atau kerugian yang terjadi karena
kabel yang kita gunakan.. Loss ini biasanya terjadi pada kabel antara
penghubung dari antenna ke AP. Yang biasa disebut dengan kabel
pigtail. Kabel pigtail biasanya terbuat dari kabel coaxial dan
diusahakan jangan menggunakan kabel pigtail yang terlalu panjang.
Biasanya panjang pigtail di pasaran sekitar 50 cm.

 TX Antenna Gain merupakan daya terpancar dari antenna yang kita


gunakan.. Itulah yang dimaksud dengan Tx antenna gain).

 RX Antenna Gain merupakan daya yang dihasilkan dari antenna


penerima, misal kita menggunakan antenna grid.

 RX cable Loss sebenarnya hamper sama dengan Tx kabel loss,


hanya saja ini terjadi pada daerah penerima atau antenna penerima.

 RX Sensitivity merupakan sensitivitas dari antenna penerima dalam


hal menangkap sinyal wifi dari antenna pemancar.
Gambaran link budget tersebut dapat dilihat di bawah ini.
POLITEKNIK NEGERI MALANG

Gambar 3.1 Link Budget

1. Free Space Loss (FSL)


Pada saat sinyal radio berpropagasi di udara akan mengalami
redaman dari udara. Besarnya redaman yang terjadi dapat dihitung
secara empiris. Redaman itulah yang disebut dengan Free Space
Loss.
Free Space Loss (dB) = 20 Log10 (MHz) + 20 Log10 (Distance km) + 32,44
2. Fresnel Zone Clearance merupakan diameter antara antenna
pemancar dengan antenna penerima dimana diantara kedua antenna
tersebut ada penghalang. Maka Fresnel Zone Clearance (FZC)
adalah diameter antara penghalang dengan LOS antara Tx dan Rx.
Untuk lebih jelasnya mengenai FZC, bisa dilihat gambar di bawah
ini.

Gambar 3.2 Fresnel Zone Clearance

Nilai FZC ini dihitung berdasarkan kondisi permukaan bumi


yang datar.
POLITEKNIK NEGERI MALANG

3. Rx Sinyal Level (daya yang diterima) dapat dihitung dengan


menambahkan dan mengurani daya pancar (TX power) dengan
berbagai parameter yang ada dalam sebuah persamaan yang
sederhana, yaitu,
Rx signal level = Tx power – Tx cable loss + Tx antenna gain – FSL+ Rx
antenna gain – Rx cable loss.
4. Setelah kita mempunyai semua data / parameter yang dibutuhkan
kita dapat menghitung Fade Margin untuk meyakinkan bahwa
system yang kita kerjakan akan bekerja secara benar. Pada dasarnya
Fade Margin menghitung selisih antara sinyal yang di terima
dengan sensitifitas penerima. Maka rumusnya adalah
Fade Margin = Rx signal level – Rx sensitivity
3.4.2 Line Of Sight
Pada umumnya, dimaksud dengan sistem radio link line of sight (LOS)
adalah hubungan telekomunikasi (jarak jauh) pita-lebar (broadband ) yang
menggunakan perangkat radio pada frekwensi gelombang mikro
(microwave). Aplikasi secara umum, hubungan radio LOS ini merupakan
subsistem dari jaringan telekomunikasi, berupa jaringan terrestrial di
daratan. Jaringan tersebut akan membawa salah satu ataupun gabungan
dari kanal -kanal telepon, data, telegraph/teleks, faksimil, video, telemetri
atau kanal-kanal program lainnya. Gelombang yang ditransmisikan selain
dalam bentuk gelombang analog FM, juga dalam bentuk digital. Pada
waktu kita akan merencanakan suatu sistem jaringan radio LOS, hasil-hasil
perhitungan di atas kertas biasanya disusun dalam sebuah tabel yang kita
sebut sebagai
Tabel Perhitungan Lintasan (Path Calculation Table). Ada 4 langkah
proses dalam merencanakan suatu radio link LOS, yaitu :
 Rencana awal dan penentuan/pemilihan lokasi.
 Menggambar profil lintasan (path profile).
 Survey lapangan.
 Analisa lintasan (path).
Langkah yang satu, saling terkait dengan langkah -langkah yang lain.
Dalam praktek, bisa saja diadakan pergeseran/perubahan lokasi jika
dipandang perlu, karena lintasan radio link tersebut kurang layak
disebabkan karena medan, faktor kualitas, dan atau faktor ekonomis
kurang menguntungkan.
Rencana Awal dan Pemilihan Lokasi
Suatu rute gelombang mikro LOS terdiri dari stasiun pemancar dan
stasiun penerima dan atau beberapa/stasiun pengulang (repeater), yang bisa
membawa informasi dalam bentuk gelombang analog maupun digital.
Seorang perencana pasti akan mencari tahu untuk memastikan, apakah
subsistem LOS ini adalah sistem yang terisolasi, seperti misalnya : sistem
gelombang mikro pribadi, jaringan dari studio ke pemancar, atau perluasan
jaringan TV-Kabel (CATV). Ataukah merupakan bagian dari jaringan
telekomunikasi yang lebih besar, dimana jaringan LOS ini merupakan
tulang-punggung dari sistem tersebut. Untuk itu harus diperhatikan hal-hal
dibawah ini.
A. Persyaratan Dasar
Marilah kita anggap bahwa akan direncanakan suatu subsistem
gelombang mikro LOS untuk jaringan telekomunikasi. Kriteria
perencanaan akan didasarkan pada rencana/spesifikasi arus transmisi
sesuai dengan aturan badan telekomunikasi dunia. Untuk militer, standart
yang benar adalah versi MIL- STD-188. Untuk sistem tranmisi video dan
kanal program yang lain, mengikut EIA-250 dan rekomendasi CCIR.
Suatu rencana transmisi, paling tidak akan menyatakan kualitas sinyal
sebagai berikut :
 Untuk sinyal analog : Akumulasi noise dalam kanal suara untuk
FDM. S/N untuk program video dan program lain (misalnya :
recomendasi CCIR no.567. Pada jaringan referensi hipotetis
merekomendasi S/N :57 dB untuk lebih 20 % per bulan dan 45 dB
untuk lebih dari 0,1 % per bulan).
 Untuk sinyal digital : Bit error rate (BER), misalnya d alam
rekomendasi CCIR no.G.821 untuk ISDN. BER < 1x10 -6 harus
kurang dari 10 % per menit. BER > 1 x 10-6 harus lebih dari 90 %
per menit.
Umur suatu sistem transmisi biasanya sekitar 15 tahun, walaupun
beberapa sistem masih bisa bekerja di atas waktu tersebut. Perencanaan
sistem harus mempertimbangkan perkembangan 15 tahun yang akan
datang, dengan rencana 5 tahunan untuk perbaikan dan penggantian.
Perencanaan yang demikian memang akan memakan beaya awal yang
relatif lebih besar, tetapi sebenarnya secara ekonomis akan menghemat,
karena umur sistem menjadi lebih panjang. Hal yang tidak boleh dilupakan
dalam perancangan yang menyangkut perkembangan di masa yang akan
datang adalah masalah kompalibilitas (kesesuaian) dengan perangkat yang
sudah ada, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi sistem secara
keseluruhan.

3.5. Prosedur Kerja


1. Menentukan panjang lintasan antara lokasi A (Existing) dan B (New Site).
2. Menghitung rugi feeder lokasi A dan B melalui loss feeder calculator via
web: www.timesmicrowave.com dengan menentukan jenis kabel feeder
yang digunakan.
3. Menghitung nilai EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
4. Menghitung nilai FSL (Free Space Loss)
5. Menghitung nilai IRL (Isotropic Receive Level)
6. Menghitung nilai RSL (Receive Signal Level)
7. Menentukan besarnya Fade Margin yang terjadi.

3.6. Analisa Data

Gambar 3.3 Perhitungan Link budget


a. Sisi Lokasi A (Tower Provider)

Gambar 3.4 Tampilan feeder calculator Lokasi A

Diketahui :
Gain TX = 41.5 dB
Diameter antenna = 1.2 m
Po = 10 dB
Connector Loss = 0,2 dB/pair
Feeder Loss = 53.9 dB

Sehingga menghasilkan nilai :


 FSL = 32.5 + 20 log D (Km) + 20 log F (MHz)
= 32.5 + 20 log 4.88 + 20 log 5800
= 121.54 dB
 EIRP = Po – Connector Loss – Feeder Loss + GTX
= 10 – 0.2 – 53.9 + 41.5
= - 2.6 dBm
 IRL = EIRP – FSL
= -2.6 - 121.54
= -124. 14 dBi
 RSL = IRL + GRX – Connector loss – Feeder Loss
= -124.14 + 41.5 – 0.2 – 53.9
= -136.74 dBm
b. Sisi Lokasi B (Customer)

Gambar 3.5 Tampilan Feeder Calculator Lokasi B


Diketahui :
Gain TX = 41.5 dB
Diameter antenna = 1.2 m
Connector Loss = 0.2 dB/pair
Feeder Loss = 30.9 dB

Sehingga menghasilkan nilai :


 FSL = 32.5 + 20 log D (Km) + 20 log F (MHz)
= 32.5 + 20 log 4.88 + 20 log 5800
= 121.53 dB
 EIRP = Po – Connector Loss – Feeder Loss + GRX
= 10 – 0.2 – 30.9+ 41.5
= 20.4 dBm
 IRL = EIRP – FSL
= 20.4 – 121.53
= – 101.13 dBi
 RSL = IRL + GRX – Connector loss – Feeder Loss
= – 101.13 + 41.5 – 0.2 – 30.9
= – 90.73 dBm

3.7. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil perhitungan link budget diketahui nilai Rx atau
RSL di antena A = 111.54 dBm, di antena B = – 90.73 dBm, dan Thresehold
Value = -80.00 dBm. Maka perbandingan Thresehold Value > Rx baik pada
antenna A dan B, dengan demikian antenna tidak dapat bekerja dengan baik.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah pemilihan
antenna yang kurang tepat. Maka dari itu, solusinya adalah dengan mengganti
antenna yang sesuai agar dapat bekerja dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai