Anda di halaman 1dari 3

B.

Penulisan Al-Qura’an pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Pada dasarnya, seluruh Al-Qura’an sudah ditulis pada masa Nabi.


Hanya saja, surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dengan terpencar-pencar. Orang
yang pertama kali menyusun dalam satu mushaf adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Abu Abdillah Al-Muhasibi berkata di dalam kitabnya, Faham as-
Sunan,”Penulisan Al-Qura’an bukanlah suatu hal yang baru sebab, Rasulullah
sendiri pernah memerintahkannya. Hanya saja, saat itu tullisan Al-Qura’an
berpencar-pencar pada pelepah kurma, batu, kulit, dan tulang unta. Abu Bakarlah
yang kemudian beririnisiatif menghimpun semuanya.” Usaha penulisan Al-
Qura’an itu terjadi setelah perang yamamah pada tahun 12 H. Peperangan yang
bertujuan menumpas para murtad yang juga pengikut Musailimah Al-Kadzdzab
itu ternyata menyebabkan 700 orang sahabat penghafal Al-Qura’an syahid.1

Bedasarkan hal tersubut, Umar mengusulkan kepada Khalifah Abu


Bakar agar ayat-ayat Al-Qura’an segara dihimpun dan dikumpulkan dalam sebuah
buku atau kitab, kerana khawatir hilangnya sebagian Al-Qura’an dengan wafatnya
sebagiyan penghafal Al-Qura’an tersebut, dalam shahih Bukhari diriwayatkan dari
Zaid bin Tsabit, adalah seorang pencatat wahyu, dia menyatatakan: Seusai perang
Yamamah Abu Bakar menemuiku, Umar yang hadir bersama Abu Bakar berkata:
bahwa peperangan telah menewaskan banyak orang sahabat penghafal Al-Qura’an
dan aku khawatir apabila hal serupa juga terjadi di tempat lain, sehingga sebelum
engkau sempat menghimpunya sudah ada bagian-bagian Al-Qura’an yang di
khawatirkan hilang. Dan menurut pendapatku, anda harus menghimpun dan
membukukan Al-Qura’an, kemudian Abu Bakar menambahkan lagi:
sesungguhnya aku telah berkata kepada Umar “Bagaimana mungkin aku
melakukan sesuatu yang Rasul sendiri tidak pernah melakukannya?” Dan
kemudian umar menjawab: ”Demi Allah sesungguhnya ini hal yang baik.”

Seusai Abu Bakar berkata demikian, tampak Umar meyakinkan


kepadanya bahwa gagasan itu cukup baik dan layak dilaksanakan, kemudian Allah
membuka pintu hati Abu Bakar sehingga ia menerima usul Umar tersebut dan
1
Buku satu
akhirnya ia pun memerintahkan Zaid bin Tsabit agar segera menghimpunnya ke
dalam sebuah mushaf.2

Zaid bin Tsabit. Berkata kepada Umar kerana usul penulisan datang
darinya, “Bagaimana mungkin kita melakukan sesuatu yang belum dilakukan
rasulullah?” Umar lalu menjawab, “ Demi Allah ini suatu yang baik.” Ketika
Umar belum selesai mengucapkan kalimatnya,Allah telah melegakan hati Zaid
tentang perlunya penghimpunan Al-Qura’an.

Abu Bakar berkata kepada Zaid, ”Engkau adalah seorang laki-laki


yang masih muda dan pintar, dahulu kamu menulis wahyu untuk rasulullah. Tugas
yang dipercayakan kepadanya bukan hal yang ringan. Ia berkata dihadapan Abu
Bakar dan Umar pada waktu itu, “Demi Allah, jika sekiranya orang-orang
membebaniku memidah suatu gunung, hal itu tidak lebih berat daripa perintah
untuk menghimpun Al-Qura’an.”

Dalam melaksanakan tugasnya, Zaid menetapkkan kriteria yang


ketat untuk setiap ayat yang dikumpulkannya. Ia tidak menerima ayat yang hanya
berdasarkan hafalan, tanpa didukung tulisan. Sikap kehati-hatian Zaid dalam
mmengumpulkan Al-Qura’an sebenarnya juga atas pesan Abu Bakar kepada Zaid.
Abu Bakar berkata, “Duduklah kalian di pintu mesjid. Siapa saja yang datang
kepada kalian yang membawa Al-Qura’an dengan 2 saksi, maka catatlah.

Dalam menerangkan dua saksi,perlu disimak pendapat Ibnu Hajar.


Yang dimaksud dengan syahidain (dua saksi) disini tidak harus keduanya dalam
bentuk hafalan, atau keduanya dalam bentuk tulisan. Sahabat yang membawa ayat
tertentu dapat diterima bila ayat yang disodorkannya didukung dua hafalan atau
tulisan sahabat lainnya. Demikan juga, suatu hafalannya yang tertentu dibawa
oleh sahabat tertentu dapat di terima bila dikuatkan oleh dua catatan atau hafalan
sahabat lainnya. Perkerjaan yang dibebenkan ke pundak Zaid dapat diselesaikan
dalam waktu kurang lebih satu tahun, yaitu pada tahun ke 3 H. Didalam
pengawasan Abu Bakar, Umar dan para tokoh sahabat lainnya. Setelah sempurna

2
Buku dua
bedasarkan musyawarah , tulisan Al-Qura’an yang sudah terkumpul itu
dinamakan mushaf. Setelah Abu Bakar wafat, mushaf Al-Qura’an di simpan
Khalifah Umar, setelah Umar wafat, mushaf itu disimpan oleh Saidah Hafsah,
bukan Khalifah Utsman bin Affan sebagai Khalifah yang menggantikan Umar.3

3
Buku satu

Anda mungkin juga menyukai