Anda di halaman 1dari 16

ARTIKEL ILMIAH

PENGGUNAAN VIDEO TELECONFERENCE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA


PRANCIS DI PRODI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS UNIMED

OLEH :

Arta Ulina Lumban Raja

Feby Yola

Nurul Amalia Sitorus

Theresia Ayu Renata Banjarnahor

Dosen Pengampu : Dr.Evi Eviyanti, M.Pd

Kelas : Reg B 2017

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020
PENGGUNAAN VIDEO TELECONFERENCE DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
PRANCIS DI PRODI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS UNIMED

Arta Ulina Lumban Raja, Feby Yola, Nurul Amalia Sitorus, Theresia Ayu Renata Banjarnahor

Universitas Negeri Medan

ABSTRAK

E-learning didefinisikan sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang


menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet. Jaya Kumar C. Koran (2002).

Kata kunci: video teleconference, e-learning, telekomunikasi, bahasa prancis, pembelajaran


digital, coronavirus

PENDAHULUAN

Dengan majunya perkembangan zaman dengan cepat menuntut manusia untuk dapat
menguasai bahasa asing sebagai salah satu softskill yang paling menguntungkan dalam dunia
pekerjaan. Maka dari itu setiap sekolah selalu menyediakan mata pelajaran yang mempelajari
bahasa asing. Begitu pun dengan institut pendidikan di Indoesia. Ada banyak Bahasa Asing yang
dipelajari di Indonesia. Salah satunya Bahasa Perancis.Bahasa Perancis merupakan salah satu
bahasa yang memiliki banyak penutur di dunia.

Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai bidang juga ikut memperoleh dampak
positif salah satunya dunia pendidikan. Dengan adanya teknologi segala hal yang bersangkutan
dengan pendidikan baik itu sistem, metode, serta media pembelajaran terprogres dengan baik
dari waktu ke waktu. Jika dilihat pada sistem pembelajaran terdahulu, umumnya hanya
menggunakan sistem pembelajaran konvensional atau lebih dikenal dengan kelas tatap muka, di
era selanjutnya muncul sistem pembelajaran e-learning yang memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) misalnya layanan internet untuk melakukan kegiatan belajar mengajar,
dan sistem yang terkini yaitu memadupadankan kedua sistem tersebut (kelas konvensional dan e-
learning) yang dikenal dengan sebutan blended learning.

Melihat situasi darurat yang sedang terjadi sekarang ini yakni mengenai pandemi
coronavirus (COVID 19), pemerintah mewajibkan seluruh instansi pendidikan untuk merubah
pola kegiatan dari yang bersifat langsung menjadi tidak langsung untuk sebagian posisi yang
masih bisa disubtitusikan seperti kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menekan angka
penyebaran korban positif coronavirus.

Merujuk pada Surat Edaran nomor 4 tahun 2020 yang diterbitkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19), telah terjadi pertimbangan
kebijakan pendidikan baik itu mengenai Ujian Nasional (UN), Proses Belajar, Ujian Sekolah
untuk kelulusan, Kenaikan Kelas, dan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yang dimana
ntuk setiap urusannya telah dibekali dengan berbagai ketentuan yang harus dipatuhi.

Untuk perihal Proses belajar dari Rumah dapat dilaksanakan dengan syarat sebagai
berikut:

1. Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan
seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan;
2. Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai
pandemi Covid-19;
3. Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antar siswa, sesuai
minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas
belajar di rumah;
4. Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif
dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.

Berdasarkan isi surat edaran tersebut dan anjuran “dirumah saja” yang sedang
dikampanyekan besar-besaran oleh pemerintah, diharapkan e-learning ini dapat menjadi langkah
terbaik dan juga sebagai upaya preventif dalam penyebaran virus corona yang dapat dilakukan
bersama oleh seluruh rakyat Indonesia.

Seluruh institusi pendidikan mulai menggalakkan pembelajaran e-learning salah satunya


Universitas Negeri Medan. Maka dari itu artikel ini mencoba untuk membahas sistem
pembelajaran e-learning berbasis video teleconference dalam pembelajaran bahasa prancis di
prodi Pendidikan Bahasa Prancis UNIMED.

Teleconference adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
biasanya dilakukan dalam jarak jauh atau tidak dalam satu ruangan dan dihubungkan oleh suatu
sistem telekomunikasi. Sistem telekomunikasi dapat mendukung teleconference karena
menyediakan satu atau lebih dari berikut ini: audio, video, dan / atau layanan data oleh satu atau
lebih berarti, seperti telepon, komputer , telegraf, teletip, radio, dan televisi.

KAJIAN TEORI

E-learning didefinisikan sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang


menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi
pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk
pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Jaya Kumar C. Koran (2002).
Sedangkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik
dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk
mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.

Jadi secara sederhana e-learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran jarak jauh
yang mengandalkan layanan internet sebagai media utama untuk memperoleh pengetahuan
ataupun bahan ajar yang disalurkan oleh tenaga pendidik.

Manfaat utama sistem pembelajaran e-learning yaitu sistem ini menjadi dikenal luas oleh
peserta didik, tidak hanya pada unit yang paling tinggi (Mahasiswa) namun persebarannya juga
merambah ke unit terendah dan menengah (SD, SMP, SMA), karena umumnnya unit-unit setara
SD, SMP, SMA masih mengandalkan sistem pembelajaran konvensional. Selain itu, Peserta
didik menjadi terbiasa dalam mengoperasikan berbagai media pembelajaran berbasis TIK dan
memberikan pengalaman tersendiri disetiap kegiatan e-learning yang dilakukan. Dengan begitu,
skala pengimplementasian pembelajaran e-learning meningkat pesat disebabkan penggunaannya
yang sangat intens selama masa pandemi corona ini.

Jenis Teknologi Dan Media E-Learning

Ditengah pesatnya kemajuan teknologi, tesedia banyak pilihan teknologi dan media yang
dapat diimplementasikan. Holden dalam Prawiradilaga (2016:42) menyebutkan ada beberapa
teknologi dan media berbasis E-learning, yaitu:

Beberapa teknologi dan media dalam e-Learning disajikan sebagai berikut:

1. Asynchronous Web-Based Instruction; yaitu penyampaian pembelajaran dan bahan belajar


yang dilakukan melalui website dimana tidak terjadi interaksi secara bersamaan
(synchronous). Penyampaian pembelajaran dan bahan belajar tersebut bisa saja dilakukan via
internet, jaringan local (LAN) atau jaringan local skala luas (Wide Area Network)
menggunakan saluran Virtual Private Network (VPN). Contoh: tugas, pengumuman
(informasi), bahan belajar (dalam format digital seperti bahan cetak (pdf, doc), video (flv),
dan lain-lain).
2. Audio Conference; yaitu komunikasi pembelajaran menggunakan perlengkapan audio yang
memungkinkan terjadi komunikasi dua arah (konferensi audio) secara sinkronous antara
peserta belajar dengan pengajar dalam waktu bersamaan walaupun dalam lokasi yang
berlainan (multiple site). Biasanya ditunjang pula dengan media elektronik (VCD/DVD) dan
media cetak (modul, handout, lembar kerja, dll.).
3. Audiographics; adalah kombinasi antara konferensi audio dan penggunaan media computer
untuk mengirimkan teks dan gambar untuk mengatasi kelemahan kenferensi audio itu sendiri
yang tidak menunjang visual. Biasanya, di lokasi-lokasi kenferensi audio dilengkapi dengan
layar besar atau whiteboard untuk menampilkan visual (teks, gambar dan lain-lain).
4. Computer-based Instruction; yaitu pembelajaran yang berbasis computer. Dimana konten
pembelajaran disimpan pada suatu computer atau alat penyimpanan lain (CD, hard-disk,
server, dll) yang memungkinkan peserta belajar berinteraksi langsung dengan media tersebut.
Format bahan belajar bisa bersifat tutorial, drill & practice, simulasi, permainan, atau
kombinasi semuanya.
5. Printed Media (Correspondence); media pembelajaran paling klasik yang memanfaatkan
media cetak seperti buku, modul, handout, lembar kerja, dan lain-lain. Dewasa ini media
cetak dapat disimpan dalam format digital (doc, ppt, pdf, dan lain-lain). Sifatnya
asinkronous, interaksi dengan pengajar atau umpan balik dari dan ke pengajar dapat
dilakukan dengan saluran komunikasi lain seperti surat-menyurat, telepon, e-mail, milist dan
lain-lain.
6. Instructional Television; yaitu transmisi pembelajaran satu arah (oneway) dalam bentuk
video dan audio (audio visual) melalui siaran saluran telekomunikasi seperti satelit, televise
kabel, atau closed circuit TV (CCTV). Karena bersifat satu arah, maka interaksi dapat
dilakukan dengan saluran komunikasi lain seperti konferensi audio atau berbantuan computer
seperti pada audiographics.
7. Recorded Audio/Radio; yaitu bahan belajar yang bersifat hanya audio yang disampaikan
melalui hasil rekaman (recorded audio) atau disiarkan (radio). Sama halnya dengan televisi
pembelajaran, biasanya terjadi satu arah. Untuk meningkatkan interaksi perlu ditunjang oleh
saluran komunikasi lain.
8. Recorded Video; bahan belajar yang bersifat audio-visual yang disimpan dalam media rekam
seperti video tape, video compact-disk (VCD), digital video disk (DVD). Rekaman video ini
juga dewasa ini bisa didistribusikan melalui internet (internet streaming), namun perlu
dikonversikan kedalam format yang memungkinkan kemudahan dalam mengunggah (upload)
dan mengunduh (download).
9. Satelite e-Learning; penyampaian pembelajaran dan bahan belajar melalui internet protocol
(IP) sebagai jaringan distribusi. Dalam konteks Indonesia, contoh satellite e-Learning adalah
apa yang dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi yaitu program INHERENT
(Indonesian Higher Education Network).
10. Synchronous Web-based Instruction; yaitu layanan pembelajaran dan bahan belajar yang
didistribusikan melalui web. Memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkronous
seperti web-conference, chatting, whiteboards dan lain-lain.
11. Video Teleconference; yaitu sistem komunikasi dua arah baik audio maupun video dari
lokasi yang terpisah-pisah. Telekonferensi video dapat dilakukan melalui terrestrial, satelit,
gelombang mikro, dan bahkan internet (internet protocol). Namun dmeikian, telekonferens
video menggunakan IP menuntut adanya bandwidth yang besar minimal 384Kbps ke atas.

Dalam pendidikan jarak jauh, teknologi dan media pembelajaran seperti yang telah
disebutkan di atas dapat digunakan untuk pembelajaran secara berbarengan/bersamaan dari sisi
waktu walaupun dari sisi lokasi tidak sama (sinkronous). Ada beberapa media pembelajaran
yang digunakan untuk pembelajaran secara tidak berbarengan baik dari sisi waktu maupun lokasi
(asinkronous). Lebih lanjut, Holden (2005) meringkasnya ke dalam tabel di bawah ini:

Sinkronous Asinkronous
Visual  Correspondance (surat)
 Printed media (modul
cetak)
 Recorded Video
Audio Saja  Konferensi Audio  Rekaman Audio

Audio-Visual  Televisi  Rekaman video


pembelajaran/Satelite e-  Pembelajaran berbasis
learning komputer
 Telekonferensi video  Pembelajaran berbasis
 Pembelajaran berbasis web asinkronous
web secara sinkronous  Televisi pembelajaran

Pemanfaatan Internet Dalam Pembelajaran

Rusman dalam Nurdyansyah (2016: 124) menyebutkan bahwa internet merupakan


perpustakaan raksasa dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber informasi,
sehingga kita dapat menggunakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan. Pemanfaatan
internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri.
“Through independent study, students become doers, as well as thinkers” (Cobine, 1997).

Banyak hal-hal yang dapat difasilitasi oleh adanya internet, menurut Nurdyansyah (2016:
126) yaitu sebagai berikut:

1. Discovery (penemuan), ini meliputi browsing dan pencarian informasi-iformasi tertentu;


2. Communication (komunikasi), internet menyediakan jaringan komunikasi yang cepat dan
murah mulai dari pesan-pesan yang berupa bulletin sampai dengan pertukaran komunikasi
yang bersifat kompleks antar atau inter organisasi.
3. Collaboration (kolaborasi), seiring dengan semakin meningkatnya komunikasi dan kolaborasi
antarmedia elektronik, baik itu antarindividu maupun antarkelompok, maka beberapa fasilitas
canggih dan modern pun digunakan mulai dari screen sharing sampai dengan
teleconferencing.

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan menurut


Nurdyansyah (2016: 125) diantaranya:

1. Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas
daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2. Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3. Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan masing-masing.
4. Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa.
5. Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6. Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa; dan memungkinkan
pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) turut serta menyukseskan proses
pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara online.

Disamping kelebihan yang ada, tidak memutus kemungkinan bahwa terdapat juga berbagai
kekurangan yang ditemukan dalam pemanfaatan Internet. Berbagai kekurangan tersebut menurut
Bullen dan Beam dalam Yazdi (2012: 147) antara lain:

1. Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri.
Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan
mengajar.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional,
kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT.
5. Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet.
8. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.

Video Teleconference

Munir (2017: 171) menjelaskan bahwa video conference adalah seperangkat teknologi
telekomunikasi interaktif yang memungkinkankan dua pihak atau lebih di lokasi berbeda dapat
berinteraksi melalui pengiriman dua arah audio dan video secara bersamaan. Video conferencing
atau konferensi video adalah teknologi komunikasi yang mengintegrasikan video dan audio
untuk menghubungkan pengguna di mana saja di dunia ini seolah-olah berada di ruang yang
sama. Istilah ini biasanya mengacu pada komunikasi antara tiga atau lebih pengguna yang berada
di paling tidak dua lokasi, dan sering kali berisi beberapa orang di setiap lokasi. Video
conference memungkinkan individu di mana pun yang mempunyai akses internet untuk dapat
mengadakan pertemuan secara bersama-sama tanpa harus secara fisik bertemu satu sama lain
dalam lokasi tertentu. Pertemuan atau diskusi dapat berlangsung secara realtime melalui internet.
Teknologi inti yang digunakan dalam konferensi video adalah sistem kompresi digital audio dan
video stream secara nyata. Perangkat keras atau perangkat lunak yang melakukan kompresi
disebut dengan codec. Angka kompresi dapat dicapai hingga 1:500. Digital yang dihasilkan
aliran kemudian dikirimkan melalui jaringan digital biasanya menggunakan Integrated Servive
Digital Network (ISDN) dan dengan Internet Protocol (IP).

Gambar 1. Cara kerja Video Teleconference

(Sumber: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Graph_multi_party_video_
conferencing.png)

Berikut ini beberapa jenis aplikasi video teleconference yang dapat diimplementasikan
dalam pembelajaran jarak jauh:

1. Skype
2. Teams
3. Google Hangouts meet
4. Facetime
5. Google Duo
6. Cisco Webex
Kelebihan video teleconference

Sama seperti media pembelajaran berbasis TIK lainnya, video conference juga memiliki
banyak kelebihan. Adapun kelebihan video teleconference menurut Munir (2017: 172) yaitu:

1. Komunikasi menjadi lebih baik;


2. Informasi lebih dimengerti dan saling berbagi;
3. Aliran informasi lebih baik;
4. Bahasa tubuh, ekspresi wajah, sikap dan nada suara dapat mengungkapkan segalanya;
5. Perangkat kolaborasi dapat digunakan secara simultan; dan
6. Berbagi presentasi, dokumen dan aplikasi yang berkaitan dengan agenda meeting atau
pertemuan.

Video conferencing distance learning

Munir (2017:173) mendefinisikan video conferencing distance learning adalah salah satu
aplikasi dari teknologi informasi dan komunikasi yang memberikan salah satu solusi dalam
bidang pendidikan dengan menawarkan banyak manfaat dan kemudahan bagi pendidik dan
pembelajar sebagai penggunanya. Video conferencing distance learning memungkinkan interaksi
antara dua orang atau lebih, dua kelas atau lebih pada tempat yang berbeda dan waktu yang
bersamaan dengan menggunakan sistem multipoint. Interaksi terjadi antara pembelajar dengan
pendidik, pembelajar dengan pembelajar lain, pembelajar dengan materi pembelajaran dan
pembelajar dengan sumber-sumber informasi (information resources) pada lokasi yang berbeda
dan dilakukan secara langsung (real time) dengan komunikatif seperti pada kelas konvensional
yang menerapkan tatap muka langsung. Materi pembelajaran pada video conferencing distance
learning disajikan dalam bentuk suara (audio), gambar (visual), maupun teks, secara terpisah
atau bersamaan (simultan).

Sekurangnya ada empat manfaat dalam pembelajaran digital menggunakan sistem video
conferencing menurut Munir (2017:174) yaitu:

1. Dapat menjembatani kesenjangan pendidikan. Sistem seperti ini sangat membantu, terutama
jika dikaitkan dengan letak geografis negara Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau yang
tersebar. Dengan adanya teknologi video conference ini akan lebih mendekatkan sekaligus
memudahkan kendala geografis tersebut.
2. Memperkokoh demokratisasi. Sistem pembelajaran digital dengan video conference ini
diharapkan dapat diperluas jaringan dan aksesnya yang dapat dipercepat sehingga dapat
mempersatukan pembelajar yang tersebar di berbagai tempat.
3. Melahirkan inovasi yang menarik. Sistem pembelajaran digital dengan video conference ini,
menjadikan proses pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan mencerdaskan. Belajar
terasa menyenangkan dan tidak membosankan karena sambil melihat monitor, layar televisi,
atau layar video yang menarik dan interaktif. Dengan dilakukannya sistem pembelajaran
digital ini, diharapkan investasi dalam pembentukan sumber daya manusia (SDM) akan
berhasil.
4. Secara materi dapat menghemat biaya pembelajaran, karena tidak perlu membayar banyak
pendidik, tidak mengeluarkan anggaran untuk membangun gedung/kampus atau kelas untuk
belajar. Terciptanya sistem pembelajaran digital ini, juga semakin memudahkan suatu
lembaga pendidikan berkembang lebih maju.

Konsep Pembelajaran Bahasa

Secara umum tujuan pembelajaran bahasa adalah untuk menguasai ke empat


keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) yang didukung dengan
pengetahuan yang memadai terhadap komponen bahasa. Berbagai upaya dilakukan saat ini untuk
dapat menguasai keempat keterampilan berbahasa tersebut termasuk mengintegrasikan dengan
TIK. Salah satu yang menarik adalah melakukan perobahan pada sistem pembelajaran yang
berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada pelajar Richard dalam Manurung
(2012: 3).

Guru juga dapat menghadirkan dan memanfaatkan TIK seperti laboratorium bahasa,
video, tape, komputer, dan bahkan telepon seluler pada pembelajaran bahasa, terutama saat
perancangan dan pengembangan perangkat pembelajaran. Beberapa peneliti melaporkan bahwa
sudah banyak penelitian tentang keterampilan berbahasa menggunakan TIK dan menjadi
perhatian guru bahasa dewasa ini yang menjadikan guru lebih inovatif dan kreatif Dudeney,
Chapelle, Young, Yunus, dkk. dalam dalam Manurung (2012: 3).

Peranan TIK dalam Pembelajaran Bahasa

TIK yang dikenal secara luas dengan istilah Information and Communication
Technologies (ICT) mencakup seluruh peralatan teknis yang digunakan memproses dan
menyampaikan informasi. Komputer merupakan contoh pertama TIK yang dimanfaatkan dalam
pendidikan. Kehadiran TIK khusunya komputer salah satu faktor yang mengakibatkan
pergeseran metode pembelajaran dari pembelajaran yang berpusat kepada guru (teacher-centre)
kepada pembelajaran yang berpusat kepada pelajar (student-centre). Inovasi dalam TIK telah
membawa paradigma baru dalam pembelajaran bahasa dimana multimedia dipadukan dalam
proses pembelajaran. Salah satu Multimedia yang dimaksud adalah penggunaan banyak media
dalam pembelajaran bahasa yang tersedia di pusat bahasa dan pusat pembelajaran bahasa secara
mandiri self-access centre (Manurung, 2002).

Hingga yang terkini muncul ialah video teleconference yang dimana fitur-fitur yang
tersedia di dalamnya dapat diandalkan untuk menunjang kefektifan pembelajaran bahasa.
Misalnya jika pembelajaran bahasa diterapkan kedalam bahasa prancis, video teleconference ini
mendukung fitur audio yang dapat membantu dosen bahasa prancis untuk menjelaskan materi
dalam bahasa prancis yang otomatis materi tersebut akan disimak oleh mahasiswa dan juga
mampu merangsang kemampuan pendengaran (Réception Orale) mereka. Disaat proses
penjelasan materi, dosen juga menggunakan instrumen tambahan baik itu power point, atau pdf
yang dimana mahasiswa harus ikut menyimak materi yang mereka baca (Réception Écrite)
sambil mendengarkan penjelasan dosen. Terakhir, mahasiswa juga dituntut dalam memberikan
respon terhadap materi tersebut, baik itu secara lisan maupun tulisan (Production Orale dan
Production Écrite), untuk respon secara tulisan mahasiswa dapat menggunakan fitur share screen
atau menggunakan white board dalam video teleconference.

PEMBAHASAN

Pengimplementasian video teleconference di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis UNIMED


merupakan sebuah upaya untuk menggantikan kelas konvensional tanpa merubah sepenuhnya
suasana belajar mengajar. Hal ini dikarenakan, dengan video teleconference, dosen dan
mahasiswa masih bisa melakukan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka seperti biasa
meskipun tidak bisa dilaksanakan di satu tempat yang sama dan membutuhkan bantuan sebuah
aplikasi. Namun begitu, ide ini dikatakan cukup efektif karena melalui media ini, dosen dapat
melihat secara langsung kedisiplinan dan rasa tanggung jawab mahasiswanya selama
pembelajaran berlangsung, baik itu mengenai kehadiran, respon yang diberikan, serta motivasi
belajar mahasiswanya. Dengan begitu perangkat ini memberikan kemudahan untuk dosen dalam
memberikan penilaian, yang diluar dari penilaian kognitif. Karena pada umumnya penilaian
sikap (afektif) hanya bisa dilakukan secara kasat mata artinya dosen melihat dengan nyata dan
secara sadar segala sikap yang diperbuat oleh mahasiswanya.

Rata-rata jenis aplikasi video teleconference yang direkomendasikan oleh dosen Pendidikan
Bahasa Prancis UNIMED kepada mahasiswanya ialah:

1. ZOOM Cloud

Zoom cloud merupakan salah satu aplikasi video teleconference yang banyak digunakan
di berbagai institusi pendidikan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, oleh karenanya
aplikasi ini direkomendasikan oleh para dosen Pendidikan Bahasa Prancis UNIMED dalam
melakukan kegiatan kuliah online, karena perangkat ini juga kaya akan berbagai fitur seperti:

1) Rekam Panggilan Video


2) Touch Up My Appearance
3) Share Screen
4) White board
5) Virtual Background
6) Host a Meeting
7) Scedhule and Join a Meeting

2. Google Meet

Selain Zoom, aplikasi sejenis yang sering digunakan ialah Google Meet, aplikasi ini
dianggap cukup fleksibel dikarenakan mendukung fitur presentasi layar, sehingga mempermudah
mahasiswa dan dosen ketika ingin menyajikan materi baru ataupun untuk sekedar melakukan
presentasi oleh mahasiswa dengan menggunakan power point. Adapun fitur lainnya ialah:

1) Adanya fitur White Board.


2) Tampilan video yang HD dan suport resolusi lain.
3) Layanan Enkripsi video, untuk menjaga kerahasiaan data para penggunanya.
4) Banyak pilihan Tampilan yang menarik.
5) Dapat mengundang hingga 100 peserta.

Tahapan Pembelajaran Menggunakan Video Teleconference

Umumnya proses penggunaan aplikasi video teleconference di Prodi Pendidikan Bahasa


Prancis UNIMED ialah sebagai berikut:

1. Dosen menginformasikan mahasiswanya dari jauh-jauh hari mengenai jadwal pertemuan


video melalui whatsapp.
2. Beberapa menit sebelum pembelajaran dimulai dosen memberikan link undangan
bergabung ke video grup.
3. Mengabsen mahasiswa dengan cara mengecek jumlah peserta online, lalu mendata
mahasiswanya.
4. Pembagian materi, dibantu dengan media lain seperti power point, pdf, ataupun video
pembelajaran.
5. Melakukan diskusi bersama terkait dengan materi yang disajikan.
6. Memberikan saran.
7. Penutup.
Berikut tampak penggunaan aplikasi google meet selama proses pembelajaran
berlangsung pada mata kuliah penulisan ilmiah (Rédaction Scientifique).

Kelebihan dan Kelemahan yang ditemukan selama proses pembelajaran

Kelebihan (+)

- Penggunaan video teleconference cukup membantu dalam pembelajaran bahasa, karena


seperti yang diketahui tujuan pembelajaran bahasa adalah untuk menguasai ke empat
keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) yang didukung
dengan pengetahuan yang memadai terhadap komponen bahasa Manurung (2012). Dari
ke empat kompetensi tersebut video teleconference telah mendukung keseluruhan dari
kompetensi yang ada, karena dengan menggunakan perangkat tersebut kita bisa membaca
dan memahami materi yang disajikan (Réception Écrite), mendengar apa yang sedang
dijelaskan (Réception Orale), dan memberikan respon terhadap materi tersebut baik itu
secara lisan maupun tulisan (Production Orale dan Production Écrite).
- Komunikasi menjadi lebih baik Munir (2017), karena melalui perangkat ini
memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara pemberi informasi (dosen) dan juga
penerima informasi (mahasiwa) untuk melakukan komunikasi diwaktu yang bersamaan.
- Informasi lebih dimengerti dan saling berbagi Munir (2017), berkat dukungan fitur audio
dan visual yang terdapat di video teleconference mempermudah mahasiswa dalam
memahami materi, karena pada dasarnya gaya balajar mahasiswa berbeda-beda ada yang
bisa memahami materi hanya dengan membaca (visual), ada yang harus dijelaskan secara
verbal untuk bisa mengerti (auditori), dan ada juga yang penjelasan materinya harus
memainkan bahasa tubuh, ekspresi wajah, sikap dan nada suara untuk bisa memahami
materi (kinestetik).
- Melalui video teleconference dosen bisa melihat bagaimana motivasi belajar
mahasiswanya melalui tampilan layar, dan juga dengan melihat respon mahasiswanya
ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung.

Kekurangan (-)

- Kualitas gambar video mengikuti kondisi jaringan yang ada, hal ini berdampak pada
mahasiswa yang tinggal di area pedesaan yang lumayan sulit mendapatkan sinyal yang
bagus, sehingga kegiatan belajar mengajar cukup terganggu, dan lebih parahnya
dikarenakan sinyal yang lemah, informasi yang diterima itu tidak secara utuh dikarenakan
nada suara yang putus-putus dan kualitas gambar/materi yang ditampilkan itu menjadi
tidak jelas (kabur). Hal-hal itulah yang bisa mengakibatkan mahasiswa kesulitan untuk
memahami materi.
- Memakan banyak biaya pengeluaran untuk data internet, karena umumnya lamanya
durasi video call yang dilakukan mengikuti jam sks mata kuliah. Itu artinya, semakin
lama jumlah sks pada mata kuliah tersebut, maka semakin banyak juga data internet yang
harus digunakan.
- Ada beberapa aplikasi video call yang keamanannya masih diragukan misalnya pada
aplikasi Zoom Cloud yang diisukan dapat menyebabkan kebocoran privasi, dan
pencurian akun.

KESIMPULAN

Penggunaan video teleconference tidak bisa hanya semata-mata digunakan sebagai media
dalam pembelajaran, hal ini dikarenakan ketika pembelajaran berlangsung masih dibutuhkan
media lainnya baik itu power point, pdf, video pembelajaran, dan sebagainya untuk menunjang
keefektifan kuliah online. Untuk cabang pembelajaran bahasa, pengimplementasian video
teleconference sangat membantu mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan bahasa mereka
berkat fitur-fitur yang tersedia di dalam perangkat tersebut. Namun begitu, masih dibutuhkan
berbagai langkah untuk mengatasi kendala-kendala yang ada selama pembelajaran menggunakan
video teleconference seperti lemahnya jaringan di perdesaan, terbatasnya data internet yang
dimiliki mahasiswa, yang mungkin bisa menghambat proses belajar mengajar selama
berlangsungnya kebijakan belajar dari rumah yang digugus oleh Pemerintah. Untuk itu
diharapkan Pemerintah dapat ikut serta dalam penanganan masalah tersebut, karena
bagaimanpun juga kualitas SDM yang dihasilkan itu merupakan dampak langsung ataupun
gambaran dari kualitas pendidikan yang ada di negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

A. Pribadi, Benny. 2014. Pengembangan Program Tutorial Via Media Teknologi Video
Conference Dalam Sistem Pendidikan Jarak Jauh (Spjj). Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak
Jauh, 15, 1-11.

Chapelle, C. 2001. Computer applications in second language acquisition: Foundations for


teaching, testing and research (Vol.XVII). Cambridge: Cambridge University Press.

Dudeney, G. 2000. The internet and the language classroom (Vol.X). Cambridge: Cambridge
University Press.

Faridi, Abdurrachman. 2009. Inovasi Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Ict Dalam Rangka
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan Jilid 38, 59-67.

Jaya Kumar C. Koran, Aplikasi ‘E-Learning’ Dalam Pengajaran Dan Pembelajaran Di Sekolah-
Sekolah Malaysia: Cadangan Perlaksanaan Pada Senario Masa Kini, Pasukan Projek Rintis
Sekolah Bestari Bahagian Teknologi Pendidikan, Kementerian Pendidikan Malaysia

Konder Manurung. 2012. Guru, Tik, Dan Pembelajaran Bahasa; Harapan Dan Tantangan.
Makalah.

Manurung, K. 2002. Maximizing the use of language learning strategies in selfaccess centres.
Unpublished Ph.D Dissertation. Latrobe University.

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2020. Surat Edaran Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Perihal Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19).
www.kemdikbud.go.id. 24 Maret.

Munir. 2017. Pembelajaran Digital. Bandung: Alfabeta.

Nurdyansyah, dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran Sidoarjo: Nizamial
Learning Center.

Prawiradilaga, Dewi Salma. dkk. 2016. Mozaik Teknologi Pendidikan:E-Learning. Jakarta:


Prenadamedia Group.
Sandiwarno, Sulis. 2016. Perancangan Model E-Learning Berbasis Collaborative Video
Conference Learning Guna Mendapatkan Hasil Pembelajaran Yang Efektif Dan Efisien. Jurnal
Ilmiah Fifo, 8, 191-200.

Tafqihan, Zuhdy. 2011. Karakteristik Dan Pemilihan Media Pembelajaran Dalam E-Learning.
Jurnal Cendekia, 9, 142-154.

Yazdi, Mohammad. 2012. E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Berbasis


Teknologi Informasi. Jurnal Ilmiah Foristek, 2, 143-152.

Anda mungkin juga menyukai