Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP KEBUTUHAN MENJELANG DAN AKHIR KEHIDUPAN

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan dasar

Dosen Pengampu : Lailatul Fadilah S.Kep Ners M.Kep

Di susun oleh :

Fadilah Muntahanah (P27901119068)


Fany Dyah Setyaningrum (P27901119069 )
Farhanah Hidayati (P27901119070)
Firda Herawati (P27901119071)
Fitri Yunengsih (P27901119072)
Hanifa Nur Esha (P27901119073)
Hasna Qurrota Ayunina (P27901119074)
Ikbal Firdaus (P27901119075)
Siska Suharyati (P27901119096)
Uun Nurtini (P279011190100)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, hidayah,
taufik, dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Keperawatan
Dasar” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini
disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas dari dosen kami Ibu Lailatul Fadilah S.Kep
Ners M.Kep

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 18 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Masalah .................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebutuhan Menjelang Akhir Kehidupan ................................

1. Pengertian Menjelang Ajal dan akhir kehidupan............................. 5


2. Tanda-Tanda Kematian lanjut usia menjelang ajal.......................... 5
3. Penyebab Kematian.......................................................................... 6
4. Tahap Kematian............................................................................... 6
5. Pengaruh Kematian.......................................................................... 7

B. Prosedur Keperawatan dalam Meenuhi Kebutuhan Menjelang Akhir


Kehidupan Sesuai SPO

1. Perawatan Jenazah........................................................................... 8
2. Dukungan Spiritual Kepada Pasien dan Keluarga........................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari
kehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal, dan kematian bersifat universal. Meskipun
unik bagi setiap individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan
proses hidup yang diperlukan (Kozier, 2010).
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju
akhir.Konsep menjelang ajal dibentuk seiring dengan waktu, saat seseorang tumbuh,
mengalamiberbagai kehilangan, dan berpikir mengenai konsep yang konkret dan
abstrak (Kozier, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep kebutuhan menjelang dan akhir kehidupan ?
2. Bagaimana prosedur keperawatan pasien menjelang dan akhir kehidupan sesuai
SPO?
3. Bagaimana dukungan spiritual menjelang ajal pada pasien dan keluarga ?
4. Bagaimana cara perawatan jenazah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konsep kebutuhan menjelang dan akhir kehidupan
2. Untuk mengetahui prosedur keperawatan pasien menjelang dan akhir kehidupan
3. Untuk mengetahui dukungan spiritual menjelang ajal pada pasien dan keluarga
4. Untuk mengetahui cara perawatan jenazah
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Menjelang dan Akhir Kehidupan


1. Pengertian Menjelang Ajal dan akhir kehidupan
Kematian adalah kematian otak yang terjadi jika pusat otak tertinggi yaitukorteks
serebral mengalami kerusakan permanen. Dalam kasus ini, ada aktivitas
jantung,kehilangan fungsi otak permanen, dimanifestasikan secara klinis dengan tidak
ada responterarah terhadap stimulus eksternal, tidak ada refleks sefalik, apnea, dan
elektrogramisoelektrik minimal selama 30 menit tanpa hipotermia dan keracunan oleh
depresan sistemsaraf pusat (Stedman, 2000).
Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti keadaan mati
ataukematian. Sedangkan secara definitive, kematian adalah terhentinya fungsi jantung
dan paru- paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen. Ini dapat
dilihat dari tigasudut pandang tentang definisi kematian, yakni :
 Kematian
 Kematian otak,yakni kerusakan otak yang tidak dapat pulih
 Kematian klinik, yakni kematian orang tersebut ( Roper,2002 ).
Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir
darikehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal, dan kematian bersifat universal. Meskipun
unik bagi setiap individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan
proses hidupyang diperlukan (Kozier, 2010).
Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju
akhir.Konsep menjelang ajal dibentuk seiring dengan waktu, saat seseorang tumbuh,
mengalami berbagai kehilangan, dan berpikir mengenai konsep yang konkret dan abstrak
(Kozier, 2010)
2. Tanda-Tanda Kematian lanjut usia menjelang ajal
Menurut Nugroho (2008) ciri dan tanda pasien lanjut usia yang menjelang kematian
antara lain :
 Tubuh klien lanjut usia tampak mengembung
 Denyut nadi mulai tidak teratur
 Tekanan darah menurun
 Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur)
 Napas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebebkan oleh apaa adanya lendir
pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh pasien lanjut usia.
 Gerakan peristaltik usus menurun
 Badan dingin dan lembab, terutama pada laki-laki tangan dan ujung hidungnya
 Kulit tampak pucat berwarna kebiruan/kelabu
 Pupil mata membesar atau melebar
 Hilangnya semua reflek dan ketiadaan kegiatan otak yang tampak jelas dalam hasil
pemeriksaan EEG dalam waktu 24 jam
3. Penyebab Kematian
Menurut Nugroho (2008) penyebab kematian antara lain :
1. Penyakit
b. Keganasan (karsinoma hati, paru, mamae)
c. Penyakit kronis, misalnya :
1) CVD (cerebrovascular diseases)
2) CRF (chronic renal failure (gagal ginjal)
3) Diabetes melitus (gangguan endokrin)
4) MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskular)
5) COPD (chronic obstruction pulmonary diseases)
2. Kecelakaan (Hematoma Epidural)
4. Tahap Kematian
Tahap-tahap ini tidak selamanya berurutan secara tetap, tetapi saling tindih. Kadang-
kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian kembali ke
tahap itu. Apabila tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bias timbul kesan seolah-
olah klien lanjut usia melompati satu tahap, kecuali jika perawat memperhatikan secara
seksama dan cermat.
 Tahap pertama (penolakan), tahap ini adalah individu yang mengalami kehilangan
adalah syok, tidak percaya, mengerti atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan
benar-benar terjadi. Sebagai contoh orang atau keluarag dari orang yang menerima
diagnosis terminak akan terus berupaya mencari informasi tambahan. Reaksi fisik
yang terjadi pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare gangguan
pernafasan, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak tau ahrus berbuat apa.
Reaksi ini berlangsung dalam beberapa menit hingga beberapa tahun.
 Tahap kedua (marah), tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak
terkendali. Sering kali klien lanjut usia akan mencela setiap orang dalam segala hal. Ia
mudah marah terhadap perawat dan petugas kesehatan lainnya tentang apa yang telah
mereka lakukan. Pada tahap ini, klien lanjut usia lebih menganggap hal ini merupakan
hikmah, daripada kutukan. Kemarahan ini merupakan mekanisme pertama diri klien
lanjut usia. Pada saat ini, perawat kesehatan harus hati-hati dalam memberi penilaian
sebagai reaksi yang normal terhadap kematian yang perlu diungkapkan.
 Tahap ketiga (tawar-menawar), kemarahan biasanya mereda dank lien lanjut usia
dapat menimbulkan kesan dapat menerima apa yang sedang terjadi pada dirinya. Akan
tetapi pada tahap tawar-menawar ini banyak orang cenderung untuk menyelesaikan
urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan mempersiapakan jaminan hidup
bagi orang tercinta yang ditinggalkan.
 Tahap keempat (sedih/depresi), hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan
klien lanjut usia sedang dalam suasana berkabung. Di masa lampau, ia sudah
kehilangan orang yang dicintai dan sekarang ia kan kehilangan nyawanya sendiri.
Bersama dengan itu, ia harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang
dinikmatinya. Selama tahap ini, klien lanjut usia cenderung tidak tidak banyak bicara
dan sering menangis. Saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang di samping
klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
 Tahap kelima (menerima/asertif), tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian.
Menjelang saat ini, klien lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum
selesai dan mungkin tidak ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala
sesuatunya. Tawar-menawar sudah lewat dan tibalah saatnya kedamaian dan
ketenangan. Seseorang mungkin saja lama ada dalam tahap menerima, tetapi bukan
tahap pasrah yang berarti kekalahan. Dengan kata lain, pasrah pada maut bukan
berarti menerima maut.
5. Pengaruh Kematian
Menurut Nugroho (2008) pengaruh kematian terhadap keluarga klien lanjut usia adalah :
1. Bersikap kritis terhadap cara perawatan
2. Keluarga dapat menerima kondisinya
3. Pengalihan tanggung jawab dan ebban ekonomi
4. Terputusnya komunikasi dengan orang yang menjelang maut.
B. Prosedur Keperawatan dalam Memenuhi Kebutuhan Menjelang dan Akhir
Kehidupan
1. Perawatan Jenazah

Perawatan jenazah adalah perawatan


pasien setelah meninggal, termasuk
perawatan menyiapkan jenazah untuk
Pengertian diperlihatkan pada keluarga,
transportasi ke kamar jenazah dan
melakukan disposisi barang-barang
milik pasien.
a. Mencegah terjadinya
pembusukan pada jenazah
b. Dengan menyuntikan zat
Tujuan tententu untuk membunuh
kuman, seperti pemberian
injeksi formalin murni.

 Kapas basah
 Air hangat
 Waslap
Alat dan Bahan  Alat tenun bersih
 Pengikat (perbaan)
 Kapas
 Kartu/identitas

Penatalaksanaan 1. Siapkan alat-alat sesuai


kebutuhan pasien
2. Periksa status agama pasien
3. Tempatkan jenazah pada
ruang tersendiri/privasi
4. Gunakan sarung tangan basah
5. Lepaskan alat-alat kesehatan
yag terpasang (infus, kateter,
NGT,kanul oksigen, dan lain-
lain
6. Bila ada cairan yang
keluar,tutup dengan kasa/kapas
7. Bersihkaan bagian tubuh
pasien yang kotor
menggunakan air hangat.
8. Ganti alat tenun yang kotor
9. Atur jenazah pada posisi
anatomis (supine)atau tangan
bertumpu di adomen.
10. Tempatkan bantal titpis di
bawah kepala dan punduk.
11. Pasang pengalas di bawah
bokong
12. Rapihkan rambut, tutupi tubuh
jenazah dengan baju yang
bersih, selimuti hingga pundak,
dan tutup kepala.
13. Pastikan kelopak mata sudah
tertutup dan mulut tertutup
rapat. Bila perlu di lakukan
fiksasi.
14. Siapkan surat keterangan
kematian dan pasang pda
jenazah
15. Tinggalkan jenazah pada
keluarga
16. Rapihkan alat-alat dan bawa ke
belakang
17. Cuci tangan
18. Catat tindakan yang telah
dilakukan
2. Dukungan Spiritual menjelang ajal pasien dan keluarga
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap
manusia. Apabila sesorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan tuhannya pun
semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala
hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali sang pencipta.
Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran
utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan
pemenuhan yang lebih pada saat pasien kritis atau menjelang ajal.
Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan pelayanan
kesehatan, dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan
tidak hanya berupa aspek-biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek spiritual dapat
membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.

 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual


a. Perkembangan. Usia perkembangan dapat menentukan proses pemenuhan
kebutuhan spiritual, karena setiap tahap perkembangan memiliki cara meyakini
kepercayaan terhadap Tuhan.
b. Keluarga. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi
kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan
selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ras/suku. Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang berbeda, sehingga
proses pemenuhan kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan keyakinan yang
dimiliki.
d. Agama yang dianut. Keyakinan pada agama tertentu yang dimilikioleh seseorang
dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual.
e. Kegiatan keagamaan. Adanya kegitan keagamaan dapat selalu mengingatkan
keberadaan dirinya dengan tuhan, selalu mendekatkan diri kepada penciptanya.

 Masalah Kebutuhan Spiritual


Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distres
spiritual, merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompokmengalami beresiko
mengalami gangguan dalam kepercayaan atau system nilai yang memberikannya
kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta
pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan,
adanya keraguan yang berlebih dalam mengartikan hidup, mengungkapkan perhatian
yang lebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan
ritual, dan terdapat tanda-tanda seperti menangis, menarik diri, cemas, dan marah,
kemudian ditunjang dengan keadaan fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan
tidur, dan tekanan darah meningkat.
Distres spiritual terdiri atas:
a. Spiritual yang sakit, yaitu kesulitan menerima kehilangan dari orang yang
dicintai atau dari penderitaan yang berat.
b. Spiritual yang khawatir, yaitu terjadinya pertentangan kepercayaan dan sistem
nilai seperti adanya aborsi.
c. Spiritual yang hilang, yaitu adanya kesulitan menemukan ketenangan dalam
kegiatan keagamaan.

 Asuhan Keperawatan Pada Masalah Kebutuhan Spiritual


a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terhadap masalah kebutuhan spiritual, antara lain adanya ungkapan
terhadap masalah spiritual, misalnya arti kehidupan, kematian, dan penderitaan,
keraguan akan kepercayaan yang dianut, penolakan untuk beribadah, perasaan yang
kosong, dan pengakuan akan perlunya bantuan spiritual. Beberapa faktor yang
menyebabkan masalah spiritual adalah kehilangan salah satu bagian tubuh,
beberapa penyakit terminal, tindakan pembedahan, prosedur invasive, dan lain-lain.
b. Diagnosis Keperawatan
Distres spiritual berhubungan dengan ketidakmampuan untuk melaksanakan
ritual spiritual, konflik antara keyakinan spiritual dan ketentuan aturan kesehatan
dan krisis penyakit, penderitaan, atau kematian.
c. Perencanaan dan Tindakan Keperawatan
Rencana yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah spiritual, antara lain:
1. Memberikan ketenangan atau privasi sesuai dengan kebutuhan melalui
berdoa dan beribadah secara rutin
2. Membantu individu yang mengalami keterbatasan fisik untuk melakukan
ibadah
3. Menghadirkan pemimpin spiritual untuk menjelaskan berbagai konflik
keyakinan dan alternatif pemecahannya
4. Mengurangi atau menghilangkan beberapa tindakan medis yang bertentangan
dnegan keyakinan pasien dan mencari alternatif pemecahannya
5. Mendorong untuk mengambil keputusan dalam melakukan ritual
6. Membantu pasien untuk memenuhi kewajibannya
d. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah spiritual secara umum dapat dinilai dari perubahan
untuk melakukan kegiatan spiritual, adanya kemampuan melaksanakan ibadah,
adanya ungkapan atau perasaan yang tenang, dan menerima adanya kondisi atau
keberadaannya, wajah yang menunjukan rasa damai, kerukunan dengan orang lain,
memliki pedoman hidup, dan rasa bersyukur.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kematian adalah kematian otak yang terjadi jika pusat otak tertinggi
yaitukorteks serebral mengalami kerusakan permanen. Menjelang ajal adalah bagian
dari kehidupan yang merupakan proses menuju akhir.Konsep menjelang ajal dibentuk
seiring dengan waktu, saat seseorang tumbuh, mengalami berbagai kehilangan, dan
berpikir mengenai konsep yang konkret dan abstrak. Tanda dari kematian diantaranya
Tubuh klien lanjut usia tampak mengembung, Denyut nadi mulai tidak teratur,
Tekanan darah menurun, Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur), Napas
mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebebkan oleh apaa adanya lendir pada
saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh pasien lanjut usia, Gerakan
peristaltik usus menurun dan sebagainya. Penyebab kematian bisa dari penyakit atau
kecelakaan. Tahap kematian terdiri dari enam tahap yaitu Penolakan, marah, tawar
menawar, sedih, depresi dan kemudian asertif atau menerima. Pengaruh kematian bagi
keluarga pasien yaitu Bersikap kritis terhadap cara perawatan, Keluarga dapat
menerima kondisinya, Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi, Terputusnya
komunikasi dengan orang yang menjelang maut.
DAFTAR PUSTAKA

 H. Alimul A. Aziz. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia . Jakarta: Salemba


Medika
 Tim penulis Poltekkes Kemenkes Jakarta III. 2009. Panduan Praktik Kebutuhan
Dasar Manusia 1. Jakarta : Salemba Medika
 https://id.scribd.com/document/358231970/Konsep-Kematian-Dan-Menjelang-Ajal
 https://www.academia.edu/8416430/BIMBINGAN_SPIRITUAL_PADA_PASIEN_D
AN_KELUARGA
 https://www.academia.edu/8991970/Perawatan_menjelang ajal

Anda mungkin juga menyukai