Oleh :
Agung Krisna Ganapathya Dewantara
1.17.2.10668
Akuntansi Pagi ( Kelas C )
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR
2019
1
VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA
A. PENDAHULUAN
Untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh lembaga-lembaga
pemerintah maka diperlukan perluasan sistem pemeriksaan, tidak sekedar conventional
audit, namun perlu juga dilakukan value for money audit (VFM Audit). Dalam
pemeriksaan yang konvensional, lingkup pemeriksaan hanya sebatas audit terhadap
keuangan dan kepatuhan (financial and compliance audit), sedangkan dalam pendekatan
baru ini selain audit keuangan dan kepatuhan juga perlu dilakukan audit kinerja
(performance audit). Performance Audit meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas. audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau operational audit,
sedangkan audit efektivitas disebut program audit. Istilah lain untuk performance audit
tersebut adalah VFM audit atau disingkat 3E’s audit (economy, efficiency, and
effectiveness audit)
2
kebijakan, peraturan dan hokum yang berlaku, menentukan kesesuaian antara kinerja
yang telah dicapai dengan criteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut
(Malan,1984).
Perbedaan VFM audit dengan conventional audit adalah dalam hal laporan audit.
Audit yang konvesional , hasil auditnya adalah berupa pendapat (opini) auditor secara
independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan criteria
standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi perbaikan. Sedangkan dalam
VFM audit tidak sekedar menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang
telah dilaksanakan, akan tetap juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan di
masa depan.
C. AUDIT EKONOMI DAN EFISIENSI
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan :
1. Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber
dayanya (seperti karyawan, gedung, ruang, dan peralatan kantor) secara ekonomis dan
efisien.
2. Penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien, termasuk
ketidakmampuan organisasi dalam mengelola system informasi, prosedur administrasi,
dan struktur organisasi.
Secara lebih spesifik, The General Accounting Office Standards (1994) menegaskan
bahwa audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan mempertimbangkan apakah entitas
yang diaudit telah:
a. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.
b. Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) sesuai dengan
kebutuhan pada biaya terendah.
c. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai
d. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang
jelas tujuannya.
e. Menghindari adanya pengangguran sumberdaya atau jumlah pegawai yang
berlebihan.
f. Menggunakan prosedur kerja yang efisien
3
g. Menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) yang minimum dalam
menghasilkan atau menyerahkan barabg/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang
tepat
h. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
perolehan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya negara
i. Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai
kehematan dan efisiensi
Prosedur untuk melakuakan audit ekonomi dan efisiensi meliputi:
1. Perencanaan audit.
2. Me review system akuntansi dan pengendalian intern.
3. Menguji system akuntansi dan pengendalian intern.
4. Melaksanakan audit.
5. Menyampaikan laporan.
D. AUDIT EFEKTIVITAS
Menurut Audit Commission (1986), efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang
benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplementasikan
kebijakan dan tujuannya.
Audit efektivitas (audit program) bertujuan untuk menentukan :
1. Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan.
2. Kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
3. Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternative lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada evaluasi pelaksanaan program, yaitu
sebagai berikut:
a. Apakah program tersebut relevan atau realistik
b. Apakah ada pengaruh dari program tersebut
c. Apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan
d. Apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil
Karakteristik Audit Kinerja:
Ekonomi Audit
Manajemen
5
a. Staf yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki
kecakapan professional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan.
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi/lembaga
audit dan auditor, baik pemerintah maupun akuntan public, harus independen
(secara organisasi maupun secara pribadi), bebas dari gangguan independensi
yang bersifat pribadi dan yang di luar pribadinya(ekstern), yang dapat
mempengaruhi independensinya, serta harus dapat mempertahankan sikap dan
penampilan yang independen.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.
d. Setiap organisasi/lembaga yang melaksanakan audit yang berdasarkan SAP ini
harus memiliki system pengendalian intern yang memadai, dan system
pengendalian mutu tersebut harus di-review oleh pihak lain yang kompeten
(pengendalian mutu ekstern).
2. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja
a. Perencanaan
Pekerjaan harus direncakanan secara memadai.
b. Supervisi
Staf harus diawasi (supervisi) dengan baik.
c. Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Apabila hokum, peraturan perundang-undangan, dan persyaratan kepatuhan
lainnya merupakan hal yang signifikan bagi tujuan audit, auditor harus
merancang audit tersebut untuk memberiakan keyakinan yang memadai
mengenai kepatuhan tersebut.
d. Pengendalian Manajemen
Auditor harus benar-benar memahami pengendalian manajemen yang relevan
dengan audit.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja
1. Bentuk
Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat
mengkomunikasikan hasil setiap audit.
2. Ketepatan Waktu
6
Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan untuk menyediakan
infromasi yang dapat digunakan secara tepat waktu oleh manajemen dan pihak
lain yang berkepentingan.
3. Isi Laporan
a. Tujuan, Lingkup, dan Metodelogi Audit
Auditor harus melaporkan tujuan, lingkup, dan metodologi audit.
b. Hasil Audit
Auditor harus melaporkan temuan audit yang signifikan, dan jika mungkin
melaporkan kesimpulan auditor.
c. Rekomendasi
Auditor harus menyampaikan rekomendasi untuk melakukan tindakan
perbaikan atas bidang yang bermasalah dan untuk meningkatkan
pelaksanaan kegiatan entitas yang diaudit.
d. Pernyataan Standar Audit
Auditor harus melaporkan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan Standar
Audit Pemerintah.
e. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
f. Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
penyalahgunaan wewenang
g. Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan melanggar/melawan
hukum
h. Pengendalian manajemen
i. Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab
j. Hasil/prestasi kerja yang patut dihargai
k. Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut
l. Informasi istimewa dan rahasia
4. Penyajian Laporan
Laporan harus lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas
sepanjang hal ini dimungkinkan.
5. Distribusi Laporan
Laporan tertulis diserahkan oleh organisasi/lembaga audit kepada :
a. Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit
7
b. Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang meminta audit,
termasuk organisasi luar yang memberikan dana, kecuali jika peraturan
perundang-undangan melarangnya
c. Kepada pejabat lain yang mempunyai tanggungjawab atas pengawasan secara
hukum atau pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak lanjut
berdasarkan temuan dan rekomendasi audit
d. Kepada pihak lain yang diberi wewenang oleh entitas yang diaudit untuk
menerima laporan tersebut
8
profesionalisme, kompetensi, dan indenpendensi dan dapat menghilangkan pratek
korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) yang ada.
9
Reposisi lembaga pemeriksa
Harus disadari bahwa saat ini masih terdapat beberapa kelemahan dalam melakukan
audit pemerintahan di Indonesia. Pertama adalh tidak tersedianya indikator kinerja yang
memadai sebagai dasar untuk mengukur kinerja pemerintah daerah, hal tersebut umum
dialami organisasi sektor public adalah berupa pelayanan public yang tidak mudah
diukur. Kedua terkait dengan masalah struktur lembaga pemeriksa pemerintah pusat dan
daerah di Indonesia. Permasalahan yang ada adalah banyaknya lembaga pemeriksa
fungsional yang overlapping satu dengan yang lainnya yang menyebabkan pelaksanaan
pengauditan tidak efisien dan tidak efektif. Saat ini, pemeriksaan yang dilakukan oleh
aparat pemeriksa fungsional terdapat pembiayaan desentralisasi oleh BPK, BPKP, dan
inspektorat dalm negeri.
10
11