TELAAH JURNAL
DISUSUN OLEH
Ghiyas Rahmat Al Islami
Andi Mulia Sudirman
Rahma Ulfa
Sitti Muthmainnah P
PEMBIMBING
dr. Abbas Zavey Nurdin, Sp.OK,MKK
Halaman 39 – 47
I. Deskripsi Jurnal
Latar Penyakit meningokokus adalah penyakit parah dengan CFR yang tinggi
Belakang (5-10%) dan sering menimbulkan gejala sisa (10-20%) yang membutuhkan
perhatian medis seumur hidup. meningococcal meningitis merupakan penyebab
utama dari morbiditas dan kematian pada orang sub-saharan sabuk meningitis
afrika di mana wabah penyakit ini terjadi pada setiap 8-12 tahun . meningococcal
meningitis adalah sebuah bentuk bakteri meningitis , infeksi yang serius dari
meninges yang mempengaruhi otak dan sumsum tulang belakang .Dapat
menyebabkan kerusakan otak yang parah dan berakibat fatal pada 50 % kasus jika
tidak diobati. Pada manusia infeksi yang disebabkan oleh neisseria meningitidis
meningococcal tetap menjadi masalah kesehatan yang serius , untuk menginfeksi
500.000 - 1.2 juta jiwa dan membunuh antara 50,000 - 135,000 per tahun di
seluruh dunia . meningococcal penyakit adalah suatu penyakit yang relatif baru
yang pertama kali diamati pada tahun1805 di Eropa , tahun 1806 di amerika
utara , dan tahun 1905 di afrika .dari 1 januari hingga 12 mei 2015 , Kementrian
Kesehatan Nigeria melaporkan kepada WHO di antara 6179 tersangka kasus
meningococcal meningitis , 423 termasuk kematian. Ini adalah sebuah wabah
yang berkembang pesat dengan beberapa fitur yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Meningococcal penyakit , juga disebut sebagai serebrospinal
menular meningitis adalah sebuah penyakit bakteri yang disebabkan oleh
neisseria meningitidis (meningococcus) itu yang disebarkan oleh orang ke orang
melalui kontak pernapasan droplet orang yang terinfeksi. Ada 3 bentuk gejala
klinis yang utama: meningeal sindrom, bentuk septic dan onset gejala yang tiba
tiba dan kematian dapat mengikuti dalam waktu beberapa jam .Pada 10-15 %
kasus dari orang yang selamat , terdapat gejala neurologis yang persisten ,
termasuk gangguan pendengaran , gangguan berbicara, retardasi mental dan
kelumpuhan. Meningococcal meningitis dan septicemia cenderung lebih umum
terjadi pada musim dingin dan awal musim semi. Kebanyakan kasus terjadi di
bawah usia 5 tahun dan terutama selama masa tahun pertama kehidupan. Ada
juga kasus yang lebih kecil terjadi di usia 14-19 tahun. Namun, sekitar satu
sepertiga dari beberapa kasus meningococcal terjadi pada orang dewasa. Telah
terjadi pergeseran dalam kelompok usia yang dipengaruhi oleh invasif penyakit
meningococcal yang mengalami kenaikan pada orang berusia lanjut karena
serogroup Y dan terjadi penurunan pada remaja karena serogroup C. Meningitis
yang diperpanjang sabuk subsaharan afrika, yang membentang dari Senegal di
bagian Barat sampai ke Ethiopia di Timur ( 26 negara ), ini memiliki tingkat
paling banyak dari penyakit ini. Mengalami epidemi selama musim panas, musim
kemarau dan angin kencang dari bulan Desember April. Karena kurangnya
keterjangkauan vaksin conjugate ini, negara-negara afrika dalam sabuk meningitis
ini telah membuat strategi imunisasi reaktif. Terhitung sejak januari 2015 , ada
217 juta jiwa telah menerima sebuah vaksin meningococcal di 15 negara sabuk
Afrika. antara 1 januari dan 25 april 2015, Kementrian Kesehatan di Nigeria
memberi tahu WHO bahwa ada 1543 orang suspek Meningococcal, termasuk 147
kematian.
Tujuan Pada jurnal ini penulis bertujuan untuk memberikan informasi tentang Keadaan
Penelitian Meningitis Monococcus mulai dari Definisi, Epidemiologi, Etiologi, Patogenesis,
Tranmisi, Faktor Resiko, Gejala dan Tanda, Diagnosis, Treament, Vaksin, dan
Masalah baru yang terkait dengan penyakit menular ini.
19. Tuan PL, Li WC, Huang YC, Chiu CH, Lin TY. Invasive pediatric
Neisseria meningitidis infections; J Microbiol Immunol Infect. 2009;
42(5):427-32.
25. Leake JA, Kone ML, Yada AA, et.al. Early detection and response
to meningococcal disease epidemics in Sub-Saharan Africa: appraisal
of the WHO strategy; Bull World Health Organ. 2002;80 (5):342-9.
34. Rosenstein NE, Perkins BA, Stephens DS, Popovic T, Hughes JM.
Meningococcal disease; N Engl J Med.2001;344 (18):1378-1388.
41. Van der Flier M, Geelen SP, Kimpen JL, Hoepelman IM,
Tuomanen EI. Reprogramming the host response in bacterial
meningitis: how best to improve outcome? Clin Microbiol Rev. 2003;
16(3):415-29.
44. Adriani KS, Brouwer MC, van de Beek D. Risk factors for
community acquired bacterial meningitis in adults; Neth J Med. 2015;
73(2):53-60.
48. Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Signs &
Symptoms: Meningococcal Meningitis (Page last updated: April 1,
2014); Available at:
http://www.cdc.gov/meningococcal/about/symptoms.html [Accessed:
May 18, 2015].
59. Nemescu RE, Iancu LS, Dorneanu OS, Ursu RG, Dorobăţ CM.
Influence of antibiotic therapy prior to admission on the efficacy of
classical methods for the diagnosis ofmeningococcal disease; Rev Med
Chir Soc Med Nat Iasi. 2014; 118(2):497-502.
66. Sow SO, Okoko BJ, Diallo A. et.al. Immunogenicity and safety of
a meningococcal A conjugate vaccine in Africans; N Engl J Med.
2011;364 (24):2293-304.
Fokus Utama Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
Penelitian tentang Keadaan Meningitis Monococcus mulai dari Definisi,
Epidemiologi, Etiologi, Patogenesis, Tranmisi, Faktor Resiko, Gejala
dan Tanda, Diagnosis, Treament, Vaksin, dan Masalah baru yang
terkait dengan penyakit menular ini.
2.Penulis
3. Judul
4.Abstak :
Elemen yang 1. Tujuan/Masalah : Masalah dan tujuan dalam penelitian ini sangat
mempengaruhi jelas dijabarkan oleh penulis. Disebutkan bahwa Meningitis
kekuatan suatu Monococcus penyakit parah dengan CFR yang tinggi (5-10%) dan
penelitian sering menimbulkan gejala sisa (10-20%) yang membutuhkan
perhatian medis seumur hidup. Sehingga peneliti bertujuan
memberikan informasi mengenai apa itu virus Meningitis
Monoccocus.
2. Konsistensi logis (sistematika penulisan)
Penulisan jurnal ini berdasarkan literature yang ada dengan
temuan-temua kasus pada penelitan yang lain kemudian penulis
merangkum-nya menjadi satu.
3. Kerangka Teori : Penulis tidak memasukkan kerangka teori pada
jurnal ini.
4. Hipotesis Penelitian : Penulis tidak memasukkan hipotesis pada
jurnal ini.
5. Sasaran : Jurnal ini menggunakan data pasien kasus anonym yang
didapat dari WHO berserta hasil penelitian yang berhubungan
dengan.
6. Pertimbangan etis : Dalam penelitian ini tidak ada persyaratan
untuk informed consent atau persetujuan dewan peninjauan
kelembagaan.
7. Definisi Operasional : Penulis tidak memasukkan definisi
operasional pada jurnal ini.
8. Metode :
a. Desain Penelitian : Penulis tidak memasukkan metode penelitian
yang digunakan pada jurnal ini.
b. Populasi dan Sampel :
- Populasi : Populasi yang digunakan adalah seluruh kasus yang
dari WHO beserta kumpulan jurnal yang ada.
- Sampel : Seluruh kasus yang dilaporkan di tahun 1805 sampai
tahun 2015 yang terjadi di Dunia
- Teknik : Penulis tidak memasukkan teknik sampling yang
digunakan pada jurnal ini.
c. Variabel penelitian : Penulis tidak memasukkan variable
penelitian yang digunakan pada jurnal ini.
d. Instrumen Penelitian : instrument yang digunakan dalam
penelitian ini berupa data yang diperoleh dari situs web WHO dan
hasil penelitian jurnal yang berhubungan.
9. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan : Penelitian ini sudah baik, singkat, padat dan jelas
Saran : Penulis mencantumkan metode dan hasil penelitian yang
didapat.