Sediaan injeksi diberikan jika diinginkan kerja obat yang cepat, bila
penderita tidak dapat diajak kerja sama dengan baik, tidak sadar, tidak tahan
menerima pengobatan secara oral atau obat tidak efektif bila diberikan dengan
cara lain (Ansel, 1989)
(Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Jakarta:
UI Press. Hal. 399-407)
Menurut USP, obat suntik dibagi dalam lima jenis yang secara umum
didefinisikan sebagai berikut:
1. Obat larutan atau emulsi yang sesuai untuk obat suntik, memakai judul
“_______ injection.” (Contoh: Insulin Injection)
2. Bubuk kering atau larutan pekat, tidak mengandung dapar, pengencer atau
zat tambahan lain dan bila ditambah pelarut lain yang sesuai memberikan
larutan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk obat suntik, dan ini
dibedakan dengan judul: “Sterile ________” (Contoh: Sterile Ampicillin Sodium)
3. Sediaan-sediaan seperti dijelaskan di nomor 2 kecuali bahwa mereka
mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau zat penambah lain, dan
dibedakan dengan judul: “________ for injection” (Contoh: Methicillin Sodium for
Injection)
4. Padatan yang disuspensikan di dalam media cair yang sesuai dan tidak untuk
disuntikkan intravena atau ke dalam ruang spinal, dibedakan dengan judul:
“Sterile _________ Suspension” (Contoh: Sterile Cortisol Suspension)
5. Padatan kering, yang bila ditambahkan pembawa yang sesuai menghasilkan
sediaan yang memenuhi semua aspek persyaratan untuk Sterile Suspension dan
yang dibedakan dengan judul “Sterile ________ for Suspension” (contoh: Sterile
Ampicillin for Suspension) (Ansel, 1989).
Umumnya hanya larutan obat dalam air yang bisa diberikan secara intravena.
Suspensi tidak bisa diberikan karena bahaya hambatan pembuluh kapiler. Suspensi
air, minyak dan larutan minyak biasanya tidak dapat diberikan secara subkutan,
karena akan timbul rasa sakit dan iritasi (Fornas , 1978).
Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan preparat berbentuk serbuk
kering yang baru dirubah menjadi suspensi dengan penambahan airr sesaat sebelum
digunakan. Kebanyakan dari obat-obat yang dibuat dari campuran kering untuk
suspensi oral adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat seperti antibiotik tidak
stabil untuk disimpan dalam periode tertentu dengan adanya cairan pembawa air maka
lebih sering diberikan sebagai campuran serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada
waktu pada waktu akan diberikan. Alasan pembuatan suspensi kering salah satunya
adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi
stabil bila disuspensi (Ansel, 2005)
Menurut CPOB, ruangan steril dikategorikan ruang kelas I dan II atau
sering disebut white area, yang harus memenuhi syarat jumlah pertikel dan
mikroba. Kelas I sebenarnya berada dalam ruangan kelas II, tetapi ruang kelas I
memiliki alat LAF (Laminar Air Flow), yaitu alat yang menjamin ruangan dalam
kondisi steril dan bisa dipakai untuk pembuatan secara aseptik (BPOM, 2006).
Ruangan produksi steril harus memenuhi syarat sebagai berikut:
Bebas mikroorganisme aktif.
Ansel, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV, UI-PRESS, JakartaBadan
Pengawasan Obat dan Makanan. 2006. Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan
POM
Farmakope Indonesia, edisi IV. 1995. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Formularium Nasional, edisi kedua. 1978. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.