Wasiat-wasiat Rasulullah tentang akhirat mampu mengucurkan air mata pada sahabat.
Inilah kekuatan kalam Rasul. Seorang sahabat, Abu Najih Al ‘Irbad bin Sariyah berkata,
“Rasulullah memberi kami wasiat yang membuat hati kami bergetar dan mata kami
menangis.”
Begitulah Rasulullah dalam menyampaikan risalah kepada para sahabat. Rasulullah terkenal
sebagai seorang yang fasih bahasanya dan santun tutur katanya sehingga banyak orang
yang segera menyambut risalah beliau.
Dalam dunia dakwah kini, sebagian dai yang belum terbiasa berbicara di depan umum,
banyak yang merasa kesulitan dalam menyampaikan sebuah risalah kepada para
pendengarnya. Ia tidak bisa menguasai para pendengar sehingga risalah yangdisampaikan
tidak berbekas pada para pendengarnya.
Setiap dai hendaknya mengetahui cara untuk dapat menarik perhatian para pendengarnya.
Untuk menjadi terampil dalam menyampaikan ceramah diperlukan latihan. Karena ceramah
adalah sebuah seni berbicara yang memerlukan latihan. Inilah beberapa tips dalam
menyampaikan ceramah.
Seorang dai dalam ceramahnya hendaknya tidak terlalu panjang pembicaraannya. Ceramah
yang baik adalah yang berbobot isinya dan singkat penyampaianya. Nabi Muhammad adalah
teladan yang paling baik dalam berkhutbah. Beliau berkhutbah menyampaikan yang
seperlunya sehingga singkat waktunya. Singkat, padat, dan jelas.
http://www.fimadani.com/menyampaikan-tausiyah-dengan-lemah-lembut/ 1/7
7/8/2014 Menyampaikan Tausiyah dengan Lemah Lembut
Jadi, pembicaraan yang terbaik adalah yang singkat dan seperlunya saja. Pembicaraan yang
banyak tidak membawa manfaat, malah bisa mendatangkan madharat. Apalagi bila
pembicaraannya banyak mengandung canda.
2. Tatapan Mata
Ada sebagian dai ketika berceramah, ia menunduk memandangi lantai. Ia tidak melihat
wajah-wajah pendengarnya. Ia tidak melihat apa yang dilakukan oleh pendengarnya. Jikalau
semua yang hadir tertidur, ia pun tetap tidak sadar. Ada pembicara yang kepalanya
mendongak melihat pada kejauhan. Ia seolah-olah berbicara kepada orang-orang yang
berada di kejauhan sehingga pendengarnya merasa tidak diperhatikan.
Tatapan mata sangat efektif untuk mendapatkan perhatian dari pendengar. Ketika ada
pendengar yang berbicara dengan kawan di sampingnya, maka tataplah matanya. Bukan
dengan tatapan galak, tetapi dengan tatapan lembut yang disertai senyuman. Niscaya ia
akan berhenti berbicara dan akan fokus pada apa yang disampaikan. Ketika pendengar
dilihat oleh pembicara, mereka merasakan bahwa diri mereka diperhatikan. Bahwa mereka
adalah orang penting sehingga mereka akan dengan sungguh-sungguh memperhatikan
ceramah.
Lakukan tatapan mata yang disertai senyuman kepada masing-masing pendengar yang di-
diagnosis terkena penyakit kebosanan sehingga mereka “terobati” dan dapat kembali
memperhatikan isi ceramah. Lakukan tatapan mata secara menyeluruh kepada pendengar.
Jangan hanya terfokus pada sebagian pendengar dan melupakan sebagian pendengar yang
lain.
http://www.fimadani.com/menyampaikan-tausiyah-dengan-lemah-lembut/ 2/7
7/8/2014 Menyampaikan Tausiyah dengan Lemah Lembut
3. Bertanyalah
Salah satu cara untuk menarik perhatian pendengar adalah dengan melontarkan sebuah
pertanyaan. Dengan melontarkan pertanyaan, berarti seorang dai sudah berusaha untuk
berinteraksi dengan pendengar. Ada aksi berupa pertanyaan, dan ada reaksi berupa
jawaban pendengar. Dengan adanya interaksi tanya jawab seperti ini, pendengar tidak akan
merasa bosan. Mereka merasa terlibat dalam pembicaraan tersebut. Mereka aktif dalam
berusaha menyerap apa yang disampaikan pembicara.
Dengan melontarkan pertanyaan, seorang dai telah berusaha merebut hati dan menarik
pikiran pendengar. Dengan melontarkan pertanyaan, berarti seorang dai menghidupkan,
menghangatkan, dan mencairkan suasana. Dialog akan memudahkan pendengar
memahami apa yang akan disampaikan. Sebaliknya, monolog akan membuat pendengar
jenuh dan lebih sulit untuk memahami apa yang disampaikan.
Cermatilah salah satu dialog Rasulullah bersama para sahabat ketika beliau menerangkan
tentang ghibah yang diriwayatkan oleh Muslim berikut ini.
http://www.fimadani.com/menyampaikan-tausiyah-dengan-lemah-lembut/ 3/7
7/8/2014 Menyampaikan Tausiyah dengan Lemah Lembut
sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Setelah itu baru Rasulullah
menerangkan arti ghibah. Para sahabat pun aktif menanggapi keterangan dari Rasulullah.
Ada sabahat yang bertanya, “Bagaimana kalau memang saudaraku melakukan apa yang
kukatakan?”. Dengan pertanyaan itu, para sahabat ingin lebih memahami maksud dari
ghibah. Kemudian Rasulullah menerangkannya secara singkat dan jelas bahwa “Kalau
memang dia melakukan seperti apa yang kamu katakan berarti kamu telah mengghibahinya.
Sebaliknya jika dia tidak melakukan apa yang kamu katakan, maka kamu telah
memfitnahnya”
Begitulah salah satu cara Rasulullah dalam menyampaikan risalah. Rasulullah sering
melontarkan pertanyaan terlebih dahulu daripada langsung menerangkannya. Rasulullah
pernah bertanya dahulu kepada Mu’adz bin Jabal, “Inginkah kuberi petunjuk kepadamu
pintu-pintu kebaikan?”. Beliau juga bertanya,”Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok
amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?”. Beliau juga bertanya, ”Maukah kuberitahukan
kepadamu tentang kunci semua perkara itu?”
Penyampaian risalah melalui pertanyaan ini juga kita dapatkan dalam Hadits Jibril tentang
Islam, iman, dan ihsan yang diriwayatkan oleh Muslim. Dikisahkan oleh Umar bin Khaththab
bahwa ketika para sahabat duduk-duduk bersama Rasulullah, “datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang
mengenalnya.”
Orang yang dimaksud tersebut adalah malaikat Jibril yang menjelma menjadi wujud manusia
dan para sabahat tidak mengetahuinya. Kemudian orang tersebut (yaitu Malaikat Jibril)
“duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lutut Rasulullah”
seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”
Inilah kalimat pertanyaan yang diucapkan oleh Malaikat Jibril. Kemudian Rasulullah
menjawabnya. Setelah itu Malaikat Jibril bertanya tentang iman, ihsan, dan hari Kiamat.
Setelah Rasulullah menjawab setiap pertanyaan, Malaikat Jibril berkata, “Engkau benar.” Hal
itu membuat para sahabat merasa heran karena orang tersebut yang bertanya dan orang
tersebut yang membenarkannya juga. Setelah orang tersebut (Malaikat Jibril) pergi,
Rasulullah bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. Umar berkata: “Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
(bermaksud) mengajarkan agama kalian”.
http://www.fimadani.com/menyampaikan-tausiyah-dengan-lemah-lembut/ 4/7
7/8/2014 Menyampaikan Tausiyah dengan Lemah Lembut
Begitulah Allah mengajarkan iman, Islam, dan ihsan kepada manusia melalui perantara
Rasulullah dan Malaikat Jibril. Malaikat Jibril bertanya dan Rasulullah menjawab. Dialog
antara Rasulullah dan Malaikat Jibril tersebut dapat menimbulkan rasa ketertarikan pada diri
para sabahat untuk mengetahui dan memahami isi dialog tersebut. Hingga akhirnya para
sahabat memahami tentang iman, Islam, dan ihsan melalui dialog dua hamba Allah yang
mulia tersebut.
Tidak semua pertanyaan ada jawabannya. Tidak semua pertanyaan harus dijawab. Tidak
semua pertanyaan bisa dijawab.
Dalam penyampaikan sebuah materi terkadang ada pertanyaan yang terlontar dari peserta.
Ada pertanyaan yang mudah dan ada pertanyaan yang sulit. Jika seorang dai menghadapi
pertanyaan yang sulit maka hendaknya ia tidak memaksakan diri untuk menjawabnya. Jika ia
tidak tahu jawaban atas pertanyaan tersebut, katakan saja, “Saya tidak tahu”.
Ketahuilah bahwa perkataan “Saya tidak tahu” tidak akan mengurangi ilmu. Bahkan
perkataan “Saya tidak tahu” merupakan sebuah ilmu yang tidak semua orang bisa
memahaminya. Orang yang pandai adalah orang yang mengetahui bahwa dirinya tidak tahu
sehingga ia mengatakan bahwa ia tidak tahu. Sedangkan orang bodoh adalah orang yang
tidak mengetahui bahwa sebenarnya ia tidak tahu. Sebagaimana perkataan Abud Darda’,
“Perkataan orang yang tidak mengetahui suatu permasalahan (yang ditanyakan kepadanya)
‘Aku tidak tahu’ adalah setengah dari ilmu.”
Jika seorang dai memaksakan diri untuk menjawab pertanyaan yang ia tidak mengetahui
jawabannya, maka jawabannya akan ngawur, tidak dilandasi dalil atau menggunakan dalil
yang tidak semestinya. Keadaan ini akan lebih parah jika jawabannya benar-benar tidak
sesuai dengan kebenaran. Maka, jika tidak tahu suatu permasalahan, katakan saja, “Saya
tidak tahu”.
Redaktur: Fimadani
http://www.fimadani.com/menyampaikan-tausiyah-dengan-lemah-lembut/ 5/7
7/8/2014 Menyampaikan Tausiyah dengan Lemah Lembut
Add a comment...
Also post on Facebook Posting as Ate Jamaludin Mubarok (Not you?) Comment
Terbaru
http://www.fimadani.com/menyampaikan-tausiyah-dengan-lemah-lembut/ 6/7
7/8/2014 Menyampaikan Tausiyah dengan Lemah Lembut
(http://www.fimadani.com)
(http://facebook.com/fimadani)
Redaksi (http://www.fimadani.com/redaksi) (http://twitter.com/fimadani)
• Kirim Naskah (http://www.fimadani.com/redaksi/write-for-us)
• Gabung (http://www.fimadani.com/gabung) • Privasi (http://www.fimadani.com/privacy/)
(https://plus.google.com/+Fimadani)
• Syarat Ketentuan (http://www.fimadani.com/terms/)
http://www.fimadani.com/menyampaikan-tausiyah-dengan-lemah-lembut/ 7/7