Anda di halaman 1dari 28

MATA KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.

II
KULIAH
DOSEN Ns. Abd Gani Baeda, S.Kep, M.kep

Disusun oleh

Dyah eka putri (17.1451)

UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER


FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2020

1
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Dermatitis

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan cenderung kronis.
(Djuanda Adhi, 2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).

B. Etiologi Dermatitis
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu), mikro-
organisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik.

C. Klasifikasi dermatitis (Djuanda Adhi, 2010), yaitu :


1. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang
menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).

2
a. Dermatitis Kontak Iritan
DKI ialah erupsi yang timbul bila kulit terpajan bahan-bahan
yang bersifat iritan primer melalui jalur kerusakan yang non-imunologis.
Bahan iritan antara lain deterjen, bahan pembersih peralatan rumah
tangga, dan sebagainya.

b. Dermatitis Kontak Alergik


DKA ialah respons alergik yang didapat bila berkontak dengan
bahan-bahan yang bersifat sensitiser/alergen. Contoh bahan yang dapat
memicu DKA antara lain adalah beberapa jenis pewangi, pewarna, nikel,
obat obatan, dan sebagainya.

3
2. Dermatitis Atopik
Dermatitis Atopik (DA) adalah kelainan kulit kronis yang sangat gatal,
umum dijumpai, ditandai oleh kulit yang kering, inflamasi dan eksudasi, yang
kambuh-kambuhan. Dermatitis atopik disebabkan oleh rinitis alergik, asma
bronkial, reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas, dingin)
dan ketegangan (stress), resistensi menurun terhadap infeksi virus dan bakteri,
lebih sensitif terhadap serum dan obat.

3. Neurodermatitis Sirkumskripta = Lichen Simplex Chronicus (LSC)


Istilah LSC diambil dari kata likenifikasi yang berarti penebalan kulit
disertai gambaran relief kulit yang semakin nyata. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti, tetapi kelainan sering diawali oleh cetusan gatal yang hebat,
misalnya pada inse,,Mct bite.

4
4. Dermatitis Numularis
Dermatitis Numularis terlihat sebesar uang logam, terdiri atas eritema,
edema, kadang-kadang ada vesikel, krusta atau papul. Tempat predileksi ialah
ekstensor ekstremitas (terutama tungkai bawah), bahu dan bokong. Penyakit
mempunyai kecenderungan residif.

5. Dermatitis Statis
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis
dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis
varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena. Di sebabkan oleh
semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.

5
6. Dermatitis Autosensitisasi
Merupakan dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari fokus
inflamasi lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan
penyebab fokus inflamasi tersebut. Manifestasi klinisnya umumnya dalam
bentuk erupsi vesikular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis
ditungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa ulkus.

D. Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis
ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan. Zat
tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada
kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan
terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang
berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam
kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis
maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.

6
E. Pathway

Dari luar (eksogen): Fisik (sinar, suhu) Mikroorganisme Dari dalam (endogen):
bahan kimia (bakteri, jamur) dermatitis atopik

Terjadi penebalan kulit Masuk kedalam


dan hiperpigmentasi kulit

hipersensitifitas

Dermatitis

Iritan primer

Mengiritasi kulit
Dolor, kalor, rubor, edema,
fungsio lesa Inflamasi pada kulit

MK. Resiko Infeksi


MK. Kerusakan MK. Gangguan citra MK. Nyeri
integritas kulit tubuh

7
F. Manifestasi Klinis Menurut (Djuanda Adhi, 2010)
1. Dermatitis kontak
b. Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kontak
c. Untuk dermaititis kontak alergi, gejala tidak muncul sebulum 24-48 jam bahkan
sampai 72 jam
d. Utuk dematitis kontak iritan, gejala terbagi menjadi 2 : Akut dan Kronis. saat akut
dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi kemerahan, terasa perih bahkan lecet.
saat kronis gejala di mulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menebal.
e. Pada kasuus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan tersebut.
f. Kulit tersa gatal bahkan terasa terbakar
g. Dermatitits kontak iriatan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa di bandingan
dengan tipe alergi

2. Dermatitis Autopik
ada 3 fase klinis Autopik yaitu
a. DA infantil (2 bulan – 2 tahun)
DA paling sering muncul tahun pertama kehidupan yaitu pad bulan kedua. Lesi
mulamula tampak di daerah muka (Dahi sampai pipi). Berupa eritema, Papul-Vesikel
pecah karena garukan sehingga lesi menjadi Eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta,
Lesi bisa meluas ke kepala, leher, Pergelangan tangan dan tungkai. bila anak mulai
merangkak, Lesi bisa ditemukan di daerah ekstensor ekstremitas. seahunbagian besar
penderita sembuh setelah 2 tahun dan sebagian lagi berlanjut ke fase anak.
b. DA Anak (2- 10 tahun)
Dapat merupakan lanjuttan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri (Denovo).
Lokasi lesi dilipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan tangan, kelopak mata dan
leher. ruam berupa papul likenifikasi, sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan
mungkin infeksi skunder. DA berat yang lebih 50% permukaan tubuh dapat
mengganggu pertumbuhan.
c. DA pada Remaja dan dewasa

8
Lokasi Lesi pada reamaja adalah lipatan siku/ lutut, samping leher, dahi, sekitar
mata.pada dewasa, distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan
pergelangan tangan, dapat pula berlokasi setempat misalnya pada bibir (kering, pecah,
bersisik) Vulva, Puting susu/skalp. Kadang - kadang lesi meluas dan paling parah
didaerah lipatan, mengalami likenifikasi. Lesi kering, agak menimbul, papul datar
cenderung berkonfluens menjadi plak. likenifikasi dan sedikit skuama. bisa di dapati
ekskoriasi dan eksudasi akibat garukan dan akhirnya menjadi hiperpigmentasi. umum
DA remaja dan dewasa berlangsung lama kemudian cenderung membaik setelah
seusia 30 tahun, jarang smpai usia pertengahan dan sebagia kecil sampai tua

3. Neurodermatitis Sirkumskripta
a. Kulit sangat gatal
b. Muncul tunggal di daerah leher, pergelangan tangan, lengan bawah, paha atau
mata kaki kadang muncul pada alat kelamin
c. Rasa gatal sering hilang timbul. sering timbul pada saat santai atau sedang tidur
akan berkurang saat beraktivitas. rasa gatal yang di garuk akan menambah berat
rasa gatal tersebut
d. Terjadi perubahan warna kulit yang gatal, kulit yang bersisisk akibat garukan atau
penggosokan yang sudah terjadi bertahun

4. Dermatitis Numularis
a. Gatal yang kadang sangat hebat, sehingga dapat menggagu
b. lesi akut berupa vesikel dan papulo vesikel (0,3-1,0 Cm), kemudian memmbesar
dengan cara berkonfluensi atau meluas kesamping membentuk 1 lesi karakteristik
seperti uang logam (koin) Eritematosa. sedikit edimatosa, dan berbatas tegas
c. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta
kekuningan
d. Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah berukuran 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral/simetris dengan ukuran
berfariasi dari milliar sampai numular, bahkan plakat

9
e. Tempat predileksi biasnya terdapat di tungakai bawah, badan lengantermasuk
punggung tangan

5. Dermatitis Statis
a. Bercak-bercak berwarna merah dan bersisisik
b. bintik-bintitk berwarna merah dan bersisik
c. borok atau bisul pada kulit
d. kulit yang tipis pada tangan dan kaki
e. luka (lesi kulit)
f. pembengkakakn pada tungkai kaki
g. rasa gatal di sekitar dareah yang terkena
h. rasa kesemutan pada daerah yang terkena

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui
seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar IgE
dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau
ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui
bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi,
yaitu :
1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya
debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini
dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit
dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak
menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30
menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal.
Syarat tes ini :
- Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin
(obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
- Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.

10
2. Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit
dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat
dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak
kemerahan dan melenting pada kulit.

3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).


Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini
memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses
dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan
tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.

11
4. Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan.
Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di
lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan
timbul bentol, merah, gatal.

5. Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum,
makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen
hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan
pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak
nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes

12
provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test
dan IgE spesifik metode RAST.

H. KOMPLIKASI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
3. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi

13
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas:
Umur (biasanya mengenai anak yang berumur diatas 2 tahun), jenis kelamin, ras/ suku,
pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: klien mengeluh nyeri, gatal- gatal, eritema, edema, kenaikan suhu
tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema
misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit, eritema,
papula (lesi teraba kecil), vesikel (lepuhan kecil berisi cairan) , skuama (kulit yang
bersisik), dan likenifikasi (penebalan kulit).
c. Riwayat Kesehatan masa lalu:
1) Penyakit yang pernah di derita:
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

14
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
a) Kepala
Inspeksi: Bentuk kepala simetris
Palpasi: Tidak ada lesi, tidak ada benjolan
b) Rambut
Inspeksi: Kondisi rambut bersih, tidak ada ketombe, warna rambut hitam,
rambut lurus tidak rontok.
c) Mata
Inspeksi: Warna sklera putih, tidak konjungtivis, pupil: Normal
isokor,kedua bentuk pupilnya simetris, tidak ada sekret pada mata, kelopak
mata normal warna merah muda, pergerakan mata klien normal, serta lapang
pandang normal.
Palpasi: Tidak adanya edema dan tidak ada benjolan disekitar mata.
d) Hidung
Inspeksi: Tidak ada deformitas pada hidung, tidak ada cuping hidung, tidak
ada sekret, tidak ada polip atau benjolan didalam hidung, fungsi penciuman
baik, kedua lubang hidung simetris dan tidak terjadi pendarahan pada
lubang hidung (epistaksis).
e) Mulut
Inspeksi: Tidak ada perdarahan rahang gigi, warna mukosa mulut pucat,
membran mukosa kering, tidak ada lesi, tidak terdapat benjolan pada lidah,
tidak ada karies pada gigi.
f) Telinga
Inpeksi: Kedua telinga simetris, tidak ada lesi pada telinga, tidak ada
serumen berlebih, tidak adanya edema, ketika diperiksa dengan otoskop
tidak adanya peradangan, dan tidak terdapat cairan pada membran timpani.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada aurikula dan membran timpani normal.
Auskultasi: Tes rinne (+), tes wibber (+).

15
2) Leher
Inspeksi: Bentuk simetris, warna kulit rata sama dengan tubuh, tidak ada lesi,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi: Tidak ada deformitas pada trakea, tidak ada benjolan pada leher, tidak
ada nyeri tekan dan tidak ada peradangan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan, pola napas
pendek pada istirahat dan aktivitas, frekuensi napas pasien reguler,
pergerakan otot bantu pernafasan normal.
b) Jantung
TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil.
Inspeksi: denyutan jantung normal
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal, tidak ada pembesaran jantung atau tidak
ada kardiomegali.
Perkusi: pekak
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya, tidak ada
distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus normal 5-30 x/ menit
Perkusi: timpani
Palpasi: adanya nyeri tekan, tidak ada hematomegali, tidak ada pembesaran lien
(ginjal)
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
6) Integumen
Inspeksi: Terdapat kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra
dan bibir ), gangguan fungsi kulit, eritema, papula (lesi teraba kecil), vesikel
(lepuhan kecil berisi cairan), skuama (kulit yang bersisik), dan likenifikasi
(penebalan kulit).

16
7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: composmentis
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Verbal: Orientasi baik, nilai 5
(3) Motorik: Mengikuti perintah, nilai 6
c) Total GCS: Nilai 15
(1) Reflek: Normal
(2) Tidak ada riwayat kejang
(3) Koordinasi gerak normal
b. ADL (Activitas Daily Living)
1) Pola Persepsi Kesehatan
a) Adanya riwayat infeksi sebelumya
b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya, vitamin; jamu,
antibiotik.
d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e) Hygiene personal yang kurang.
f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2) Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c) Jenis makanan yang disukai.
d) Nafsu makan menurun.
e) Muntah-muntah.
f) Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih.

17
3) Pola Eliminasi
a) Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
a) Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c) Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
e) Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5) Pola Tidur dan Istirahat
a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
6) Pola Persepsi Kognitif
a) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b) Pengetahuan akan penyakitnya.
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
a) Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
8) Pola Hubungan dengan Sesama
a) Hidup sendiri atau berkeluarga
b) Frekuensi interaksi berkurang
c) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9) Pola Reproduksi Seksualitas
a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10) Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a) Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c) Disorientasi, gelisah
11) Pola Sistem Kepercayaan
a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut

18
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b.d adanya lesi kulit
2. Kerusakan integritas kulit b.d inflamasi dermatitis, respon menggaruk
3. Gangguan citra tubuh b.d penampakan kulit yang tidak baik
4. Resiko infeksi b.d kerusakan perlindungan kulit

C. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
1. Nyeri b.d Tujuan : 1. kaji jenis dan 1. Dapat
adanya lesi Setelah dilakukan tingkat nyeri mengetahui
kulit tindakan keperawatan pasien. tentukan kriteria nyeri
selama 2x60 menit, apakah nyerinya pasien
diharapkan nyeri kronis atau akut.
berkurang atau Selain itu, kaji
teradaptasi factor yang dapat
Kriteria hasil : mengurangi atau
1. Pasien melaporkan memperberat;
nyeri berkurang lokasi, durasi,
2. Nyeri dapat intensitas dan
diadaptasi karakteristik
3. Dapat nyeri; dan tanda-
mengidentifikasi tanda dan gejala
aktifitas yang psikologis.
meningkatkan atau 2. Pengkajian 2. Untuk
menurunkan nyeri berkelanjutan memfasilitasi
4. Pasien tidak gelisah membantu pengkajian
dan skala nyeri 0-1 meyakinkan yang akurat
atau teradaptasi bahwa tentang
penanganan dapat tingkat nyeri
memenuhi pasien

19
kebutuhan pasien
dalam
mengurangi nyeri.
3. Berikan obat yang 3. Untuk
dianjurkan untuk menentukan
mengurangi nyeri, keefektifan
bergantung pada obat
gambaran nyeri
pasien. pantau
adanya reaksi
yang tidak
diinginkan
terhadap obat.
Sekitar 30 sampai
40 menit setelah
pemberian obat,
minta pasien
untuk menilai
kembali nyerinya
dengan skala 1
sampai 10
4. Atur periode 4. Tindakan ini
istirahat tanpa meningkatkan
terganggu kesehatan,
kesejahteraan,
dan
peningkatan
tingkat
energy, yang
penting untuk
pengurangan

20
nyeri
5. Bantu pasien 5. Untuk
untuk mendapat menurunkan
posisi yang ketegangan
nyaman, dan atau spasme
gunakan bantal otot dan untuk
untuk membebat mendistribusi
atau menyokong kan kembali
daerah yang sakit tekanan pada
bila perlu. bagian tubuh

Kolaborasi: Kolaborasi:
1. Gunakan terapi 1. Tindakan ini
topical seperti membantu
yang meredakan
dipreskripsikan. gejala.
2. Anjurkan pasien 2. Masalah
untuk menghindari pasien dapat
pemakaian salep disebabkan
atau lotion yang oleh iritasi
dibeli tanpa resep atau sensitisasi
dokter. karena
pengobatan
sendiri.
3. Jaga agar kuku 3. Pemotongan
selalu terpangkas. kuku akan
mengurangi
kerusakan
kulit karena
garukan.

21
2. Kerusakan Tujuan : 1. Inspeksi kulit 1. Untuk
integritas kulit Setelah dilakukan pasien setiap menentukan
b.d inflamasi tindakan keperawatan pergantian tugas keefektifan
dermatitis, selama 2x60 menit jaga, jelaskan dan regimen
respon diharapkan kerusakan dokumentasikan perawatan
menggaruk integritas kulit dapat kondisi kulit dan kulit
membaik laporkan
Kriteria hasil : perubahan
1. Pasien menunjukkan 2. Bantu pasien 2. Untuk
tidak adanya dalam melakukan meningkatkan
kerusakan kulit tindakan hygiene kenyamanan
2. Pasien menunjukkan dan kenyamanan dan
turgor kulit yang kesejahteraan
normal 3. Berikan obat nyeri 3. Pengurangan
sesuai program nyeri
dan pantau diperlukan
keefektifannya untuk
mempertahan
kan kesehatan
4. Pertahankan 4. Untuk
lingkungan yang meningkatkan
nyaman rasa sejahtera
pasien
5. Peringatkan agar 5. Untuk
tidak menyentuh mencegah
luka atau balutan kerusakan
kulit dan
mencegah
kemungkinan
infeksi
6. Atur posisi pasien 6. Tindakan

22
supaya nyaman tersebut
dan mengurangi
meminimalkan tekanan,
tekanan pada meningkatkan
penonjolan tulang. sirkulasi dan
Ubah posisi pasien mencegah
minimal setiap 2 kerusakan
jam. Pantau kulit
frekuensi
pengubahan posisi
pasien dan kondisi
kulitnya
7. Berikan 7. Tindakan ini
kesempatan pasien membantu
untuk mengurangi
mengungkapkan ansietas dan
perasaan tentang meningkatkan
masalah kulitnya ketrampilan
koping
8. Berikan 8. Untuk
pengarahan pada mendorong
pasien dan kepatuhan
anggota keluarga
atau pasangan
dalam program
perawatan kulit

3. Gangguan Tujuan : 1. Terima persepsi 1. Untuk


citra tubuh b.d Dalam waktu 1x60 menit diri pasien dan memvalidasi
penampakan pasien menerima berikan jaminan perasaannya
23
kulit yang perubahan citra tubuh bahwa ia dapat
tidak baik Kriteria hasil : mengatasi krisis
1. Pasien berpartisipasi ini
dalam berbagai 2. Ketika 2. Untuk
aspek perawatan dan membantu pasien mendapat
dalam pemgambilan yang sedang nilai dasar
keputusan tentang melakukan pada
perawatan perawatan diri, pengukuran
2. Pasien menyatakan kaji pola koping kemajuan
perasaan positif dan tingkat harga psikologisnya
terhadap dirinya dirinya
sendiri 3. Dorong pasien 3. Untuk
3. Pasien berpartisipasi melakukan meningkatkan
dalam program perawatan diri rasa
rehabilitasi dan kemandiriann
konseling ya
4. Berikan 4. Agar pasien
kesempatan dapat
kepada pasien mengungkapk
untuk an
menyatakan keluhannya
perasaan tentang dan
citra tubuhnya memperbaiki
dan hospitalisasi kesalahpaham
an
5. Bimbing dan 5. Untuk
kuatkan focus mendukung
pasien pada adaptasi dan
aspek-aspek kemajuan
positif dari yang
penampilannya berkelanjutan

24
dan upayanya
dalam
menyesuaikan
diri dengan
perubahan citra
tubuhnya
4. Resiko infeksi Tujuan : 1. Minimalkan resiko1.     
b.d kerusakan Setelah melakukan infeksi pasien
perlindungan tindakan keperawatan dengan :
kulit selama 1x60 menit, a. Mencuci tangan a. Mencuci
infeksi dapat dihindari sebelum dan tangan adalah
Kriteria hasil : setelah satu-satunya
1. Tanda-tanda vital memberikan cara terbaik
dalam batas normal perawatan untuk
2. Tidak adanya tanda- mencegah
tanda infeksi penularan
pathogen
b. Menggunakan b. Sarung tangan
sarung tangan dapat
untuk melindungi
mempertahanka tangan pada
n asepsis pada saat memegang
saat luka yang
memberikan dibalut atau
perawatan melakukan
langsung berbagai
tindakan
2. Pantau suhu dan 2. Suhu yang
catat pada kertas terus
grafik. Laporkan meningkat
evaluasi segera setelah

25
pembedahan
dapat
merupakan
tanda awitan
komplikasi
pulmonal,
infeksi luka
atau dehisens,
infeksi
saluran kemih
atau
tromboflebitis
3. Bantu pasien 3. Mencuci
mencuci tangan tangan
sebelum dan mencegah
sesudah makan penyebaran
dan setelah dari pathogen
kamar mandi terhadap
objek dan
makanan lain
4. Beri pendidikan 4. Tindakan
kepada pasien tersebut
mengenai : memungkinka
a. Teknik n pasien
mencuci tangan untuk
yang baik berpartisipasi
b. Factor-faktor dalam
yang perawatan
meningkatkan dan
resiko infeksi, membantu
tanda-tanda dan pasien

26
gejala infeksi memodifikasi
gaya hidup
untuk
mempertahan
kan tingkat
kesehatan
yang
optimum

27
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. NANDA (North American Nursing Diagnosis

Association) NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Media Action.

Universitas Muhammadiyah Semarang . (2013). BAB II Tinjauan Pustaka Dermatitis [Internet].

Bersumber dari http://digilib.unimus.ac.id/72982/babII.pdf [Diakses tanggal 17 Februari 2015.

Jam 11.09]

Syaifuddin, H. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya Medika.

28

Anda mungkin juga menyukai