Anda di halaman 1dari 6

NURVITA CUNDANINGSIH

140410110017

GAS ETILEN
Pada awal abad kedua puluh, jeruk dimatangkan dengan “memeram” buah dalam lumbung
yang dilengkapi dengan kompor minyak tanah. Petani buah yakin bahwa panas itukah yang
menyebabkan matangnya buah tersebut, akan tetapi kompor baru yang pembakarannya lebih bersih
tidak menyebabkan buah menjadi matang. Para ahli fisiologi tumbuhan kemudian mempelajari
bahwa pematangan dalam lumbung sebenarnya disebabkan oleh etilen, yaitu suatu gas hasil
samping pembakaran minyak tanah. Para peneliti kemudian menunjukkan bahwa tumbuhan
menghasilkan etilennya sendiri sebagai hormon, hormon etilen berwujud gas. Etilen berdifusi ke
dalam tumbuhan melalui ruangan udara di antara sel-sel. Etilen yang terlarut dapat masuk dari satu
sel ke sel lain melalui simplas (Campbell, 2000).
I. DEFINISI ETILEN
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam
tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethene
(Winarno, 2007). Senyawa etilen pada tumbuhan ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga
gas etilen. Gas etilen tidak berwarna dan mudah menguap (Yatim, 2007).
Hormon Gas Etilen adalah hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif
dalam proses pematangan buah. Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen
berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya: Etephon,
Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL. Gas Etilen banyak ditemukan pada buah
yang sudah tua (Vitriyatul, 2012).
Gas etilen adalah suatu senyawa volatil yang dikeluarkan oleh buah-buahan dan sayuran
segar. Jumlah gas etilen yang dikeluarkan bervariasi menurut jenis buah dan sayuran segar yang
dihasilkan. Buah apel dikenal sebagai buah yang banyak menghasilkan gas etilen. Menurut Griffin
dan Sacharow dalam Simbolon (1991), secara umum gas etilen akan mempercepat proses
pematangan dan pemasakan, kerusakan fisik dan fisiologis.
Etilen adalah hormon tanaman alami yang penting pengaruhnya terhadap pelayuan dan
pemasakan dari buah klimakterik (Utama, 2006). Menurut Kader (1992), buah klimakterik yaitu buah
yang menunjukkan kenaikan produksi karbondioksida dan etilen yang besar saat penuaan. Contoh
buah klimakterik yaitu apel, alpukat, pisang, mangga, dan tomat. Selama proses pematangan, buah
klimakterik menghasilkan lebih banyak etilen endogen daripada buah nonklimakterik. Menurut
Hadiwiyoto (1981), etilen endogen adalah gas etilen yag dihasilkan oleh buah yang telah matang
dengan sendirinya yang dapat memicu pematangan buah lain di sekitarnya.
II. STRUKTUR KIMIA DAN KARAKTERISTIK ETILEN
Struktur kimia etilen sangat sederhana sekali yaitu terdiri dari dua atom karbon dan empat
atom hidrogen seperti yang terlihat pada struktur kimia pada skema berikut:
Etilen merupakan hormon tumbuh yang diproduksi dari hasil metabolisme normal dalam tanaman.
Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethane. Selain itu
Etilen ( IUPAC nama: etena) adalah senyawa organik, sebuah hidrokarbon dengan rumus C 2H4 atau
H2C=CH2. Ini adalah gas mudah terbakar tidak berwarna dengan samar “manis dan musky bau“
ketika murni. Ini adalah yang paling sederhana alkena (hidrokarbon dengan karbon-karbon ikatan
rangkap ), dan paling sederhana hidrokarbon tak jenuh setelah asetilena (C 2H2) (Vitriyatul, 2012).
Ada beberapa karakteristik dari etilen yang perlu dipertimbangkan bila menguji pengaruhnya
terhadap penampilan produk pascapanen hortikultura segar. Etilen adalah:
 gas volatil; secara fisiologis adalah aktif dalam konsentrasi sangat kecil (0.01 ppm), memacu
respon dari kebanyakan jaringan;
 utokatalitik, artinya saat produksinya mulai dirangsang maka laju produksinya akan terus
meningkat dengan laju peningkatan tertentu (seperti bola salju menggelinding dari bukit);
 diproduksi di dalam tanaman (etilen endogenous). Faktor yang mempengaruhi laju
produksinya meliputi varietas, stadia kematangan, suhu, level oksigen dan karbondioksida
dan dapat disebabkan pula oleh berbagai bentuk pelukaan;
 terdapat pula dilingkungan (etilen exogenous) dan akan memacu produk untuk
menghasilkan etilen endogenous.
Buah klimakterik dapat dipacu kemasakannya dengan mengekpos produk pada sumber etilen
exogenous. Proses ini dinamakan “Pengendalian Kemasakan”. Jika buah klimakterik telah mulai
masak, buah tersebut menghasilkan sejumlah etilen yang signifikan. Etilen yang dihasilkan tersebut,
dapat memulainya proses pemasakan produk buah klimakterik yang matang atau belum masak atau
meningkatkan kemunduran dari produk sensitif-etilen (Utama, 2006).
III. PERANAN GAS ETILEN BAGI TUMBUHAN
Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting. Wereing dan Phillips dalam
Vitriyatul (2012) telah mengelompokan pengaruh etilen dalam fisiologi tanaman adalah sebagai
berikut:
1. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah
2. mendukung epinasti
3. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa species
tanaman walaupun etilen ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan
mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.
4. menstimulasi perkecambahan
5. menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan secara longitudinal
6. mendukung terbentuknya bulu-bulu akar
7. mendukung terjadinya abscission pada daun
8. mendukung proses pembungaan pada nanas
9. mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek
10. menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral
11. mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu konsentrasi auxin yang
tinggi menyebabkan terbentuknya etilen. Tetapi kehadiran etilen menyebabkan rendahnya
konsentrasi auxin di dalam jaringan. Hubungannya dengan konsentrasi auxin, hormon
tumbuh ini menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas
pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung protein yang akan
mengkatalisasi sintesis etilen dan precursor.
Gas etilen digunakan untuk mengendalikan pemasakan beberapa jenis buah. Teknik ini
cukup cepat dan memberikan pemasakan yang seragam sebelum dipasarkan. Buah yang umum
dikendalikan pemasakannya dengan etilen adalah pisang, tomat, pear, dan pepaya. Buah non-
klimakterik seperti anggur, jeruk, nenas, dan strawberry tidak dapat dimasakan dengan cara ini
(Utama, 2001).
Etilen merupakan hormon tanaman yang mempunyai efek merangsang proses kematangan
buah, tetapi juga berpengaruh mempercepat terjadinya senesen pada sayur, bunga potong dan
tanaman hias lain. Etilen merupakan suatu gas yang disintesis oleh tanaman dan mempunyai
pengaruh pada proses fisiologi. Penggunaan gas etilen pada tanaman mempunyai pengaruh yang
sama dengan etilen dari tanaman. Pengaruh etilen merangsang pematangan pada buah klimakterik,
dan membuat terjadinya puncak produksi etilen seperti pada buah non-klimakterik. Daya simpan
buah akan menurun dengan adanya pengaruh etilen. Pengaruh buruk etilen pada sayur umumnya
adalah mempercepat timbulnya gejala kerusakan seperti bercak-bercak coklat pada daun letus.
Pengaruh etilen pada tanaman hias seperti terjadinya gugur pada daun, kuncup bunga, kelopak
bunga, atau secara umum terjadi pada daerah sambungan atau sendi tanaman (abscission zone)
(Simbolon, 1991).
IV. BIOSINTESIS DAN METABOLISME ETILEN
Etilen diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial pada
seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan
tingkatan perkembangan (Salisbury dan Ross, 1992). Etilen dibentuk dari metionin melalui 3 proses
(McKeon dkk, 1995):
1. ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan membuat
metionin kehilangan 3 gugus fosfat.
2. Asam 1-aminosiklopropana-1-karboksilat sintase(ACC-sintase) kemudian memfasilitasi
produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).
3. Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi ini dikatalisasi
menggunakan enzim pembentuk etilen.
Dewasa ini dilakukan penelitian yang berfokus pada efek pematangan buah. ACC sintase pada tomat
menjadi enzim yang dimanipulasi melalui bioteknologi untuk memperlambat pematangan buah
sehingga rasa tetap terjaga.
Produksi etilen Etilen adalah senyawa organic hidrokarbon paling sederhana (C 2H4) berupa
gas berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman. Etilen dikategorikan sebagai hormon alami
untuk penuaan dan pemasakan dan secara fisiologis sangat aktif dalam konsentarsi sangat rendah
(<0.005 uL/L) (Wills et al. dalam Utama, 2001). Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju
respirasinya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju produksi etilen
Etilen dalam ruang penyimpanan dapat berasal dari produk atau sumber lainnya. Sering selama
pemasaran, beberapa jenis komoditi disimpan bersama, dan pada kondisi ini etilen yang dilepaskan
oleh satu komoditi dapat merusak komoditi lainnya. Gas hasil bakaran minyak kendaraan bermotor
mengandung etilen dan kontaminasi terhadap produk yang disimpan dapat menginisiasi pemasakan
dalam buah dan memacu kemunduran pada produk non-klimakterik dan bunga-bungaan atau bahan
tanaman hias. Kebanyakan bunga potong sensitive terhadap etilen. Produksi gas etilen yang memacu
proses kemunduran produk. Suhu juga berpengaruh terhadap peningkatan produksi etilen,
penurunan O2 dan peningkatan CO2 yang berakibat tidak baik terhadap komoditi (Utama, 2001).
Pembentukan etilen dalam jaringan-jaringan tanaman dapat dirangsang oleh adanya
kerusakan-kerusakan mekanis dan infeksi. Oleh karena itu adanya kerusakan mekanis pada buah-
buahan yang baik di pohon maupun setelah dipanen akan dapat mempercepat pematangannya.
Penggunaan sinar-sinar radioaktif dapat merangsang produksi etilen. Pada buah Peach yang disinari
dengan sinar gama 600 krad ternyata dapat mempercepat pembentukan etilen apabila diberikan
pada saat pra klimakterik, tetapi penggunaan sinar radioaktif tersebut pada saat klimakterik dapat
menghambat produksi etilen. Produksi etilen juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu
renah maupun suhu tinggi dapat menekan produk si etilen. Pada kadar oksigen di bawah sekitar 2 %
tidak terbentuk etilen, karena oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu suhu rendah dan oksigen
renah dipergunakan dalam praktek penyimpanan buah-buahan, karena akan dapat memperpanjang
daya simpan dari buah-buahan tersebut. Aktifitas etilen dalam pematangan buah akan menurun
dengan turunnya suhu, misalnya pada Apel yang disimpan pada suhu 30 oC, penggunaan etilen
dengan konsentrasi tinggi tidak memberikan pengaruh yang jelas baik pada proses pematangan
maupun pernafasan. Pada suhu optimal untuk produksi dan aktifitas etilen pada buah tomat dan
apel adalah 32oC, untuk buah-buahan yang lain suhunya lebih rendah.
V. INTERAKSI ETILEN DENGAN AUXIN
Di dalam tanaman etilen mengadakan interaksi dengan hormon auxin. Apabila konsentrasi
auxin meningkat maka produksi etilen pun akan meningkat pula. Peranan auxin dalam pematangan
buah hanya membantu merangsang pembentukan etilen, tetapi apabila konsentrasinya etilen cukup
tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya sintesis dan aktifitas auxin (Vitriyatul, 2012).
VI. HUBUNGAN ETILEN DENGAN RESPIRASI
Pematangan buah-buahan biasanya juga dipercepat dengan menggunakan karbit atau
kalsium karbida. Karbit yang terkena uap air akan menghasilkan gas asetilen yang memiliki struktur
kimia mirip dengan etilen alami, zat yang membuat proses pematangan di kulit buah. Proses
fermentasi berlangsung serentak sehingga terjadi pematangan merata. Proses pembentukan ethilen
dari karbit adalah CaC2 + 2 H2O → C2H2 + Ca(OH)2. Dengan penambahan karbit pada pematangan
buah menyebabkan konsentrasi ethilen menjadi meningkat. Hal tersebut menyebabkan kecepatan
pematangan buah pun bertambah. Semakin besar konsentrasi gas ethilen semakin cepat pula proses
stimulasi respirasi pada buah. Hal ini disebabkan karena ethilen dapat meningkatkan kegiatan-
kegiatan enzim karatalase, peroksidase, dan amilase dalam buah. Selain itu juga, ethilen dapat
menghilangkan zat-zat serupa protein yang menghambat pemasakan buah. Respirasi merupakan
proses pemecahan komponen organik (zat hidrat arang, lemak dan protein) menjadi produk yang
lebih sederhana dan energi. Aktivitas ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi sel agar tetap
hidup (Muzzarelli, 1985). Kecepatan respirasi merupakan indeks yang baik untuk menentukan umur
simpan komoditi panenan. Intensitas respirasi merupakan ukuran kecepatan metabolisme dan
seringkali digunakan sebagai indikasi umur simpan. Suatu proses respirasi yang kecepatannya tinggi
biasanya dihubungkan dengan umur simpan yang pendek. Keadaan ini juga dapat menunjukkan
kecepatan penurunan mutu komoditi simpanan dan nilai jual (harga). Respirasi merupakan suatu
proses komplek yang dipengaruhi atau diatur oleh sejumlah faktor. Mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi respirasi penting artinya untuk penanganan dan penyimpanan komoditi panenan
(Vitriyatul, 2012).

DAFTAR PUSTAKA
Griffin, R. C. dan S. Sacharow. 1980b. Principles Package Development. The AVI Publishing Company,
Inc. West Port Connecticut.
Hadiwiyoto dan Soehardi. 1981. Penanganan Lepas Panen 1. Departemen pendidikan dan
kebudayaan direktorat pendidikan menengah kejuruan.
Kader, A. A. 1992. Postharvest biology and technology. p. 15-20 In A. A. Kader (Ed.). Postharvest
Technology of Horticulture Crops. Agriculture and Natural Resources Publication, Univ. of
California. Barkeley.
McKeon, T. A., Fernandez-Maculet, J. C. and Yang, S. F. 1995. Biosynthesis and metabolism of
ethylene. Plant Hormones: Physiology, Biochemistry and Molecular Biology. Dordrecht.
Kluwer.
Muzzarelli, R.A.A. 1985. Chitin in the Polysaccharides, vol. 3, pp. 147. Aspinall (ed) Academic press
Inc., Orlando. San Diego.
Salisbury, F. B., and Ross, C. W. 1992. Plant Physiology. Belmont, CA. Wadsworth.
Simbolon, Junice. 1991. Desain Peti Kayu untuk Kemasan Distribusi Buah Apel Segar (Malus
sylvesteris Mill.). Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Utama, I Made Supartha. 2001. PENANGANAN PASCAPANEN BUAH DAN SAYURAN SEGAR. Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Bali.
Utama, I Made Supartha. 2006. PERANAN TEKNOLOGI PASCAPANEN UNTUK FRESH PRODUCE
RETAILING. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana. Bali.
Vitriyatul, Vita. 2012. Makalah Etilen dan ABA. http://blog.ub.ac.id/fitafitriya/2012/12/11/makalah-
etilen-dan-aba/ (diakses 25 April 2013 pukul 22.01).
Wills, R.B.H., McGlasson, B., Graham, D., and Joice, D. 1998. Postharvest, An Introduction to the
Physiology and Handling of Fruit, Vegetables and Ornamentals. 4th Ed. The Univ. of New
South Wales. Sydney.
Winarno FG, Agustinah W. 2007. Pengantar Bioteknologi. Ed.rev. Mbrio Press. Bogor.
Yatim W. 2007. Kamus Biologi. Obor. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai