Anda di halaman 1dari 5

Tugas Etika Pendidikan

Dosen Pengampu : Ira Restu Kurnia, S.Pd., M.Pd

Nama : Dewi Mulyani


Kelas : 18.PGSD.A
NIM : 131810025

1. Kesalahan guru terhadap murid dari film india diantaranya yaitu :


1) Guru terlalu keras terhadap anak atau guru tidak mengetahui bahwa ada
hal yang tidak beres terhadap perilaku atau sikap anak (ihsaan), guru
terlalu memaksa anak untuk membaca padahal anak mengalami kesulitan
dan disaat anak tidak bisa membaca guru membentak dan memarahinya
serta bahkan menghukumnya.
2) Guru mengina peserta didik (ihsaan) saat tidak dapat menjalankan perintah
gurunya yaitu perintah untuk membaca, menghina dengan kata “tidak tahu
malu”.
3) Pendidik mengajar dengan memegang sebilah batang kayu, tentunya hal
ini sangat disayangkan karena peserta didik belajar karena keterpaksaan
dan takut oleh pendidik, takut diberikan hukuman.
4) Saat peserta didik menjawab tidak tepat terhadap pertanyaan yang
diajukan pendidik, jangan langsung membentak dan menyela bahwa
jawabannya salah dan langsung menyalahkan peserta didik, hal ini dapat
membuat peserta didik mengalami down dalam pembelajaran.
5) Guru Kelas Seni menggunakan kekerasan untuk memfokuskan peserta
didik terhadap apa yang pendidik gambar atau ajarkan di kelas tersebut
dengan cara melemparkan kapur tulis ke kepala peserta didik.
6) Guru Kelas Seni menggunakan ancaman dan hukuman (punisment) agar
siswa nya fokus dengan memukul tangan peserta didik.
7) Guru Bahasa Inggris menerangkan materinya dengan sangat cepat,
sehingga peserta didik tidak dapat memahaminya.
8) Guru memberikan label kepada peserta didik, seperti ”idiot, lazy dan
crazi”
9) Pihak sekolah ataupun pihak guru terlalu memaksakan anak dalam
pembelajaran untuk masuk ke keinginan guru atau ke dunia guru.
10) Guru terlalu menyepelekan bahwa ABK tidak mempunyai masa depan jadi
tidak penting memberikan pembelajaran bagi ABK.

2. Bagaimana seharusnya seorang guru bertindak dalam film tersebut!


1) Guru terlalu keras terhadap anak atau guru tidak mengetahui bahwa ada
hal yang tidak beres terhadap perilaku atau sikap anak (ihsaan), guru
terlalu memaksa anak untuk membaca padahal anak mengalami kesulitan
dan disaat anak tidak bisa membaca guru membentak dan memarahinya
serta bahkan menghukumnya. Seharusnya seorang guru mengetahui anak
muridnya mengalami kesulitan membaca dan menulis bahkan saat anak
tersebut (ihsaan) kelas III merupakan hal yang tidak normal, maka perlu
seorang guru peka terhadap perkembangan peserta didik dan melakukan
evaluasi atau tinjauan untuk mengetahui masalah yang dihadapi anak
tersebut.
2) Guru mengina peserta didik (ihsaan) saat tidak dapat menjalankan perintah
gurunya yaitu perintah untuk membaca, menghina dengan kata “tidak tahu
malu”. Seharusnya guru tidak melakukan hinaan terhadap peserta didik,
karena hal tersebut merupakan hal yang tidak pantas dilakukan oleh
pendidik. Faktor lain yang menjadi faktor seorang pendidik tidak boleh
melakukan hinaan kepada peserta didik dikarenakan dapat menyebabkan
peserta didik mengalami frustasi dalam belajar bahkan yang lebih
parahnya peserta didi tidak ingin berangkat sekolah lagi. Seorang guru
dalam menghadapi permasalahan peserta didik, khususnya masalah tidak
dapat membaca dan menulis bukan hinaan yang dibutuhkan peserta didik,
namun pemberian penguatan dan motivasi kepada peserta didik lah yang
sangat diperlukan. Contohnya dengan kalimat “Bagus, terimakasih sudah
berusaha menjawab namun jawaban yang diberikan kurang tepat” atau
bisa dengan guru tersebut mendampingi siswa tersebut untuk dapat
membaca kalimat nya.
3) Pendidik mengajar dengan memegang sebilah batang kayu, tentunya hal
ini sangat disayangkan karena peserta didik belajar karena keterpaksaan
dan takut oleh pendidik, takut diberikan hukuman. Seharusnya suasana
belajar peserta didik khususnya siswa sekolah dasar berkonsep pada
pembelajaran yang menyenangkan efektif dan bermakna, agar peserta
didik merasa menyenangkan dalam pembelajaran yang sedang
berlangsung, hal ini dapat meningkatkan hasil peserta didik dalam belajar.
4) Saat peserta didik menjawab tidak tepat terhadap pertanyaan yang
diajukan pendidik, jangan langsung membentak dan menyela bahwa
jawabannya salah dan langsung menyalahkan peserta didik, hal ini dapat
membuat peserta didik mengalami down dalam pembelajaran.
Seharusnya pendidik menyampaikannya dengan bahasa yang tidak
menyakiti perasaan peserta didik misalnya dengan kalimat “iya ihsaan
jawabannya belum benar belum benar, coba ihsan dengarkan jawaban
yang benar dari Minu Patel nanti dengarkan dan pahami baik-baik yah”
5) Guru Kelas Seni menggunakan kekerasan untuk memfokuskan peserta
didik terhadap apa yang pendidik gambar atau ajarkan di kelas tersebut
dengan cara melemparkan kapur tulis ke kepala peserta didik. Seharusnya
seorang guru dalam hal mengalihkan perhatian siswa atau memfokuskan
siswa jangan menggunakan kekerasan, melainkan dapat menggunakan trik
sebuah permaianan untuk memfokuskan perhatian, misalnya “coba anak-
anak lihat kemari, bapak punya sesuatu nih, adakah yang dapat
memnebaknya?”
6) Guru Kelas Seni menggunakan ancaman dan hukuman (punisment) agar
siswa nya fokus dengan memukul tangan peserta didik. Seharusnya
hukuman yang diberikan guru menghindari kekerasan atau menyakiti
peserta didik, disatu sisi dapat menyakiti peserta didik, di sisi lain juga di
zaman sekarang ada UU yang melindungi anak dari kekerasan pendidik.
7) Guru Bahasa Inggris menerangkan materinya dengan sangat cepat,
sehingga peserta didik tidak dapat memahaminya. Seharusnya pendidik
menyampaikan materinya jangan terlalu cepat dan juga jangan terlalu
lamban dengan tetap memperhatikan apakah pembelajaran tersebut telah
dimengerti dan dipahami peserta didik atau tidak. Apalagi bahasa asing
atau bahasa yang belum pernah didengar oleh peserta didik, tentunya
dalam memahaminya peserta didik memerlukan konsentrasi dan waktu.
8) Guru memberikan label kepada peserta didik, seperti ”idiot, lazy dan
crazi”. Seharusnya pendidik jangan memberikan label kepada peserta
didiknya karena semua peserta didik sama pada hakikatnya, namun cara
mereka berpikir yang berbeda atau cara mereka belajar yang berbeda.
Guru perlu memahami bahwa setiap peserta didik memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing dalam belajar.
9) Pihak sekolah ataupun pihak guru terlalu memaksakan anak dalam
pembelajaran untuk masuk ke keinginan guru atau ke dunia guru.
Seharusnya bukan peserta didik yang dituntuk untuk mengikuti keinginan
guru atau peserta didik di tuntut untuk memahami dunia guru, tapi gurulah
yang dituntut untuk terjun kedalam dunia peserta didik dan memahami
peserta didik, karena masanya anak sekolah dasar masih dalam masa
kanak-kanak yang suka bermain dan ceria.
10) Guru terlalu menyepelekan bahwa ABK tidak mempunyai masa depan jadi
tidak penting memberikan pembelajaran bagi ABK. Seharusnya pendidik
tetaplah memberikan pembelajaran yang sama dengan pembelajaran
peserta didik lainnya walau mengalami keterlambatan dalam memahami.

Anda mungkin juga menyukai