DI SUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah “PERSIAPAN ALAT IFUS, KURET,
PARTUS SET, SPIGMANOMETER DAN STETOSKOP” dengan baik.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada:
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................
1.2 Tujuan
.............................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................
2.5 Stetoskop
................................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan
...................................................................................................................................................
3.2 Saran
...................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Klinik Dalam Kebidanan
Saat ini jenis cairan untuk terapi parenteral sudah tersedia banyak sekali
dipasaran. Kondisi orang sakit membutuhkan cairan yang berbeda sesuai dengan
penyakitnya. Cairan sebagai terapi seharusnyalah tepat sehingga dicapai efek yang
optimal. Pemberian cairan yang salah bisa memperberat penyakit pasien. Rancangan
cairan disesuaikan dengan kondisi patologis. Jenis cairan yang sering digunakan dalam
pemberian terapi intravena berdasarkan kelompoknya adalah sebagai berikut:
a. Cairan Kristaloid
Cairan kristaloid mengandung natrium klorida, natrium glukonat, natrium asetat,
kalium klorida, magnesium klorida, dan glukosa. Cairan kristaloid umumnya
digunakan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit, mengembalikan pH,
menghidrasi tubuh, dan sebagai cairan resusitasi. Beberapa cairan infus yang masuk
ke dalam jenis cairan kristaloid antara lain :
1. Cairan saline
Cairan saline NaCL 0,9% merupakan cairan kristaloid yang sering ditemui.
Cairan ini mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini digunakan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi ketidakseimbanga elektrolit,
dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.
2. Ringer Laktat (R)
Ringer laktat merupakan jenis cairan kristaloid yang mengandung kalsium,
kalium, laktat, natrium, klorida, dan air. Cairan ringer laktat umumnya diberikan
untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang saat mengalami luka, cedera atau
menjalani operasi yang menyebabkan kehilangan darah dengan cepat dalam
jumlah yang banyak. Selain itu, cairan ini sering digunakan sebagai cairan
pemeliharaan ketika sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
3. Dekstrosa
Dextrose merupakan cairan infus yang mengandung gula sederhana. Cairan ini
sering digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah, pada seseorang yang
mengalami hipoglikemia ( gula darah rendah). Selain itu, cairan infus dextrose
juga dapat digunakan untuk kondisi hyperkalemia ( kadar kalium yang tinggi).
b. Cairan Koloid
Cairan koloid memiliki molekul yang lebih berat. Cairan ini dapat diberikan paada
pasien yang menderita sakit kritis, pasien bedah, dan juga sebagai cairan resusitasi.
1. Albumin
Pemberian cairan infus albumin biasanya dilakukan saat pasien memiliki kadar
albumin yang rendah, misalnya pasien yang menjalani operasi transplantasi hati,
menderita luka bakar akut, dan pasien sepsis.
2. Dextran
Dextran merupakan jenis cairan koloid yang mengandung polimer glukosa.
Dextran dapat digunakan untuk memulihkan kondisi kehilangan darah. Selain itu,
dextran juga digunakan untuk mencegah terjadinya tromboemboli setelah operasi
3. Gelatin
Gelatin merupakan salah satu cairan koloid yang mengandung protein hewani.
Salah satu kegunaan cairan ini adalah untuk mengatasi keadaan kurangnya
volume darah yang disebabkan oleh kehilangan darah.
c. Cairan Khusus
Cairan ini dipergunakan untuk indikasi khusus atau koreksi. Adapun macam-
macamnya adalah sebagai berikut :
1. Mannitol
2. Asering
3. KA-EN 1B
4. KA-EN 3A dan KA-EN 3B
5. KA-EN MG3
6. KA-EN 4A
7. KA-EN 4B
8. Otsu-NS
9. Martos-10
10. Aminovel-600
11. Pan-amin G
12. Tutofusin OPS
Sebelum melaksanakan pemasangan infus, berikut adalah alat dan bahan yang harus
dipersiapkan ketika hendak melakukan tindakan pemasangan infus. Pastikan bahwa ke
12 alat dan bahan ini sudah tersedia.
1. Standar infus
5. Tourniquet
6. Plester
7. Gunting
8. Bengkok
9. Sarung tangan bersih/handscoon
12. Betadine
2.1.4 Cara Pemasangan Infus
Standar Operasional Prosedur (SOP) memasang selang infus yang digunakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan sensasi yang akan dirasakan selama
pemasangan infus
4. Atur posisi pasien / berbaring
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan dengan selang infus dan
gantungkan pada standar infus
6. Menentukan area vena yang akan ditusuk
7. Pasang alas
8. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas vena yang akan ditusuk
9. Pakai sarung tangan
10. Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm
11. Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum menghadap ke jantung
12. Pastikan jarum IV masuk ke vena
13. Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14. Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15. Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian plester
16. Atur tetesan infus sesuai program medis
17. Lepas sarung tangan
18. Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi : nama pelaksana, tanggal dan jam
pelaksanaan
19. Bereskan alat
20. Cuci tangan
21. Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada dokumentasi kebidanan
Curetase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat uret (sendok
kerokan).sebelum melakukan curet,penolong hrus melakukan pemeriksaan dalam untuk
menentukan letak uterus,keadaan serviks dan besarnya uterus.Gunanya untuk mencegah
terjadina bahaya kecelakaan misalnya perforasi.
Curet adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dalam Rahim .jarigan itu
sendiri bisa berupa tumor,selaput Rahim,atau jain yang dinyatakan tidak berkembang
maupun sudah meninggal.Dengan alasan medis,tidak ada cara lain jaringan semacam itu
harus dikeluarkan.( Dr.H.Taufik Jamaan,Sp.OG)
Sebuah curet adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau
puing di sebuah biopsy,eksisi,atau prosedur pembersihan.(Michelson,1988)
Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic,RS Bunda,Jakarta ,tujuan curet ada dua
yaitu:
2. Pendarahan pascapersalinan
Kelainan dan kehamilan bisa saja lancar,Namun ada kalanya terjadi pendarahan hebat
pascapersalinan akibat sisa-sisa jaringan yang belum keluar atau terlepas Pada kondisi
ini, tindakan curet harus dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa jaringan yang masih
tertinggal agar pendarahan tidak terus terjadi.Oendarahan pascapersalinan ini bisa
langsung terjadi setelah melahirkan,tapi juga satu minggu atau satu bulan kemudian.
Kuretase bisa saja dilakukan pada wanita yang tidak hamil,yang mengalami
pendarahan akibat gangguan haid.Gangguan haid sperti itu,seringkali tidak dapat
diatasi dengan obat-obatan.Begitupun dengan pendarahan yang terjadi pada wanita
usia di atas 40 tahun,yang juga terjadi akibat gangguan haid.Pada kondisi seperti
itu,harus dilakukan curet,dengan dua tujuan :
4. Kehamilan bermasalah
Tindakan kuretase memang relative aman dilakukan saat usia kehamilan baru menginjak
trimester pertama.sebab,pada masa itu risiko terjadinya efek samping sangat kecil.
Indikasi curetase:
2. Blighted Ova (janin tidak ditemukan,yang berkembang hanya plasenta). Dalam kasus
ini kuretase harus dilakukan karena plasenta yang tumbuh akan berkembang menjadi
suatu yang ganas, seperti chorio ca, penyakit trophoblas ganas pada kehamilan.
3. Dead Conseptus (janin mati pada usia kehamilan <20 mg). biasanya parameter yang
jelas adalah pemeriksaan USG, dimana ditemukan janin tetapi jantung janin tidak
berdenyut. Apabila ditemukan pada usia kehamilan 16-20 minggu, diperlukan obat
perangsang persalinan untuk proses pengeluaran janin kemudian baru dilakukan
kuretase. Akan tetapi bila ditemukan saat usia kehamilan <16 minggu dapat langsug
dilakukan kuretase.
3) Menerangkan kepada pasien tentang tindakan curet yang akan dilakukan (garis
besar prosedur tindakan,tujuan dan manfaat tindakan.
4) Memeriksa keadaan umum pasien,bila memungkinkan pasien dipuasakan
1) USG (ultrasonografi)
4) Mengatasi pendarahan
C. Persiapan tindakan
1) Menyiapkan pasien
• Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan
ketalar.
2) Persiapan petugas
• Baik dengan dokter maupun dengan perawat instumen melakukan cuci tangan
steril
• Memakai perlengkapan :baju operasi:,masker dan handscoen steril
Pada pasien :
1. Cairan infus
3. Selimut
4. Medikamentosa
Petidin 1-2mg/kgbb atau ketamine
Instrument :
1. Speculum sim’s : 2
5. Dilatators
6. Tenakulum : 1
7. Soundge uteri : 1
9. Abortus tang : 1 ( berbeda dengan korentang, abortus tang tidak memiliki gerigi di
bagian bawa untuk menjepit sesuatu)
13. Bengkok
APD :
1. Penutup kepala
2. Kacamata
3. Masker
4. Apron / Barrascode
5. Sarung tangan DTT
3. Gunting episiotomi, berfungsi untuk menggunting jalan lahir searah jarum jam angka 5.
Episiotomy dilakukan jika perineum kaku atau bayi yang dilahirkan terlalu besar yang
menyebabkan persalinan lama.
4. Klem arteri, ada yang lurus dan bengkok kegunaannya untuk menjepit atau menekan
sesuatu benda. Klem arteri bermanfaat untuk menghentikan pendarahaan pembuluh
darah kecil yang tanpa menimbulkan kerusakan yang tidak dibutuhkan.
5. Pinset cirugis, untuk menjepit jaringan pada waktu diseksi dan penjahitan luka memberi
tanda pada kuli sebelum memula insisi.
6. Pinset anatomis, untuk menjepit kassa sewaktu menekan luka menepit jaringan yang
tipis dan lunak.
7. Gunting lurus, berfungsi untuk memotong benang heating pada robekan jalan lahir.
8. Penjepit tali pusat, berfungsi untuk mengikat tali pusat supaya tidak terjadi infeksi jika
di ikat menggunakan benang saja
9. De lee, berfungsi untuk menghisap lendir yang ada di saluran pernafasan bayi yang di
akibatkan terkena air ketuban.
10. Kateter, berfungsi untuk mengeluarkan dan mengkosongkan urin agar tidak
mengganggu kontraksi Rahim saat persalinan
11. Gunting tali pusat , untuk memotong tali pusat yang menyatukan aliran darah ibu
dengan bayi.
12. Handscoon, berfungsi sebagai alat pelindung diri agar tidak terkena darah dan virus dari
luar.
2. Tensimeter Aneroid.
• Kelebihan : Lebih praktis dari tensimeter air raksa, mudah dibawa, hasil
pengukuran cukup akurat, tidak terkontaminasi logam berat.
• Kelemahan: Memerlukan bantuan tenaga ahli dalam pengukuran, membutuhkan
alat tambahan ketika melakukan pengukuran yaitu stetoskop, biaya mahal.
3. Tensimeter Digital.
• Kelebihan : Tensimeter yang paling praktis dalam penggunaannya, mudah
dibawa-bawa, tidak terkontaminasi logam berat, tidak memerlukan bantuan
tenaga ahli saat melakukan pengukuran, harga lebih murah karena tidak
memerlukan alat tambahan saat pengukuran.
• Kelemahan: Hasil tekanan darah tidak selalu akurat karena dipengaruhi beberapa
faktor yaitu cara menggunakan alat, pergerakan saat melakukan pemeriksaan, dan
kekuatan baterai yang digunakan
2. Tubing
Tubing adalah bagian dari stetoskop yang berbentuk tabung tipis dan
panjang menyerupai selang, yang berfungsi untuk menyalurkan suara dari
diafragma atau bell menuju earpieces.
3. Diaphragm
Diaphragm atau diafragma merupakan bagian berupa membran tipis dan
datar di ujung kepala stetoskop, yang terbuat dari piringan plastik berbentuk
lingkaran.Diafragma ini memiliki fungsi khusus untuk mendengarkan bunyi atau
suara berfrekuensi tinggi, seperti suara mengi di paru-paru. Sebagian jenis
stetoskop hanya memiliki diafragma, sedangkan sebagian lainnya memiliki
diafragma dan bell.
4. Bell
Bell adalah bagian terakhir dari stetoskop yang berbentuk melingkar dan
menempel di belakang diafragma. Ukurannya lebih kecil dibandingkan diafragma.
Bell berfungsi untuk mendengarkan bunyi atau suara berfrekuensi rendah, seperti
bunyi jantung.
1. Stetoskop kardiologi
Alat jenis ini umumnya terlihat sama layaknya stetoskop biasa. Bedanya,
kemampuan alat kardiologi ini dapat mendengarkan suara detak jantung dengan
lebih jelas. Alat ini dapat mendengar suara dari frekuensi rendah ke tinggi dari
diafragma tanpa perlu menggunakan bell yang biasanya ditemukan dalam
stetoskop berkepala ganda.
2. Stetoskop bayi
Ini adalah jenis alat medis yang digunakan untuk memeriksa bayi yang sudah
berusia sekitar tiga bulan lebih. Alat pediatrik ini berbeda dengan stetoskop pada
umumnya, karena pada bagian ujung kepalanya memiliki diameter yang kecil,
sekitar 2,6 cm. Mengapa diameternya dibuat sangat kecil?Hal tersebut bertujuan
untuk memberikan kejelasan suara yang akurat saat memeriksa bagian tubuh,
terutama detak jantung bayi. Selain itu, bagian ujung kepala dari alat ini didesain
dengan bahan non-lateks untuk menghindari reaksi alergi pada bayi. Alat ini
digunakan oleh praktisi medis dan juga mahasiswa kedokteran untuk
mendengarkan dan mempelajari jantung serta suara lain untuk mendiagnosis dan
menilai masalah yang mungkin muncul pada pasien bayi.
4. Stetoskop anak-anak
Alat ini terlihat seperti stetoskop biasa, tetapi dapat dibedakan dari warna
dan ukuran kepala alat ini alias bagian yang ditempelkan ke tubuh. Alat ini
memiliki ujung kepala yang lebih kecil agar penempatan ke bagian tubuh yang
ingin didengar, seperti jantung, menjadi lebih jelas dan akurat.
Diberikannya warna pada alat ini juga bisa menjadi fungsi agar mirip
seperti mainan. Jadi nantinya, anak-anak tidak akan merasa takut jika dokter
hendak memeriksa. Alat medis jenis ini umumnya digunakan untuk
mendiagnosis dan juga secara fisik menilai anak-anak yang sakit.
5. Stetoskop elektronik
Alat medis elektronik ini fungsinya untuk membantu memecahkan
masalah suara dan memperkuat suara yang didengar pada dada atau bagian tubuh
lainnya secara elektronik. Suara elektronik itu kemudian diubah menjadi sebuah
gelombang listrik yang nantinya akan menghasilkan suara yang lebih jelas lagi
jika sudah sampai ke telinga dokter.
Stetoskop jenis ini terbagi lagi ke dalam dua jenis, ada yang jenis
amplifikasi dan digitalisasi. Alat ini sangat berguna, karena dapat memperkuat
suara jantung atau pernapasan, sehingga memudahkan diagnosis dalam kasus
suara yang samar. Umumnya, alat ini digunakan untuk diagnosis pada masalah
kesehatan jantung atau paru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alat kesehatan meliputi barang, instrumen atau alat lain yang termasuk tiap
komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual atau dimaksudkan
untuk digunakan dalam pemeliharaan dan perawatan, diagnosis, pemulihan,
perbaikan, penyembuhan dan lain-lain.seperti digunakan sebagai alat:
1. Alat untuk operasi caesar
2. Alat untuk curet
3. Alat untuk pasrtus set dan banyak lagi kegunaannya.
Tensimeter adalah alat pengukuran tekanan darah sering juga disebut
sphygmomanometer. Sejak itu,sphygmomanometer air raksa telah digunakan
sebagai standar emas pengukuranntekanan darah oleh para dokter.
Macam-Macam Tensimeter yaitu:
1. Tensimeter Air Raksi
2. Tensimeter Non Air Raksa atau Aneroid
3. Tensimeter Digital
Stetoskop merupakan alat bantu pemeriksaan yang umum digunakan oleh dokter.
Alat ini berfungsi untuk mendengarkan suara dari dalam tubuh, salah satunya untuk
mendengar suara detak jantung dan mendeteksi kelainannya.Selain mendengar suara
detak jantung, stetoskop juga bisa digunakan untuk mendengarkan suara-suara lain
dari dalam tubuh, misalnya bunyi pernapasan atau bunyi usus (bising usus). Jenis
dan intensitas suara-suara ini dapat membantu dokter dalam menentukan diagnosis
serta menilai kondisi pasien
3.2 Saran
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan lebih memahami materi tentang
“PERSIAPAN ALAT INFUS, KURET, PARTUS SET ,SPIGMANOMETER
(TENSI METER) DAN STETOSKOP” dan sebaiknya mahasiswa lebih banyak
mencari referensi pelengkap sehingga menjadi lebih paham akan materi tersebut dan
bisa mengaplikasikannya kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
1.