Disusun oleh:
Dewi Agustina
14180276
Mulia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
ditujukan untuk mengkaji bagaimana faktor kebudayaan dapat mempengaruhi proses dalam
persepsi seseorang terhadap sesuatu dengan tujuan agar pembaca memahami lebih dalam
mengenai hal ini.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah sosiologi
komunikasi massa yaitu, Bapak Kho, Gerson Ralph Manuel, BA. M.I.Kom karena telah
memberikan tugas ini dan sekaligus memberikan kesempatan kepada kami untuk bekerja
sama menyelesaikan makalah ini.
Kami juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam proses penyusunan
makalah ini dari awal hingga selesai. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran
yang membangun, agar kami dapat terus memperbaiki kinerja dalam penyusunan tugas
makalah berikutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang membaca
makalah yang telah kami susun ini, mengenai “Persepsi Masyarakat Terhadap Awkarin yang
Dipengaruhi oleh Faktor Budaya”, semoga dapat menambah pengetahuan serta pemahaman
kita.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
Chapter One..............................................................................................................................4
Chapter Two.............................................................................................................................6
Chapter Three.........................................................................................................................11
Chapter Four...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 17
LAMPIRAN...........................................................................................................................18
Chapter One
Hal tersebut akan terjadi pada seluruh lapisan masyarakat dengan profesi yang
berbeda-beda, terlebih kepada opinion leader. Berdasarkan hasil riset Wearesosial
Hootsuite yang dirilis Januari 2019, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150
juta atau sebesar 56% dari total populasi. Dalam media sosial juga terdapat opinion
leader yang dikenal sebagai influencer. Paul Lazarfield (1940), melakukan penelitian
bagaimana pengaruh media massa terhadap keputusan masyarakat dalam memilih
presiden, dan ternyata massa dapat menerima serta mempercayai suatu informasi ketika
disampaikan oleh orang yang mereka percayai yang disebut opini leader.
Karin Novilda atau kerap disapa Awkarin salah satunya, seorang selebgram
yang juga seorang enterprenuer yang dulunya viral karena video kontroversialnya di
Youtube. Dalam video viral tersebut, ia menggungkapkan rasa sedihnya setelah putus
dari mantan kekasih hingga menangis tersedu-sedu. Karin juga kerap menunjukan
pergaulannya yang mabuk-mabukan, kehidupan malam, serta menggenakan pakaian
yang terbuka. Seperti komentar salah satu netizen pada foto postingan Awkarin yang
hanya memakai bikini, komentar yang disampaikan oleh akun @chandraa.2
menyatakan: “Rambut sambung, tatoan, terlalu kebuka auratnya, apalagi ya :9”.
Karena fakta tersebut, masyarakat selalu menuding bahwa ia seorang yang
memberikan contoh negative. Namun, dibalik hal tersebut ia merupakan siswi yang
sangat cerdas. Terbukti bahwa ia meraih nilai sempurna serta nilai tertinggi pada UN
Matematika ketika dirinya SMP.
1.3 TUJUAN
2.1 Konsep
2.1.1 Exposure
Exposure merupakan kata dalam bahasa inggris yang artinya eksposure (kata
serapan) Menurut kamus Cambridge, Exposure adalah perhatian yang diberikan untuk
seseorang atau sesuatu oleh media massa.
Dalam komunikasi massa, kita mengenal media exposure yaitu terpaan media yang
membuat seseorang merasakan kehadiran media massa serta terbuka atas pesan yang
disampaikan sehingga dapat mempengaruhi seseorang secara langsung maupun tidak
langsung. Jalaludin Rakhmat (2009:14) menyatakan media exposure dapat dioperasionalkan
sebagai frekuensi individu dalam menyaksikan media seperti majalah, koran, radio maupun
menonton televisi. Media massa elektronik saat ini tidak hanya terbatas pada televisi dan
radio namun juga termasuk media online, social media, dan instant messaging, selain itu
media ini juga digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi.
2.1.3 Persepsi
Persepsi tidak akan lepas dari proses, proses persepsi ini dimulai dari proses
bekerjanya alat indera. Kecenderungan menafsirkan akan sesuatu dengan hasil yang sama
namun dengan cara berbeda-beda pada setiap individu, kesan yang diterima oleh individu ini
akan sangat bergantung dari pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar, berpikir dan
faktor dari dalam diri individu itu sendiri (Tiato, Titik Trowulan, 2006). Penafsiran dapat
berbentuk kesan atau pendapat terhadap hal yang diamati. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perbedaan persepsi, yaitu sudut pandang, pengalaman serta pengetahuan dari
individu.
Persepsi seseorang tentang suatu obyek, kejadian atau informasi sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor internal dan eksternal (Dimyati Mahmud, 1990:45). Faktor internal
meliputi kemampuan, ketajaman alat indera dan perhatian yang terkonsentrasi. Sedangkan
faktor eksternal meliputi rangsangan yang jelas. Meskipun alat indera seseorang cukup baik
dan sehat tetapi kurang terkonsentrasi maka persepsi seseorang terhadap suatu obyek sangat
mungkin menjadi berbeda. Begitu pula apabila faktor internalnya telah terpenuhi tetapi
faktor eksternalnya tidak memberikan rangsangan yang cukup apalagi informasinya kabur,
maka persepsi seseorang terhadap suatu obyek tersebut menjadi berbeda (Dimyati Mahmud,
1990:47-49).
Kebudayaan menurut Ralph Linton (1936:397) adalah seluruh bagian dari tata cara
kehidupan masyarakat. Kebudayaan juga merujuk pada beberapa aspek kehidupan, meliputi
kepercayaan, sikap, perilaku serta kegiatan khas suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan
akan selalu ada di lingkungan seseorang atau individu sejak dirinya lahir, tumbuh serta
berkembang dalam suatu kelompok tertentu. Istilah yang dikenalkan Ralp Linton yaitu
“design for living” dimana kebudayaan adalah sebuah “blueprint of behavior” sehingga
memberikan pedoman mengenai hal yang boleh dilakukan, tidak boleh dilakukan dan harus
dilakukan. Berdasarkan istilah tersebut dapat dilihat bahwa kebudayaan meliputi sistem,
tujuan dan nilai sehingga memberikan gambaran mengenai korelasi antara hukum dan
kebudayaan, karena hukum tidak lepas dari nila, norma dan pri kemanusiaan.
Melihat dari kedua pengertian diatas, kita dapat memahami bahwa kebudayaan sebagai
pandangan hidup sekelompok individu yang polanya berbentuk kepercayaan, perilaku, nilai,
serta simbol yang tanpa sadar mereka terima karena kebudayaan ini diwariskan melalui
komunikasi antar satu generasi ke generasi selanjutnya (Iris Varner, 2004).
Indonesia dikenal sebagai negara yang berperilaku sopan santun, jujur, kompak,
bermoral, toleransi yang tinggi, tangguh, patriotik, rasa kebersamaan yang tinggi seperti
gotong royong serta menjunjung tinggi ketuhanan. Karakter bangsa Indonesia tersebut
merupakan bentuk terwujudnya pembangunan karakter atas nilai luhur, perilaku serta konsep
budaya Indonesia berdasarkan nilai UUD 1945, Pancasila serta menjunjung nilai “Bhinneka
Tunggal Ika”.
Chapter Three
Berdasarkan bab sebelumnya, dapat dimengerti bahwa proses persepsi dimulai dengan
penerimaan informasi dari berbagai indera yang dimaknai sesuai dengan pengalaman dan
memori individu masing-masing serta lingkungan nya. Salah satu role mode yang dapat kita
telaah adalah Awkarin, yaitu seorang influencer yang memiliki 1 juta pengikut atau followers
dalam salah satu platform media sosial yaitu instagram saat dirinya viral dalam media youtube
serta Instagram karena sering menunjukan gaya berpacarannya secara vulgar via sosial media
dari zaman dimana askfm eksis hingga Instagram eksis. Namun terdapat salah satu waktu
dimana ia menjadi viral sehingga menarik perhatian masyarakat sosial media yaitu pada salah
satu video yang diunggahnya berjudul “Gaga’s Birthday Surprise & My Confession” yang
diupload pada akun youtube pribadi miliknya pada 18 Juli 2016.
Dalam video tersebut, Awkarin memberikan surprise kepada Gaga dan menyatakan
bagaimana perasaannya saat itu kepada Gaga serta video dirinya menangis tersedu-sedu
menyampaikan doa dan harapannya kepada Gaga. Video tersebut menuai kontroversi,
dikarenakan masyarakat menggangap reaksi awkarin terlalu berlebihan atas putusnya
hubungan dirinya dengan Gaga Muhammad dan dianggap dirinya terlalu kekanak-kanakan.
Selain itu, salah satu faktor lainnya adalah bagaimana Karin dalam berperilaku, berpakaian,
serta berkata-kata.
Pada saat dirinya dengan mantan pacarnya, Gaga masih bersama, ia kerap memamerkan
foto-foto dirinya dengan Gaga yang dianggap terlalu vulgar dalam kebudayaan Indonesia.
Terdapat beberapa foto yang diunggah oleh Awkarin sendiri dalam akun instagramnya, dimana
ia memposting foto dirinya dengan mantan pacarnya berciuman dalam beberapa kondisi yang
berbeda, seperti diatas mobil sport, didalam mobil, atau bahkan foto
endorse salah satu online shop case handphone. Selain itu, terdapat beberapa foto dirinya
mengenakan pakaian terbuka seperti croptee, sport bra, Sabrina crop, tanktop dan rok mini,
baik hanya foto dirinya hingga dengan mantan pacarnya yaitu Gaga yang juga memamerkan
tubuh atletisnya.
Tidak hanya dalam berpakaian, dirinya kerap menggunakan kata kasar dalam
berbicara dalam video youtube-nya dan instastory-nya. Dalam beberapa video juga
menampilkan dirinya yang kerap berpesta dalam dunia malam seperti ikut dalam balap liar,
merokok, serta mabuk-mabukan di club maupun bar saat masih dibawah umur yaitu 17
tahun. Karena hal tersebutlah, dirinya dianggap sebagai bentuk contoh menyimpangan yaitu
kenakalan remaja yang dikhawatirkan akan semakin menjamur di masyarakat Indonesia.
Berdasarkan konsep persepsi pula, kita dapat memahami bahwa apabila persepsi
seseorang terhadap suatu obyek bersifat positif atau baik maka ia akan mudah menerima
atau menyesuaikan dengan obyek tersebut, sebaliknya apabila seseorang mempunyai
persepsi negatif maka ia akan kesulitan untuk menerima atau menyesuaikan dengan obyek
tersebut. Dalam menentukan suatu sifat baik positif maupun negatif, moral serta budaya
masyarakat merupakan salah satu bentuk lingkungan seseorang dibesarkan berfungsi sebagai
nilai standarisasi nilai positif negatif, serta baik buruk suatu hal.
Hal ini disebabkan sejak dahulu, kebudayaan selalu diturunkan secara turun menurut
dari satu generasi ke generasi selanjutnya sedari masih kanak-kanak. Pengetahuan kognitif serta
nilai yang sudah dianut sejak dini inilah yang dipercaya oleh seseorang selama semasa hidupnya
dalam berpikir, berucap dan berperilaku. Sehingga apabila persepsi seseorang akan sesuatu hal
dapat sulit diterima apabila tidak sesuai dengan nilai yang dipercayainya sejak
dini. Hal ini juga selaras dengan pernyataan Dimyanti Mahmud (1990) yaitu konsep persepsi
yaitu proses seleksi, organisasi dan interprestasi suatu stimulus dari lingkungannya.
Terdapat banyak hal kontroversi lainnya seperti dirinya terkena kasus UU ITE karena
foto vulgar kemesraan dirinya dengan pasangannya, menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia raya namun mengganti salah satu lirik dengan kata senonoh (alat kelamin) dalam
platform snapchat, merilis lagu berjudul “BAD” dimana dalam salah satu lirik lagu tersebut
mengungkapkan bentuk responnya terhadap masyarakat akan gunjingan negatif yang kerap
diterimanya, kembali merilis lagu singlenya berjudul “Badass” namun hanya berpakaian
minim (hanya menggunakan bracelet yang ditutupi kemeja dengan kancing terbuka) sambal
menunggang kuda, hingga mengunggah kedekatannya dengan salah satu putra Mentri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama yaitu Muhammad Sabian.
Namun, setelah 3 tahun berlalu semenjak dirinya viral untuk pertama kalinya, lambat
laun, persepsi masyarakat terhadapnya perlahan berubah, gunjingan masyarakat terhadapnya
perlahan-lahan berkurang. Hal ini telihat dalam banyaknya komentar netizen dalam postingan
fotonya di platform Instagram yang memuji sikap awkarin, kesuksesan Awkarin serta sikapnya
yang semakin dewasa. Hal ini terbukti dengan wujud keperdulian Awkarin terhadap lingkungan
serta masyarakat seperti, membantu korban kabut asap dengan mengumpulkan donasi dengan
memanfaatkan ketenarannya hingga turun langsung ke Kalimantan untuk menyampaikan donasi,
memberi bantuan berupa kebutuhan konsumsi kepada mahasiswa saat
demo menolak RUU KUHP serta turun membersihkan sampah setelah demonstrasi, menjadi
relawan saat gempa dan tsunami di Palu.
Selain itu, ia lebih bijak dalam menggunakan kekuataan media massa yang
dimilikinya dengan memberikan dampak-dampak yang lebih positif. Seperti menunjukan
tentang seni, menyuarakan jiwa anak muda, bangga karya anak muda, membantu brand lokal
untuk berkembang, kemudian merintis beberapa usaha yang sukses dijalankan olehnya,
memakai pakaian yang lebih tertutup dan menunjukan pengetahuanya yang luas akan
berbagai aspek maupun ilmu pengetahuan. Salah satu bentuk kecerdasan milik Awkarin
tertuang dalam salah satu video youtubenya yang berjudul “Exposure” yang diunggah pada
24 Agustus 2019 yang telah ditonton lebih dari 1 juta penonton.
Dalam video exposure tersebut, ia menggunakan baju yang tertutup, serta membuat
konsep video yang diselimuti dengan pengetahuan akan manusia. Dalam video tersebut, ia
menjelaskan bagaimana perkembangan sejarah manusia hingga sistem pertukaran pembayaran
dalam sejarah manusia. Selain itu, video tersebut diunggah sebagai bentuk responnya terhadap
gunjingan masyarakat mengenai dirinya yang dianggap influencer bodong yang menjual jasa
exposure demi mendapatkan hal yang diinginkannya secara cuma-cuma sehingga bentuk
promosi yang dilakukannya dianggap bohong dan menipu pengikutnya.
Hal ini mungkin disebabkan pula karena label negatif yang melekat padanya sehingga
persepsi tersebut sulit lepas darinya. Oleh karena itu, ia mengungkapkan bagaimana
pandangannya serta nilai kekuatan exposure miliknya dalam video tersebut. Ia menyatakan
bahwa menurut manusia merupakan mahkluk yang dapat berkerja sama dengan flexibilitas
terbaik dalam skala dan kerumunan yang besar. Bentuk kerja sama manusia yang dimaksud,
dapat berupa tukar menukar value yang sudah ada sejak dahulu sebelum adanya uang atau
yang kita kenal dengan barter. Bentuk pandangan yang berbeda inilah yang membuat
awalnya dirinya ragu dan merasa bahwa pandangan ini salah karena berbeda berdasarkan
pandangan masyarakat luas, namun kemudian ia menggumpulkan beberapa ahli dan
clientnya untuk memberikan penjelasan secara ilmiah untuk mendukung pandangannya.
Hal ini membuktikan bahwa nilai positif maupun negatif persepsi juga ditentukan
berdasarkan unsur kebudayaan yang merupakan salah satu faktor lingkungan dalam persepsi.
Dimana perilaku Awkarin yang mengenakan baju yang sopan bahkan berbudaya dan
berkeTuhanan, bangga terhadap Indonesia dengan mengunjungi berbagai provisi di Indonesia
dan menunjukan keindahan Indonesia maupun mengupas kehidupan masyarakat kecil di
provinsi tertentu sebagai bentuk sikap patriotisme serta rasa cinta tanah air, kemudian menjadi
voluntir dalam berbagai kegiatan sosial dan bencana alam sebagai bentuk gotong royong
merupakan perilaku yang sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang berdasarkan nilai
Pancasila serta UUD 1945 dapat merubah sebagian besar persepsi masyarakat dari negatif
menjadi positif terhadapnya. Selain itu dirinya juga membuktikan bahwa ia sukses dalam
mengapai mimpinya sehingga menjadi sosok inspirasi bagi kaum muda bukan sebagai sosok
bad influence (pengaruh negatif) seperti yang di label oleh masyarakat waktu dulu padanya.
Chapter Four
Bachtiar, Harsya W., Mattulada, Haryati Soebadio. 1985. Budaya dan Manusia Indonesia.
Yogyakarta: Hanindita.
Alexander, Paul. Ed. 1989. Creating Indonesian Cultures. Sydney: Oceania Publications.
Linton, Ralph. 1936. A Study of Man. New York: Appleton Century Crafts Inc.
Maran, Rafael Raga. 1995. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Porter, Richard E. & Samovar, Larry A. (2001). “Suatu Pendekatan Dalam Komunikasi
Antar Budaya” dalam Komunikasi Antar Budaya. Ed. Mulyana, Deddy & Rakhmat,
Jalaluddin. Bandung: Remaja Rosdakarya
Kismadi. (1988). Kumpulan Materi Kuliah Lingkungan Sosial Budaya. Jakarta: Program
Studi ILEM, Pascasarjana UI.
Yogya Bimo Walgito. (1997). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Jannah, Tri Zahrotul. 2012. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Komunikasi Interpersonal
Guru – Siswa Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokanegara II
Purwokerto. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Linton, Ralph. 1936. The Study of Man. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.
Yogyakarta.
LAMPIRAN