Anda di halaman 1dari 21

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP AWKARIN YANG

DIPENGARUHI OLEH FAKTOR BUDAYA

Disusun oleh:

Dewi Agustina

14180276

Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan

Humaniora Universitas Bunda

Mulia
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
ditujukan untuk mengkaji bagaimana faktor kebudayaan dapat mempengaruhi proses dalam
persepsi seseorang terhadap sesuatu dengan tujuan agar pembaca memahami lebih dalam
mengenai hal ini.

Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah sosiologi
komunikasi massa yaitu, Bapak Kho, Gerson Ralph Manuel, BA. M.I.Kom karena telah
memberikan tugas ini dan sekaligus memberikan kesempatan kepada kami untuk bekerja
sama menyelesaikan makalah ini.

Kami juga memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam proses penyusunan
makalah ini dari awal hingga selesai. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan saran
yang membangun, agar kami dapat terus memperbaiki kinerja dalam penyusunan tugas
makalah berikutnya.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang membaca
makalah yang telah kami susun ini, mengenai “Persepsi Masyarakat Terhadap Awkarin yang
Dipengaruhi oleh Faktor Budaya”, semoga dapat menambah pengetahuan serta pemahaman
kita.

Jakarta, 30 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

Chapter One..............................................................................................................................4

Chapter Two.............................................................................................................................6

Chapter Three.........................................................................................................................11

Chapter Four...........................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 17

LAMPIRAN...........................................................................................................................18
Chapter One

“Don’t let anyone ever make you


feel like you don’t deserve what you
want.”
-Patrick Verona, 10 Things I Hate About You (1999)

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Imam Muchoyar (1991:24), persepsi adalah suatu proses perubahan


seorang terhadap informasi suatu obyek yang masuk pada diri seseorang melalui
pengalaman dengan menggunakan indera-indera yang dimiliki dan proses tersebut
bertahan dengan pemberian arti atau gambaran atau penginterpretasikan terhadap
obyek tersebut. Oleh karena itu manusia cenderung menilai baik buruknya seseorang
berdasarkan sikap, perilaku, serta lingkungan yang diperlihatkan seseorang secara
umum.

Hal tersebut akan terjadi pada seluruh lapisan masyarakat dengan profesi yang
berbeda-beda, terlebih kepada opinion leader. Berdasarkan hasil riset Wearesosial
Hootsuite yang dirilis Januari 2019, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150
juta atau sebesar 56% dari total populasi. Dalam media sosial juga terdapat opinion
leader yang dikenal sebagai influencer. Paul Lazarfield (1940), melakukan penelitian
bagaimana pengaruh media massa terhadap keputusan masyarakat dalam memilih
presiden, dan ternyata massa dapat menerima serta mempercayai suatu informasi ketika
disampaikan oleh orang yang mereka percayai yang disebut opini leader.

Karin Novilda atau kerap disapa Awkarin salah satunya, seorang selebgram
yang juga seorang enterprenuer yang dulunya viral karena video kontroversialnya di
Youtube. Dalam video viral tersebut, ia menggungkapkan rasa sedihnya setelah putus
dari mantan kekasih hingga menangis tersedu-sedu. Karin juga kerap menunjukan
pergaulannya yang mabuk-mabukan, kehidupan malam, serta menggenakan pakaian
yang terbuka. Seperti komentar salah satu netizen pada foto postingan Awkarin yang
hanya memakai bikini, komentar yang disampaikan oleh akun @chandraa.2
menyatakan: “Rambut sambung, tatoan, terlalu kebuka auratnya, apalagi ya :9”.
Karena fakta tersebut, masyarakat selalu menuding bahwa ia seorang yang
memberikan contoh negative. Namun, dibalik hal tersebut ia merupakan siswi yang
sangat cerdas. Terbukti bahwa ia meraih nilai sempurna serta nilai tertinggi pada UN
Matematika ketika dirinya SMP.

Hal yang bertolak belakang ini menimbulkan beberapa persepsi masyarakat


terhadap dirinya. Oleh karena itu, banyak sekali pro dan kontra terhadap dirinya
mengenai apakah sebenarnya ia merupakan seseorang yang baik atau buruk? Apakah
hal ini juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat sekitar? Mengingat bagaimana
budaya barat yang menggangap mengenakan pakaian terbuka merupakan hal yang
lumrah bagi masyarakat mereka.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apakah faktor budaya dapat mempengaruhi konsep berfikir persepsi khalayak


terhadap Awkarin?

1.3 TUJUAN

Menganalisa serta membuktikan bahwa budaya merupakan faktor penting yang


dapat mempengaruhi konsep berfikir persepsi manusia
Chapter Two

“Social media is changing the way we communicate


And the way we are perceived,
Both positively and negatively.

Every time you post a photo or update your


status, You are contributing to your personal
brand.” -
AJM

2.1 Konsep

2.1.1 Exposure

Exposure merupakan kata dalam bahasa inggris yang artinya eksposure (kata
serapan) Menurut kamus Cambridge, Exposure adalah perhatian yang diberikan untuk
seseorang atau sesuatu oleh media massa.

Dalam komunikasi massa, kita mengenal media exposure yaitu terpaan media yang
membuat seseorang merasakan kehadiran media massa serta terbuka atas pesan yang
disampaikan sehingga dapat mempengaruhi seseorang secara langsung maupun tidak
langsung. Jalaludin Rakhmat (2009:14) menyatakan media exposure dapat dioperasionalkan
sebagai frekuensi individu dalam menyaksikan media seperti majalah, koran, radio maupun
menonton televisi. Media massa elektronik saat ini tidak hanya terbatas pada televisi dan
radio namun juga termasuk media online, social media, dan instant messaging, selain itu
media ini juga digunakan oleh masyarakat untuk berkomunikasi.

Exposure juga dilakukan oleh influencer dengan memanfaatkan kekuatan massa


yang dimilikinya. Sehingga hal ini dimanfaatkan influencer untuk mendapat keuntungan
dengan melakukan exposure pada jasa atau barang sehingga dirinya mendapat produk atau
barang secara cuma-cuma dan bahkan beberapa influencer memiliki tarif tertentu dalam
melakukan exposure.
2.1.2 Influencer

Influencer adalah seseorang atau subjek yang memiliki kekuatan mempengaruhi


sekelompok orang atau massa. Influencer dapat disebut sebagai salah satu opini leader yang kuat
dalam media sosial. Menurut survei mandiri Muda Bermakna menyatakan 56 responden dari 118
responden atau 48,3% responden cukup terpengaruh dengan influencer dalam media sosial.
Seorang influencer merupakan seseorang yang ahli dalam bidang tertentu ataupun seseorang
yang terkenal dan memiliki banyak pengikut. Dalam sosial media, influencer ini biasanya
seorang artis, selebgram, blogger, youtubers dan lainnya. Pengikut para influencer ini cenderung
menyukai dan mempercayakan influencer tersebut, hingga influencer tersebut dapat
mempengaruhi audiencenya untuk mencoba atau membeli sebuah produk.

2.1.3 Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:759), “persepsi adalah tanggapan


langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
indera”. Sedangkan menurut Imam Muchoyar ( 1991:24 ), persepsi adalah suatu proses
perubahan seorang terhadap informasi suatu obyek yang masuk pada diri seseorang melalui
pengalaman dengan menggunakan indera-indera yang dimiliki dan proses tersebut bertahan
dengan pemberian arti atau gambaran atau penginterpretasikan terhadap obyek tersebut.
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului dengan penginderaan yaitu proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya dan diteruskan ke pusat susunan
saraf otak. Stimulus yang diindera oleh individu kemudian diinterpretasikan sehingga
individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera (Bimo Walgito, 1997:53)

Persepsi tidak akan lepas dari proses, proses persepsi ini dimulai dari proses
bekerjanya alat indera. Kecenderungan menafsirkan akan sesuatu dengan hasil yang sama
namun dengan cara berbeda-beda pada setiap individu, kesan yang diterima oleh individu ini
akan sangat bergantung dari pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar, berpikir dan
faktor dari dalam diri individu itu sendiri (Tiato, Titik Trowulan, 2006). Penafsiran dapat
berbentuk kesan atau pendapat terhadap hal yang diamati. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perbedaan persepsi, yaitu sudut pandang, pengalaman serta pengetahuan dari
individu.

Menurut pendapat Dimyati Mahmud (1990:45), terdapat beberapa faktor yang


mempengaruhi persepsi, individu dalam mengamati obyek secara psikologis memakai sudut
pandangnya pribadi dengan diwarnai oleh nilai-nilai kebudayaan dan kepribadiannya,
karena kondisi manusia tidak selalu statis. Dalam kondisi sadar, manusia selalu dipengaruhi
oleh berbagai stimulus yang ada di lingkungannya melalui indera dengan penglihatan
maupun indera lainnya. Stimulus yang mendapatkan tanggapan terbesar merupakan stimulus
yang mempunyai intensitas rangsangan yang terbesar pula yang melibatkan banyak organ
dan indera manusia.

Persepsi seseorang tentang suatu obyek, kejadian atau informasi sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor internal dan eksternal (Dimyati Mahmud, 1990:45). Faktor internal
meliputi kemampuan, ketajaman alat indera dan perhatian yang terkonsentrasi. Sedangkan
faktor eksternal meliputi rangsangan yang jelas. Meskipun alat indera seseorang cukup baik
dan sehat tetapi kurang terkonsentrasi maka persepsi seseorang terhadap suatu obyek sangat
mungkin menjadi berbeda. Begitu pula apabila faktor internalnya telah terpenuhi tetapi
faktor eksternalnya tidak memberikan rangsangan yang cukup apalagi informasinya kabur,
maka persepsi seseorang terhadap suatu obyek tersebut menjadi berbeda (Dimyati Mahmud,
1990:47-49).

Menurut Dimyati Mahmud (1990:55-56) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi


dapat dikemukakan menjadi : (1) perhatian yang selektif, (2) intensitas rangsangan, (3) nilai
kebutuhan, dan (4) pengalaman terdahulu. Indera menerima informasi dari beberapa obyek
atau rangsangan kemudian diinterpretasikan oleh otak, maka kemampuan dalam
mempersepsikan tergantung dari bagaimana individu mengkonsentrasikan secara selektif
bagian-bagian yang perlu mendapatkan perhatian secara serius. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa konsep persepsi yaitu proses seleksi, organisasi dan interprestasi suatu
stimulus dari lingkungannya.

Jadi secara umum persepsi dapat dipandang sebagai proses mengumpulkan,


menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan informasi. Proses tersebut dimulai
dengan penerimaan informasi dari berbagai indera kemudian dianalisis untuk diberi arti.
Dengan demikian yang dimaksudkan dengan persepsi adalah proses kognitif yang
dialami oleh setiap manusia dalam memahami informasi lingkungannya yang menghasilkan
suatu gambaran tentang kenyataan yang dihadapi. Persepsi merupakan unsur paling penting
dalam menyesuaikan perilaku terhadap lingkungannya. Berdasarkan definisi tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa persepsi merupakan peranan paling penting dalam kehidupan
manusia, karena ia akan menemukan tingkah laku manusia dalam menghadapi
lingkungannya. Apabila persepsi seseorang terhadap suatu obyek bersifat positif atau baik
maka ia akan mudah menerima atau menyesuaikan dengan obyek tersebut, sebaliknya
apabila seseorang mempunyai persepsi negatif maka ia akan kesulitan untuk menerima atau
menyesuaikan dengan obyek tersebut. Suatu obyek yang sama dapat menimbulkan persepsi
yang berbeda jika pengalaman reseptor berbeda.

2.1.4 Kebudayaan Indonesia

Menurut pendapat ahli kebudayaan dari Indonesia yaitu Koentjaraningrat (2009 :


146) colere yang merupakan kata latin kemudian membentuk kata culture (bahasa inggris
dari kebudayaan) memiliki arti mengelolah atau mengerjakan. Pola kegiatan masyarakat
pasti tidak terlepas dari kebudayaan sebuah masyarakat, sehingga keragaman budaya suatu
daerah dipengaruhi oleh faktor geografis. Perbedaan kebudayaan akan semakin kompleks
apabila daerah wilayah tersebut semakin besar. Taylor dalam bukunya Horton & Chester
(1996 : 5) juga berpendapat mengenai kebudayaan, menurutnya budaya adalah keseluruhan
yang meliputi kesenian, hukum, pengetahuan, moral, keyakinan, adat istiadat dan segala
kebiasaan dan kemampuan yang diperolah sebagai bagian dari masyarakat.

Kebudayaan menurut Ralph Linton (1936:397) adalah seluruh bagian dari tata cara
kehidupan masyarakat. Kebudayaan juga merujuk pada beberapa aspek kehidupan, meliputi
kepercayaan, sikap, perilaku serta kegiatan khas suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan
akan selalu ada di lingkungan seseorang atau individu sejak dirinya lahir, tumbuh serta
berkembang dalam suatu kelompok tertentu. Istilah yang dikenalkan Ralp Linton yaitu
“design for living” dimana kebudayaan adalah sebuah “blueprint of behavior” sehingga
memberikan pedoman mengenai hal yang boleh dilakukan, tidak boleh dilakukan dan harus
dilakukan. Berdasarkan istilah tersebut dapat dilihat bahwa kebudayaan meliputi sistem,
tujuan dan nilai sehingga memberikan gambaran mengenai korelasi antara hukum dan
kebudayaan, karena hukum tidak lepas dari nila, norma dan pri kemanusiaan.

Mengutip dari Norhayati Ismail (2001), ia mendefinisikan kebudayaan sebagai sebuah


pandangan yang dipercayai oleh sekelompok individu mengenai hal yang dipahami, dibagikan,
serta dipertukarkan antara anggota kelompok. Pandangan yang dianut ini meliputi hal yang
menjadi dasar kehidupan, tolak ukur kepentingan, sikap dalam menghadapi persoalan, serta
perilaku yang diterima antar anggota kelompok maupun luar kelompok. Pernyataan tersebut,
diperkuat oleh Adler (1997) yang menyatakan bahwa seluruh hal yang dimiliki anggota
kelompok seperti adat istiadat, hukum dan moral diwariskan dari anggota tertua kepada
anggota muda yang dapat mempengaruhi persepsi anggota hingga perilaku anggota terdapat
dunia.

Melihat dari kedua pengertian diatas, kita dapat memahami bahwa kebudayaan sebagai
pandangan hidup sekelompok individu yang polanya berbentuk kepercayaan, perilaku, nilai,
serta simbol yang tanpa sadar mereka terima karena kebudayaan ini diwariskan melalui
komunikasi antar satu generasi ke generasi selanjutnya (Iris Varner, 2004).

Koentjaraningrat (2003:142) menyatakan adanya konsep dalam menganalisa kebudayaan


sebagai suatu dinamika sosial, yaitu:
a. Proses pembelajaran kebudayaan meliputi sosialisasi, internalisasi dan enkulturasi
b. Evolusi dan difusi kebudayaan
c. Proses pengenalan unsur budaya luar meliputi asimilasi dan akulturasi
d. Proses inovasi yaitu penemuan hal-hal baru

Beliau juga menyatakan bahwa kebudayaan memiliki 3 wujud, yaitu:


a. Sebagai wujud kumpulan gagasan, norma, gagasan, ide, peraturan dan lain-lain
b. Sebagai wujud aktivitas perilaku dari manusia di masyarakat
c. Sebagai wujud hasil karya manusia
Dalam buku Manusia dan Kebudayaan berdasarkan Perspektif Ilmu Budaya Dasar
tertulis bahwa terdapat ciri-ciri kebudayaan yang dinyatakan oleh Rafael Raga Maran (1995:50)
yaitu:
a. Kebudayaan merupakan produk yang diciptakan oleh manusia bukan Tuhan maupun
dewa, karena manusia merupakan subjek budaya dan sejarah.
b. Kebudayaan adalah karya yang dihasilkan oleh manusia secara kolektif sehingga
bersifat sosial.
c. Kebudayaan diwariskan antar generasi melalui proses belajar sehingga bekembang
terus menerus akibat perkembangan manusia.
d. Kebudayaan adalah bentuk simbolik berupa kehadiran manusia, ekspresi, dan upaya
mewujudkan diri manusia.
e. Kebudayaan sebagai sistem pemenuh kebutuhan hidup manusia

Kebudayaan merupakan hal yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat Kebudayaan


Indonesia sangatlah unik, hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara multikultural
dimana memiliki ribuan kepulauan, suku, ras dan budaya daerah yang berbeda-beda. Sebelum
memahami bagaimana nilai kebudayaan Indonesia, kita akan memahami pengertian kebudayaan
menurut ilmu sosiologi komunikasi massa terlebih dahulu.

Berdasarkan pengertian kebudayaan tersebut, kita dapat memahami lebih dalam


mengenai kebudayaan melalui pendekatan deskriptif. Kebudayaan adalah perwujudan
seluruh kompleks yang meliputi moral, adat istiadat, seni, hukum, kebiasaan, serta
pengetahuan yang dilaksanakan oleh anggota kelompok. Sehingga dengan pendekatan ini,
kita dapat mendeskripsikan adat istiadat, seni, pengetahuan, hukum, moral serta kebiasaan
kebudayaan sekelompok masyarakat tertentu.

Indonesia dikenal sebagai negara yang berperilaku sopan santun, jujur, kompak,
bermoral, toleransi yang tinggi, tangguh, patriotik, rasa kebersamaan yang tinggi seperti
gotong royong serta menjunjung tinggi ketuhanan. Karakter bangsa Indonesia tersebut
merupakan bentuk terwujudnya pembangunan karakter atas nilai luhur, perilaku serta konsep
budaya Indonesia berdasarkan nilai UUD 1945, Pancasila serta menjunjung nilai “Bhinneka
Tunggal Ika”.
Chapter Three

Saya ingin menjadi wanita yang dipandang dan


dikagumi Karena kercerdasan dan pribadi
yang dimiliki
Bukan sekedar lekuk badan
Sebagaimana seharusnya wanita dipandang
-Awkarin

Berdasarkan bab sebelumnya, dapat dimengerti bahwa proses persepsi dimulai dengan
penerimaan informasi dari berbagai indera yang dimaknai sesuai dengan pengalaman dan
memori individu masing-masing serta lingkungan nya. Salah satu role mode yang dapat kita
telaah adalah Awkarin, yaitu seorang influencer yang memiliki 1 juta pengikut atau followers
dalam salah satu platform media sosial yaitu instagram saat dirinya viral dalam media youtube
serta Instagram karena sering menunjukan gaya berpacarannya secara vulgar via sosial media
dari zaman dimana askfm eksis hingga Instagram eksis. Namun terdapat salah satu waktu
dimana ia menjadi viral sehingga menarik perhatian masyarakat sosial media yaitu pada salah
satu video yang diunggahnya berjudul “Gaga’s Birthday Surprise & My Confession” yang
diupload pada akun youtube pribadi miliknya pada 18 Juli 2016.

Dalam video tersebut, Awkarin memberikan surprise kepada Gaga dan menyatakan
bagaimana perasaannya saat itu kepada Gaga serta video dirinya menangis tersedu-sedu
menyampaikan doa dan harapannya kepada Gaga. Video tersebut menuai kontroversi,
dikarenakan masyarakat menggangap reaksi awkarin terlalu berlebihan atas putusnya
hubungan dirinya dengan Gaga Muhammad dan dianggap dirinya terlalu kekanak-kanakan.
Selain itu, salah satu faktor lainnya adalah bagaimana Karin dalam berperilaku, berpakaian,
serta berkata-kata.

Pada saat dirinya dengan mantan pacarnya, Gaga masih bersama, ia kerap memamerkan
foto-foto dirinya dengan Gaga yang dianggap terlalu vulgar dalam kebudayaan Indonesia.
Terdapat beberapa foto yang diunggah oleh Awkarin sendiri dalam akun instagramnya, dimana
ia memposting foto dirinya dengan mantan pacarnya berciuman dalam beberapa kondisi yang
berbeda, seperti diatas mobil sport, didalam mobil, atau bahkan foto
endorse salah satu online shop case handphone. Selain itu, terdapat beberapa foto dirinya
mengenakan pakaian terbuka seperti croptee, sport bra, Sabrina crop, tanktop dan rok mini,
baik hanya foto dirinya hingga dengan mantan pacarnya yaitu Gaga yang juga memamerkan
tubuh atletisnya.

Tidak hanya dalam berpakaian, dirinya kerap menggunakan kata kasar dalam
berbicara dalam video youtube-nya dan instastory-nya. Dalam beberapa video juga
menampilkan dirinya yang kerap berpesta dalam dunia malam seperti ikut dalam balap liar,
merokok, serta mabuk-mabukan di club maupun bar saat masih dibawah umur yaitu 17
tahun. Karena hal tersebutlah, dirinya dianggap sebagai bentuk contoh menyimpangan yaitu
kenakalan remaja yang dikhawatirkan akan semakin menjamur di masyarakat Indonesia.

Dikarenakan beberapa hal tersebut yang sangat bertolak belakang dengan


kebudayaan Indonesia seperti bertutur kata sopan dan santun, kemudian pakaian yang
tertutup, tabu dalam hal seperti ciuman dan sex, bermoral serta menjadi contoh buruk bagi
pemuda Indonesia, dimana pemuda Indonesia diharapkan dapat memiliki rasa patriotism,
kritis, dan menggambarkan bagaimana bentuk Pancasila sebenarnya sebagai generasi
penerus bangsa, bukan melanggar hukum dengan balapan liar yang menggangu
kententraman masyarakat serta mabuk-mabukan yang melanggar nilai Ketuhanan. Perilaku
inilah yang dianggap mencoreng adat istiadat, kebudayaan serta nilai bangsa Indonesia.

Berdasarkan konsep persepsi pula, kita dapat memahami bahwa apabila persepsi
seseorang terhadap suatu obyek bersifat positif atau baik maka ia akan mudah menerima
atau menyesuaikan dengan obyek tersebut, sebaliknya apabila seseorang mempunyai
persepsi negatif maka ia akan kesulitan untuk menerima atau menyesuaikan dengan obyek
tersebut. Dalam menentukan suatu sifat baik positif maupun negatif, moral serta budaya
masyarakat merupakan salah satu bentuk lingkungan seseorang dibesarkan berfungsi sebagai
nilai standarisasi nilai positif negatif, serta baik buruk suatu hal.

Hal ini disebabkan sejak dahulu, kebudayaan selalu diturunkan secara turun menurut
dari satu generasi ke generasi selanjutnya sedari masih kanak-kanak. Pengetahuan kognitif serta
nilai yang sudah dianut sejak dini inilah yang dipercaya oleh seseorang selama semasa hidupnya
dalam berpikir, berucap dan berperilaku. Sehingga apabila persepsi seseorang akan sesuatu hal
dapat sulit diterima apabila tidak sesuai dengan nilai yang dipercayainya sejak
dini. Hal ini juga selaras dengan pernyataan Dimyanti Mahmud (1990) yaitu konsep persepsi
yaitu proses seleksi, organisasi dan interprestasi suatu stimulus dari lingkungannya.

Oleh karena perilaku Awkarin, persepsi masyarakat terhadapnya menjadi negatif


karena tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia. Banyak sekali dampak yang ia rasakan,
yaitu mendapatkan label bahwa dirinya seseorang yang memberikan dampak negatif, seperti
banyaknya hujatan kebencian masyarakat kepadanya, setiap hal yang dilakukannya selalu
dalam pengawasan masyarakat, dianggap sebagai sampah masyarakat dan dianggap tidak
memiliki value apapun. Sebagai salah satu orang yang memiliki kekuataan massa berupa
followers dan subscribers (pengikut) dalam sosial media, ia juga pernah mendapat teguran
oleh KPAI hingga dilaporkan kepada Kominfo terkait perilaku dan postingannya yang
terlalu eksplisit dan dianggap tidak pantas dilihat oleh anak dibawah umur, karena
dikhawatirkan pengikutnya dapat terpengaruh olehnya dalam berperilaku dan merusak
moral bangsa. Hal ini diungkapkan oleh Erlinda yang merupakan Kepala divisi sosial KPAI
dalam wawancaranya dengan BBC Indonesia.

Terdapat banyak hal kontroversi lainnya seperti dirinya terkena kasus UU ITE karena
foto vulgar kemesraan dirinya dengan pasangannya, menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia raya namun mengganti salah satu lirik dengan kata senonoh (alat kelamin) dalam
platform snapchat, merilis lagu berjudul “BAD” dimana dalam salah satu lirik lagu tersebut
mengungkapkan bentuk responnya terhadap masyarakat akan gunjingan negatif yang kerap
diterimanya, kembali merilis lagu singlenya berjudul “Badass” namun hanya berpakaian
minim (hanya menggunakan bracelet yang ditutupi kemeja dengan kancing terbuka) sambal
menunggang kuda, hingga mengunggah kedekatannya dengan salah satu putra Mentri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama yaitu Muhammad Sabian.

Namun, setelah 3 tahun berlalu semenjak dirinya viral untuk pertama kalinya, lambat
laun, persepsi masyarakat terhadapnya perlahan berubah, gunjingan masyarakat terhadapnya
perlahan-lahan berkurang. Hal ini telihat dalam banyaknya komentar netizen dalam postingan
fotonya di platform Instagram yang memuji sikap awkarin, kesuksesan Awkarin serta sikapnya
yang semakin dewasa. Hal ini terbukti dengan wujud keperdulian Awkarin terhadap lingkungan
serta masyarakat seperti, membantu korban kabut asap dengan mengumpulkan donasi dengan
memanfaatkan ketenarannya hingga turun langsung ke Kalimantan untuk menyampaikan donasi,
memberi bantuan berupa kebutuhan konsumsi kepada mahasiswa saat
demo menolak RUU KUHP serta turun membersihkan sampah setelah demonstrasi, menjadi
relawan saat gempa dan tsunami di Palu.

Selain itu, ia lebih bijak dalam menggunakan kekuataan media massa yang
dimilikinya dengan memberikan dampak-dampak yang lebih positif. Seperti menunjukan
tentang seni, menyuarakan jiwa anak muda, bangga karya anak muda, membantu brand lokal
untuk berkembang, kemudian merintis beberapa usaha yang sukses dijalankan olehnya,
memakai pakaian yang lebih tertutup dan menunjukan pengetahuanya yang luas akan
berbagai aspek maupun ilmu pengetahuan. Salah satu bentuk kecerdasan milik Awkarin
tertuang dalam salah satu video youtubenya yang berjudul “Exposure” yang diunggah pada
24 Agustus 2019 yang telah ditonton lebih dari 1 juta penonton.

Dalam video exposure tersebut, ia menggunakan baju yang tertutup, serta membuat
konsep video yang diselimuti dengan pengetahuan akan manusia. Dalam video tersebut, ia
menjelaskan bagaimana perkembangan sejarah manusia hingga sistem pertukaran pembayaran
dalam sejarah manusia. Selain itu, video tersebut diunggah sebagai bentuk responnya terhadap
gunjingan masyarakat mengenai dirinya yang dianggap influencer bodong yang menjual jasa
exposure demi mendapatkan hal yang diinginkannya secara cuma-cuma sehingga bentuk
promosi yang dilakukannya dianggap bohong dan menipu pengikutnya.

Gunjingan tersebut dilontarkan terhadapnya dikarenakan pada umumnya Influencer


di Indonesia cenderung dibayar dengan nominal tertentu sesuai dengan rate card miliknya
sesuai dengan kekuatan nilai exposure dengan mempromosikan produk atau jasa tertentu,
hal ini dikenal sebagai endorse. Namun, Awkarin melakukan sistem berbeda yaitu
menukarkan jasa exposure-nya dengan suatu jasa atau produk yang dibutuhkannya dari
beberapa perusahaan tertentu. Hal ini, bertentangan dengan sistem dimana mata uang
sebagai bentuk pertukaran yang diakui dunia. Sehingga masyarakat menggangap awkarin
memanfaatkan ketenarannya demi hal-hal yang diinginkan atau dibutuhnya sebagai sesuatu
hal yang salah dan melanggar sistem ataupun budaya yang ada.

Hal ini mungkin disebabkan pula karena label negatif yang melekat padanya sehingga
persepsi tersebut sulit lepas darinya. Oleh karena itu, ia mengungkapkan bagaimana
pandangannya serta nilai kekuatan exposure miliknya dalam video tersebut. Ia menyatakan
bahwa menurut manusia merupakan mahkluk yang dapat berkerja sama dengan flexibilitas
terbaik dalam skala dan kerumunan yang besar. Bentuk kerja sama manusia yang dimaksud,
dapat berupa tukar menukar value yang sudah ada sejak dahulu sebelum adanya uang atau
yang kita kenal dengan barter. Bentuk pandangan yang berbeda inilah yang membuat
awalnya dirinya ragu dan merasa bahwa pandangan ini salah karena berbeda berdasarkan
pandangan masyarakat luas, namun kemudian ia menggumpulkan beberapa ahli dan
clientnya untuk memberikan penjelasan secara ilmiah untuk mendukung pandangannya.

Sehingga perspektif masyarakat terhadapnya pun berubah, terlihat dalam komentar


masyarkat dalam video tersebut. Komentar netizen ini disaring berdasarkan komentar teratas
(top comment) yang memiliki jumlah like tertinggi dan keterkaitannya terhadap Awkarin
maupun video tersebut, komentar tersebut menyatakan kekaguman mereka terhadap
kecerdasan Awkarin serta memuji perubahan Awkarin yang menjadi lebih dewasa dan lebih
baik. Selain itu, dalam akun Instagram Awkarin terdapat beberapa foto unggahannya yang
dirinya memakai pakaian tertutup, mengenakan baju kebudayaan, berhijab, maupun foto
dengan konten “Kelana Karin” mengenai keindahan Indonesia, menjadi volunteer dalam
beberapa kegiatan sosial serta mengumpulkan donasi, maupun bentuk pencapaiannya yang
ia dapatkan dengan jerih payahnya. Konten maupun sikap tersebut yang ia tunjukan kepada
masyarakat membuat persepsi masyarakat terhadapnya menjadi lebih positif khususnya
terhadap hal yang telah disebutkan sebelumnya.

Hal ini membuktikan bahwa nilai positif maupun negatif persepsi juga ditentukan
berdasarkan unsur kebudayaan yang merupakan salah satu faktor lingkungan dalam persepsi.
Dimana perilaku Awkarin yang mengenakan baju yang sopan bahkan berbudaya dan
berkeTuhanan, bangga terhadap Indonesia dengan mengunjungi berbagai provisi di Indonesia
dan menunjukan keindahan Indonesia maupun mengupas kehidupan masyarakat kecil di
provinsi tertentu sebagai bentuk sikap patriotisme serta rasa cinta tanah air, kemudian menjadi
voluntir dalam berbagai kegiatan sosial dan bencana alam sebagai bentuk gotong royong
merupakan perilaku yang sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang berdasarkan nilai
Pancasila serta UUD 1945 dapat merubah sebagian besar persepsi masyarakat dari negatif
menjadi positif terhadapnya. Selain itu dirinya juga membuktikan bahwa ia sukses dalam
mengapai mimpinya sehingga menjadi sosok inspirasi bagi kaum muda bukan sebagai sosok
bad influence (pengaruh negatif) seperti yang di label oleh masyarakat waktu dulu padanya.
Chapter Four

Hidupmu adalah hidupmu


Namun hidupmu tumbuh di tengah hidup
lingkunganmu
Hiduplah dengan
caramu Selarasakan dengan hidup
lingkunganmu
maka kau akan hidup damai
-Unknown

Berdasarkan konsep persepsi serta konsep budaya di Indonesia, dapat disimpulkan


bahwa budaya merupakan salah satu unsur kehidupan dalam lingkungan individu maupun
masyarakat sedari kecil. Masyarakat tidak akan lepas dari kebudayaan dimana kebudayaan
akan selalu berada dimanapun seseorang tumbuh dan berkembang berupa pengalaman
hidupnya sehingga mempengaruhi pandangan serta pengetahuan individu. Sehingga,
kebudayaan mempengaruhi bagaimana persepsi individu secara kolektif terhadap sesuatu
terlebih terhadap konteks nilai positif negatif maupun baik buruk seseorang. Apabila
perilaku seseorang berbanding lurus dengan nilai kebudayaan yang ada dalam tataan
masyarakat tertentu maka persepsi terhadapnya akan bernilai positif sedangkan apabila
berbanding terbalik dengan kebudayaan yang ada maka persepsi terhadapnya akan negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Harsya W., Mattulada, Haryati Soebadio. 1985. Budaya dan Manusia Indonesia.
Yogyakarta: Hanindita.

Alexander, Paul. Ed. 1989. Creating Indonesian Cultures. Sydney: Oceania Publications.

Linton, Ralph. 1936. A Study of Man. New York: Appleton Century Crafts Inc.
Maran, Rafael Raga. 1995. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Melalatoa, M. Junus (Penyunting). 1997. Sistem Budaya Indonesia. Jakarta: FISIP UI


dengan PT Pamator.

Rakhmat, Jalaluddin (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Porter, Richard E. & Samovar, Larry A. (2001). “Suatu Pendekatan Dalam Komunikasi
Antar Budaya” dalam Komunikasi Antar Budaya. Ed. Mulyana, Deddy & Rakhmat,
Jalaluddin. Bandung: Remaja Rosdakarya

Kismadi. (1988). Kumpulan Materi Kuliah Lingkungan Sosial Budaya. Jakarta: Program
Studi ILEM, Pascasarjana UI.

Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Abdur Rahman Abror. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Tiara Wacana

Yogya Bimo Walgito. (1997). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset

Jannah, Tri Zahrotul. 2012. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Komunikasi Interpersonal
Guru – Siswa Dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sokanegara II
Purwokerto. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Linton, Ralph. 1936. The Study of Man. New York: Appleton-Century-Crofts, Inc.

Adler, E. (1997). Imagined (Security) Communities: Cognitive Regions in International

Relations. Millennium: Journal of International Studies

Varner, Iris. Beamer, Linda. Intercultural Communication In The Global Workplace.Third


edition. Mc Graw Hill Singapore. 2005

Alo, Liliweri. 2002. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Pustaka Pelajar Offset.

Yogyakarta.
LAMPIRAN

 Gambar infografis hasil riset Muda Bermakna dan Kata Data

 Berikut cuplikan video dimana Awkarin menangis dalam video surprisenya


untuk Gaga 2016 lalu beserta beberapa top comment dalam video tersebut
 Berikut beberapa potongan video “Exposure” berupa foto

Anda mungkin juga menyukai