DOSEN PENGAMPU
Kartina, S.Pd
DISUSUN OLEH
Siti Suendah
2019/2020
KATA PENGANTAR
Makalah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut
berkontribusi di dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima
segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami
bisa melakukan perbaikan sehingga nantinya menjadi makalah yang baik dan benar.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ..........................................................................................17-18
B. Saran ..........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Gardner dalam Sujiono (2010:176) menyatakan bahwa
kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah,
menciptakan produk yang berharga dalam satu atau beberapa lingkungan
budaya masyarakat. Menurut Bandler dan Gainder dalam Sujiono
(2010:176) kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berpikir seseorang
yang dapat dijadikan modalitas belajar, hampir semua orang cenderung
pada salah satu modalitas belajar yang berperan pada saringan untuk
pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. Menurut Sefrina (2013:33)
kecerdasan yaitu kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang rumit dalam situasi apa pun. Kecerdasan juga
merupakan kemampuan seseorang dalam menghasilkan suatu produk yang
berguna bagi dirinya dan orang lain. Kecerdasan senantiasa berkembang
dengan berjalannya kehidupan seseorang. Oleh karena itu pada dasarnya
setiap anak memiliki kecerdasan. Hanya tingkatnya yang berbeda-beda.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah untuk menemukan
jalan keluar dari masalah-masalah dengan menggunakan pemahaman yang
baru. Menurut Gardner dalam Musfiroh (2008:112) setiap orang (nyaris)
mempunyai 9 kecerdasan dalam kadar yang berbeda: verbal-linguistic,
logical-mathematical, visual-spatial, musical, naturalist, kinesthetic,
interpersonal, intra personal, dan eksistensial. Suatu kecerdasan selalu
berfungsi bersama-sama dengan kecerdasan lain, dan peran orang dewasa
yang tepat akan mampu merangsang pemekaran kecerdasan-kecerdasan
tersebut. Meski pun demikian, setiap pecerdasan dapat diidentifikasi secara
mandiri (Gardner, 2003).
Pemerintah, menandaskan bahwa salah satu tujuan Pendidikan Anak
Usia Dini adalah untuk memperkenalkan pola-pola bunyi dalam suatu
lingkungan yang bermakna, memiliki sensitivitas terhadap irama, serta
1
mengapresiasi seni, kemanusiaan, dan ilmu pengetahuan (Puskur Balitbang,
2002). Hal ini menunjukan bahwa stimulasi musikal memiliki eksistensi
yang esensial dalam kurikulum berbasis kompetensi, di samping memiliki
fungsi yang fundamental dalam perkembangan Anak Usia Dini. Musik
dapat dijadikan sarana dan materi pembelajaran anak dalam banyak hal.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan musikal memiliki kecenderungan
yang kuat untuk “belajar” melalui ritmik, nada, pola-pola bunyi, dan lagu.
Musik mempunyai peranan penting, selain dapat mengembangkan
kreatifitas, musik juga dapat membantu perkembangan individu,
mengembangkan sensitivitas, membangun rasa keindahan, mengungkapkan
ekspresi, memberikan tantangan, melatih disiplin, dan mengenalkan sejarah
budaya bangsa.
Dalam sejarah kehidupan manusia, musik telah menjadi sarana
untuk mewariskan setiap ilmu pengetahuan dari setiap generasi. Sebelum
ada buku untuk menyimpan informasi, orang zaman dahulu harus
menyimpan semuanya dalam benak mereka dan untuk membantu
mengingatnya, mereka menggunakan musik atau irama.
Ada pun makalah ini akan mengangkat permasalahan tentang apa itu
kecerdasan musikal, komponen kecerdasan musikal, sistem neurologi
kecerdasan musikal, indikator kecerdasan musikal anak usia dini, serta
bagaimana cara mengembangkannya pada anak usia dini. Perlu bagi kita
sebagai guru untuk mengetahuinya sehingga dalam proses belajar mengajar
kita dapat memilih serta menerapkan metode yang tepat.
B. Rumusan masalah
Ada pun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini ialah sebagai
berikut :
1. Apa itu kecerdasan musikal?
2. Bagaimana komponen kecerdasan musikal?
3. Bagaimana sistem neurologi kecerdasan musikal?
4. Bagaimana indikator kecerdasan musikal anak usia dini?
2
5. Bagaimana cara mengembangkan kecerdasan musikal pada anak usia
dini?
C. Tujuan
Ada pun tujuan penulisan dari makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu kecerdasan musikal.
2. Untuk mengetahui bagaimana komponen kecerdasan musikal.
3. Untuk mengetahui bagaimana sistem neurologi kecerdasan musikal.
4. Untuk mengetahui bagaimana indikator kecerdasan musikal anak usia
dini.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan kecerdasan
musikal pada anak usia dini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Kecerdasan musik merupakan kecerdasan yang paling dini muncul.
Kecerdasan ini sudah tampak ketika anak-anak masih sangat kecil
(Armstrong, 2002, Campbell, 2002, Schmidt, 2002). Bahkan sejak dalam
kandungan, manusia hidup dengan irama detak jantung, pernapasan, dan
irama metabolisme dan aktivitas gelombang otak yang lebih peka. Anak-
anak yang dirangsang “kemusikannya” sejak dini cenderung memiliki
kemampuan bermusik yang lebih baik. Demikian juga sikap manis dan
hangat para pengasuh dan guru mereka (lihat Campbell, 2002 : 145).
5
Berikut ini beberapa pentingnya kecerdasan musikal (Suyadi, 2009 :
225-234) antara lain :
Oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa dengan musik, orang tua
dan pendidik dapat menstimulasi berbagai jenis kecerdasan lain pada
diri anak.
4. Terapi psikologis
Kecerdasan musikal merupakan fondasi dan stimulasi bagi
kecerdasan lainnya. Di sisi lain musik mampu membangkitkan
semangat belajar anak karena dibentuk oleh rasa senang dalam hatinya.
Semuanya berangkat dari hati yang senang. Kalimat ini lah yang lebih
mudah untuk melukiskan peranan musik bagi keberhasilan
pembelajaran. Dengan perasaan senang ini lah, semua aktivitas,
6
terutama belajar, tidak akan dihantui oleh rasa khawatir karena tidak
akan lulus atau gagal dalam usaha.
7
C. Sistem neurologi kecerdasan musikal
Kecerdasan musikal memiliki lokasi di otak sebelah kanan (hemisfer
kanan), khususnya lobus temporalis (daerah sekitar telinga). Lobus ini
berkaitan dengan semua bagian cerebrum (otak besar), cerebellum (otak
kecil), dan batang otak. Fungsi dari lobus ini memungkinkan seseorang
dapat mengenali berbagai suara atau bunyi-bunyi nonverbal, termasuk suara
musik, bel, dan lonceng (Markan dan Markam, 2003).
Lobus temporal kanan berfungsi membedakan pola-pola intonasi
yang rumit. Lobus ini berperan dalam membedakan pola-pola musik dan
pembeda suara orang. Kerusakan pada lobus temporal mengakibatkan
gangguan yang disebut ognasia musik, yakni ketidak mampuan mengenal
kembali lagu-lagu yang telah dikenal sebelumnya (Dharmaperwira-Prins,
2004).
Kecerdasan musikal merupakan kecerdasan manusia yang pertama
kali berkembang secara neurologis. Sejak dalam kandungan, bayi telah
menangkap suara, irama dan getaran. Rangsangan tersebut mempengaruhi
perkembangan otak si bayi. Musik menstimulasi seluruh otak karena ketika
mendengarkan lagu, otak kiri memproses lirik, sementara otak kanan
memproses musiknya (Lwin, et.al.2005).
8
Mereka memiliki suara relatif cocok untuk menyanyikan lagu.
Individu ini memiliki warna suara yang enak didengar oleh telinga
pendengarnya.
2. Dapat mengenali dan menunjukkan nada-nada yang sumbang.
Mereka mampu menyesuaikan suara dengan nada pada musik. Suara
mereka padu dalam dengan musik. Mereka dapat merasakan apabila ada
ketidak cocokan antara suara dengan musik.
3. Senang mendengarkan musik di radio, piringan hitam, kaset atau CD.
Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mendengarkan musik di
berbagai tempat.
4. Dapat memainkan alat musik.
Mereka senang terhadap alat musik tertentu dan berusaha
memainkan satu atau lebih alat musik, mungkin pula dalam menguasai
berbagai alat musik.
5. Mereka merasa tidak nyaman apabila tidak mendengarkan/terlibat
dengan musik.
6. Sambil berjalan, tanpa disadari sering melantunkan lagu atau jingle
iklan.
7. Mampu mengingat lagu atau musik dengan cepat dan akurat.
8. Mudah mengikuti irama musik dengan menggunakan perkusi
sederhana.
9. Mengenal berbagai macam nada-nada berbagai macam lagu atau karya
musik.
10. Sering mengetuk-ngetukan jari secara berirama atau bernyanyi kecil.
9
1. Anak suka memukul-mukul benda di sekelilingnya, seperti meja, pintu,
dan panci sambil menyanyi atau mengetuk-ngetukan jarinya pada
benda.
2. Anak dapat menyanyi dengan baik, teratur, dan relatif lebih merdu
daripada teman sebayanya (Usia 4-6 tahun).
3. Anak suka memperhatikan lagu di berbagai media, baik media televisi,
radio, kaset, CD, dan cepat dalam meniru.
4. Anak menikmati gerak dan lagu seperti dalam senam. Ia dapat
menyinkronkan antara gerak dan lagu atau musik.
5. Anak mampu bernyanyi secara koor atau kelompok.
10
kita memiliki kecerdasan musikal yang cukup baik untuk memainkan
sebuah instrumen dalam sebuah simfoni orkestra, salah satunya adalah
angklung. Angklung merupakan instrumen irama. Instumen irama
memberikan kesempatan untuk melatih kompetensi pukulan dan irama serta
menemukan cara-cara kreatif untuk menghasilkan suara.
11
tidak perlu memaksakan anak untuk dapat menghafalkan lirik lagu
dengan cepat karena hal itu juga terkait dengan perkembangan
bahasanya, yang terpenting adalah anak dapat melantunkan melodi dari
sebuah lagu dengan baik dan sesuai.
3. Perdengarkan lagu atau musik setiap hari
Orang tua dapat memperdengarkan lagu/musik dengan suara yang
lembut atau tidak keras. Pada masa bayi, orang tua dapat
memperdengarkan musik-musik instrumental tanpa lirik untuk melatih
kepekaan anak akan suara/bunyi-bunyian. Selanjutnya barulah
memperdengarkan lagu-lagu berlirik dengan tujuan sekaligus
meningkatkan kemampuan bahasanya.
4. Fasilitasi anak agar dapat bermain alat musik.
Bermain alat musik merupakan cara yang ampuh untuk
mengembangkan kemampuan musikal anak. Apabila orang tua tidak
mampu menyediakan alat musik yang berharga mahal, cukup sediakan
kotak bekas atau galon air mineral yang kosong untuk dijadikan alat
musik perkusi. Semakin ia menyukai alat musik, semakin anak
termotivasi untuk memainkan alat musik. Melibatkan anak dalam
kegiatan bermusik, selain sebagai sarana meningkatkan kemampuan
musikalnya, juga sarana untuk bersosialisasi. Sebagai contoh, libatkan
anak dalam kegiatan paduan suara atau group drum band di sekolahnya
atau bermain alat musik angklung secara berkelompok.
5. Perkenalkan musik saat kegiatan belajar
Anak dengan kecerdasan musik yang menonjol, akan lebih
memahami suatu konsep dengan bantuan musik, anak lebih mudah
mengingat nada-nada dalam sebuah lagu, dari pada hanya kata-kata
tanpa nada. Oleh karena itu, musik dapat membantu anak di dalam
mengingat sesuatu dan memahami sesuatu.
6. Beri motivasi anak untuk menciptakan lagu
Saat anak sudah dapat memahami konsep-konsep musik dengan
baik, motivasi anak untuk menciptakan sebuah lagu atau rangkaian
melodi yang indah. Beri pujian pada anak saat anak berhasil menyusun
12
melodi yang indah. Beri pujian pada anak saat anak berhasil menyusun
melodi-melodi tersebut dan motivasi untuk melakukannya.
7. Fasilitasi anak untuk mengikuti kompetensi musik
Kompetensi bermusik bukan hanya kompetensi bernyanyi, bisa juga
kompetensi bermain alat musik atau menciptakan lagu. Apabila anak
ingin mengikuti kompetensi tersebut, fasilitasi kebutuhan anak. Mulai
dari proses pendaftaran hingga alat bantu yang dibutuhkan anak.
13
Musik bagi mereka, membantu mempelajari sesuatu yang baru (Armstrong,
2002 : 79). Oleh karena itu, sangat bijaksana jika para pendidik
menyediakan perangkat bermusikal seperti lagu-lagu dalam kaset, untuk
membantu mereka.
Stimulasi yang dapat diberikan untuk tiap-tiap usia (yang dalam hal ini
dibagi menjadi 3 yakni usia 3-12 bulan, 1-3 tahun, dan 3-6 tahun) adalah
sebagai berikut :
14
Dimotivasi
“menuangkan ekspresi
melalui lagu sendiri”
Memajankan konsep
notasi musik secara
informal :
bergelombang, naik,
turun, lembut, rata
langsung.
Rangsangan kecerdasan musikal pada anak usia dini dapat diterapkan
bersama-sama dengan rangsangan pengembangan berbagai aspek. Dalam
hal ini, musik dipergunakan sebagai media pendidikan dan pengembangan
aspek-aspek pengembangan dalam diri anak. Hal-hal yang dapat dilakukan
guru antara lain adalah sebagai berikut :
15
Semua jenis kecerdasan, meskipun memiliki lokalisasi sendiri dalam otak,
perlu distimulasi secara bersama-sama (Gardner : 2003).
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecerdasan musikal merupakan gabungan dari kemampuan mengenali
pola nada, tinggi-rendahnya nada, melodi, dan irama, ditambah dengan
kepekaan dalam menangkap aspek-aspek bunyi dan musik secara mendalam
atau penuh perasaan (Schmidt, 2002 : 34).
17
8. Anak suka memperhatikan lagu di berbagai media, baik media televisi,
radio, kaset, CD, dan cepat dalam meniru.
9. Anak menikmati gerak dan lagu seperti dalam senam. Ia dapat
menyinkronkan antara gerak dan lagu atau musik.
10. Anak mampu bernyanyi secara koor atau kelompok.
B. Saran
Meski dalam ukuran dan bentuk yang berbeda, pada dasarnya setiap
orang memiliki potensi kecerdasan musikal. Oleh karena itu pendidikan seni
musik menjadi penting bahkan sejak usia dini sekali pun. Anak-anak perlu
diberi stimulus yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan musikalnya.
Melalui pendidikan musik yang tepat dan terarah akan membantu
mengembangkan manusia menjadi lebih berbudaya, memiliki
keseimbangan antara pikiran, perasaan, dan perilakunya.
18
DAFTAR PUSTAKA