Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERKERASAN JALAN TEORI


“BETON”

DI SUSUN OLEH

LUTFALLAHI

1801022051

PRODI D-3 TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI PADANG


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Beton” ini dengan baik
meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai struktur beton. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Padang, 3 mei 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………… 3

2.1 Sejarah Beton ……………………………………………………… 3

2.2 Pengertian Beton …………………………………………………. 4

2.3 Sifat-Sifat Beton …………………………………………………. 5

2.4 Jenis-Jenis Beton …………………………………………………. 6

2.5 Kelebihan dan Kekurangan beton ……………………………… 10

2.6 Bahan-Bahan Penyusun Beton ………………………………….. 11

BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 19

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………… 19

3.2 Saran ……………………………………………………………… 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 21


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BETON

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan
mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti
Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut
legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana
peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton.

Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai
bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran
batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di
Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya
Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.

Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimia sejumlah
material pembentuknya. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara
semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,dengan atau
tanpa bahan tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1).

Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan tulisannya tentang prinsip-prinsip konstruksi dengan
meninjau kelemahan bahan beton terhadap tariknya. Kemudian pada tahun 1850, J.L.Lambot untuk
pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk di pamerkan pada pameran dunia
tahun 1855. Lalu J. Monir, seorang ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka metal sebagai
tulangan beton untuk mengatasi tariknya pada tempat tamannya. Pada tahun 1886,seorang warga
negara Jerman yang bernama Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur
beton. Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :

 Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;


 J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua bahan
konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama memikul beban);
 F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap, pipa dan
kubah;
 Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang sebagai
penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban akibat berat
sendiri;
 Neuman melakukan analisis letak garis netral;
 Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
 E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.

Contoh Pemakaian Konstruksi Beton pada Jamannya :

 Bangunan kubah Pantheon didirikan th 27 SM;


 Pemakaian Pot bunga dari beton yang menggunakan kawat anyaman (produk dipatenkan
oleh Joseph Monier tahun 1867);
 Pembuatan kapal beton yang dilengkapi penulangan (tahun 1855);
 Jembatan Lamnyong-Darussalam; dan
 Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

2.2 PENGERTIAN BETON

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton berarti
campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur
air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.

2.3 SIFAT-SIFAT BETON

Sifat dan karakteristik beton :

a) Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta
tegangan hancur tarik yang rendah
b) Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul momen
lengkung atau tarikan
c) Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak yang makin
lama makin besar
d) Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal dengan
proses hidrasi
e) Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran sehingga
beton dapat dipadatkan dengan mudah
f) Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen berjarak
semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.
g) Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa dan
mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang tinggi.
h) Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus dipertahankan
untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
i) Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi akan
mampu memikul beban luar yang bekerja padanya
j) Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka
dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik
k) Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima gaya tekan
serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.
l) Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative rendah.
m) Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai 50 tahun
serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman terhadap
bahaya kebakaran.
n) Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi dengan massa jenis γc
sekitar 2400 kg/m3 bahan ini memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg setara dengan
1 kN, di mana gravitasi dalam cm/dt2), mengakibatkan bangunan beton sangat berat
o) Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa susut dan
rangkak.

2.4 JENIS-JENIS BETON

Beton dibedakan dalam 2(dua) kelompok besar yaitu :

 Beton Keras

Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik, kekuatan tekan, tegangan dan
regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan dan kekedapan terhadap air .
Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena merupakan
gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan struktu beton. Berbagai test uji kekuatan
dilakukan pada beton keras ini antara lain :

a) Uji kekuatan tekan ( compression test)


b) Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test )
c) Uji kekuatan lentur
d) Uji lekatan antara beton dan tulangan
e) Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.

 Beton Segar

Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi pemilihan peralatan yang
dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan mempengaruhi sifat-sifat beton
pada saat mengeras. Ada 2(dua) hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton :

a) Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras,
seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume.
b) Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam
kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan
segregation.
Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi kebanyakan
dari pengetesan tersebut hanya bersifat empiris. Hanya sedikit yang memenuhi standart, dan semua
test tersebut bersifat ‘a single point test’ jadi tidak dapat dibandingkan satu samalainnya karena
mereka mengukur sifat-sifat beton yang berbeda. Walaupun begitu adalah penting untuk
mendapatkan beberapa dari sifat workabilitas karena penting untuk control kualitas. Pengukuran
workabilitas yang telah dikembangkan antara lain:

a) Slump test
b) Compaction test
c) Flow test
d) Remoulding test
e) Penetration test
f) Mixer test

Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi sepuluh macam.

 Beton Mortar

Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga ragam mortar
yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen yang dipasangi
anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton ini memiliki kekuatan tarik
dan daktilitas yang baik.

 Beton Ringan

Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Beberapa
orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-gelembung udara di
dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-
porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian membesar. Hasilnya,
bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis. Beton
ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur.

 Beton Non-Pasir

Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir, melainkan hanya
kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-celah kerikil
sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada
beton ini juga lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur ringan, kolom dan
dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.

 Beton Hampa

Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer adukan beton
memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah bereaksi dengan
semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali
dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit.

 Beton Bertulang

Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu diketahui, beton
mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh karena itu,
tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik
meningkat. Beton bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai,
kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.

 Beton Pra-Tegang

Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang. Perbedaan
tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton harus ditegangkan
terlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami keretakan walaupun menahan beban
lenturan yang besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk menyangga struktur
bangunan bentang lebar.

 Beton Pra-Cetak

Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton pra-cetak. Beton
ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain itu, pemilihan beton
tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia.
Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
pembangunan dan pengadaan material.

 Beton Massa

Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak. Penuangan beton ini juga
sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara volume dan luas
permukaannya pun sangat tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang berukuran
lebih dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar bangunan, dan
bendungan.

 Beton Siklop

Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai bahan pengisi
tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm. Bahan ini lantas
ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton siklop
seringkali dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.

 Beton Serat

Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam adukan
beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik, kawat baja, hingga
tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas pada beton
tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.

2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON

Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat (terkadang bahan tambah,
yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia)
pada perbandingan tertentu.

Kelebihan dari beton adalah:

 Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal,
kecuali semen Portland.
 Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk
rendah
 Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat tahan
terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.
 Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan batu.
 Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan
ukuran seberapapun tergantung keinginan

Kekurangan dari beton adalah:

 Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.
 Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah
sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar
untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
 Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu
dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat
perubahan suhu.
 Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air
yang membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.
 Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama
agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama
pada struktur tahan gempa.

2.6 BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON

1. SEMEN.

Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan garam.
Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi.
Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam
proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
d. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash).
Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang
mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam
berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton,
sehingga menjadi lebih keras.

Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland adalah
bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker
(bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai
tambahan.

2. AGREGAT

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar
(aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat
dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar. Agregat halus untuk beton
adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat
kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara
5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.

Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;

-Ditinjau dari asalnya

1. Agregat alam

Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil penghancurannya. Jenis
batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga
dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah
butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena
perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.

Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.


a. Kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari
batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus
air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang
terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau
beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen
sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena
perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat
agregat tersebut.
b. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang
kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena
luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan
kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah
akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan menggunakan
pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi ,
karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang
halus.
c. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang
bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.

2. Agregat buatan

Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau karena
kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan:

a. Klinker dan Breeze

Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras dan
berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu yang
kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan yang
mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan.
Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap
dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi blok
dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya.

b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang tanah liat dan batu tulis yang terjadi
secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan berpori yang ringan, dengan permukaan
yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.

c. Cooke breeze

Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang
sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara
Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %.
Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam
pemakaiannya perlu mendapat perhatian.

d. Hydite

Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah liat
kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur berputar
pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-
bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga
mencapai susunan butir yang diperlukan.

e. Lelite

Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa karbon.
Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada
suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di
bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-
lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan butiran-
butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan
guna menghambat suara dan panas.

Ditinjau dari berat jenisnya

1. Agregat Ringan

Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan biasanya digunakan
untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan untuk beton struktural atau blok
dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya
ringan dan fondasinya dapat lebih kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
Beberapa contoh agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.

2. Agregat Normal

Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 sampai 2,7. agregat ini berasal
dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang dihasilkan memiki berat jenis sekitar
2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai 40 Mpa. Betonnya dinamakan beton normal

3. Agregat Berat

Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya magnetik (Fe2O4),
barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0),
yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi sinar X.
Ditinjau dari Bentuknya

1. Bulat

Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga udara minimum
33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen untuk menghasilkan adukan beton yang
baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat
berbentuk bulat sebagian mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat, yaitu
berkisar 35-38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta semen lebih banyak untuk
mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).

2. Bersudut

Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan permukaannya kasar. Termasuk
jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga
yang lebih besar, yaitu antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga membentuk
daya lekat yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis
perkerasan jalan.

3. Pipih

Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dan tertebal pada
butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.

4. Memanjang (Lonjong)

Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan terlebar
lebih dari 3.

1) Ditinjau dari tekstur permukaan


1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian.
2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan
tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu
kapur, dan sebagainya.
3. Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-
butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.
4. Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya
butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5. Agregat berpori dan berongga.

3. AIR DAN BAHAN CAMPURAN

Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang dipakai untuk
mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak
mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk
itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran
beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan
kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang
diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk beton yang
tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan baja
berkarat.

Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton yang lemah
dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa volume
yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu
diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat campuran. Ada
beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik
tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah. Ada
beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat pembawa dan zat untuk
pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan
dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini
adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam
semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat
tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat pendispersi.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton tersebut pun
memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah
diuraikan pada bagian pembahasan.

Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan
zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi,
tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping mempunyai
kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan,
dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan beton
pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.

3.2 SARAN

1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur, pekerjaan penulangan
beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika tidak kualitas beton menurun.
2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan pedoman
– pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya
selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti dalam hal peraturan
perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan struktur beton, harga matrial terbaru
dan sebagainya.
3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan berpedoman pada
faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pengalaman tenaga kerja serta
segi ekonomisnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://duniatekniksipil.web.id/category/struktur-beton/

http://sukamabar.blogspot.co.id/2013/06/tentang-struktur-beton-bertulang.html

http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40304/mod_resource/content/1/Panduan%20Belajar%20SBD%
20Rev%201.pdf

Anda mungkin juga menyukai