Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No.

1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

Pengaruh Nebulizer, Infra Red dan Chest Therapy terhadap Asma Bronchiale
Kuswardani *, Didik Purnomo **, Suci Amanati ***
Akademi Fisioterapi Widya Husada Semarang

ABSTRAK

Asma Bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode episodik
spasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus). Spasme
bronkus itu menyempitkan jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan
menimbulkan bunyi mengi. Tahun 2006, jumlah penderita asma diperkirakan mencapai 300 juta
orang di dunia, angka ini diperkirakan akan terus meningkat 400 juta orang pada 2025. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh nebulizer, infra red dan chest therapy
terhadap penderita asma bronchial. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita asma
bronchiale. Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang
secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari
pemeriksaan Sesak Napas dengan skala borg. Skala Borg sebagai pemeriksaan sesak nafas. Hasil
uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti sesak
nafas sesudah dan sebelum tindakan nebulizer, infra red dan chest therapy tidak sama.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Nebulizer, infra
red dan Chest Therapy dapat mengurangi sesak nafas pada penderita asma bronchial.

Kata Kunci: Nebulizer, Infra red, chest therapy, dan asma bronchiale

ABSTRACT

Asthma Bronchial is cronic inflammatory disease of the airways that causes periodic attacks of
coughing, wheezing, shortness of breath, and chest tightness. Bronchospasm (a bronchial spasm)
narrowed its breath, thus making the breathing becomes difficult and raises the sound of
wheezing. In 2006, the number of asthmatics was about 300 million people in theworld, it
continued to rise 400 million people in 2025. This research reports the influence of the nebulizer,
infra red and chest therapy onasthma bronchial sufferers. This research population was
asthmabronchial patients. The sample of this research used the entire population of patients. The
overall were 8 patients. The collection of data obtained from the examination of shortness of
breath with the Borg Scale. The Borg Scale examined the shortness of breath. The results
showed t-test Sig. = 0.000 (< 0.05), Ho was rejected and Ha was accepted. It means that the
shortness of breath after and before nebulizer, infra red and chest therapy was not the same. The
results of data analysis and discussion shows that the Nebulizer, infra red and Chest Therapy can
reduce shortness of breath in patients with bronchial asthma.

Kata Kunci : Nebulizer, infra red dan Chest Therapy, and asthma bronchial

Pengaruh Nebulizer, Infra Red, dan ......... (Kuswardani, Didik Purnomo dan Suci Amanati), hlm. 49-56

49
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

A. PENDAHULUAN meningkat 400 juta orang pada 2025. Di


Asma Bronchial adalah penyakit dunia, penyakit asma termasuk 5 besar
inflamasi obstruktif yang ditandai oleh penyebab kematian, diperkirakan 250 ribu
periode episodik spasme otot-otot polos orang kematian setiap tahunnya karena
dalam dinding saluran udara bronchial asma. Tingginya angka tersebut banyak
(spasme bronkus). Spasme bronkus itu disebabkan oleh kontrol asma yang buruk
menyempitkan jalan nafas, sehingga serta sikap pasien dan dokter yang seringkali
membuat pernafasan menjadi sulit dan meremehkan tingkat kontrol asma. Pada
menimbulkan bunyi mengi (Asih, 2003). penderita asma, penyempitan saluran
Pada penderita asma, penyempitan pernapasan merupakan respon terhadap
saluran pernapasan merupakan respon ransangan, yang pada paru normal tidak
terhadap ransangan, yang pada paru normal akan mempengaruhi pernafasan.
tidak akan mempengaruhi pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai
Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai macam ransangan, seperti serbuk sari, debu,
macam ransangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan
bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Pada serangan asma, otot polos
olahraga. Pada serangan asma, otot polos bronchi mengalami kontraksi, dan jaringan
bronki mengalami kontraksi, dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami
yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan
pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir yang berlebihan ke
dan pelepasan lendir yang berlebihan ke saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan
saluran udara ( disebut bronkokonstriksi) penyempitan ini mengakibatkan penderita
dan penyempitan ini mengakibatkan harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat
penderita harus berusaha sekuat tenaga bernapas.
supaya dapat bernafas (Junaidi,2010). Berdasarkan sudut pandang fisioterapi,
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan pasien asma bronchial menimbulkan
Dunia (WHO) tahun 2006, jumlah penderita berbagai problematik yaitu impairment
asma diperkirakan mencapai 300 juta orang berupa adanya sesak napas, kesulitan
di dunia, angka ini diperkirakan akan terus mengeluarkan sputum, dan fungsional

Pengaruh Nebulizer, Infra Red, dan ......... (Kuswardani, Didik Purnomo dan Suci Amanati), hlm. 49-56

50
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

limitation meliputi gangguan aktivitas telah ada untuk dapat melakukan gerakan-
sehari-hari, dapat terhambat bila tidak segera gerakan yang berfungsi serta memiliki
dilakukan fisioterapi. tujuan tertentu, sehingga dapat beraktifitas
Nebulizer adalah alat yang digunakan normal (Priyatna, 1985).
untuk merubah obat dari bentuk cair ke Dari problematik yang ditimbulkan oleh
bentuk partikel aerosol. bentuk aerosol ini asma bronchial, fisioterapi memberikan
sangat bermanfaat apabila dihirup atau modalitas yaitu infra red yang dapat
dikumpulkan dalam organ paru. Efek dari mengurangi spasme otot pernapasan,
pengobatan ini adalah untuk mengembalikan sehingga otot-otot akan menjadi rileks dan
kondisi spasme bronkus (Pratyanata, 2011). terapi latihan berupa breathing exercise dan
Infra Red dapat mengurangi spasme postural drainage, tappotement, batuk
otot pernapasan dimana (Sujatno et al, 2003) efektif yang dapat membantu mengeluarkan
sinar infra red adalah pancaran gelombang sputum.
elektromagnetik dengan panjang gelombang Berdasarkan permasalahan diatas
7700-4 juta Ǻ, letak diantara sinar merah rumusan masalah dalam penelitian ini
dan hertzain yang memberikan efek adalah bagaimana pengaruh nebulizer, infra
fisiologis dan efek terapeutik pada area yang red dan chest therapy terhadap penderita
sakit. asma bronchial.
Pada kasus asma bronchiale yang
mempunyai keluhan sesak napas dan sputum B. METODE PENELITIAN
susah keluar, terapis akan memberikan Penelitian ini dilakukan di Badan
tindakan chest therapy seperti latihan Kesehatan Paru Masyarakat Semarang pada
pernapasan diaphragmatic breathing bulan desember tahun 2014. Adapun
exercise, deep breathing yang dapat tindakan terapi pada kasus Asma Bronchial
mengurangi sesak napas, postural drainage berupa Chest Therapy diantaranya breathing
dan tappotement yang dapat membantu exercise dan postural drainage,
mengeluarkan sputum. tappotement, batuk efektif yang dapat
Tujuan dari terapi latihan adalah (1) membantu mengeluarkan sputum.
meningkatkan aktifitas penderita, (2) Diaphragmatic Breathing Exercises
meningkatkan kemampuan penderita yang adalah latihan pernapasan yang dilakukan

Pengaruh Nebulizer, Infra Red, dan ......... (Kuswardani, Didik Purnomo dan Suci Amanati), hlm. 49-56

51
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

dibagian perut atau abdominal dan borg. Skala Borg sebagai pemeriksaan sesak
tujuannya adalah untuk mengajarkan pasien nafas.
menggunakan pernapasan perut. Pada Postural drainage yaitu menempatkan
penurunan sesak napas berupa otot-otot pasien pada satu posisi tertentu yang
pernapasan yang bekerja lebih aktif bertujuan untuk mengalirkan secret dari
sehingga terjadi penurunan beban kerja masing-masing segmen paru-paru dengan
pernapasan. Selain itu, energi yang terbuang bantuan gravitasi sehingga dapat mengalir
hanya sedikit sehingga pasien tidak akan ke bronchus utama. Postural drainage
mudah lelah (Khotimah, 2013). dilakukan 10-15 menit dan setiap posisi
Latihan pernapasan juga diberikan postural drainage berbeda-beda sesuai
dengan menggunakan tekhnik deep dengan letak sputum yang dikeluarkan.
breathing. Deep breathing exercise Tindakan untuk membantu mengeluarkan
merupakan salah satu latihan pernapasan sputum dengan postural drainage bisa
yang banyak dikembangkan dalam kajian dikombinasikan dengan tappotement.
fisioterapi. Latihan ini bertujuan untuk Tapotement adalah gerakan menepuk atau
meningkatkan kemampuan otot-otot memukul dan bersifat merangsang jaringan
pernapasan yang berguna untuk otot, dilakukan dengan kedua tangan
meningkatkan compliance paru untuk bergantian. Untuk memperoleh hentakan
meningkatkan fungsi ventilasi dan yang ringan, tidak sakit pada klien tapi
memperbaiki oksigenasi (Smeltzer, 2008). merangsang sesuai dengan tujuannya, maka
Populasi penelitian ini adalah pasien diperlukan fleksi bilitas pergelangan tangan
penderita asma bronchiale. Sampel (Doyle, 2014).
penelitian ini menggunakan seluruh Chest auscultation merupakan suatu
populasi, yaitu sebanyak 8 orang dengan 4 proses untuk mendengarkan suara yg
jenis kelamin laki-laki dan 4 jenis kelamin ditimbulkan dalam thorax dengan
perempuan. Pada sampel diberikan tindakan menggunakan alat bantu Stethoscope. Untuk
fisioterapi dengan modalitas nebulizer, infra mengetahui letak sputum dan bunyi napas
red dan chest therapy. untuk mendengarkan letak sputum dapat
Pengumpulan data didapat dari auskultasi pada lokasi Interkosta 2 kanan
pemeriksaan Sesak Napas dengan skala dan kiri untuk mengetahui lobus atas

Pengaruh Nebulizer, Infra Red, dan ......... (Kuswardani, Didik Purnomo dan Suci Amanati), hlm. 49-56

52
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

interkosta 4 kanan dan kiri untuk Tabel 2


Hasil Pemeriksaan Sesak Napas dengan Skala
mengetahui lobus medial, interkosta 8 kanan Borg Sesudah Tindakan (n=8)
Skala BORG (n=8)
dan kiri untuk lobus inferior (Tim Dosen 0 : Normal 1
½ : Amat Sangat Ringan 2
Fisioterapi, 2002 ). 1 : Sangat Ringan 3
Analisa data berupa deskriptif 2 : Ringan 1
3 : Sedang 1
kuantitatif, yaitu menjelaskan data kualitatif 4 : Agak Berat -
5 : Berat -
dan data kuantitatif yang menggunakan uji t 6 : Berat -
untuk membuktikan adanya pengaruh tiap- 7 : Sangat Berat -
8 : : Sangat Berat -
tiap variabel. Variabel terikat berupa terapi 9 : Sangat Sangat Berat -
10 : Maksimal -
latihan (breathing exercise dan postural
Jumlah 8
drainage, tappotement, batuk efektif yang
dapat membantu mengeluarkan sputum), Tabel 3
Hasil Rata-Rata Pemeriksaan Sesak Napas
sedangkan variabel bebas berupa dengan Skala Borg
Mean Skala Sesak Nafas
pemeriksaan sesak napas dan adanya Sebelum tindakan 4,00
Sesudah tindakan 1,13
sputum.

Penelitian yang dilakukan pada


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
penderita Asma Bronchial di Badan
Pemeriksaan sesak napas dengan skala
Kesehatan Paru Masyarakat Semarang pada
Borg pada kasus asma bronchial sebelum
bulan desember tahun 2014, dengan 8 orang
dilakukan terapi dengan sampel 8 orang,
sampel, diberikan terapi latihan untuk
Tabel 1
Pemeriksaan Sesak Napas dengan Skala Borg mengatasi problematik berupa adanya sesak
Sebelum Tindakan Terapi (n=8)
Skala BORG (n=8) nafas dan spasme. Hasil pemerikasaan
0 : Normal
ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2.
½ : Amat Sangat Ringan -
1 : Sangat Ringan - Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa ada
2 : Ringan -
3 : Sedang 2 penurunan rata-rata sesak nafas, dari skala
4 : Agak Berat 4
5 : Berat 2 4,00 menjadi 1,13.
6 : Berat -
7 : Sangat Berat -
8 : Sangat Berat -
9 : Sangat Sangat Berat -
10 : Maksimal -
Jumlah 8

Pengaruh Nebulizer, Infra Red, dan ......... (Kuswardani, Didik Purnomo dan Suci Amanati), hlm. 49-56

53
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

Tabel 4 mempermudah pengeluaran secret sehingga


Hasil Uji t Pemeriksaan Sesak Napas dengan
Skala Borg dapat pula membuat pernapasan menjadi
thitung Taraf Keterangan
signifikansi lega. Sputum yang sulit dikeluarkan juga
hasil hitung
dapat dikurangi dengan pemberian postural
Sebelum 18,348 0,000 Signifikan
dan sesudah drainage ditambah tappotement. Postural
tindakan
drainage yaitu memposisikan penderita pada
Tabel 4 menunjukkan thitung = berbagai posisi sesuai letak sputum yang
18,348dengan Sig. = 0,000 (<0,05), maka bertujuan untuk mengalirkan sekresi dari
Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti masing-masing segmen paru dengan gaya
sesak nafas sebelum dan sesudah tindakan gravitasi bertujuan dengan mengalirkan
(terapi latihan) tidak sama, yang artinya sputum ke lobus utama. Dapat juga dibantu
terapi latihan memberikan pengaruh dengan tappotement dan vibrasi pada saat
terhadap sesak nafas. Pengaruh ini dapat ekspirasi, postural drainage dilakukan
juga dilihat pada Tabel 3 yang menunjukkan selama 15-30 menit. Pemberian nebulizer
pengaruh positif berupa penurunan juga diberikan kepada pasien asma
penurunan sesak nafas dengan skala borg, bronchialee. Penyinaran dengan
yaitu dari skala (sebelum tindakan) sebesar menggunakan infra red dapat mengurangi
4,00 menjadi skala (setelah tindakan) rasa sakit/nyeri dan kekakuan pada otot.
sebesar 1,13 yang berarti sesak yang Adanya kekakuan otot-otot pernapasan
dirasakan pasien sudah hilang. dapat berkurang dengan pemberian Infra
Tabel 4 menunjukkan adanya pengaruh Red. Sinar Infra Red dapat memberikan efek
Infra Red, Nebulizer dan Chest Therapy termal pada daerah yang disinari sehingga
terhadap sesak nafas pada kasus asma terjadi vasodilatasi pembuluh darah,
brochial. vasodilatasi pembuluh darah meningkatkan
Sputum yang sulit dikeluarkan bisa pasokan darah sehingga sisa-sisa hasil
terlebih dahulu di encerkan dengan metabolisme akan terangkut, selanjutnya
menggunakan alat nebulizer yang berfungsi otot-otot akan menjadi rileks dan spasme
untuk mengubah obat yang larut menjadi otot berkurang (Putra, 2005).
uap yang dapat di hirup kedalam paru-paru, Latihan pernapasan bertujuan untuk
sehingga obat yang masuk dapat memperbaiki ventilasi udara, memelihara

Pengaruh Nebulizer, Infra Red, dan ......... (Kuswardani, Didik Purnomo dan Suci Amanati), hlm. 49-56

54
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

elastisitas jaringan paru-paru dan Nebulizer, infra red dan Chest Therapy
memelihara ekspansi thorax agar tidak dapat mengurangi sesak napas, pada asma
menimbulkan kecacatan lebih lanjut. bronchiale.
Ekspansi thorax yang menurun dapat Berdasarkan simpulan penelitian,
ditingkatkan dengan latihan mobilisasi disarankan beberapa hal yang berkaitan
sangkar thorax yang digabung dengan dengan pengaruh nebulizer, infra red dan
diberikan latihan pernapasan. Dengan Chest Therapy pada asma bronchiale :
latihan gerakan pada trunk dan anggota a. Karena pentingnya kesembuhan pasien
gerak atas yang digabungkan dengan latihan pada asma bronchiale, disarankan untuk
pernapasan maka secara otomatis otot-otot melakukan latihan pernapasan sesuai
pernapasan yang mengalami ketegangan dengan yang diajarkan terapis, dan
akan menjadi lentur dan rileks maka sistem menjauhi hal-hal yang menimbulkan
pernapasan akan menjadi lancar dan kekambuhan.
ekspansi sangkar thorax akan meningkat. b. Karena pentingnya penanganan terhadap
Pemberian rangsangan sentuhan dan penderita asma bronchiale, disarankan
penguluran akan memberikan stimulasi pada melakukan penelitian lanjutan untuk
otot pernapasan untuk berkontraksi lebih mengetahui pengaruh nebulizer, infra red
kuat selama inspirasi sehingga akan dan terapi latihan.
menambah pengembangan sangkar thorax
dan dapat meningkatkan volume paru. Hal DAFTAR PUSTAKA
ini akan memperbaiki ventilasi, Asih, N. G. Y dan Christantie, E. (2003).
Keperawatan medikal bedah. Jakarta:
meningkatkan pertukaran gas, membantu
ECG.
melebarkan jalan udara dan memobilisasi
sangkar thorax sehingga ekspansi thorax Sujatno (2003), Sumber Fisis. Surakarta.
Akademi Fisioterapi Surakarta.
meningkat (Watchie, 2010).

Khotimah, S. (2013). Latihan Endurance


D. SIMPULAN DAN SARAN Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik
daripada Latihan Pernafasan pada
Berdasarkan hasil analisis data dan
Pasien PPOK di BP4 Yogyakarta.
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Volume 1: 32 Juni 2013: hal 22-23.
:

Pengaruh Nebulizer, Infra Red, dan ......... (Kuswardani, Didik Purnomo dan Suci Amanati), hlm. 49-56

55
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 1, Tahun 2017 ISSN 2548-8716

Smeltzer, Suzzane C, Bare, B.G., Hincle,


J.I., Cheever, K.H. (2008). Textbook
ofmedical surgical nursing;
brunner&suddart, eleventh edition.
Jakarta : EGC.

Doyle, G. (2014). The Procedures for Sports


Massage. [Online]. Tersedia di:
http://www.time-torun.com/massage/
Procedures.htm. Diakses 29 April 2015.

Tim Dosen DIII Fisioterapi. (2002), Sumber


Fisis. Surakarta: Poltekes Jurusan
Fisioterapi.

Putra, H. L., (2005). Latihan Rekondisi pada


penderita PPOK dalam Pelatihan Tim
Rehabilitasi Medik Kardiovaskuler.
Bandung.

Watchie, J. (2010). Cardiovascular and


Pulmonary Physical Therapy. Elsevier.

Pengaruh Nebulizer, Infra Red, dan ......... (Kuswardani, Didik Purnomo dan Suci Amanati), hlm. 49-56

56

Anda mungkin juga menyukai