979 2484 1 PB PDF
979 2484 1 PB PDF
GEOGRID
(Studi Kasus Jalan Medan – Berastagi, Desa Sugo
Iro Ganda1 dan Roesyanto2
Mahasiswa Departement Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No: 1 Kampus USU Medan.
Email : civa_118@yahoo.com
Staf Pengajar Departement Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No: 1 Kampus USU Medan.
Medan.
ABSTRAK
Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang Geoteknik
akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya kekuatan geser suatu massa
tanah. Dengan kata lain, kekuatan geser dari suatu massa tanah tidak mampu memikul beban kerja
yang terjadi. Gangguan terhadap stabilitas lereng dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia
maupun kondisi alam. Lereng yang tidak stabil sangatlah berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya,
oleh sebab itu analisis stabilitas lereng sangat diperlukan. Pada kasus ini kondisi jalan Medan –
Berastagi mengalami kelongsoran hingga badan jalan.
Tujuan studi ini adalah melakukan analisis stabilitas lereng pada kondisi awal sebelum
menggunakan perkuatan geogrid dan sheetpile, analisis stabilitas lereng setelah perkuatan standart
menggunakan Geogrid dan Sheetpile, dan analisis stabilitas lereng dengan menggunakan perkuatan
alternatif dengan menambahkan beban Counterweight dibelakang Sheet Pile. Adapun metode yang
dilakukan untuk menganalisis perkuatan Sheet pile dan perkuatan Geogrid, digunakan metode elemen
hingga yaitu menggunakan program Plaxis 2D versi 8.2.
Dan pada Tugas Akhir ini didapatkan hasil nilai safety faktor pada kondisi awal sebesar 0,67.
Nilai Safety Faktor pada perkuatan standart yang menggunakan Geogrid dan Sheet pile sebesar 1.18.
Nilai safety faktor dengan menggunakan perkuatan alternatif dengan penambahan Counterweight
dibelakang sheet pile sebesar 1,35. Perhitungan safety faktor teraman adalah pada penambahan beban
Counterweight disamping sheet pile. Dengan kelongsoran kecil.
Kata Kunci : Sheet pile, Geogrid, Counterweight.
ABSTRACT
Soil lanslide is one of the most common in the field of Geotechnical due to increased shear
stress of a soil mass or a decrease in shear strength of the soil mass. In other words, the shear
strength of the soil mass is not able to bear the burden of work going on. Disruption to the stability of
the slope can be caused by various human activities and natural conditions. Unstable slopes is
dangerous to the surrounding environment, therefore slope stability analysis is needed. In this case
the condition of Medan - Berastagi street experience lanslide up the road.
The purpose of this study was to analyze slope stability on the initial conditions before using
geogrid reinforcement and sheetpile, slope stability analysis after standard use Geogrid
reinforcement and Sheetpile, and slope stability analysis using alternative reinforcement by adding
weight behind Counterweight Sheet Pile. The methods for analyzing and retrofitting Geogrid and
Sheet pile, use the finite element method for student.
And in this final value of the safety factor obtained results on the initial conditions of 0,67.
Safety Factor value in strengthening the standards using Geogrid and Sheet pile of 1,18. Value of
safety factor using alternative reinforcement Counterweight with the addition of 1,35 behind the sheet
pile. The calculation of the safety factor is the safest as well as the addition of Counterweight load
sheet pile. With small landslide.
Keywords: Sheet pile, Geogrid, Counterweight
1. PENDAHULUAN
Tanah adalah gabungan dari partikel partikel padat, air, dan udara. Ketika tanah berada di
bawah muka air tanah (tidak ada udara), maka tanah tersebut dalam keadaan saturated.
Ukuran partikel pada tanah bervariasi, dan dengan adanya variasi itu tanah dapat
dikategorikan dalam beberapa bagian. Tanah dengan partikel besar (pasir dan kerikil)
dikategorikan dalam tanah tidak kohesif.
Dengan kata lain, air tidak hanya mengisi ruang pori antar partikel tanah, tetapi dapat
mengalir melalui partikel tanah juga. Fakta bahwa air mengalir menurun ketempat yang lebih
rendah berdasarkan gaya grafitasi juga terjadi di rongga tanah. Property pada tanah berkaitan
dengan kemampuan air untuk mengalir melalui ruang pori atau yang biasa disebut
permeability. Semakin kecil ukuran partikel, semakin rendah permeabilitas pada tanah.
Dalam kasus tanah tidak kohesif, ukuran partikel yang relatif besar memungkinkan air
cepat keluar dari bawah beban, dan penurunan biasa terjadi sangat cepat. Tetapi jika tanah
kohesif dengan partikel yang kecil, gerakan air bisa sangat lambat. Terkadang dalam
beberapa bulan atau sampai beberapa tahun.
Bangunan yang dibangun diatas tanah kohesif tidak memiliki permasalahan pada awalnya
tetapi seiring pertambahan waktu penurunan dapat terjadi secara signifikan, mengakibatkan
kerusakan struktur yang serius dan memerlukan perbaikan yang mahal atau mungkin
pembongkaran pada struktur.
2. PERUMUSAN MASALAH
Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada akibat
meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya kekuatan geser suatu
massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan geser dari suatu massa tanah tidak mampu memikul
beban kerja yang terjadi. Pada kasus ini kondisi jalan Medan – Berastagi mengalami
kelongsoran hingga badan jalan mengalami kelongsoran.
3. METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
Untuk meninjau kembali perhitungan pemasangan geogrid dan sheet pile pada proyek
pemeliharaan jalan Djamin Ginting di Desa Sugo, Medan, penulis memperoleh data dari PT.
Andalas Graha Utama berupa data hasil sondir, hasil SPT, dan hasil investigation soil lab.
Metode Analisis
Dalam perhitungan pemasangan geogrid dan sheet pile ini, penulis memperhitungkan
besarnya safety faktor yang didapat, melalui langkah-langkah berikut :
1. Menghitung besarnya safety faktor pada kondisi awal dengan program Plaxis 2D 8.2.
Dari data sondir.
Dari data Investigation Soil Lab.
2. Menghitung besarnya safety faktor setelah pengerjaan Proyek dengan pemasangan
geogrid dan sheet pile dengan program Plaxis 2D 8.2.
3. Menghitung besarnya safety faktor dengan menambahkan beban timbunan
Counterweight disamping sheet pile dengan program Plaxis 2D 8.2.
GEOGRID
Istilah Geosintetik berasal dari kata geo, yang berarti bumi atau dalam dunia teknik
sipil diartikan sebagai tanah pada umumnya, dan kata synthetic yang berarti bahan buatan,
dalam hal ini adalah bahan polimer. Bahan dasar geosintetik merupakan hasil polimerisasi
dari industri-industri kimia/minyak bumi (Suryolelono, 1988) dengan sifat-sifat yang tahan
terhadap senyawa-senyawa kimia, pelapukan, keausan, sinar ultra violet dan mikro
organisme. Polimer utama yang digunakan untuk pembuatan geosintetik adalah Polyester
(PS), Polyamide (PM), Polypropylene (PP) dan Polyethylene (PE). Jadi istilah geosintetik
secara umum didefinisikan sebagai bahan polimer yang diaplikasikan di tanah.
Geotekstil adalah lembaran sintesis yang tipis, fleksibel, permeable yang digunakan
untuk stabilisasi dan perbaikan tanah dikaitkan dengan pekerjaan teknik sipil. Pemanfaatan
geotekstil merupakan cara moderen dalam usaha untuk perkuatan tanah lunak.
Beberapa fungi dari geotekstil yaitu:
1. Untuk perkuatan tanah lunak.
2. Untuk konstruksi teknik sipil yang mempunyai umur rencana cukup lama dan
mendukung beban yang besar seperti jalan rel dan dinding penahan tanah.
3. Sebagai lapangan pemisah, penyaring, drainase dan sebagai lapisan pelindung.
Geotextile dapat digunakan sebagai perkuatan timbunan tanah pada kasus:
1. Timbunan tanah diatas tanah lunak
2. Timbunan diatas pondasi tiang
3. Timbunan diatas tanah yang rawan subsidence
Fungsi Geogrid
Secara umum Geogrid adalah bahan Geosintetik yang berfungsi sebagai Perkuatan
(reinforcement) dan Stabilisasi (stabilization), dengan penjelasan detailnya sebagai berikut :
1. Geogrid Uniaxial
Berfungsi sebagai material perkuatan pada system konstruksi dinding penahan tanah
(Retaining Wall) dan perkuatan lereng (Slope Reinforcement)
2. Geogrid Biaxial
Berfungsi sebagai stabilisasi tanah dasar. Seperti pada tanah dasar lunak (soft clay
maupun tanah gambut). Metode kerjanya adalah interlocking, artinya mengunci agregat
yang ada diatas Geogrid sehingga lapisan agregat tersebut lebih kaku, dan mudah
dilakukan pemadatan.
3. Geogrid Triax
Fungsinya sama dengan Biaxial sebagai material stabilisasi tanah dasar lunak, hanya saja
performanya lebih baik. Hal ini disebabkan bentuk bukaan segitiga lebih kaku sehingga
penyebaran beban menjadi lebih merata.
Jenis – jenis geogrid dan kegunaannya :
1. Geogrid Uni Axial
Uni-axial Geogrids adalah lembaran massif dengan celah yang memanjang dengan bahan
dasar HDPE (High Density Polyethelene), banyak digunakan di Indonesia untuk perkuatan
tanah pada DPT (dinding penahan tanah) dan untuk memperbaiki lereng yang longsor
dengan menggunakan tanah setempat/bekas longsoran. Material ini memilki kuat tarik 40
kN/m hingga 190 kN/m. Geogrid jenis ini biasanya dipakai untuk perkuatan dinding
penahan tanah dan perbaikan lereng yang longsor.
Geogrid Uni Axial berfungsi sebagai material perkuatan pada sistem konstruksi dinding
penahan tanah (Retaining Wall) dan perkuatan lereng (Slope reinforcement)
2. Geogrid Bi-Axial
Bi-axial Geogrids dari bahan dasar polypropylene (PP) dan banyak digunakan di Indonesia
sebagai bahan untuk meningkatkan tanah dasar lunak (CBR < 1%). Bi-axial Geogrid adalah
lembaran berbentuk lubang bujursangkar di mana dengan struktur lubang bujursangkar ini
partikel tanah timbunan akan saling terkunci dan kuat geser tanah akan naik dengan
mekanisme penguncian ini. Kuat tarik bervariasi antara 20 kN/m – 40 kN/m. Keunggulan
Geogrid Bi-Axial ini antara lain :
Kuat tarik yang bervariasi
Kuat tarik tinggi pada regangan yang kecil
Tahan terhadap sinar ultra violet
Tahan terhadap rekasi kimia tanah vulkanik dan tropis
Tahan hingga 120 tahun
Geogrid Bi-Axial berfungsi sebagai stabilisasi tanah dasar. Seperti pada tanah dasar lunak
(soft clay maupun tanah gambut). Metode kerjanya adalah interlocking, artinya mengunci
agregat yang ada di atas Geogrid sehingga lapisan agregat tersebut lebih kaku, dan mudah
dilakukan pemadatan.
2. Tegangan horisontal dihitung berdasarkan metode Meyerhoff (Juran dan Schlosser, 1978)
Persamaan terakhir dapat dipakai untuk menghitung gaya tarik maksimum tulangan.
Tulangan yang berada di bagian bawah, biasanya permukaan bidang longsor adalah lokasi
gaya tarik maksimum.
Dalam hitungan gaya horizontal yang harus didukung oleh tulangan, tekanan tanah lateral
dianggap bervariasi secara linear, mengikuti distribusi Rankine. Karena itu distribusi gaya
tarik tulangan (T) juga akan bervariasi secara linear dengan nilai maksimum pada tulangan
yang paling bawah.
Berikut ini akan dibahas kondisi kekuatan asli lereng dengan menggunakan program plaxis
2D :
Hasil running dar program plaxis 2D, dapat dilihat pada gambar-gambar berikut :
Total diplacements
Extreme total diplacement 51,99*10-3m
Gambar. Kondisi displacement lereng asli
Gambar diatas menunjukan displacement yang terjadi pada seluruh bagian lereng. Perbedaan
warna tersebut menunjukan perbedaan displacement yang terjadi, displacement terkecil
ditunjukan oleh bagian tanah yang berwarna biru, sedangkan displacement yang berwarna
kuning merupakan displacement terbesar dalam kondisi awal ini.
Untuk bagian yang berwarna pada kondisi tanah mempunyai displacement yang cukup besar
sehingga bagian tersebut dinyatakan sebagai bidang keruntuhan ( artinya pada bagian inilah
yang mengalami keruntuhan di saat kondisi awal).
Pada kondisi awal ini, faktor keamanan lereng yaitu, 0,6734. Dengan nilai angka keamanan
yang lebih kecil dari 1, maka kondisi asli lereng sangat rawan terhadap kelongsoran.
nilai ini dapat dilihat dari hasil running plaxis pada Gambar 4.4 berikut :
Perkuatan alternatif ini menggunakan counterweight. Jenis tanah yang digunakan pada
counterweight adalah tanah timbunan dari tanah sekitar dengan ketinggian Counterweight
setinggi 3meter dan kondisi tanah adalah undrained. Untuk masukan program plaxis
dibutuhkan data parameter tanah yang digunakan.
Berikut merupakan data-data parameter tanah pada daereah counterweight :
2. Mesh Generation
Pembentukan mesh pada analisis ini menggambarkan option yang paling halus, sehingga
hasil perhitungan yang diperoleh lebih akurat. Gambar pembentukan mesh dapat dilihat pada
Gambar 4.14 dibawah ini :
Dari analisis perhitungan plaxis 2D diatas dapat disimpulkan bahwa perkuatan alternatif
menghasilkan kelongsoran yang jarang terjadi. Dimana perkuatan alternatif menambahkan
counterweight yang mengakibatkan nilai safety faktor bertambah.
Nilai keamanan yang cukup (1,2347), nilai angka keamanan yang mendekati 1,25
mengakibatkan tingkat kelongsoran jarang terjadi. Dengan asumsi tidak ada beban tambahan
yang terjadi pada kondisi jalan. Dimana pembebanan yang terjadi disekitar lereng sebesar 20
kN/m.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh penulis selama mengerjakan Tugas Akhir ini adalah :
1. Nilai Safety Faktor pada kondisi awal di lokasi sebesar 0,6734. Maka kelongsoran
yang terjadi cukup besar.
2. Nilai Safety Faktor pada perkuatan standard yang menggunakan Geogrid dan Sheet
Pile sebesar 1.1847. Maka daerah tersebut dinyatakan rawan longsor.
3. Nilai Safety Faktor dengan menggunakan perkuatan alternatif dengan penambahan
Counterweight pada sheet pile, memiliki nilai Safety Faktor sebesar 1,2347.
4. Dengan penambahan timbunan dibelakang Sheetpile setinggi 3meter berupa
Counterweight, mengakibatkan kemungkinan terjadinya kelongsoran semakin kecil,
dimana nilai SF yang didapat mendekati 1,25 (Nilai Standard Safety Faktor).
Saran
1. Sebaiknya dilakukan penambahan penambahan beban counterweight disamping
sheetpile, guna mengurangi kemungkinan terjadinya kelongsoran pada lokasi proyek.
2. Untuk permukaan luar berupa blok beton, sebaiknya dilakukan cek juga terhadap
stabilitas local seperti kekuatan sambungan blok beton –geogrid.
DAFTAR PUSTAKA
Duncan, J. M. and Stephen G. W., 2005. Soil Strength and Slope Stability.
New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.
Das, B. M., 2008 Advanced Soil Mechanics, Third Edition. New York :
Taylor & Francis Group.
Bowles, J. E., 1996. Foundation Analysis and Design. 5th Edition. Mc Graw
Hill.