Anda di halaman 1dari 23

Pedigrees, Pemuliaan Hewan & Tumbuhan,

Dan GMO (Terapi Gen)

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Genetika dan Evolusi
Yang dibina oleh Bapak Mohamad Amin, S.Pd., M.Si dan
Ibu Erti Hamimi, S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh:
Kelompok 7
1. Jihan Roidah Afifah (180351619081)
2. Rosida Nur Anisya (180351619066)
3. Siti Sri Asih (180351619011)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
April 2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatanmakalah ini dengan judul “Pedigrees, Pemuliaan Hewan & Tumbuhan,
Dan GMO (Terapi Gen)”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Genetika dan
Evolusi. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan
khususnya pembaca pada umumnya.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat
kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.

Malang, 14 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3. Tujuan................................................................................................................ 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Pedigrees ................................................................................................................ 3
B. Pemuliaan Tanaman/Hewan................................................................................ 7
1. Hewan Transgenik: Mikroinjeksi DNA Ke Telur Yang Telah Dibuahi Dan
Transfeksi Sel Batang Embrionik ........................................................................... 7
1. Tanaman Transgenik: Ti Plasmid Tumefaciens Agrobacterium................. 11
C. Terapi Gen pada Manusia..................................................................................... 14
1. Tipe Terapi Gen .............................................................................................. 15
2. Penggunaan Terapi Gen................................................................................. 16
3. Identifikasi onkogen LMO2 ........................................................................... 18
BAB III ............................................................................................................................. 19
PENUTUP ........................................................................................................................ 19
3.1. Kesimpulan........................................................................................................... 19
3.2 Saran ...................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pewarisan sifat yang terdapat dalam suatu keluarga dapat diikuti untuk
beberapa generasi dengan menggunakan peta silsilah/diagram silsilah
(pedigree chart). Peta silsilah merupakan gambaran pewarisan sifat-sifat
manusia yang ditulis dengan simbol-simbol tertentu yang telah disepakati oleh
para ahli genetika. Peta silsilah termasuk alat yang paling banyak digunakan
dalam penelitian genetika, dan untuk menyusun suatu pola peta silsilah
diperlukan keturunan dalam jumlah yang banyak minimal 3 generasi. Peta
silsilah yang menggambarkan pewarisan sifat tertentu dalam suatu keluarga
dapat dianalisis untuk mengetahui pola pewarisan gen penentu sifat tersebut.
Pengetahuan tentang tanaman dan hewan dapat mempermudah kita dalam
menentukan metode pemuliaan yang dapat diterapkan. Pada tanaman, proses
penting dalam daur hidupnya adalah penyerbukan dan pembuahan.
Penyerbukan merupakan tahap awal dari terbentuknya individu baru.
Sedangkan pada hewan pemuliaan banyak dilakukan pada hewan ternak.
Metode klasik yang digunakan adalah persilangan dan seleksi populasi yang
dikenal sebagai penangkaran selektif.
Bioteknologi merupakan teknologi yang dikembangkan dengan
memanfaatkan organisme baik secara utuh maupun bagian tertentu saja.
Perkembangan bioteknologi modern telah sampai pada pemanfaatan
organisme pada level molekulernya dan terkait dengan rekayasa genetika.
Rekayasa genetika melibatkan manipulasi-manipulasi gen pada organisme
sehingga dapat dimanfaatkan baik di bidang pertanian, kesehatan, lingkungan,
industry, dan lainnya. Perkembangan bioteknologi pada bidang kesehatan salah
satunya yaitu terapi gen. terapi gen dapat digunakan untuk terapi penyakit baik
yang bersifat genetis maupun bukan. Adanya terapi gen memberikan pilihan
lain bagi penderita penyakit tertentu untuk menjadikan sebagai metode
pengobatan.

1
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pedigrees?
2. Bagaimana pemuliaan tanaman dan hewan?
3. Bagaimana aplikai GMO (terapi gen) dalam bidang kesehatan?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud pedigrees
2. Mengetahui proses pemuliaan tanaman dan hewan
3. Mengetahui bagaimana aplikasi GMO (terapi gen) dalam bidang
kesehatan?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pedigrees
Silsilah (pedigree) adalah diagram yang menunjukkan hubungan di antara
anggota keluarga. Pada diagram silsilah biasanya untuk mewakili laki-laki
digunakan simbol kotak dan perempuan dengan lingkaran. Garis horizontal
yang menghubungkan lingkaran dan kotak mewakili perkawinan. Keturunan
perkawinan ditampilkan di bawah pasangan, dimulai dengan yang pertama lahir
di sebelah kiri dan melanjutkan melalui urutan kelahiran ke kanan. Individu
yang memiliki kondisi genetik ditunjukkan dengan pewarnaan atau arsiran.
Generasi dalam silsilah biasanya dilambangkan dengan angka Romawi, dan
individu-individu tertentu dalam satu generasi disebut dengan angka Arab
setelah angka Romawi. Ciri-ciri yang disebabkan oleh alel dominan adalah yang
paling mudah diidentifikasi. Biasanya setiap individu yang membawa alel
dominan memanifestasikan sifat tersebut, sehingga memungkinkan untuk
melacak penularannya dari alel dominan melalui silsilah. Setiap individu yang
terpengaruh diharapkan memiliki setidaknya satu orangtua yang terpengaruh,
kecuali adanya alel dominan baru yang muncul dalam keluarga sebagai hasil
dari mutasi baru atau perubahan gen diri. Namun, frekuensi sebagian besar
mutasi baru sangat rendah, akibatnya penampilan spontan dari kondisi dominan
yang baru adalah peristiwa yang sangat langka.

Gambar 1. Pewarisan Sifat Dominan


Ciri dominan yang terkait dengan penurunan viabilitas atau kesuburan
jarang terjadi dalam suatu populasi. Dengan demikian, sebagian besar orang

3
yang menunjukkan sifat tersebut heterozigot untuk alel dominan. Jika pasangan
mereka tidak memiliki sifat itu, setengah dari anak-anak mereka harus mewarisi
kondisi tersebut. Sifat resesif tidak mudah untuk mengidentifikasi karena dapat
terjadi pada individu yang orang tuanya tidak terpengaruh. Terkadang beberapa
generasi data silsilah diperlukan untuk melacak transmisi alel resesif. Namun
demikian, sejumlah besar sifat resesif telah diamati pada manusia. Sifat resesif
yang jarang lebih cenderung muncul dalam silsilah ketika pasangan terkait
dengan masing-masing lainnya Misalnya, ketika mereka adalah sepupu dapat
meningkatkan kejadian karena kerabat berbagi alel berdasarkan dari nenek
moyang mereka yang sama. Saudara kandung berbagi setengah dari alel
mereka, setengah saudara kandung seperempat alel mereka, dan sepupu
seperdelapan alel mereka. Jadi ketika pasangan tersebut memiliki ikatan
saudara maka akan mempunyai peluang yang lebih besar dalam menghasilkan
anak yang homozigot untuk alel resesif tertentu.

Gambar 2. Pewarisan Sifat Resesif


Kelainan genetika dari suatu generasi dapat dilihat asal usulnya melalui
diagram silsilah. Adanya kelainan genetika sendiri juga dapat disebabkan oleh
faktor inbreeding atau perkawinan sedarah. Perkawinan sedarah terjadi ketika
pasangan berhubungan satu sama lain berdasarkan keturunan yang sama. Dalam
banyak budaya, perkawinan antara saudara dekat misalnya, antara saudara
kandung atau setengah saudara kandung secara tegas dilarang, dan pernikahan
antara saudara yang lebih jauh, meskipun diizinkan, harus disetujui oleh otoritas
sipil atau agama sebelum mereka dapat terjadi. Pembatasan ini ada karena
perkawinan sedarah cenderung berpotensi lebih besar memunculkan penyakit
atau kelainan genetik dan menghasilkan anak-anak yang lemah fisiknya
daripada perkawinan di antara individu yang tidak terkait. Kecenderungan ini,

4
seperti yang kita ketahui sekarang, muncul dari peningkatan kesempatan bagi
anak-anak dari orangtua yang konsekuen menjadi homozigot untuk alel resesif
yang berbahaya. Salah satu contoh perkawinan sedarah yang masih dilestarikan
yakni pada keluarga Amish yang menurunkan gen albino. Dimana kita ketahui
bahwa albino merupakan salah satu penyakit atau kelainan genetika.

Gambar 3. Silsilah Keluarga Amish


Silsilah Amish menunjukkan dimana 10 orang memiliki albinisme. Individu
yang terkena dampak semua adalah keturunan dari dua orang (I-1 dan I-2) yang
berimigrasi dari Eropa. Konsekuen perkawinan dalam silsilah ditunjukkan oleh
penghubung garis ganda, semua individu yang terkena dampak berasal
perkawinan seperti itu. Jadi, silsilah ini menunjukkan cara kawin sedarah
memunculkan kondisi resesif yang bisa dimiliki.
Selain silsilah keluarga Amish yang menurunkan sifat albinisme, terdapat
juga silsilah keluarga kekaisaran Rusia yakni Czar Nicholas II yang
menurunkan penyakit genetic yakni hemofilia. Orang dengan hemofilia tidak
dapat menghasilkan zat yang diperlukan untuk pembekuan darah akibat luka
atau memar. Seorang yang hemifili jika terluka akan terus berdarah dan sulit
dihentikan. Transfusi dengan faktor pembekuan, dapat menyebabkan kematian.
Jenis utama hemofilia pada manusia disebabkan oleh mutasi terpaut-resesif X,
dan hampir semua individu yang memilikinya adalah laki-laki. Laki-laki ini
mewarisi mutasi dari heterozigot ibu mereka. Jika mereka bereproduksi, mereka

5
mengirimkan mutasi ke anak perempuan mereka, yang biasanya tidak
mengembangkan hemofilia karena mereka mewarisi alel tipe liar ibu mereka.
Jantan yang terkena dampak tidak pernah mentransmisikan alel mutan untuk
putra-putranya. Lain kelainan pembekuan darah ditemukan pada pria dan
wanita karena mereka bermutasi pada gen autosom. Kasus hemofilia terkait X
paling terkenal terjadi pada keluarga kekaisaran Rusia. Pada awal abad kedua
puluh Tsar Nicholas dan Czarina Alexandra memiliki empat anak perempuan
dan satu putra, dan putranya, Alexis, menderita hemofilia. Mutasi tertaut X yang
bertanggung jawab atas penyakit Alexis ditularkan kepadanya oleh ibunya,
yang merupakan pembawa heterozigot. Czarina Alexandra adalah seorang cucu
perempuan Ratu Victoria dari Britania Raya, yang juga merupakan pembawa
(carrier). Catatan silsilah menunjukkan bahwa Victoria mentransmisikan alel
mutan ke tiga dari sembilan anaknya yakni Alice, yang merupakan Ibu
Alexandra, Beatrice yang memiliki dua putra dengan penyakit hemofili, dan
Leopold yang mempunyai penyakit itu sendiri. Alel yang dibawa Victoria
ternyata muncul sebagai mutasi baru di sel-sel kumannya, atau sel-sel dari
ibunya, ayahnya, atau leluhur keibuan yang lebih jauh. Sepanjang sejarah,
hemofilia merupakan penyakit fatal. Sebagian besar orang yang telah
meninggal sebelum usia 20 tahun.

Gambar 4. Silsilah Kekaisaran Russia Czar Nicholas II

6
B. Pemuliaan Tanaman/Hewan
Pemenuhan kebutuhan pangan, pakan, sandang dan energi merupakan
permasalahan yang semakin penting karena jumlah penduduk terus meningkat
sedangkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana produksi pertanian
ataupun peternakan menurun. Dengan demikian perlu dilakukan usaha
peningkatan produktivitas lahan antara lain melalui penggunaan varietas unggul
yang dirakit melalui pemuliaan baik pemuliaan hewan maupun tanaman.
Perakitan varietas unggul dapat ditempuh dengan bantuan bioteknologi/rekayasa
genetik. Produk perakitan varietas menggunakan rekayasa genetika disebut
verietas produk rekayasa genetika (PRG)/ hewan dan tanaman transgenik.
Potensi ke depan penggunaan rekayasa genetika dalam perakitan varietas di
harapkan dapat memicu revolusi pertanian secara berkelanjutan, meningkatkan
kualitas lingkungan, menghasilkan varietas yang cekaman biotik dan abiotik,
sumber obat/vaksin, dan sumber energi (Montagu, 2011).
1. Hewan Transgenik: Mikroinjeksi DNA Ke Telur Yang Telah Dibuahi
Dan Transfeksi Sel Batang Embrionik
Banyak hewan yang berbeda telah dimodifikasi oleh pengenalan DNA
asing. Salah satunya adalah tikus. Ada dua metode umum untuk memasukkan
transgen ke dalam kromosom tikus. Satu bergantung pada injeksi DNA ke
dalam telur atau embrio yang dibuahi dan yang lainnya melibatkan transfeksi
sel induk embrionik yang tumbuh dalam kultur.
Tikus transgenik pertama diproduksi oleh mikroinjeksi DNA ke telur yang
telah dibuahi. Prosedur ini telah digunakan hampir secara eksklusif untuk
menghasilkan babi, domba, sapi, dan hewan transgenik peliharaan lainnya.
Sebelum mikroinjeksi DNA, telur diangkat melalui pembedahan atau operasi
dari induk betina dan dibuahi secara in vitro. DNA kemudian disuntikkan secara
mikro ke dalam pronukleus jantan (inti haploid yang dikontribusikan oleh
sperma, sebelum peleburan nukleus) dari telur yang telah dibuahi melalui jarum
yang ujungnya sangat halus (Gambar 1 ). Biasanya, beberapa ratus hingga
beberapa ribu salinan gen yang menarik disuntikkan ke dalam setiap telur, dan
banyak integrasi sering terjadi. Anehnya, ketika banyak salinan yang
berintegrasi ke dalam genom, mereka biasanya melakukannya sebagai tandem,

7
susunan head-to-tail di satu situs kromosom. Integrasi molekul DNA yang
disuntikkan tampaknya terjadi di lokasi acak dalam genom.

Gambar 5. Produksi tikus transgenik dengan menyuntikkan DNA ke dalam


telur dan menanamkannya ke induk betina untuk menyelesaikan
perkembangannya.
Karena DNA disuntikkan ke dalam sel telur yang dibuahi, integrasi
molekul DNA yang disuntikkan biasanya terjadi pada awal selama
perkembangan embrionik. Akibatnya, beberapa sel germinal dapat membawa
transgen. Seperti yang diharapkan, hewan-hewan yang berkembang dari telur
yang disuntikkan — yang disebut generasi G0 — hampir selalu merupakan
mosaik genetik, dengan beberapa sel somatik membawa transgen dan yang lain
tidak membawa itu. Hewan transgenik awal (G0) harus dikawinkan dan
keturunan G1 diproduksi untuk mendapatkan hewan di mana semua sel
membawa transgen. Dalam sebagian besar kasus di mana warisan mereka telah
dipelajari, transgen ditransmisikan ke keturunan secara stabil.
Prosedur lain yang sekarang banyak digunakan untuk menghasilkan tikus
transgenik bergantung pada injeksi atau transfeksi DNA ke populasi besar sel
yang dikultur yang berasal dari embrio tikus yang sangat muda (Gambar 6). Sel-
sel induk embrionik ini (atau sel-sel ES) berasal dari massa sel dalam,
sekelompok sel yang ditemukan dalam tahap blastula embrio tikus. Sel-sel
tersebut dapat dikultur in vitro, ditransfeksi atau disuntikkan dengan DNA, dan
kemudian dimasukkan ke dalam embrio tikus yang sedang berkembang lainnya.
Secara kebetulan, beberapa sel ES yang dimasukkan dapat berkontribusi pada

8
pembentukan jaringan dewasa, sehingga ketika tikus lahir, ia dapat terdiri dari
campuran dua jenis sel, selnya sendiri dan yang berasal dari kultur (dan
berpotensi ditransfusikan ) Sel ES. Tikus seperti itu disebut chimera. Jika sel-
sel ES kebetulan berkontribusi pada garis kuman chimera, DNA asing yang
diperkenalkan memiliki peluang ditransmisikan ke generasi berikutnya. Oleh
karena itu, pengembangbiakan tikus chimeric dapat menyebabkan strain
transgenik.

Gambar 6. Produksi tikus transgenik dengan teknologi sel induk


embrionik (ES).
Tikus transgenik diproduksi secara rutin di laboratorium di seluruh dunia,
dengan ribuan strain transgenik telah dibuat. Mereka menyediakan alat yang
berharga untuk studi ekspresi gen pada mamalia dan sistem model yang sangat
baik untuk menguji berbagai vektor dan metodologi transfer gen untuk
kemungkinan penggunaan pada manusia. Dalam kebanyakan kasus, transgen
menunjukkan pola pewarisan yang normal, menunjukkan bahwa mereka telah
diintegrasikan ke dalam genom inang.
Salah satu percobaan pertama dengan tikus-tikus transgenik menunjukkan
bahwa laju pertumbuhan dapat ditingkatkan ketika gen-gen hormon
pertumbuhan manusia diekspresikan pada tikus-tikus tersebut (Gambar 16.18).

9
Hal ini mendorong peternak hewan untuk bertanya apakah pengenalan (1)
salinan tambahan dari gen hormon pertumbuhan homolog (spesies yang sama)
atau (2) salinan gen hormon pertumbuhan heterolog dari spesies terkait dapat
menghasilkan hewan peliharaan dengan tingkat pertumbuhan yang meningkat.
Dengan demikian, para ilmuwan hewan memperkenalkan transgen hormon
pertumbuhan pada babi, ikan, dan ayam dengan tujuan meningkatkan tingkat
pertumbuhan.

Gambar 7. Tikus transgenik di sebelah kiri, yang membawa gen hormon


pertumbuhan manusia chimeric, sekitar dua kali ukuran tikus kontrol di
sebelah kanan.
Penggunaan hewan transgenik yang berpotensi penting lainnya adalah
untuk produksi dan sekresi protein berharga dalam susu. Banyak protein
manusia asli mengandung karbohidrat atau kelompok samping lipid yang
ditambahkan pasca translasi. Bakteri tidak mengandung enzim yang
mengkatalisasi penambahan bagian ini pada protein yang baru lahir. Dalam
kasus seperti itu, bakteri rekombinan tidak dapat digunakan untuk mensintesis
produk akhir; mereka akan mensintesis polipeptida hanya dalam bentuknya
yang tidak dimodifikasi. Untuk alasan ini, beberapa peneliti telah
mengeksplorasi metode alternatif untuk menghasilkan protein manusia yang
berharga, terutama glikoprotein dan lipoprotein. Memang, sel-sel tikus dan
hamster yang tumbuh dalam kultur sekarang umum digunakan untuk produksi
protein manusia dengan aplikasi obat.

10
1. Tanaman Transgenik: Ti Plasmid Tumefaciens Agrobacterium
Pemulia tanaman telah memodifikasi tanaman secara genetik selama
beberapa dekade. Namun, saat ini, pemulia tanaman dapat secara langsung
memodifikasi DNA tanaman, dan mereka dapat dengan cepat menambahkan
gen dari spesies lain ke genom tanaman dengan teknik DNA rekombinan.
Memang, tanaman transgenik dapat diproduksi dengan beberapa prosedur
berbeda. Salah satu prosedur yang banyak digunakan, yang disebut
bombardemen mikroproyekil, melibatkan penembakan tungsten atau partikel
DNA ke dalam sel tanaman. Prosedur lain, yang disebut elektroporasi,
menggunakan ledakan singkat listrik untuk memasukkan DNA ke dalam sel.
Namun, metode yang paling banyak digunakan untuk menghasilkan tanaman
transgenik, setidaknya dalam dikotil, adalah transformasi dengan media bakteri
Agrobacterium tumefaciens. Agrobacterium tumefaciens adalah bakteri yang
telah dikembangkan sebagai sistem rekayasa genetika alami; mengandung
segmen DNA yang ditransfer dari bakteri ke sel tanaman.
Fitur penting dari sel tanaman adalah totipotensi mereka — yaitu,
kemampuan sel tunggal untuk menghasilkan semua sel yang dibedakan dari
tanaman dewasa. Banyak sel tanaman yang berdiferensiasi mampu
berdiferensiasi menjadi keadaan embrionik dan kemudian berdiferensiasi
menjadi tipe sel baru. Dengan demikian, tidak ada pemisahan sel germ-line dari
sel somatik seperti pada hewan yang lebih tinggi. Totipotensi sel tanaman ini
merupakan keuntungan besar bagi rekayasa genetika karena memungkinkan
regenerasi seluruh tanaman dari sel somatik yang dimodifikasi secara individu.
A. tumefaciens adalah penyebab penyakit crown gall atau tumor dari
tanaman dikotil. Namanya mengacu pada galls atau tumor yang sering
terbentuk di mahkota (persimpangan antara akar dan batang) tanaman yang
terinfeksi. Karena mahkota tanaman biasanya terletak di permukaan tanah, di
sinilah tanaman yang paling mungkin terluka (misalnya, dari abrasi tanah
karena berhembus angin kencang) dan terinfeksi oleh bakteri tanah seperti A.
tumefaciens. Setelah infeksi bagian luka oleh A. tumefaciens, dua peristiwa
utama terjadi: (1) sel-sel tanaman mulai berkembang biak dan membentuk
tumor, dan (2) mereka mulai mensintesis turunan arginin yang disebut opine.

11
Opine yang disintesis biasanya nopaline atau octopine tergantung pada strain A.
tumefaciens. Opine ini dikatabolisme dan digunakan sebagai sumber energi
oleh bakteri yang menginfeksi. Strain A. tumefaciens yang menginduksi sintesis
nopaline dapat tumbuh pada nopaline, tetapi tidak pada octopine, dan
sebaliknya. Jelas, hubungan timbal balik yang menarik telah berkembang antara
strain A. tumefaciens dan inang tanamannya. A. tumefaciens mampu
mengalihkan sumber metabolisme dari tanaman inang ke sintesis opine, yang
tidak memiliki manfaat nyata bagi tanaman tetapi memberikan rezeki bagi
bakteri.
Kemampuan A. tumefaciens untuk menginduksi galls mahkota pada
tanaman dikendalikan oleh informasi genetik yang dilakukan pada plasmid
besar (sekitar 200.000 pasangan nukleotida) yang disebut plasmid Ti untuk
kapasitas penginduksi tumornya. Dua komponen Ti plasmid, T-DNA dan
daerah vir, sangat penting untuk transformasi sel tanaman. Selama proses
transformasi, T-DNA (untuk DNA yang ditransfer) dikeluarkan dari Ti plasmid,
dipindahkan ke sel tanaman, dan diintegrasikan (dimasukkan secara kovalen)
ke dalam DNA sel tanaman. Data yang tersedia menunjukkan bahwa integrasi
T DNA terjadi di bagian kromosom acak; Selain itu, dalam beberapa kasus,
beberapa peristiwa integrasi T-DNA terjadi di sel yang sama. Dalam plasmid
Ti tipe nopaline, T-DNA adalah segmen 23.000 nukleotida yang membawa 13
gen yang dikenal.
Struktur plasmid Ti nopalin yang khas ditunjukkan pada Gambar 16.19.
Beberapa gen pada segmen T-DNA dari enzim encode plasmid Ti yang
mengkatalisis sintesis fitohormon (asam indoleasetat auksin dan sitokinin
isopentenil adenosin). Fitohormon ini bertanggung jawab untuk pertumbuhan
sel tumor di galls mahkota. Wilayah T-DNA dibatasi oleh pengulangan tidak
sempurna pasangan 25-nukleotida, salah satunya harus ada dalam cis untuk
eksisi dan transfer T-DNA. Penghapusan urutan batas kanan sepenuhnya
memblokir transfer T-DNA ke sel tanaman.

12
Gambar 8. Struktur plasmid Ti nopaline pTi C58, menunjukkan komponen
yang dipilih. Plasmid Ti berukuran 210 kb. Simbol yang digunakan adalah:
ori, asal replikasi; Tum, gen yang bertanggung jawab untuk pembentukan
tumor; Nos, gen yang terlibat dalam biosintesis nopaline; Noc, gen yang
terlibat dalam katabolisme nopalin; vir, gen virulensi diperlukan untuk
transfer T-DNA. Urutan nukleotida-pasangan terminal kiri dan kanan
berulang ditunjukkan di atas; tanda bintang menandai empat pasangan
basa yang berbeda dalam dua urutan perbatasan.

Wilayah vir (untuk virulensi) Ti plasmid mengandung gen yang diperlukan


untuk proses transfer T-DNA. Gen-gen ini menyandikan enzim pemrosesan
DNA yang diperlukan untuk eksisi, transfer, dan integrasi segmen T-DNA
selama proses transformasi. Gen-gen vir dapat memasok fungsi yang
dibutuhkan untuk transfer T-DNA ketika terletak baik cis atau trans ke T-DNA.
Mereka diekspresikan pada tingkat yang sangat rendah pada sel A. tumefaciens
yang tumbuh di tanah. Namun, paparan bakteri pada sel-sel tanaman yang
terluka dari sel-sel tanaman menginduksi peningkatan tingkat ekspresi gen vir.
Proses induksi ini sangat lambat untuk bakteri, membutuhkan waktu 10 hingga
15 jam untuk mencapai tingkat ekspresi maksimum. Senyawa fenolik seperti
acetosyringone bertindak sebagai penginduksi gen vir, dan laju transformasi
sering dapat ditingkatkan dengan menambahkan penginduksi ini ke sel-sel
tanaman yang diinokulasi dengan Agrobacterium. Transformasi sel tanaman

13
oleh Ti plasmid dari A. tumefaciens terjadi seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 9.

Gambar 9. Transformasi sel-sel tanaman oleh Agrobacterium tumefaciens


menyimpan plasmid Ti wild-type. Sel-sel tumbuhan dalam tumor
mengandung segmen T-DNA dari plasmid Ti yang diintegrasikan ke dalam
DNA kromosom.
Setelah ditetapkan bahwa wilayah T-DNA dari plasmid Ti A. tumefaciens
dipindahkan ke sel tanaman dan menjadi terintegrasi dalam kromosom
tanaman, potensi penggunaan Agrobacterium dalam rekayasa genetika tanaman
jelas. Gen asing dapat dimasukkan ke dalam T-DNA dan kemudian
dipindahkan ke tanaman. Prosedur ini bekerja sangat baik dengan modifikasi
pada plasmid Ti seperti penghapusan gen yang bertanggung jawab untuk
pembentukan tumor, penambahan penanda yang dapat dipilih, dan penambahan
elemen pengaturan yang sesuai.
C. Terapi Gen pada Manusia
Lebih dari 6000 penyakit manusia yang diturunkan dari generasi
sebelumnya hanya sedikit yang dapat diobati. Dalam penyakit keturunan,
produk gen yang hilang atau cacat tidak dapat disuplai secara eksogen, karena
insulin dipasok untuk penderita diabetes. Teknologi terapi gen tidak terlepas
dari prinsip rekayasa genetika untuk menghasilkan GMO (Genetically Modified
Organism) atau biasa disebut sebagai organisme transgenik. Terapi gen
melibatkan penambahan gen normal ke bagian genom yang mengalami
kerusakan sehingga fungsi gen tersebut dapat diperbaiki. Tahapan terapi gen

14
adalah sebagai berikut:isolasi gen target, penyisipan gen target ke vector
transfer, transfer vector yang telah disisipi gen target ke organisme akan
diterapi, transformasi pada sel organisme target. Gen yang telah dimasukkan ke
dalam suatu sel atau organisme disebut transgen, sedangkan organisme
pembawa gen disebut transgenic. Jika terapi gen berhasil maka transgen akan
mensintesis produk gen yang hilang dan mengembalikan fenotipe normal.
1. Tipe Terapi Gen
Terdapat dua tipe utama terapi gen, meliputi terapi gen sel embrional dan terapi
gen somatic:
a. Terapi gen sel embrional
Pada terapi gen sel embrional ini, digunakan sel kelamin jantan (sperma)
maupun sel kelamin betina (ovum) yang dimodifikasi dengan adanya
penyisipan gen fungsional yang terintegrasi dengan genomnya. Pada terapi gen
dengan menggunakan sel embrional, gen akan ditransfer ke dalam ovum
ataupun sperma sehingga ketika ovum tersebut melakukan fertilisasi dengan
sperma maka zigot akan berkembang dengan membawa gen yang telah
disisipkan pada induk sebelumnya sehingga organisme baru yang terbentuk
telah memiliki gen yang berfungsi dalam terapi yang dimaksudkan. Terapi gen
sel embrional biasanya dilakukan pada hewan untuk menghasilkan hewan
transgenic. Terapi gen jenis ini memungkinkan perbaikan secara genetic yang
akan mulai terlihat ketika sel embrional telah berkembang menjadi individu
baru.
b. Terapi gen somatic
Pada terapi ini dilakukan transfer gen fungsional ke dalam sel tubuh pasien
sehingga kerusakan pada suatu organ dapat diperbaiki. Terapi gen somatic
bersifat non-heritable yang artinya tidak diturunkan ke generasi berikutnya.
Kelemahan terapi gen sel embrional dan terapi gen somatic:
a. Ekspresi transgen bersifat sementara, hanya berlangsung selama infeksi virus
b. Ekspresi transgen jangka panjang mungkin tidak akan bekerja
Hal-hal yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi gen:
a. Gen harus dikloning dan dikarakterisasi dengan baik
b. Metode yang efektif harus tersedia

15
c. Resiko yang akan disebabkan dinilai sedikit
d. Penyakit yang diobati tidak dapat diobati dengan teknik lain
e. Data dari percobaan awal menggunakan sel manusia atau hewan dan harus
menunjukkan hasil yang efektif.
2. Penggunaan Terapi Gen
a. Pengobatan pada penyakit defisiensi imun gabungan defisiensi adenosine
deaminase padah (ADA SCID)
SCID adalah penyakit autosomal yang langka dari system kekebalan tubuh,
sehingga jika terinfeksi ringan saja akan berdampak fatal. Dengan tidak adanya
deaminase adenosine (ADA), jumlah dari limfosit T (sel darah putih yang
penting untuk resposn imun) akan minim. Limfosit T merangsang limfosit B
untuk berkembang menjadi sel plasma penghasil antibody. Dengan tidak
adanya T, tidak akan menghasilkan respon dalam imun. Bayi yang lahir dengan
ADA SCID jarang memiliki peluang hidup yang panjang. Setelah melakukan
terapi gen pada tahun 1990, limfosit T transgenic gadis itu melakukan sintesis
adenosine deaminase untuk sementara waktu. Terapi gen telah terbukti berhasil
mengobati ADA SCID. Suntikan bovine adenosine deaminase distabilkan
dengan polietilen glikol yang sekarang digunakan untuk mengobati ADA SCID.
Gadis yang berusia empat tahun yang merupakan pasien pertama terapi gen
untuk saat ini keadaannya sehat dan aktif yang mempunyai ketertarikan
terhadap music. Untuk menghindari keterbatasan umur sel darah putih yang
dihasilkan maka sel induk sumsum tulang dapat digunakan untuk mengobati
gangguan kekebalan tubuh seperti ADA SCID. Sel induk yang dimodifikasi
harus terus menghasilkan limfosit T dengan transgen ADA dan dapat menjadi
pengobatan permanen.
b. Pengobatan pada penyakit SCID linked-XPada tahun 2000, dokter
Inggris dan Prancis melakukan terapi gen sel somatic pertama pada individu
yang mempunyai penyakit bawaan yang parah. Mereka memperlakukan
anak laki-laki yang menderita penyakit yang hampir mirip dengan penyakit
ADA SCID, bedanya penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen pada
kromosom X. SCID linked-X ini disebabkan karena kehilangan subunit
reseptor interleukin-2. Interleukin-2 adalah molekul pensinyalan yang

16
dibutuhkan untuk pengembangan sel-sel system kekebalan tubuh.
Polipeptida reseptor interleukin-2 juga berperan dalam pertumbuhan
spesifik limfosit lainnya. Dengan tidak adanya polipeptida, seorang individu
tidak memiliki fungsional system kekebalan tubuh dan jarang bertahan
selama lebih beberapa tahun. Seperti individu dengan ADA SCI, anak laki-
laki dengan SCID linked-X dapat diobati menggunakan terapi gen somatic.
Mekanisme pengobatannya sebagai berikut.

Gambar 10. Mekanisme terapi gen pada individu SCID linked-X


Gambar diatas menunjukkan mekanisme terapi gen pada individu SCID linked-
X. Tahapannya yaitu pertama gen yang mengkodekan subunit reseptor
interleukin-2 dikloning, kemudian dimasukkan ke dalam vector retroviral.
Setelah itu dimasukkan ke dalam sel punca hematopoietic (prekusor sel sistem
peredaran darah) kemudian diisolasi dan diperiksa ekspresi gen sementara sel-
sel masih tumbuh dalam medium kultur. Setelah memverifikasi ekspresi gen,
sel-sel induk ditransfusikan kembali ke pasien SCID.
c. Pengobatan penyakit Canavan
Penyakit Canavan merupakan penyakit resesif autosom gangguan
neurodegenerative. Orang yang mempunyai penyakit Canavan akan mengalami
kekurangan enzim pemecah N-acetylaspartate yang diproduksi di neuron. Saat
pengkodean gen, enzim dimasukkan ke dalam sel-sel otak kemudian enzim
disintesis sehingga fungsi neurologis dapat ditingkatkan.

17
3. Identifikasi onkogen LMO2

Gambar 11. Translokasi Kromosom 7 dan 11 menggunakan TCR dan LMO2


Gen LMO2 mengkodekan protein kecil yang berfungsi sebagai jembatan
penghubung factor transkripsi. Pasien leukemia ini telah mengalami translokasi
kromosom 7 dan 11. Translokasi ini memindahkan gen TCR pada kromosom 7
di sebelah LMO2. Gen pada kromosom 11 menghasilkan ekspresi berlebih dari
LMO2 yang dapat menyebabkan kanker. Ketika DNA virus yang membawa
gen ILR2 c ditentukan pada dua anak laki-laki pertama yang mengalami
leukemia. Pada gambar diatas DNA retroviral telah diintegrasikan ke dalam gen
yang menderita leukemia limfoblastik akut sel-T yang mengakibatkan
translokasi kromosom. Translokasi ini berfungsi untuk menyatukan gen TCR
pada kromosom 7 dengan 5 wilayah LMO2 pada gen kromosom 11. LMO2
mengkodekan protein yang penting untuk pembentukan kompleks factor
transkripsi tertentu. Ekspresi LMO2 biasanya diturunkan selama
pengembangan sel T. ketika LMO2 diekspresikan dalam jumlah yang
berlebihan maka akan merangsang pembelahan sel. Dengan demikian LMO2
disebut sebagai proto-onkogen yang artinya gen yang dapat menjadi onkogen.
Onkogen merupakan gen yang dapat menyebabkan terjadinya kanker melalui
mutasi.

..

18
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Silsilah (pedigree) adalah diagram yang menunjukkan hubungan di antara
anggota keluarga. Pada diagram silsilah biasanya untuk mewakili laki-laki
digunakan simbol kotak dan perempuan dengan lingkaran. Generasi dalam
silsilah biasanya dilambangkan dengan angka Romawi, dan individu-individu
tertentu dalam satu generasi disebut dengan angka Arab setelah angka Romawi.
Setiap individu yang terpengaruh diharapkan memiliki setidaknya satu orangtua
yang terpengaruh, kecuali adanya alel dominan baru yang muncul dalam
keluarga sebagai hasil dari mutasi baru atau perubahan gen diri.
Pemuliaan hewan dan tanaman dapat dilakukan dengan bantuan
bioteknologi/rekayasa genetika sehingga menghasilkn produk rekayasa
genetika atau organisme trasngenik. Mekanismenya yaitu sekuens DNA yang
menarik dimasukkan ke dalam sebagian besar spesies tumbuhan dan hewan.
Organisme transgenik yang dihasilkan menyediakan sumber daya berharga
untuk studi fungsi gen dan proses biologis. Plasmid Ti dari Agrobacterium
tumefaciens adalah alat penting untuk mentransfer gen ke tanaman.
Teknologi terapi gen tidak terlepas dari prinsip rekayasa genetika untuk
menghasilkan GMO (Genetically Modified Organism) atau biasa disebut
sebagai organisme transgenik. Terapi gen melibatkan penambahan gen normal
ke bagian genom yang mengalami kerusakan sehingga fungsi gen tersebut dapat
diperbaiki. Tahapan terapi meliputi isolasi gen target, penyisipan gen target ke
vector transfer, transfer vector yang telah disisipi gen target ke organisme akan
diterapi, transformasi pada sel organisme target.
3.2 Saran
Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan banyak manfaat
bagi pembaca.Mohon dimaklumi jika dalam makalah kami masih banyak
terdapat kekeliruan, baik bahasa maupun pemahaman. Kami berharap kritik dan
saran dari pembaca dapat membantu perbaikan dari makalah kami untuk
menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Montagu, M. V. 2011. It Is a Long Way to GM Agriculture. Annu. Rev. Plant


Biol 62:1-23
Snustad, D. Peter dan Michael J. Simmons. 2012. Principles of Genetics 6th
Edition. New York: John Wiley & Sons Inc.

20

Anda mungkin juga menyukai